Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 21 - 40 dari 303 ayat untuk dan tidak AND book:18 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.93) (Ayb 36:5) (jerusalem: Ketahuilah....) Naskah Ibrani sangat sukar dimengerti maksudnya. Ada yang mengusulkan perbaikan sbb: Ketahuilah, Allah tidak menghina (menolak) manusia yang murni hatinya (6) dan Ia tidak membiarkan orang fasik hidup dengan berdaya (hati) penuh.
(0.92) (Ayb 5:23) (ende)

Batu2 diladang merupakan musuh jang paling besar untuk petani di Palestina, oleh sebab tanah tidak dapat dikerdjakan semestinja. Tetapi mereka tidak merugikan orang2 djudjur, sebagaimana djuga margasatwa tidak akan merusakkan kebun2 anggur dan panen diladang. Menurut ahli2 lainnja kata "batu" harus diperbaiki mendjadi "djin" (ladang).

(0.92) (Ayb 7:15) (ende)

Ijob tidak mau membela dirinja dan minta ampun, oleh sebab ia tidak bersalah, walaupun itu mendjadi alasan untuk mati karena siksa Allah.

Biarpun demikian halnja, namun Ijob tidak mau mati djuga (itu = maut kutolak), oleh sebab, menurut anggapan umum, itu membuktikan ia toh bersalah. Karena itu Ijob minta, agar supaja Allah berhenti menjiksa dia, sebab achirnja ia toh akan mati djuga.

(0.92) (Ayb 4:13) (full: KHAYAL MALAM. )

Nas : Ayub 4:13

Tidak dikatakan bahwa mimpi Elifas berasal dari Allah; sebenarnya, mimpi-mimpi itu tidak berasal dari Allah, karena mimpi tersebut melukiskan Dia sebagai tidak mempedulikan umat manusia (ayat Ayub 4:17-21). Membangun teologi berdasarkan mimpi dan penglihatan yang tidak dapat didukung oleh penyataan Allah yang tertulis adalah salah.

(0.92) (Ayb 5:7) (jerusalem: manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya) Dalam naskah Ibrani tertulis: manusia dilahirkan bagi kesusahan. Tetapi ini sebaik-baiknya diperbaiki (hanya huruf hidup perlu dirubah)
(0.92) (Ayb 21:16) (ende)

Kaum pendjahat mengira mereka sendirilah jang menghasilkan kebahagiaannja. Tetapi Ijob tahu, bahwa tidak demikian halnja. Semuanja datang dari penjelenggaraan Allah. Dan djustru itulah jang mendjadi soal untuk Ijob.

(0.92) (Ayb 22:13) (ende)

Ijob tidak pernah mengatakan ini, tetapi Elifaz disini malahan mulai memfitnahkan untuk mempertahankan anggapannja dan keadilan Allah sebagaimana itu lazimnja dipikirkan.

(0.92) (Ayb 12:17) (endetn: membuat bodohlah ... dst.)

Satu kata ditinggalkan dan jang lain diperbaiki menurut terdjemahan Junani. Tertulis: "menjuruh penasihat2 berdjalan dengan tidak berkasut" (lih. aj. Ayu 13:19).

(0.92) (Ayb 13:15) (jerusalem: membela peri lakuku) Ayub tidak ingin mendapat kembali kesejahteraannya semula, tetapi ia ingin membela kehormatannya di depan manusia dan terutama di hadapan Allah.
(0.92) (Ayb 9:28) (jerusalem: aku tahu...) Elifas dan Bildad mengajak Ayub agar pasrah saja kepada Allah dan patuh, Ayu 5:17; 8:5-6. Tetapi Ayub insaf bahwa sikap yang tidak benar dan jujur semacam itu tidak merubah apa-apa entah keadaan Ayub sendiri entah sikap Allah terhadapnya: semuanya tetap sama-sama saja.
(0.92) (Ayb 31:33) (jerusalem: Jikalau aku menutupi...) Ayu 31:33-34 tidak mengenai suatu kesalahan dan dosa tertentu dan khusus, tetapi suatu sikap dan kelakuan yang begitu rupa sehingga orang lain dapat mengambil kesimpulan bahwa ada dosa yang ingin disembunyikan. Ayub tidak pernah perlu menyembunyikan apa-apa terhadap manusia. Ia siap sedia bahkan menghadap Allah Ayu 31:35-37.
(0.92) (Ayb 42:5) (jerusalem: mataku sendiri memandang Engkau) Yang dimaksudkan bukannya bahwa Ayub benar-benar melihat Allah, bdk Kel 33:20+. Yang dimaksud ialah suatu pemahaman baru terhadap Allah. Ayub dahulu hanya mempunyai pandangan terhadap Allah sebagaimana yang diterimanya dari tradisi. Tetapi berkat pengalamannya serta keterangan Allah ia sekarang merasakan rahasia Tuhan, lalu menyerah dan tunduk kepada kemahakuasaanNya. Soal-soal Ayub mengenai keadilan Allah memang tidak terjawab dan tidak dipecahkan. Tetapi Ayub sadar sekarang bahwa Allah tidak perlu memberikan pertanggungjawab. Hikmat Tuhan dapat memberikan makna yang tidak tersangka kepada kenyataan, a.l. kepada penderitaan dan kematian.
(0.92) (Ayb 13:1) (sh: Ketika tidak ada yang membela (Rabu, 8 Desember 2004))
Ketika tidak ada yang membela

Pernahkah Anda merasa sendirian menghadapi masalah? Teman dan kerabat tidak bersimpati karena mereka menganggap Anda sendiri penyebab masalah itu. Bahkan Anda merasa Tuhan pun sepertinya tidak peduli.

