(0.61) | (1Raj 7:13) |
(sh: Mempersembahkan keahlian (Senin, 2 Agustus 2004)) Mempersembahkan keahlianSeorang rekan hamba Tuhan pernah berkomentar demikian, "Dulu, jika kita mau melayani Tuhan selalu ditekankan motivasi dan hati, sedangkan kepandaian dan keterampilan nomor dua. Sekarang zaman sudah berubah. Walaupun kita memiliki hati tulus, kalau tidak memiliki keterampilan maka pelayanan kita kurang dihargai. Hamba Tuhan masa kini harus punya otak, hati, dan otot sehingga pelayanannya menjadi lebih baik." Salomo memperhatikan dengan sungguh pembangunan rumah Tuhan dan pembuatan perabotannya. Ia tidak menyerahkan tugas itu kepada sembarangan orang, melainkan kepada orang-orang yang ahli. Untuk perabotan-perabotan yang terbuat dari tembaga, Salomo mempekerjakan seorang ahli seni tembaga, yaitu Hiram dari Tirus (ibunya dari suku Dan, ayahnya orang Tirus -- 2Taw. 2:13). Seperti halnya Daud, Salomo tidak segan menerima bantuan internasional. Segala keahlian dan kepandaian memang berasal dari Tuhan dan orang beriman harus giat mencari jalan agar hal-hal tersebut dapat dikuduskan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan yang mulia. Hiram bekerja, teliti dan tekun. Hasilnya luar biasa! Memang tidak tersurat pujian Salomo di dalam perikop ini, tetapi pernyataan bahwa "Hiram menyelesaikan segala pekerjaan yang harus dilakukannya bagi raja Salomo di rumah Tuhan" (ayat 40) dan bahwa semua perabotan itu diterima sebagai bagian dari rumah Tuhan sudah menunjukkan kualitas hasil pekerjaan itu. Setelah Salomo menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan, maka ia memasukkan perabotan yang dibuatnya dan perabotan yang sudah lebih dulu dipersiapkan oleh Daud, ayahnya. Dengan demikian lengkaplah sudah seluruh isi rumah Tuhan itu (ayat 51). Demikianlah seharusnya pelayanan Kristen kita. Hendaklah kita membangun gereja sebagai persekutuan dan pelayanan, bukan hanya dengan motivasi yang baik tetapi juga dengan pengetahuan dan keterampilan yang terbaik. Renungkan: Berikan yang terbaik untuk Tuhan. Berikan hatimu, kepintaranmu, keterampilanmu, tenagamu, talentamu, ... |
(0.61) | (1Raj 20:1) |
(sh: Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang? (Jumat, 10 Maret 2000)) Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang?Kalimat ini menggambarkan sebuah kesimpulan berdasarkan kenyataan yang kontradiksi. Seharusnya seorang penyembah berhala seperti Ahab yang kebejatan dan kebobrokan moralnya melebihi Yerobeam, dihukum dan dihancurkan Allah. Tapi dalam peristiwa ini, Ahab justru ditolong oleh Allah secara ajaib. Hanya dengan 7232 orang, ia berhasil mengalahkan Benhadad raja Aram yang dibantu oleh 32 kerajaan lainnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah masih mau terlibat dalam masalah luar negeri Israel walaupun Ahab sudah meninggalkan-Nya. Seringkali kita berpikir mengapa Allah tidak menghukum sebuah negara yang pemimpinnya korup, tak bermoral, dan menindas hak azasi manusia dengan membiarkan bahkan 'mengizinkan' pembakaran gereja dilakukan. Mengapa Allah tidak menunggangbalikkan negara yang demikian? Bahkan Allah membuat keajaiban untuk menolong negara tersebut, walaupun pemimpinnya tetap tidak bertobat, tapi negaranya bisa mulai terlepas dari krisis yang berkepanjangan. Mengapa demikian? Dimanakah kebijakan dan keadilan Allah? Keterlibatan Allah mengalahkan Benhadad mempunyai dua alasan yang kuat. Pertama, berdasarkan peristiwa sebelumnya di Gunung Karmel, didapati bahwa rakyat Israel kembali mengakui Allah adalah TUHAN dan memusnahkan nabi-nabi Baal. Kemudian Allah sendiri yang menyatakan kepada Elia bahwa masih ada 7000 orang Israel yang tidak sujud menyembah Baal. Artinya masih banyak umat-Nya yang setia kepada Allah. Kedua, Allah dengan kasih dan kesabaran-Nya masih memberikan kesempatan kepada Ahab untuk bertobat (ayat tampil+ke+luar+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">13). Renungkan: Allah selalu memperhitungkan dampak yang akan dialami oleh umat-Nya yang hidup di antara masyarakat Israel yang berdosa, dan juga dampak positif yang mungkin akan muncul setelah Ahab bertobat, yaitu pertobatan seluruh Israel. Peran kita sebagai umat-Nya amat besar bagi kelangsungan berkat Allah bagi bangsa kita. Dan Allah tetap dengan kesetiaan-Nya menunggu pertobatan menyeluruh bangsa kita. |
(0.61) | (1Raj 20:23) |
(sh: Bukan sekadar kesempatan. (Sabtu, 11 Maret 2000)) Bukan sekadar kesempatan.Mungkin kita pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk memperbaiki tingkah lakunya sebelum menghukumnya. Seringkali kita tidak bertindak apa-apa agar bawahan mendapat pengetahuan lebih baik, sehingga ia tidak membuat kesalahan yang sama. Allah Israel tidaklah demikian. Ia telah memberikan kesempatan 3 kali kepada Ahab agar ia berbalik kepada-Nya. Setiap kesempatan yang diberikan-Nya pasti diikuti penyataan luar biasa kepada Ahab yang makin lama makin menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Misalnya: peristiwa di Gunung Karmel menyatakan bahwa Allah adalah Penguasa alam semesta. Keterlibatan Allah dalam peristiwa penyerangan bangsa Aram pun demi kepentingan umat-Nya, bahkan Allah akhirnya memberikan kemenangan yang gilang-gemilang kepada Israel (ayat tampil+ke+luar+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">28) dan bangsa Aram dihancurkan total. Kemenangan yang terakhir ini membuktikan bahwa Allah Sang Penguasa alam semesta tidak dibatasi oleh daerah pegunungan atau daerah datar. Ia benar- benar Allah TUHAN Penguasa Tunggal alam semesta dan sejarah manusia. Peristiwa yang terakhir ini merupakan penyataan "puncak" Allah kepada Ahab agar ia mau berbalik kepada-Nya. Namun respons Ahab sangat mengecewakan dan tidak ada perubahan dalam diri Ahab. Ia tidak memberikan korban syukur atas kemenangan tersebut atau mengakui bahwa Allahlah TUHAN seperti yang pernah dinyatakan rakyat Israel di Gunung Karmel (19:39). Sebaliknya, ia tetap melanggar perintah Allah dengan membiarkan Benhadad hidup bahkan membuat perjanjian persekutuan dengannya. Ia melakukan tindakan itu tanpa berkonsultasi dengan Allah. Ahab bertindak seolah-olah kemenangan yang ia peroleh disebabkan kemampuan dan kekuatannya. Tindakannya menyatakan bahwa ialah yang memegang kendali hingga ia pun berhak memberikan pengampunan kepada Benhadad. Ia tetap tidak mengakui bahwa Allahlah TUHAN. Baginya, ia sendirilah TUHAN. Ahab telah menyia-nyiakan kesempatan anugerah begitu besar yang diberikan Allah. Renungkan: Pengenalan kita akan Allah yang panjang sabar seringkali membuat kita menyia-nyiakan kesempatan anugerah yang telah disediakan-Nya. Penyesalan senantiasa terlambat dan tiada guna. |
(0.60) | (1Raj 7:27) |
(sh: Kehadiran Allah (Senin, 8 Februari 2000)) Kehadiran Allah-- antara anugerah dan dinamis. Peristiwa yang paling utama dalam peristiwa pentahbisan Bait Allah adalah kehadiran TUHAN Allah yang Maha Kuasa dan Maha Kudus. Hal ini menandakan bahwa Allah berkenan terhadap apa yang telah diperbuat -- pembangunan Bait Allah -- oleh bangsa Israel di bawah pimpinan raja Salomo. Selain itu, peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kehadiran Allah yang digambarkan dalam perikop ini mempunyai makna kebenaran yang hakiki dan sangat berharga bagi umat-Nya. Allah yang transenden dan tak terhampiri di dalam ruang Maha Kudus juga adalah Allah yang berkenan hadir bersama dengan seluruh umat. Hal ini menandakan bahwa kehadiran Allah adalah anugerah bagi umat-Nya dan tidak terjembatani dengan segala ritual keagamaan manusia. Hal itu dibuktikan juga dengan berhentinya para imam dalam menyelenggarakan kebaktian. Anugerah yang demikian tidak dapat diresponi dengan tangan kosong. Begitulah yang dilakukan Salomo dan seluruh umat-Nya, sebagai umat-Nya yang kudus yang memberikan persembahan yang layak dihadapan-Nya. Anugerah Allah terkandung di dalam kehadiran-Nya dan pemerintahan-Nya. Kehadiran Allah berarti adalah bahwa Allah memerintah. Hal itu dilambangkan dengan tabut perjanjian yang berisi loh-loh batu yang memuat hukum-hukum Allah dan perjanjian dengan umat-Nya -- yang merupakan dasar bagi pengaturan pekerjaan Allah, dan yang harus ditaati oleh umat-Nya. Dan, di dalam Kerajaan Allah itu harus ada persatuan umat, karena kehadiran-Nya mempersatukan seluruh umat-Nya -- bukan Salomo yang mempersatukan. Dapat disimpulkan di sini bahwa kehadiran Allah merupakan anugerah semata, bukan manusia yang mengusahakan secara dinamis, artinya mempunyai banyak dimensi seperti menghidupkan, menuntut, mendorong, dan mampu mengikis perbedaan, sehingga persatuan terjadi. Renungkan: Gereja yang menyatakan bahwa kehadiran Allah ada di tengah-tengah jemaat, perlu mengevaluasi apakah fenomena anugerah dan dinamis itu telah dirasakan dan dilihat, baik oleh jemaat maupun orang di luar jemaat? Gereja yang sungguh mewujudnyatakan kehadiran Allah akan bertumbuh dan menjadi berkat. Melaluinya Allah menarik banyak orang kepada-Nya. |
(0.60) | (1Raj 8:22) |
(sh: Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan (Kamis, 10 Februari 2000)) Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaanBerkat Allah kepada Israel pada masa Salomo secara sepintas merupakan inti doa Salomo. Bukankah Salomo meminta agar janji Allah diteguhkan (ayat tampil+ke+luar+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">26)? Bukankah Salomo meminta agar Allah mengabulkan setiap doa pengampunan dan pemulihan yang dinaikkan dari rumah Allah (ayat tampil+ke+luar+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">30, 34, 36, 39)? Bila mencermati lebih jauh, doa mengandung makna kebenaran rohani yang sangat dalam. Dalam doa permohonannya, secara jelas Salomo menempatkan umat Israel di bawah pemerintahan Allah yang benar dan adil (ayat tampil+ke+luar+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">25), yang melimpahkan kebaikan dan pengampunan. Namun tidak berarti bahwa yang bersalah akan bebas dari hukuman, Allahlah sumber penghakiman bagi orang yang berdosa. Dengan kata lain, melalui doa Salomo pun menempatkan Allah pada puncak supremasi (kekuasaan tertinggi) hukum. Bagi Salomo doa merupakan suatu ungkapan kerinduan agar seluruh kerajaan Israel tetap mempertahankan hubungan yang indah dengan Allah. Melalui doa yang demikian suatu paradoks terjadi, yakni ketika umat Israel berusaha memelihara hubungan, Allahlah yang lebih aktif memelihara hubungan itu. Selain itu doa juga merupakan suatu respons terhadap karunia Allah yang memberikan dan menyatakan diri-Nya, sebagai suatu pemujaan terhadap Allah karena Allah berkenan memenuhi rumah Allah itu dengan kemuliaan yang luar biasa. Pemujaan itu terlihat dari kerinduan Salomo agar rumah Allah itu menjadi takhta Allah di bumi -- tempat Ia menyatakan diri-Nya dan kuasa-Nya. Dengan kata lain pemerintahan Allah diberikan tempat utama dalam kehidupan bangsa Israel. Inilah pemujaan terhadap Dia seperti yang diungkapkan dalam Doa Bapa Kami -- datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi dan di surga. Dalam pengertian yang demikian doa bukanlah satu "daftar belanja" yang ingin diajukan kepada Bapa kita di surga. Juga bukan syafaat atau meminta perhatian Allah. Sebaliknya kebenaran yang lebih dalam dari konsep doa adalah sarana kasih karunia yang melaluinya karya Allah direalisasikan bagi umat manusia. Renungkan: Betapa mulianya orang yang berdoa dengan benar, karena apa yang ia lakukan merupakan sarana kasih karunia Allah. Melalui doa, ia memiliki hubungan yang indah dengan Allah yang dipujanya. |
(0.60) | (1Raj 10:1) |
(sh: Batas tipis antara sukses dan dosa (Selasa, 15 Februari 2000)) Batas tipis antara sukses dan dosaSekali lagi kekayaan dan hikmat Salomo yang melebih segala raja di bumi dijabarkan dalam pasal ini. Semua raja memujinya, bahkan ratu Syeba dari Afrika pun menyempatkan diri mengunjungi untuk memuaskan rasa penasaran mengenai berita-berita yang membicarakan Salomo dan untuk menerima pengajaran hikmat dari Salomo (Mat. 12:42). Ini menandakan bahwa kebesaran dan keagungan Salomo bukanlah omong kosong, karena orang yang berada jauh di seberang benua pun mendengar kemasyhurannya. Singkat kata Salomo berada pada puncak kejayaannya. Kejayaan yang meroket tinggi ini hanya berbatas tirai yang tipis dengan kehidupan yang berkompromi dan melupakan firman Tuhan. Dalam masa itu, tidak tercatat Salomo menaati peraturan bagi raja Israel yang diberikan oleh Allah (Ul. 17:14-20). Misalnya: tidak dicatat bahwa ia menyuruh bawahannya untuk menuliskan kembali hukum Allah dan menaruh di samping takhtanya. Sebaliknya di samping takhtanya hanya ada barang-barang yang terbuat dari emas yang menandakan bahwa ia memiliki banyak sekali emas (ayat 18-21). Ia pun berhasil mengumpulkan banyak kuda dan kereta kuda yang didatangkan dari berbagai daerah (ayat 26-29). Padahal Allah telah melarang para raja Israel untuk mengumpulkan emas terlalu banyak dan banyak kereta kuda agar mereka tidak bergantung pada kekuatan dan kekayaannya sendiri. Dalam keadaan diberkati secara luar biasa, Salomo melakukan pelanggaran. Walaupun Allah belum menegur, tidak berarti dosa yang dilakukan Salomo dianggap remeh. Ini lebih menunjukkan bahwa dosa yang dilakukan Salomo belum memberikan efek yang fatal bagi dirinya dan bangsanya. Kehidupan Salomo merupakan contoh realita paradoks yang berbahaya dari kehidupan orang percaya. Di satu sisi tampaknya Salomo menikmati penggenapan janji Allah yang sudah diberikan sejak nenek moyang bangsa Israel, di sisi lain ia telah secara nyata melanggar apa yang Allah larang, walaupun tampaknya tidak begitu kelihatan. Renungkan: Kekudusan dan kemurnian iman seseorang tidak diindikasikan dengan keberhasilan hidupnya, walaupun itu merupakan berkat Allah secara penuh. Tolok ukur kesuksesan yang mutlak adalah firman Tuhan dan bagaimana memegang dan menaati- nya. Adakah realita paradoks kehidupan dalam hidup Anda kini? |