Air<x id="b" /> mataku<x id="c" /> mengalir bagaikan batang air, karena keruntuhan<x id="d" /> puteri bangsaku.

Hal itu terjadi oleh sebab dosa nabi-nabinya<n id="1" /> dan kedurjanaan imam-imamnya<x id="u" /> yang di tengah-tengahnya mencurahkan darah<x id="v" /> orang yang tidak bersalah.

Ah, sungguh pudar emas itu<n id="1" />, emas murni itu berubah; batu-batu suci itu terbuang di pojok tiap jalan.<x id="a" />

Anak-anak Sion<x id="b" /> yang berharga, yang setimbang dengan emas tua, sungguh mereka dianggap belanga-belanga tanah buatan tangan tukang periuk.

Lidah bayi melekat pada langit-langit<x id="d" /> karena haus;<x id="e" /> kanak-kanak meminta roti, tetapi tak seorangpun yang memberi.<x id="f" />

Yang biasa makan yang sedap-sedap mati bulur di jalan-jalan; yang biasa duduk di atas bantal kirmizi<x id="g" /> terbaring di timbunan<x id="h" /> sampah.

Pemimpin-pemimpin lebih bersih dari salju dan lebih putih dari susu, tubuh mereka lebih merah dari pada merjan, seperti batu nilam rupa mereka.

Lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang dari pada mereka yang tewas karena lapar,<x id="l" /> yang merana dan mati sebab tak ada hasil ladang.<x id="m" />

Dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut memasak kanak-kanak<x id="n" /> mereka, untuk makanan mereka tatkala runtuh puteri bangsaku.

TUHAN melepaskan segenap amarah-Nya,<x id="o" /> mencurahkan<x id="p" /> murka-Nya<x id="q" /> yang menyala-nyala, dan menyalakan api<x id="r" /> di Sion, yang memakan dasar-dasarnya.<x id="s" />

Mereka terhuyung-huyung seperti orang buta<x id="w" /> di jalan-jalan, cemar oleh darah,<x id="x" /> sehingga orang tak dapat menyentuh pakaian mereka.

Mereka mengintai langkah-langkah kami, sehingga kami tak dapat berjalan di lapangan-lapangan kami; akhir hidup kami mendekat, hari-hari kami sudah genap,<x id="g" /> ya, akhir hidup kami sudah tiba.

Pengejar-pengejar kami lebih cepat dari pada burung rajawali<x id="h" /> di angkasa mereka memburu kami<x id="i" /> di atas gunung-gunung, menghadang kami di padang gurun.<x id="j" />

Orang yang diurapi<x id="k" /> TUHAN, nafas hidup kami, tertangkap dalam pelubang<x id="l" /> mereka, dia yang kami sangka: "Dalam naungannya<x id="m" /> kami akan hidup di antara bangsa-bangsa."

Ah, betapa terpencilnya<x id="a" /> kota itu<n id="3" />, yang dahulu ramai!<x id="b" /> Laksana seorang jandalah<x id="c" /> ia, yang dahulu agung<x id="d" /> di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan.<x id="e" />

Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis,<x id="f" /> air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya,<x id="g" /> tak ada seorangpun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya,<x id="h" /> mereka menjadi seterunya.<x id="i" />

Yehuda telah ditinggalkan<x id="j" /> penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; ia tinggal di tengah-tengah bangsa-bangsa, namun tidak mendapat ketenteraman;<x id="k" /> siapa saja yang menyerang dapat memasukinya<x id="l" /> pada saat ia terdesak.

Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita,<x id="m" /> karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah<x id="n" /> segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih pedih dara-daranya; dan dia sendiri pilu hatinya.<x id="o" />

Lawan-lawan menguasainya, seteru-seterunya berbahagia. Sungguh, TUHAN membuatnya merana,<x id="p" /> karena banyak pelanggarannya<n id="1" />;<x id="q" /> kanak-kanaknya berjalan di depan lawan<x id="r" /> sebagai tawanan.<x id="s" />

Lenyaplah dari puteri Sion<x id="t" /> segala kemuliaannya; pemimpin-pemimpinnya bagaikan rusa yang tidak menemukan padang rumput; mereka berjalan<x id="u" /> tanpa daya di depan yang mengejarnya.