Kekecewaan dan kemarahan terasa oleh kita dalam ucapan Ayub terhadap para sahabatnya. Ayub menuduh mereka sebagai tabib-tabib palsu yang tidak menolong kesakitan Ayub, sebab tuduhan-tuduhan mereka adalah dusta (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">4). Sebaiknya mereka tutup mulut saja (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">5). Ayub merasa bahwa teman-temannya telah mencatut nama Allah untuk meneguhkan pandangan mereka akan keberdosaan dirinya (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">7-8). Oleh sebab itu, ia balik mengingatkan para temannya itu bahwa Allah tidak bisa ditipu. Mereka sendiri akan diminta pertanggungjawaban oleh Tuhan atas tuduhan yang tak mendasar itu (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">9-11). Sesudah menegur keras sahabat-sahabatnya, Ayub menantang mereka untuk berhenti berbicara, lalu mendengarkan pembelaan yang akan Ayub buat sendiri di hadapan Allah (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">12-18).

Nada bicara Ayub terhadap Allah bercampur antara marah, pengakuan iman, permohonan, kepahitan. Di satu pihak Ayub yakin bahwa dirinya benar (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">22-23). Di lain pihak Ayub menganggap Allah telah memperlakukannya secara tidak adil (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">24,26), terlalu keras (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">25), tidak sesuai dengan daya tahan manusia yang sangat terbatas (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">27). Tidak ada hal lain yang diharapkannya selain keadilan Allah. Allah yang melihat kehidupan Ayub yang tidak bersalah pastilah akan menyelamatkannya. Itulah iman dan keterbukaan Ayub di hadapan-Nya. Ia meminta Allah menyatakan kesalahannya dan tidak hanya berdiam diri (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">24-25).

Mari kita belajar dari Ayub. Ketika teman tidak peduli bahkan menyerang kita, bahkan Allah pun sepertinya bungkam, kita harus terus mencari wajah-Nya. Meski ada pertanyaan pelik dan kebingungan, Ayub tidak menjauhi Allah. Ia menujukan pertanyaan dan permohonannya kepada Sang Pembela sejati.

Renungkan: Manusia bisa salah mengerti kita. Allah sempurna mengenal kita. Dialah pembela sejati kita.

(0.91) (Ayb 3:15) (ende)

Penguasa2 disini adalah penguasa2 jang sudah mati dan karena itu sama sadja dengan semua orang mati, kendati kekuasaannja dan kekajaannja didunia ini. Orang2 mati dalam pratala dianggap sebagai bajang2 jang tidak bergerak atau mengalami barang sesuatu atau dapat berbuat sesuatu. Mereka ada, tetapi tidak hidup benar2 (aj. Ayu 17-19).

(0.91) (Ayb 24:1) (sh: Benarkah Allah tidak peduli? (Minggu, 19 Desember 2004))
Benarkah Allah tidak peduli?

Maraknya berita kejahatan yang disuguhkan oleh media cetak dan elektronik menimbulkan pertanyaan teologis di benak kita. "Di mana Allah?" atau "Mengapa Allah tidak bertindak atas berbagai kesengsaran yang menimpa orang tidak bersalah?" atau "Mengapa Allah diam saja dan tidak menghukum pelaku kejahatan?"

Pertanyaan yang sama pun muncul ketika Ayub menyaksikan berbagai kejahatan terjadi di dunia sekitarnya (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">2-16). Ayub bertanya-tanya bahkan mengeluh mengapa Allah tidak berbuat apa-apa? Ayub bingung karena Allah terlihat seolah membiarkan ketidakadilan (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">1, 17). Lalu, keresahan Ayub ini digantikan oleh kesadaran bahwa setiap orang yang melakukan kejahatan pasti akan berhadapan dan tunduk pada hukum maut (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">18-20). Ayub yakin bahwa Allah pasti bertindak menurut waktu dan rencana-Nya bagi manusia (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">23).

Sebenarnya Allah bukan tidak peduli terhadap kesengsaraan yang manusia derita. Dia bukan Allah yang tidak menindak para pelaku kejahatan. Bukan pula Allah yang berpihak pada ketidakadilan. Sesungguhnya, Allah justru menangis melihat manusia menderita. Ia peduli dan telah bertindak melalui Yesus, anak-Nya. Hari ini kita memasuki Minggu Adven ke-4. Suatu masa di mana kita mengingat kembali kedatangan Allah dalam diri Yesus Kristus yang akan memberikan kekuatan dan penghiburan kepada setiap orang yang mengalami penderitaan.

Camkanlah: Hanya manusia yang bersekutu dengan Allah saja, yang mampu meyakini bahwa Ia tetap berpihak pada keadilan dan akan bertindak menumpas kejahatan!

(0.91) (Ayb 32:1) (jerusalem: Maka ketiga orang...) tiba-tiba (dalam bab 32-37) muncul seorang tokoh baru, Elihu, yang dalam pembicaraan Ayub dengan ketiga sahabatnya sekali-kali tidak tersinggung dan dalam bagian penutup kitab, bab 38-42, tokoh ini juga tidak berperan lagi. Dalam jalan pikirannya, peristilahan dan gaya bahasanya tokoh ini menyilang pembicaraan-pembicaraan lain yang tampil dalam kitab Ayub. Ada bagian dalam uraiannya yang mendahulukan apa yang nanti dikatakan Tuhan. Nampaknya pidato-pidato Elihu ini diselipkan ke dalam kitab Ayub setelah selesai dikarang: penulisnya lain dari penulis Ayub
(0.91) (Ayb 14:13) (ende)

Disini tiada diadjarkan orang akan bangkit lagi. Tetapi Ijob mau mengungsi ketempat dimana Allah tiada. Nah, Allah ada disurga dan diatas bumi, dan Ijob mengira dipratala Ia tidak berada.

(0.91) (Ayb 39:13) (jerusalem) Bagian mengenai burung unta ini tidak terdapat dalam terjemahan Yunani dan oleh sementara ahli Kitab dianggap sebuah sisipan.
(0.91) (Ayb 1:1) (sh: Apabila hidup berintegritas (Selasa, 23 November 2004))
Apabila hidup berintegritas

Bagaimana kesan Anda membaca pengantar kisah Ayub ini? Hampir-hampir tidak percaya bukan? Sepertinya tidak pernah kita jumpai orang yang dalam segala segi kehidupannya, baik bisnis, keluarga, sosial, maupun rohani seperti Ayub. Yang sering kita jumpai atau alami ialah bila seseorang sangat rohani, biasanya ia tidak begitu berhasil dalam bisnis. Atau, orang yang berhasil dalam bisnis dan pergaulan luas, sering berkompromi dengan nilai-nilai moral-spiritualnya.

Apa yang langka di dunia ini, ternyata ada di dalam diri Ayub yang berintegritas. Tentang integritas dirinya itu, empat kata digunakan oleh penutur kisah ini: saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">1). Karena sikapnya di hadapan Allah (spiritualitas) dan terhadap sesama (segi-segi hidup dalam dunia ini) saling menunjang, maka terciptalah suatu kepribadian yang berintegritas. Saleh berpasangan dengan takut akan Allah, adalah prinsip yang membuatnya jujur serta menjauhi kejahatan. Kesalehan adalah akibat dari orang takut akan Allah; integritas moral adalah akibat dari orang memiliki integritas spiritual.

Kesalehan atau takut akan Allah menjadi penyebab dari keberhasilan Ayub dalam berbisnis, bergaul, dan berkeluarga. Jumlah harta yang ia miliki (ayat dan+tidak+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">2, 3) sekaligus menggambarkan kelimpahan tetapi juga batasan. Sebanyak-banyaknya milik itu tetap tidak infinit, tidak kekal, bukan sesuatu yang tidak terbatas. Memang, alangkah banyaknya harta milik Ayub itu, demikian juga betapa diberkatinya Ayub dalam hal keturunan. Integritas moral-spiritualnya tidak hanya sesuatu yang membuatnya diberkati sebesar itu, tetapi sekaligus membatasi sehingga tidak bisa dan tidak boleh lebih lagi dari sekian itu. Karena jujur tentu ia tidak bisa mendapatkan hasil lebih banyak daripada yang bisa ia dapat seandainya ia tidak jujur. Penundukan dirinya kepada Allah adalah rahasia kecukupan dan kelimpahan hidup Ayub. Ia bukan tuhan tetapi hamba yang mengelola semua karunia Allah dengan penuh integritas. Itulah hidup yang penuh berkat.

Ingat: Sukses yang didapat sebagai buah integritas moral-spiritual akan memberi kesan bahwa hidup berarti dan penuh.

(0.91) (Ayb 1:11) (full: IA PASTI MENGUTUKI ENGKAU. )

Nas : Ayub 1:11

Dalam ayat Ayub 1:6-12 pertanyaan-pertanyaan utama kitab ini dikemukakan. Mungkinkah umat Allah mengasihi dan melayani Dia karena Dia adalah Allah dan bukan karena semua berkat-Nya? Dapatkah orang benar mempertahankan iman dan kasih mereka kepada Allah di tengah-tengah musibah yang tidak dapat dijelaskan dan penderitaan yang tidak semestinya mereka alami?



TIP #18: Centang "Hanya dalam TB" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab hanya dalam versi TB [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA