Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 381 - 400 dari 586 ayat untuk mempersembahkan binatang (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10) (Why 1:6) (ende: Kita suatu keradjaan para imam)

Kita semua imam dalam arti, bahwa kita dengan tak henti-hentinja mempersembahkan kurban pudjaan untuk memuliakan Allah.

(0.10) (Kel 20:26) (jerusalem: supaya auratmu ...) Petugas yang mempersembahkan korban mengenakan jubah pendek saja, seperti lazim di Mesir. Mezbah agak tinggi sehingga waktu naik aurat petugas mungkin terbuka.
(0.10) (2Sam 6:14) (jerusalem: efod) Bdk 1Sa 2:18+. Daud yang nanti akan mempersembahkan korban dan mengucapkan berkat, 2Sa 6:18, juga berpakaian imam.
(0.10) (2Taw 18:2) (jerusalem: menyembelih) Yang dimaksud kiranya mempersembahkan sebagai korban. Korban itu tidak disebut dalam 1Raja-raja. Itu terjadi jauh dari tempat kudus yang halal, sehingga korban itu mencelakakan.
(0.10) (Ezr 3:6) (jerusalem: mulai mempersembahkan korban) Dalam pikiran si Muwarikh itu berarti bahwa kembali mulailah seluruh sebagaimana ditetapkan oleh nas-nas tradisi Para Imam yang termaktub dalam hukum Taurat.
(0.10) (Kel 24:5) (ende)

Baru didjaman kemudian hanja para imamlah jang diperkenankan mempersembahkan korban-korban. Dahulukala djuga para kepala suku atau wakil-wakil keluarga atau suku jang terpilih, mempersembahkan korban. Tentang korban bakar lihat Lv 1(Ima 1). Tentang korban pemulihan Lv 3(Ima 3).

(0.10) (1Sam 1:28) (ende)

Sjemuel akan tinggal ditempat sutji (Sjilo) untuk mendjalankan ibadat disana. kemudian Sjemuel nampak bukan sebagai imam atau Levita (menurut 1Sa 1:1 ia adalah keturunan Efraim dan Kaleb), melainkan sebagai hakim dan nabi. Ia kadang2 mempersembahkan kurban (djuga diluar Sjilo), tetapi pada djaman itu orang2 jang bukan imam djuga mempersembahkan kurban (Dawud, Sulaiman).

(0.09) (Dan 12:13) (ende)

Oleh sebab pada achir djaman pasti bangkit kembali akan keselamatan, maka Daniel boleh meninggal dengan tenang hati, meskipun tidak melihat keselamatan terlaksana.

(0.09) (Im 1:1) (jerusalem) Bagian ini boleh diberi judul: "Tata Upacara Korban". Oleh kitab Imamat seluruh tata upacara itu dihubungkan dengan masa tinggalnya Israel di padang gurun dan ditempatkan di bawah kewibawaan Musa. Pada kenyataannya bagian ini memang memuat beberapa aturan kuno tetapi juga sejumlah penetapan yang berasal dari zaman jauh kemudian dari masa Musa. Sesudah pembuangan barulah tata upacara ini disusun. Maka Ima 1:1-7 sebenarnya menyajikan tata upacara korban yang menjadi pegangan bagi ibadah yang diselenggarakan dalam bait Allah yang didirikan sesudah masa pembuangan Israel ke Babel. Mengenai ibadah suku-suku Israel yang sebagai Badui mengembara di gurun tidak banyak yang dapat diketahui. Nas-nas yang tua usianya hanya memberi petunjuk mengenai perayaan Paskah, bdk catatan pada Kel 12:1,23,39. Tata upacara terperinci yang disajikan Taurat oleh tradisi Kristen diartikan sebagai persiapan dan pralambang korban tunggal penebus, bdk Ibr 8 dst, dan sakramen-sakramen Gereja.
(0.09) (2Raj 4:38) (sh: Belajar dari keyakinan Elisa (Sabtu, 20 Mei 2000))
Belajar dari keyakinan Elisa

Bila Kristen masa kini ditanya: "Mengapa kamu yakin bahwa Allah akan memelihara kamu melalui segala kesulitan?" Jawabannya dapat bermacam-macam. Namun bila pertanyaan ini kita tujukan kepada Elisa, maka jawabannya adalah "Sejarah sudah membuktikan bahwa Allah senantiasa memelihara hamba-Nya, dan tentunya juga akan memelihara aku."

Jawaban Elisa ini merupakan dasar bagi sikap dan tindakan dia ketika menghadapi kelaparan yang melanda Gilgal, sementara itu serombongan nabi datang menemuinya. Dia tidak bingung, panik, atau cemas menghadapi situasi demikian. Sebaliknya, ia malah menyuruh bujangnya untuk menaruh kuali yang paling besar dan memasak sesuatu dalam jumlah besar. Dalam situasi normal, permintaan Elisa bukanlah perkara yang besar, namun dalam keadaan kelaparan melanda seluruh negeri maka permintaan Elisa bukanlah perkara kecil. Lalu ketika bujangnya mengumpulkan sulur-suluran dan labu liar - tanaman yang tidak mereka kenal, Elisa pun tidak menolak. Bahkan ketika para nabi berteriak-teriak karena tanaman itu beracun, Elisa dengan tenangnya meminta tepung dan melemparkannya ke dalam kuali sehingga makanan yang beracun itu menjadi tawar dan enak!

Sikap dan tindakan Elisa ini pasti berdasarkan pemeliharaan Allah terhadap Elia melalui burung gagak, seekor binatang yang nampaknya tidak mungkin berguna bagi manusia. Tanaman liar dan beracun yang nampaknya tidak mungkin berguna bagi manusia tentunya dapat dipergunakan Allah untuk memelihara hamba-Nya. Demikian juga peristiwa memberi makan 100 orang adalah mirip dengan peristiwa dimana Elia dipelihara melalui janda Sarfat. Elisa yakin bahwa Allah berbuat seperti yang pernah diperbuat-Nya kepada hamba-Nya Elia. Elisa melihat sejarah sebagai bukti bahwa Allah peduli dan sanggup memelihara umat-Nya, dan berdasarkan sejarah itu pula maka Elisa mempunyai keyakinan yang teguh untuk melandasi sikap dan tindakannya.

Renungkan: Alkitab penuh dengan fakta sejarah. Allah telah membuktikan bahwa Ia peduli dan sanggup memelihara umat-Nya sepanjang zaman. Seharusnya kita pun mempunyai keyakinan seperti Elisa di dalam menghadapi segala ancaman dan kesulitan yang mengelilingi kita, karena keyakinan inilah yang akan melandasi sikap dan tindakan kita.

(0.09) (2Raj 24:18) (sh: Kebodohan pembawa kehancuran (Jumat, 21 Juli 2000))
Kebodohan pembawa kehancuran

Tahukah Anda arti pepatah 'keledai tidak akan jatuh di lubang yang sama'? Binatang sebodoh keledai diyakini tidak akan melakukan kesalahan yang sama karena ia dapat dan mau belajar dari kesalahan yang lampau. Manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi, mempunyai kepandaian jauh di atas keledai. Dengan kata lain seharusnya manusia tidak akan begitu mudah melakukan kesalahan karena ia dapat berpikir, menganalisa, bahkan mengevaluasi setiap tindakan yang akan dilakukan. Apalagi jika ia sudah dibekali dengan petunjuk dan nasihat.

Zedekia ternyata lebih bodoh dari keledai. Tentunya ia sudah melihat sebuah contoh hidup mengapa Allah menghukum Yoyakim, saudara kandungnya. Namun anehnya, ia mengulangi apa yang Yoyakim lakukan (19). Ketika, ia bersekongkol dengan Mesir dan bangsa-bangsa lainnya untuk menentang Babel, bukankah Allah sudah memberikan petunjuk dan nasihat untuk tidak melakukannya (Yer. 27:3-8; Yeh. 17:11-21). Contoh hidup dan petunjuk dari Allah sebenarnya merupakan bekal yang cukup bagi Zedekia untuk tidak melakukan kesalahan. Namun inilah kebodohan Zedekia yang melebihi keledai.

Akibatnya sebagai pribadi ia harus membayar dengan harga yang sangat mahal (7). Sebuah pemandangan yang tidak akan pernah ia lupakan selama ia hidup dan sebuah penghukuman yang sangat kejam hingga perlu untuk disebutkan secara khusus dalam kitab tentang raja-raja Israel dan Yehuda. Sebagai bangsa, Yehuda semakin terpuruk dan tersungkur (9-17). Yehuda sudah hancur-lebur. Kehidupan sosial, politik, dan ekonomi tidak mungkin dibangun lagi karena yang dibiarkan hidup bukan lagi orang lemah namun orang-orang miskin, itu pun hanya beberapa saja (12 bandingkan dengan mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">24:14). Kalau pun yang tersisa berhasrat bangkit dan mulai membangun dari kehidupan rohani mereka, itu juga tidak mungkin sebab para pemimpin rohani mereka juga dibunuh (18-21). Tidak ada yang tersisa. Tidak ada lagi yang berharga.

Renungkan: Bukankah kebodohan Zedekia adalah gambaran kebodohan manusia pada umumnya? Ia dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita atau mungkin dalam diri kita sendiri. Misalnya, tahu narkoba berbahaya tetapi mengapa peminatnya semakin meningkat? Mampukah kita memeranginya?

(0.09) (2Taw 7:1) (sh: Perayaan yang istimewa (Rabu, 15 Mei 2002))
Perayaan yang istimewa

Selesai berdoa, ada api yang turun dari surga menyambar kurban-kurban bakaran dan sembelihan tersebut (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">1). Ini menunjukkan persetujuan dan penerimaan Ilahi terhadap bait Allah Salomo, doa-doanya, dan kurban-kurbannya. Digambarkan bagaimana awan kemuliaan Tuhan begitu agung sehingga para imam tidak bisa masuk ke dalam bait Allah (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">2). Semua orang Israel menyembah dan bersyukur kepada Allah (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">3). Respons Allah kepada doa Salomo membuat semua bersukacita.

Penyembahan umat Israel diikuti oleh persembahan kurban yang jumlahnya amat mencengangkan, termasuk kurban sajian (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">4-7). Pengurbanan 144.000 binatang dilakukan dalam waktu 14 hari. Dengan mencantumkan jumlah ini, penulis mengajak komunitas pascapembuangan untuk memiliki antusiasme ketika menyembah Allah. Seiring itu, para imam dan orang Lewi mengiringi persembahan kurban dengan musik dan pujian. Akhirnya setelah 14 hari perayaan, Salomo membubarkan jemaah yang besar dan bersukacita itu (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">8-10). Pola perayaan yang dikaitkan dengan hari raya Pondok Daun harus menjadi pola juga bagi komunitas pascapembuangan, ketika institusi bait Allah dan kerajaan begitu harmonis merasakan kehadiran Allah.

Bagian berikutnya berbicara mengenai respons Allah kepada Salomo (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">11-22). Pertama, bahwa Salomo telah menyelesaikan bait Allah dan istananya (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">11-12a). Respons Allah ini berlangsung 13 tahun setelah doa Salomo dinaikkan (ayat 1Raj. 7:1, 9:10). Kedua, Allah menerima bait Allah tersebut (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">12b). Allah telah memilih tempat yang dibangun Salomo sebagai tempat kurban bakaran di hadapan-Nya, meskipun Ia tidak dapat ditampung di dalamnya. Dengan demikian, pentingnya bait Allah adalah berdasarkan perspektif Allah, bukan manusia. Ketiga, bait Allah akan berfungsi sebagai tempat doa ketika umat Israel mencari wajah Allah karena kesalahan mereka (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">13-16). Keempat, Allah memberikan perintah agar Salomo dan keturunannya taat terhadap perjanjian seperti Daud (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">17-22). Mereka harus setia kepada Allah satu-satunya.

Renungkan: Rayakanlah kehadiran Allah dengan antusias dalam hidup Anda, dan setialah pada hukum-hukum-Nya yang adil.

(0.09) (Mzm 104:19) (sh: Allah mengatur segala sesuatu (Minggu, 28 Maret 1999))
Allah mengatur segala sesuatu

Seluruh ciptaan, telah diatur Allah sedemikian rupa hingga masing-masingnya berada pada jalur dan waktu yang telah disediakan-Nya. Bulan tidak akan pernah menjadi matahari, begitu pula sebaliknya. Binatang yang keluar pada siang hari, akan beristirahat di malam hari; tumbuh-tumbuhan yang berbunga pada musim semi, tidak akan berbunga pada musim dingin, dst. Begitu pula dengan kita, meskipun kita adalah bagian tertinggi dari segenap ciptaan Allah, kita tetap berada di bawah kendali Allah. Namun fakta menunjukkan bahwa kita seringkali lupa akan posisi ini. Misalnya, ketika sukses dalam pekerjaan, keluarga, dlsb. kita menganggap bahwa kesuksesan ini diperoleh karena usaha sendiri, tanpa campur tangan Allah; dan ketika kita berada dalam penderitaan, sengsara dan dijerat kemiskinan, kita sering beranggapan bahwa Allah membiarkan kita sendiri. Kita harus menyadari dan memahami bahwa masing-masing ciptaan telah Allah letakkan pada jalur menuju pemenuhan kehendak-Nya.

Setia pada Allah. Untuk tetap berada pada jalur yang telah Allah sediakan, dan demi memenuhi kehendak-Nya, maka sege-nap ciptaan harus setia dan tunduk pada ketetapan-ketetapan-Nya. Kesetiaan ini merupakan perwujudan respons kita terhadap kesetiaan dan pemeliharaan Allah yang telah terlebih dahulu Allah nyatakan dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita lupa untuk bertindak setia kepada Allah. Biasanya ini disebabkan oleh kecenderungan kita untuk berusaha melupakan hal-hal yang baik yang kita terima, dan mengingat-ingat hal-hal yang merugikan kita. Begitu mudahkah karya agung Allah yang telah begitu baik mencipta, memelihara, menebus dan memulihkan itu kita lupakan? Peringatan pemazmur pada ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">29 dapat diartikan semudah kita membalikkan telapak tangan, semudah itu pula Allah bertindak pada ciptaan-Nya yang dengan sengaja melupakan kebesaran dan keagungan-Nya.

"Pujilah Tuhan, hai jiwaku!" Sungguh suatu tindakan terpuji dan mengagumkan telah pemazmur bentangkan pada kita. Tak sedikitpun terbersit keinginannya untuk melupakan segala kebaikan Tuhan padanya. Bahkan seluruh keberadaan hidupnya diperuntukkan bagi pujian kepada Tuhan. Sampai sejauh ini kita hidup karena, dan bersama Tuhan. Pasti begitu banyak badai kehidupan yang berusaha menghancurkan hubungan kita dengan-Nya. Ikutilah jejak pemazmur yang begitu meyakini bahwa kekuatan dan kemuliaan Tuhan memberikan kekuatan (31-32).

(0.09) (Mzm 104:19) (sh: Allah, sang penopang dan pemelihara semesta (Sabtu, 20 April 2002))
Allah, sang penopang dan pemelihara semesta

Dalam semua agama purba, terdapat kecenderungan untuk menyembah benda-benda alam yang dianggap menentukan kehidupan. Dua yang terpenting dari antaranya adalah matahari dan bulan. Selain penting bagi kehidupan makhluk, matahari dan bulan adalah kekuatan yang mengatur jalannya waktu: siang dan malam. Kini pemazmur memuji Allah karena melihat bahwa tidak saja Allah mengaruniakan bagi manusia semua kebutuhannya dan demi kesukaan hidupnya (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">14-18), Allah juga menjadikan matahari dan bulan pelayan-pelayan-Nya untuk memelihara kehidupan (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">19-23). Dengan demikian, sama halnya dengan kisah penciptaan dalam Kejadian 1, mazmur ini berfungsi menolak penyembahan terhadap benda-benda langit. Bila dalam Kejadian 1, hal itu diungkapkan dengan menempatkan matahari dan benda-benda langit bukan pada urutan sebab dari tanaman di bumi, tetapi sesudah semuanya ada, mazmur ini mengungkapkannya dalam uraian yang berbeda (ayat 19- 23).

Dalam ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">24 dst., pemazmur seperti masuk ke dalam puncak luapan pujiannya. Bagian ini menyimpulkan seluruh perenungannya di bagian sebelumnya. Segala sesuatu berasal dari Allah: langit, bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia — Allah menciptakan semua itu dan semua menjadi saksi tentang hikmat Allah. Karya penciptaan Allah sekaligus menunjukkan Allah seperti seorang pembangun dan seniman. Kekuasaan dan hikmat Allah sekaligus tampil mencengangkan dalam setiap wujud dan bangun benda dan makhluk ciptaan-Nya. Sekali lagi di sini kepercayaan salah bangsa-bangsa sekitar Israel dikritik. Waktu itu ada kecenderungan melihat laut sebagai sumber kekacauan dan lewiatan sebagai monster yang mengancam kehidupan di bumi. Tetapi, pemazmur melihat lain. Laut tidak akan dapat menjadi ancaman atau melahirkan kekuatan yang menghabisi hidup sebab Allah mengendalikannya penuh (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">25-26). Bahkan seluruh irama hidup dalam alam semesta ini Allah yang mengaturnya. Karena itu, tidak saja semuanya bergantung penuh kepada-Nya, tetapi semua makhluk berbudi patut memuji-muji Allah (ayat 33-35).

Renungkan: Kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus tidak saja menegaskan pentingnya umat Tuhan bagi Tuhan, namun juga maksud Tuhan untuk menopang dan memelihara ciptaan-Nya dengan setia.

(0.09) (Yes 56:1) (sh: [KOSONG] (Rabu, 24 Agustus 2005))
[KOSONG]

Banyak orang merasa diri Kristen karena pada KTP-nya ia beragama Kristen. Ada juga orang yang merasa Kristen karena lahir dalam keluarga Kristen. Namun, kehidupan Kristennya tidak nampak: Ke gereja malas-malasan; pelayanan tidak mau terlibat; di tempat kerja ikut-ikutan cara dunia.

Nas hari ini mengajarkan bahwa seseorang bisa menjadi umat Allah walaupun ia bukan keturunan Israel. Artinya, mereka yang bukan Israel mendapat tempat dalam persekutuan dengan Allah. Syaratnya bukan garis keturunan, tetapi melakukan kehendak (hukum) Allah dan menegakkan keadilan (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">1). Salah satu bentuknya adalah memelihara hari Sabat (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">2, 4, 6). Peraturan Sabat adalah perintah Allah supaya umat-Nya beristirahat dari pekerjaannya agar tubuhnya dipulihkan dan disegarkan. Banyak orang melanggar Sabat bukan hanya dengan bekerja, tetapi dengan memaksa orang lain (mis. budak dan orang asing) bekerja. Inilah ketidakadilan. Menegakkan keadilan berarti, ia tidak lagi berlaku diskriminatif terhadap sesamanya. Sebab status sosial, ras, dan bangsa tidak menjadi penghalang seseorang untuk bersekutu dengan Allah dalam rumah-Nya yang kudus (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">5, 7).

Sebaliknya, mereka yang merasa diri umat Allah karena keturunan Israel bisa ditolak Allah, apabila mereka tidak melakukan kehendak Allah. Peringatan ini terutama ditujukan bagi para pemimpin umat yang berlaku jahat. Para pemimpin umat itu digambarkan sebagai binatang hutan dan anjing pelahap karena kerakusan dan kejahatan mereka (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">9-12). Mereka dikecam keras karena sebagai orang yang dipercaya Allah untuk memimpin umat-Nya, mereka justru mencari kesenangan dan keuntungan sendiri. Sehingga, walaupun mereka pemimpin Israel mereka tidak pantas disebut umat Allah.

Tanda-tanda lahiriah kekristenan bukanlah bukti seseorang Kristen. Bukti Kristen sejati adalah ketaatan kepada kehendak Allah melalui hidup kudus, adil, dan penuh kasih.

Renungkan: Kristen sejati adalah mereka yang hidupnya diubah Tuhan Yesus.

(0.09) (Yeh 21:18) (sh: Peta dua jalan (Jumat, 7 September 2001))
Peta dua jalan

Ibarat sebuah medan pertempuran yang tak terhindarkan, Yehezkiel harus menggambar dua jalan yang berpangkal dari satu titik, yakni Babel. Kedua jalan ini semakin menjauh, yang satu menuju Yerusalem dan satunya lagi menuju Raba, ibukota Amon (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">19-20). Raja Babel yakni Nebukadnezar berada di persimpangan jalan. Ia mengocok panah, meminta petunjuk dari terafim, dan menilik hati binatang untuk meramal situasi. Walaupun panah tenungan itu jatuh menunjuk ke Yerusalem namun itu adalah tenungan yang menipu (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">21-23). Tanpa spekulasi manusia, Allah sudah menyediakan penghakiman yang terakhir bagi raja Israel, orang fasik yang durhaka (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">24-25). Sama sekali tidak ada gunanya mengenakan serban dan mahkota, karena hari kemalangannya sudah tiba. Yang rendah harus ditinggikan, yang tinggi harus direndahkan (Yer. 13:18). Keturunan raja dan negeri Israel harus dijadikan puing sampai kedatangan Sang Mesias (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">26-27). Gaung perjanjian ini sudah digemakan sejak Kej. 49:10, "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda atau pun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa- bangsa".

Bani Amon juga mendapatkan bagian babatan pedang kilat Allah. Paranormal yang bertenung dusta akan mendapatkan sasaran pedang di leher mereka yang fasik dan durhaka (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">28-29). Allah akan mencurahkan api murka-Nya kepada manusia yang menyerahkan diri ke dalam tangan orang-orang yang dungu, yang menimbulkan kemusnahan (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">31). Mereka akan menjadi makanan api, dan darahnya akan tertumpah ke atas tanah (ayat mempersembahkan+binatang&tab=notes" ver="">32). Suatu keadaan tanpa prospek pembaharuan, tidak ada generasi penerus, dan tanpa kenangan. Semuanya terlupakan.

Gambaran peta Allah atas keputusan-Nya ini menjadi peringatan bagi kita semua. Bila murka Allah sudah menyala, tiada satu kuasa pun yang dapat menyurutkan-Nya. Tiada satu benteng atau pun menara kekuatan manusia yang dapat menangkis kegeraman-Nya. Allah selalu menepati apa yang dikatakan-Nya. Penghakiman Allah atas manusia selalu mempunyai alasan yang tepat.

Renungkan: Tiada jalan lain untuk mencegah murka Allah menimpa kita, kecuali bertobat dan berbalik kepada-Nya. Tinggalkan dosa dan hidup dengan benar.

(0.09) (Yl 1:1) (sh: Momentum sejarah dukacita sebuah bangsa (Kamis, 14 Juni 2001))
Momentum sejarah dukacita sebuah bangsa

Lingkungan alam beserta pohon dan hewan ciptaan-Nya telah ditata asri demi kehidupan manusia. Namun dalam bacaan hari ini, ternyata alam asri telah berubah menjadi gersang dan meratap, merupakan bencana bagi umat-Nya dan hewan-hewan peliharaan. Semua makhluk hanya bisa berteriak kepada Sang Pencipta karena sejarah dukacita telah mengukir kehidupan umat-Nya. Mengapa demikian?

Penggambaran momentum sejarah Yehuda yang diteruskan dari generasi kepada generasi (3) berawal dari pengalaman perorangan – seluruh penduduk – zaman mereka – zaman nenek moyang (2). Estafet beritanya membawa dukacita seluruh bangsa. Yehuda akan dihancurkan oleh hama belalang (4) dan Yoel meyakininya sebagai penghukuman Tuhan atas dosa Yehuda, dimana Yehuda akan dikepung bangsa-bangsa yang kuat (6). Para petani malu karena kegagalan panen (7, 10-12) dan hewan-hewan pun mengalami kekeringan (17-18). Bukan saja dekadensi moral dan sosial yang mereka alami, namun dekadensi spiritual yang membalur kain kabung bangsa (9, 13-16). Bencana dan penderitaan dialami semua makhluk: alam, pohon, binatang, dan manusia: penduduk, petani, dan imam. Sukaria dan sorak-sorai telah lenyap (16). Seruan kenabian Yoel sangat tepat (13-15) untuk mereformasi spiritual sebuah bangsa yang telah meninggalkan Allah, sehingga mengalami penderitaan yang sangat menyedihkan (19-20).

Mengamati berbagai tragedi bencana alam dan penderitaan seiring dengan bergulirnya gejolak politik negara kita, memang tidak sepenuhnya dianggap benar jikalau senantiasa dikaitkan dengan penghukuman Tuhan. Namun tidak tepat pula jika kita mengatakan bahwa bencana alam hanyalah akibat keteledoran dan tidak bertanggungjawabnya manusia terhadap alam ciptaan-Nya. Keduanya menjadi perenungan kita agar memiliki hikmat mengamati kejadian-kejadian akhir-akhir ini dan menjadikan kita bijak dalam meresponinya.

Renungkan: Tepatkah bila kita hanya disibukkan dengan pertanyaan apakah penghukuman-Nya sedang berlangsung atas bangsa kita, sampai tanah berkabung dan Kristen meratap? Seruan firman-Nya (13-14, 19) merupakan pengajaran agar Kristen memiliki respons yang tepat, menyatakan doa permohonan pengampunan bagi bangsa kita.

(0.09) (Mi 7:14) (sh: Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu (Sabtu, 23 Desember 2000))
Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu

Mikha mengakhiri tulisannya dengan sebuah doa kepada Allah agar Ia sudi menggembalakan umat-Nya dengan tongkat-Nya. Ini merupakan kerinduan Mikha agar bangsanya tetap hidup di jalan Allah setelah mendapatkan pengampunan dari-Nya. Ia juga berharap agar Allah datang dan memperlihatkan kekuatan-Nya. Hal ini diungkapkan lewat kata-kata `dengan tongkat-Mu'. Tongkat adalah batang kayu yang kuat yang dibawa oleh para gembala. Para gembala tidak hanya menggunakan tongkat sebagai alat untuk membantu ia berjalan di tanah yang sulit dilalui namun juga sebagai senjata untuk menjaga kawanan dombanya dari ancaman dan serangan binatang buas. Mikha rindu agar Allah segera bertindak untuk memulihkan umat pilihan- Nya dan mengalahkan segala musuh mereka (14-17). Perkataan 'menggunakan tongkat-Mu' mempunyai makna paralel dengan keajaiban- keajaiban (15) yaitu mukjizat yang dilakukan oleh Allah ketika Ia menjatuhkan tulah dan melenyapkan Firaun dan tentaranya di Laut Merah. Permohonan Mikha ini bukan hanya untuk kepentingan bangsa Israel saja tapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Intervensi (campur tangan) Allah yang dinyatakan melalui kekuatan-Nya akan menyadarkan bangsa-bangsa lain bahwa Tuhanlah Allah dan Raja. Mereka menjadi takut akan Tuhan dan berpaling kepada-Nya (17).

Mengapa Mikha tetap berani mengharapkan pertolongan dari Allah? Sebab tidak ada allah seperti Allah Israel (18-20). Allah yang anugerah- Nya besar, yang sudi mengampuni dosa-dosa pelanggaran umat-Nya. Allah yang tidak mendendam dan tidak memendam kemarahan-Nya, bahkan Allah yang selalu rindu untuk menyatakan kemurahan-Nya. Dosa-dosa umat dihapuskan dan dilemparkan ke dalam tubir-tubir laut. Allah yang adalah sumber pertolongan selalu setia kepada janji yang pernah diberikan-Nya kepada nenek moyang bangsa Israel.

Renungkan: Ketika kita sedang kecewa, sedih, lemah dan mungkin sedang mengalami kekalahan di dalam kehidupan ini, bacalah doa Mikha berkali-kali. Doa ini tidak hanya akan mengingatkan kita bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang setia dan akan tetap setia, tetapi juga mengarahkan kita untuk selalu berharap kepada Allah. Ingatlah bahwa Allah yang pernah berkarya dan bertindak menolong umat-Nya, juga akan melakukan hal yang sama kepada kita.

Pengantar Kitab Matius

Penulis. Injil Matius tidak mencantumkan penulisnya. Beberapa manuskrip kuno mencantumkan kata 'Injil menurut Matius'. Menurut Eusebius (260- 340 M), bapa gereja purba Papias (60-130 M) pernah mengatakan bahwa Matius mengumpulkan perkataan-perkataan Yesus untuk dibukukan. Kemudian tradisi gereja juga menyetujui bahwa penulis Injil ini adalah Matius walaupun sejak abad 18 tradisi ini mulai diragukan. Penulis Injil ini sengaja tidak mencatumkan namanya mungkin dengan pertimbangan bahwa mengetahui siapa penulisnya bukanlah hal yang mutlak bagi pembacanya sebab Penulis Agung yang bekerja melalui manusia adalah Roh Kudus.

Waku penulisan. Sulit menentukan waktu penulisan yang pasti. Beberapa teori mengatakan bahwa Injil ini ditulis setelah abad pertama. Berdasarkan konteks teks, Injil ini ditulis sebelum tahun 70 M. Injil Matius memperingatkan bahaya ajaran orang-orang Saduki, sebuah organisasi keagamaan orang Yahudi yang hancur total setelah tahun 70 M. Bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hancurnya Yerusalem (pasal 24) merefleksikan nubuat Perjanjian Lama tentang penghukuman Illahi, bukan peringatan akan peristiwa sejarah.

Karakteristik dan tema utama. Injil Matius ditulis untuk memaparkan pengajaran yang berkuasa oleh dan tentang Yesus, yang kedatangan-Nya merupakan penggenapan janji Allah dan kehadiran kerajaan-Nya. Matius tidak membuat perbedaan antara sejarah dan teologi. Baginya sejarah adalah dasar teologi dan teologi memberi makna kepada sejarah. Injil ini paling berakar pada Perjanjian Lama dan sangat peduli dengan isu- isu penting bagi orang Yahudi. Di samping itu Injil Matius juga paling banyak mengutip penggenapan nubuat Perjanjian Lama. Kontribusi teologis yang paling besar adalah pemaparannya tentang kerajaan Allah. Pertama, dalam khotbah di bukit Yesus menyatakan bahwa kerajaan Allah sudah hadir melalui kehidupan pribadi dan komunitas orang percaya. Kedua, janji tentang Kerajaan ini ditawarkan kepada orang Yahudi telah ditolak dengan menyalibkan Yesus. Ketiga, kerajaan Allah memang sudah ada namun belum sepenuhnya terealisasi. Kedatangan-Nya yang kedua akan meneguhkan kerajaan Allah secara penuh.

(0.09) (Kis 27:1) (sh: Arti Allah beserta kita (Sabtu, 19 Agustus 2000))
Arti Allah beserta kita

Kita cenderung membatasi Allah atau menuntut kebesertaan-Nya harus sesuai dengan selera, keinginan, dan kerinduan pribadi kita. Karena itu kita sering berpikir bahwa jika Allah beserta kita maka tidak akan ada masalah yang akan menghadang. Apalagi jika di dalam pergumulan kita yakin bahwa kita sedang menjalankan kehendak-Nya, kita malah cenderung menuntut Allah bekerja sebagai pembantu kita yang mempersiapkan segala sesuatunya. Setelah semua persiapan selesai maka kita tinggal melakukan tugas saja.

Apakah benar demikian? Tidak! Ketika keputusan dikeluarkan bahwa Paulus pergi ke Itali, kesempatan Paulus untuk bersaksi di Roma terbuka dan ini berarti kehendak Tuhan terjadi (Kis. 23:11). Namun Paulus harus berlayar ke Roma bersama-sama orang-orang tahanan yang kasar dan liar. Mereka biasanya adalah orang-orang yang akan dihukum mati dengan cara bertarung dengan binatang buas di Roma. Paulus disamakan dengan mereka walaupun ia bukan seorang tahanan. Bayangkan bagaimana perasaannya. Lalu ia pun harus berpindah dari satu kapal ke kapal yang lain (6). Sementara itu alam sangat tidak berpihak kepadanya sehingga perjalanan menjadi jauh lebih lambat. Mereka pun terpaksa harus melanjutkan pelayaran walaupun ramalan cuaca tidak mendukung (7-9,12). Di samping itu, di dalam hatinya Paulus masih harus 'berperang' melawan 'kekuatiran' akan adanya badai karena peringatannya tidak dipedulikan oleh orang-orang lain (9-11).

Allah memberikan kesempatan kepada Paulus untuk ikut berjuang menuju Roma dengan menanggung hal-hal yang dapat ia tanggung seperti kelelahan, ketidaknyamanan, kesulitan, kekuatiran, terhina, dan tekanan mental. Itu adalah anugerah karena dengan mengalami peristiwa-peristiwa itu, Paulus diberikan hak untuk 'bermegah' karena ikut berjuang agar dapat bersaksi di Roma. Namun demikian Allah memahami bahwa ada hal-hal yang tidak dapat Paulus tanggung sendiri. Karena itu Ia menyediakan seluruh keperluan perjalanan Paulus dan teman-temannya (3).

Renungkan: Jika dalam memberitakan Injil dan pelayanan yang adalah kehendak Allah, Kristen masih menemui kesulitan bahkan halangan, berbahagialah, sebab Allah masih memberikan anugerah kepada kita untuk berjuang dan bermegah dalam perjuangan kita, sementara itu Allah tetap bekerja untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat kita lakukan.

(0.09) (1Sam 1:3) (ende: Sjilo)

adalah satu tempat sutji dinegeri Israil dan tempat djiarah. Hanja dikemudian hari Bait-Allah di Jerusalem mendjadi pusat agama dan satu2nja tempat dimana orang boleh mempersembahkan kurban kepada Jahwe.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA