Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 321 - 340 dari 2583 ayat untuk tentang diri-Nya (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.22) (Yes 52:13) (sh: Hamba yang menderita (Minggu, 14 Maret 1999))
Hamba yang menderita

Hamba yang menderita. Di jaman dulu maupun sekarang ini, tidak umum bila seseorang yang benar secara hukum membiarkan dirinya disiksa tanpa membuka mulut untuk pembelaan. Namun nabi Yesaya memaparkan kepada kita bahwa ada seseorang yang disebutnya Hamba yang menderita yang sanggup melakukan itu. Hamba itu diremukkan, dihina, diejek, diperlakukan sewenang-wenang. Tidak hanya itu, bahkan dalam kematiannya, dia dimasukkan dalam kalangan pemberontak (53:12). Bagi seorang manusia biasa penderitaan dan kesengsaraan yang dialaminya justru selalu diusahakan untuk dihindari (53:3). Yesaya memaparkan makna yang terkandung di balik penderitaan hamba itu. Dikatakan Yesaya bahwa semua itu adalah bagian dari kehendak dan rencana agung Allah demi korban penebusan salah bagi manusia (53:10).

Kristus Sebagai Penggenap. Nubuat hamba Tuhan yang menderita ini digenapi dalam diri Yesus Kristus. Sama sekali tak terlihat usaha pembelaan diri-Nya. Namun justru di sinilah letak rahasia keagungan kasih Allah. Dengan mempertaruhkan Putra-Nya, Sang Bapa merencanakan penyelamatan kita. Bagi kita, penyelamatan itu memang tanpa pembayaran apapun, tetapi dari sudut Allah, penyelamatan itu menuntut pengorbanan Yesus, Anak Tunggal Bapa. Benarkah sudah kita sadari bahwa Dialah Juruselamat kita pribadi? Coba kita baca ulang dan resapi kalimat yang tertulis pada ayat 5. Gantilah setiap kata "aku" dengan kata "kita". Kesan apa yang kita terima? Kasih yang tak ternilai. Menyadari kasih pengorbanan Yesus Kristus membuat kita mampu mengasihi siapa saja, tanpa harus memandang asal, keturunan, dlsb. Dan kita pun menjadi anak-anak Bapa yang mengenal damai dan bersedia membawa damai.

Doa: Ya Bapa yang kudus, sesungguhnya pengorbanan Putra-Mu yang Tunggal adalah anugerah terbesar yang kami terima dalam hidup ini. Ajar kami selalu bersyukur atas hal itu dan hidup sesuai dengan pembenaran-Mu itu. Amin.

(0.22) (Yes 65:1) (sh: Wartakan anugerah-Nya (Jumat, 2 September 2005))
Wartakan anugerah-Nya

Wartakan anugerah-Nya "Percuma menjadi orang Kristen, orang yang bukan Kristen justru lebih bermoral," demikian sering kita dengar komentar orang yang menolak ketika diajak untuk percaya kepada Yesus. Komentar manusia itu bisa saja salah, tetapi bagaimana jika komentar senada datang dari Allah?

Bagi Allah, Israel jauh lebih bobrok dan jahat dibanding dengan mereka yang tidak mengenal Allah. Itulah alasan Allah menyatakan diri kepada bangsa-bangsa kafir (ayat 1,2). Israel bukan saja menjauhi Allah dan memesrai berbagai dewa dewi kekejian, bahkan mereka memutarbalikkan moralitas (ayat 4,5). Allah tidak membiarkan kekudusan-Nya dihina oleh umat-Nya. Pedang Allah dihunus untuk membantai mereka yang dalam tindakannya membuktikan kepalsuan mereka (ayat 12). Tindakan kejam Allah ini adalah kebaikan Allah untuk memurnikan dan mengobarkan kerinduan mereka yang sungguh-sungguh melayani Allah (ayat 8-11).

Israel yang menolak dipakai menjadi saksi-Nya akan menuai hukuman. Allah akan menyatakan siapa Diri-Nya di hadapan segala bangsa (ayat 6-7). Kesusahan dahsyat akan dialami orang yang menolak menyembah-Nya, tetapi kebaikan-Nya akan diterima orang yang takut akan Dia (ayat 13-15). Perbuatan Allah itu bermakna ganda, yakni supaya umat-Nya menyak-sikan keperkasaan-Nya dan supaya bangsa-bangsa mengakui kuasa-Nya (ayat 8-12). Kelak, semua orang akan mengakui bahwa Allah Israel adalah Allah sejati. Nama-Nya akan diingat dan disebut orang yang mencari Allah sejati (ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">16).

Orang Kristen harus berbeda dari orang yang belum mengenal Yesus! Beda bukan karena orang Kristen lebih baik atau diistimewakan Tuhan, tetapi karena karya penyelamatan Yesus. Orang Kristen memiliki Tuhan yang diabdinya sepenuh hati. Dia adalah pusat hidupnya. Dia hadir menguduskan dan memperbarui terus hidup kita. Roh Allah terus-menerus membuat perbedaan bahkan antara Kristen yang sungguh taat kepada-Nya dari yang hanya namanya saja Kristen.

Renungkan: Jika Ia Tuhanku, hamba siapakah aku?

(0.22) (Yeh 24:1) (sh: Catat tanggal pelaksanaannya (Rabu, 12 September 2001))
Catat tanggal pelaksanaannya

Catat tanggal pelaksanaannya. Nabi Yehezkiel menerima berita ini pada hari yang sama dengan permulaan pengepungan Yerusalem oleh pasukan Babel. Serbuan ini berlangsung sekitar dua tahun dan mengakibatkan kebinasaan seluruh Yerusalem. Yerusalem akan menjadi seperti sebuah kuali dan penduduknya akan seperti potongan daging dan tulang pilihan. Daging dan tulang akan dimakan pasukan Babel, setelah isi kuali itu habis, kuali itu akan dimurnikan selanjutnya dengan api hukuman hingga tembaganya menjadi merah, kotorannya hancur, dan karatnya hilang (ayat 11). Karena Yerusalem menolak Allah membersihkannya dari segala kecemarannya, maka ia harus berhadapan dengan murka Allah yang hebat. Gambaran Allah yang jelas ini seharusnya membuat Kristen sadar bahwa sepanjang masa Allah tidak pernah berkompromi dengan dosa.

Allah berkali-kali mencurahkan isi hati-Nya dengan metafora sebagai Pengusaha pokok anggur yang bertindak menggunting daun-daun pohon anggur apabila tidak menghasilkan buah (Yoh. 15). Atau apabila menghasilkan buah yang asam akan ada tindakan yang terburuk, yakni mencabut pohon tersebut dan membuangnya. Terhadap pribadi-pribadi yang memiliki perasaan seperti Pencipta kita, Allah sering melukiskan diri-Nya sebagai Bapa yang rindu melihat anak-anak-Nya yang terhanyut di dalam lumpur dosa, mau menyambut uluran tangan- Nya yang menyelamatkan. Namun seringkali tanggapan kita begitu bertolakbelakang dari yang diharapkan Tuhan. Kita sering cepat- cepat menggerakkan kaki kita untuk melarikan diri dari pertolongan-Nya hingga hasilnya bukanlah pertobatan melainkan menolak Allah dengan tangan kita yang "kecil". Hal ini sungguh membuat hati Allah pedih. Namun ada saatnya Allah mengumumkan ketegasan-Nya menindak kita seperti Ia menindak Israel. Bila waktu itu sudah tiba, tidak ada seorang pun yang dapat meluputkan diri.

Renungkan: Hanya oleh hukuman Allah yang adil dunia kita dapat dibersihkan dari dosa (Why. 5-22). Tanggal penghakiman sudah ditentukan. Selagi pintu kesempatan masih terbuka, kita dapat mengoreksi dan menyesali segala ketidaktaatan kita, kemudian hidup dalam kebenaran dan kekudusan. Mengejar kekudusan hidup adalah pekerjaan sepanjang hayat kita di muka bumi ini.

(0.22) (Yeh 36:22) (sh: Dilarang Ge-eR (Rabu, 14 November 2001))
Dilarang Ge-eR

Dilarang Ge-eR. Merasa layak menerima sesuatu kadang diperlukan. Orang minder tak pernah merasa berhak mendapatkan apa-apa -- ini tidak sehat. Sayangnya, ada pula orang yang terlalu merasa diri layak. Siapa yang suka mengajak makan orang yang selalu merasa dirinya harus ditraktir?

Bagian kedua pasal tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">36 ini memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai motivasi Allah untuk kembali memberikan pengharapan kepada bangsa Israel: bukan karena Israel pada dirinya sendiri layak mendapatkan pemulihan, tidak pula karena Israel telah berbuat baik, tetapi semata-mata karena Allah ingin menguduskan nama-Nya kembali.

Ketika bangsa Israel dihukum, maka Allah dianggap tidak menepati perjanjian-Nya dengan Daud. Sikap ingkar janji bertentangan dengan kekudusan Allah karena di dalam kekudusan hanya ada kesempurnaan, kebaikan, dan kesetiaan. Ini menjelaskan mengapa cemoohan bangsa-bangsa kafir merupakan pencemaran nama Allah yang kudus.

Kini Allah ingin menunjukkan bahwa diri-Nya tetap kudus. Ia menghukum bangsa Israel dan seakan-akan mengingkari janji- Nya, justru karena Ia kudus. Namun demikian, Ia tidak mungkin diam ketika bangsa-bangsa lain salah menafsirkan hukuman Allah sebagai tanda ketidaksempurnaan-Nya. Ia kembali menyelamatkan Israel dengan kekuasaan-Nya. Nama Yahweh harus ditinggikan oleh segala bangsa!

Keselamatan yang diberikan kepada bangsa Israel menyeluruh sifatnya: bukan hanya secara fisik dengan pemulihan ekonomi, sosial, politis, budaya, tetapi juga pemulihan hati atau religi (ayat 25-27). Tanpa pemulihan dari dalam, pemulihan dari luar akan segera sirna kembali. Ini berarti ketaatan dan kemampuan menuruti kehendak Allah pun merupakan suatu anugerah. Bangsa Israel harus merasa malu akan dosa mereka dan bersyukur pada Tuhan yang tidak pernah melalaikan perjanjian-Nya.

Renungkan: Kehidupan orang percaya berasal dari anugerah dan ditopang sepenuhnya oleh anugerah. Ketika kita mulai merasa mampu mengasihi Dia dengan kekuatan kita sendiri, bukalah Roma 11:36!

(0.22) (Yeh 38:1) (sh: Pemulihan tak bebas hambatan (Sabtu, 17 November 2001))
Pemulihan tak bebas hambatan

Pemulihan tak bebas hambatan. Ketika Tuhan melakukan pemulihan bagi umat-Nya, segala sesuatunya tidak selalu akan berjalan lancar. Adakalanya Tuhan mengirimkan angin badai dan awan gelap ke atas kita. Dalam situasi seperti ini, mungkin kita merasakan bahwa kehadiran angin badai dan awan gelap ini akan memporak- porandakan pemulihan yang kita alami. Namun, di balik semuanya itu, kita perlu menyadari bahwa tujuan dari krisis itu adalah untuk menyatukan pengenalan kita akan kebesaran Tuhan yang melakukan pemulihan.

Proses pemulihan seperti inilah yang dinubuatkan Yehezkiel bagi Israel (ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">9, 16). Yehezkiel bernubuat bahwa Tuhan akan menggerakkan Gog beserta tentaranya yang perkasa, untuk menjadi angin badai dan awan gelap bagi Israel yang sedang menikmati keadaan yang aman tenteram (ayat 4-9). Gog dengan segala kekuatannya yang besar dan niat jahatnya akan menyerang Israel yang sedang membangun kembali tembok- temboknya yang telah roboh (ayat 10-13).

Mungkin semuanya ini merupakan tindakan Tuhan yang mengherankan, meskipun bukanlah tindakan Tuhan yang memporak-porandakan. Melalui datangnya krisis pada saat pemulihan, Tuhan memproklamasikan dan mendemonstrasikan Diri-Nya sebagai jaminan yang teguh. Guncangan yang dikirimkan-Nya mengajar umat-Nya bahwa Dialah yang berkuasa dan memegang kendali atas bangsa-bangsa (ayat 14-16). Dialah Tuhan yang menggenggam sejarah umat manusia. Dia sedemikian besar, sehingga tidak ada suatu kuasa pun yang dapat menggagalkan pemulihan-Nya. Dia sedemikian kudus sehingga tidak membiarkan pemulihan-Nya bagi umat-Nya dipermainkan (ayat 17-23).

Renungkan: Kita perlu menyadari bahwa proses pemulihan yang Tuhan kerjakan bagi kita tidak terlepas dari berbagai tantangan. Tetapi, kita juga perlu mempercayai bahwa Dia yang melakukannya adalah jaminan yang teguh. Apakah Anda sedang mengalami proses pemulihan dari dampak-dampak dosa yang merusakkan hidup dan relasi Anda? Ingatlah bahwa ujian dan pencobaan yang mengiringi langkah-langkah pemulihan itu merupakan sarana yang Tuhan berikan bagi kita untuk semakin mengenal dan bersandar pada-Nya.

(0.22) (Hos 4:1) (sh: Ibarat pasir hanyut dalam arus air (Sabtu, 6 November 2004))
Ibarat pasir hanyut dalam arus air

Ibarat pasir hanyut dalam arus air. Dosa yang tidak dibereskan akan menenggelamkan kita. Setiap orang yang berdosa harus mempertanggungjawabkan perbuatan dosanya di hadapan Allah.

Israel adalah umat yang dikasihi Allah. Bangsa yang memiliki ikatan perjanjian dengan-Nya. Namun, Israel berlaku seolah-olah tidak mengenal hukum Allah dan tidak memiliki ikatan perjanjian apa pun dengan diri-Nya (ayat 1). Itu sebabnya, Allah menggugat (Ibr.: rib) Israel. Akibat dari tidak mau menjalankan ketetapan Allah Israel jatuh ke dalam dosa amoral (ayat 2). Hukum Taurat bagi Israel tidak ada artinya dan tidak berfungsi sama sekali untuk mengatur hidup mereka. Para pemimpin agama, yang seharusnya menjadi panutan moral justru adalah pelaku-pelaku kejahatan yang melanggar norma kebenaran. Mereka menggunakan nama dan kepentingan agama sebagai kedok untuk menipu dan memeras rakyat dengan tujuan memperkaya diri (ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">4, 7-8). Selain dosa pelanggaran moral, Israel juga berdosa menyembah ilah-ilah (ayat 12-13). Seakan belum cukup, dalam menjalankan praktek penyembahan berhala itu, Israel juga menajiskan diri dengan melakukan pelacuran bakti (ayat 13-14). Semua perbuatan dosa Israel ini ialah perzinaan rohani. Penyangkalan terhadap Allah selalu bergandengan dengan pelanggaran terhadap norma sosial dan susila.

Apa yang terjadi pada bangsa Israel waktu itu, kini sedang menimpa masyarakat Indonesia. Perbuatan amoral yang menjurus pada perilaku seksual yang salah, percintaan sesama jenis kelamin, percabulan terhadap anak-anak, dan perselingkuhan banyak terjadi. Meremehkan hukum Allah, selalu berjalan seiring dengan kegiatan agamawi yang dilakukan secara lahiriahnya saja. Akibatnya, kekerasan dan kemunafikan tetap merajalela. Pada akhirnya, keadaan inilah yang justru menghancurkan bangsa kita. Ikatkan diri Anda kepada Tuhan. Jangan menjadi sama dengan dunia ini. Jangan menjadi pasir yang hanyut.

Tugas kita: Mari, ingatkan anak Tuhan di sekitar kita untuk tidak ikut arus dosa pelanggaran moral. Jauhi sikap munafik. Nyatakan identitas kekristenan kita melalui perbuatan bukan dalam bentuk simbolis keagamaan saja.

(0.22) (Yl 2:18) (sh: Anugerah karena pertobatan (Sabtu, 20 November 2004))
Anugerah karena pertobatan

Anugerah karena pertobatan. Kedaulatan, kasih, dan keadilan Allah tidak pernah bertentangan dalam diri-Nya, ketiganya berjalan seiring dan indah pada waktunya.

Hal ini terbukti dari berkat yang diberikan Allah kepada Israel atas pertobatan sungguh-sungguh yang mereka lakukan, seperti dalam bacaan hari ini. Tuhan berdaulat menghukum dan Ia berdaulat pula memberi anugerah. Karena perjanjian kasih setia-Nya yang kekal, maka umat yang bertobat tidak mendapat penghukuman. Allah mau mendengar doa dan permohonan yang dinaikkan umat-Nya (ayat 18), bahkan Ia pun menambahkan pemulihan bagi keadaan umat-Nya (ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">19). Apabila pemulihan Allah terjadi maka musuh umat-Nya pun menjadi musuh Allah juga, sehingga lawan umat Allah akan disingkirkan (ayat 20).

Selain pemulihan diri umat-Nya, kehidupan alam sekitar juga diberkati sehingga hujan diturunkan pada waktunya dan tanaman bertumbuh subur. Itulah Allah kita. Pemulihan-Nya adalah anugerah menyeluruh yang meliputi pemulihan manusia, hewan, dan tumbuhan. Sukacita dan kegembiraan timbul karena Allah semata-mata (ayat 21-23). Bahkan semua kerugian yang pernah dialami umat-Nya selama masa bencana diperbarui. Akibatnya umat Allah kembali mengalami kemakmuran dan kembali terdengar sorak-sorai memuliakan Tuhan (ayat 24-26). Sungguh, tidak ada nama lain sedahsyat Allah Israel (ayat 27).

Pemahaman umat Kristen masa kini banyak dipengaruhi oleh pandangan berkat dan kutuk, yaitu berkat pasti tercurah bila setia ikut Allah dan kutuk menimpa apabila berpaling dari-Nya. Sesungguhnya, pemahaman seperti ini `membatasi' kedaulatan Allah dalam membuktikan cinta kasih-Nya. Padahal, kedaulatan Allah sewaktu menjalankan rencana-Nya bagi umat-Nya tidak pernah dihalangi oleh kesalahan sikap manusia maupun dibatasi oleh tindakan manusia yang tidak setia.

Bagaimana dengan kita? Apakah ingin mengalami anugerah pemulihan Allah? Inilah saatnya kita mengambil keputusan!

Renungkan: Penghukuman -- pengampunan -- pemulihan, itulah kasih Allah.

(0.22) (Am 6:1) (sh: Jaminan semu (Selasa, 22 Juli 2003))
Jaminan semu

Jaminan semu. Teguran Allah mengaum lebih keras dan kini ditujukan kepada para pemimpin umat. Mereka biasa dikenal sebagai yang terkemuka dan utama (ayat 1) dan yang beroleh kesempatan istimewa menikmati hal-hal terbaik (harfiah: utama) dalam hidup (ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">6; bdk. ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">4-5). Di tengah-tengah krisis bangsa seharusnya para pemimpin yang pertama prihatin, tetapi justru mereka larut dalam kehidupan gemerlap dan menganggap kekelaman dari Allah itu jauh dari mereka (ayat 3,6). Mata mereka telah dibutakan oleh kekayaan hasil rampasan dan penindasan terhadap yang lemah. Bahkan mereka masih terus menyelenggarakan pemerintahan dengan tangan besi dan memutarbalikkan keadilan (ayat 3,12). Untuk semua yang mereka lakukan, Tuhan bersumpah demi diri-Nya untuk menghukum (ayat 8) juga memusnahkan bangsa itu (ayat 9). Allah akan membangkitan suatu bangsa untuk menindas mereka (ayat 14).

Tindakan penghukuman Allah untuk bangsa Israel menjadi peringatan keras bagi kita, orang percaya masa kini. Sering kita merasa kuat dan mampu melakukan segala sesuatu tanpa Allah. Bahkan sering pula kita menutup mata terhadap berbagai krisis atau bencana yang terjadi di sekitar kita, karena kita tidak tanggap membaca tanda- tanda zaman. Kita sering bersyukur karena tidak mengalami bencana, tetapi bersikap masa bodoh terhadap orang lain yang mengalami bencana. Sikap-sikap seperti ini tidaklah patut dilakukan oleh umat Allah.

Berbagai bencana atau peristiwa pasti mempunyai hikmat tersendiri yang dapat memberi petunjuk atau tuntutan bagi langkah hidup kita. Walaupun kita memiliki kuasa dan kekuatan, harta dan kekayaan, kita tidak boleh menggantungkan hidup kita pada hal-hal itu. Karena hal-hal itu bukan allah tetapi pemberian Allah untuk diabdikan kepada Allah dan sesama.

Renungkan: Harta dan kedudukan tidak lebih adalah alat-alat agar kita mengabdi Allah dan menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama.

(0.22) (Mat 10:34) (sh: Paradoks mengikut Yesus (Jumat, 25 Januari 2013))
Paradoks mengikut Yesus

Judul: Paradoks mengikut Yesus
Injil adalah pedang yang bemata dua. Di satu sisi, pemberitaannya memberi dampak pertobatan dan hidup baru bagi yang merespons dengan positif. Di sisi lain penolakan terhadap Injil menghasilkan permusuhan dan kebinasaan. Perikop hari ini menyambung perikop sebelumnya tentang peringatan Yesus mengenai tantangan yang dihadapi dalam menunaikan tugas pemberitaan Injil.

Ketajaman berita Injil bagaikan pedang, mengoyak-ngoyak keluarga oleh karena tuntutannya. Tuntutan Injil adalah percaya Yesus dan menjadikan-Nya utama. Berarti ikatan keluarga, suami-istri, orangtua-anak, kakak-adik, dst. tidak boleh menghalangi ikatan keluarga kerajaan surga. Pemisahan, perpecahan dan permusuhan akan terjadi di tengah keluarga karena iman kepada Tuhan Yesus (34-36). Yesus dan bukan keluarga harus menjadi yang utama bagi para pengikut-Nya (37).

Perikop ini juga berbicara mengenai kesungguhan seseorang mengikut Yesus. Seorang pengikut Yesus juga harus siap memikul salib (38). Memikul salib artinya siap menyerahkan nyawa agar berita Injil digemakan di seluruh dunia. Kesiapan menyerahkan nyawa merupakan bukti bahwa nyawanya sudah menjadi milik Tuhan, bukan milik sendiri (39).

Pedang Injil tidak selalu mengoyak dan memisahkan keluarga. Banyak orang bahkan keluarga yang merespons Injil dengan keterbukaan (bnd. Kis. 16:31-33). Duta Injil adalah utusan Yesus. Menerimanya sama dengan menerima Yesus. Memberikan dukungan sekecil apa pun (42) sama dengan mempersembahkannya kepada Yesus.

Seorang duta Injil adalah orang kepercayaan Tuhan. Hidupnya milik Yesus. Maka tuntutan Tuhan agar duta Injil memikul salib tidak berlebihan. Memprioritaskan Yesus dari semua ikatan lain di dunia ini memang tidak mudah. Namun, ingatlah bahwa kasih Kristus melampaui kekerasan kepala dan hati orang berdosa. Kalau Anda sedang bergumul dengan anggota keluarga yang belum mau percaya, berdoalah kepada Tuhan Yesus. Minta belas kasih-Nya agar seisi keluarga Anda diselamatkan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/01/25/

(0.22) (Mat 11:16) (sh: Mengenal Allah adalah anugerah (Kamis, 27 Januari 2005))
Mengenal Allah adalah anugerah

Mengenal Allah adalah anugerah. Apakah inti penyataan Yesus yang sulit diterima orang pada zamannya? Mengapa Khorazim, Betsaida, Kapernaum, dan orang banyak menolak-Nya padahal mereka melihat banyak mukjizat Allah? Orang banyak diumpamakan Yesus seperti anak yang sedang bermain pesta pernikahan dan kematian (ayat 16-17). Tidak ada keseriusan sikap terhadap Yesus. Padahal menurut ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">25-27 relasi Yesus dan Allah Bapa begitu unik dan tidak terpisahkan.

Pertama, orang bijak dan orang pandai tidak dapat mengenal Allah (ayat 25). Pengenalan Allah bukan soal intelektual atau kesalehan manusia. Pengenalan akan Allah adalah soal kedaulatan Allah. Tidak seorang pun dapat mengendalikan Allah. Menurut kehendak-Nya sendiri Allah menyingkapkan atau menyembunyikan diri-Nya. Meski demikian Yesus mengenal Allah secara sempurna.

Kedua, manusia hanya dapat mengenal Allah melalui Yesus. Jika ingin mengenal Allah datanglah kepada Yesus. Hanya Yesus yang dapat mengenalkan siapa Allah karena Allah melimpahkan otoritas penuh rencana penyelamatan kepada-Nya (ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">27a). Selain itu, memang hubungan Yesus dan Allah sangat intim. Di dalam hubungan Anak-Bapa itu terdapat pengenalan yang sempurna. Jadi, mengenal Yesus berarti mengenal Allah. Sama seperti mengenal Allah adalah anugerah, demikian juga dengan mengenal Yesus.

Atas klaim itulah Yesus dapat mengundang manusia untuk datang kepada-Nya. Yesus tidak menyuruh manusia datang kepada Allah, tetapi datang kepada-Nya. Yesus tidak berkata `pergilah kepada Allah', melainkan `marilah kepada-Ku'. Dalam pemahaman demikian undangan Yesus tersebut menjadi semakin jelas maknanya. Inilah panggilan anugerah. Setiap orang yang memenuhi panggilan itu akan masuk ke dalam pengenalan yang intim dan mendalam, seintim dan semendalam hubungan Anak dan Bapa.

Doa: Oh Tuhan, tolonglah aku untuk hidup makin dekat dengan Yesus agar aku makin mengenal-Mu.

(0.22) (Mat 14:22) (sh: Kebutuhan untuk berdoa (Senin, 7 Februari 2005))
Kebutuhan untuk berdoa

Kebutuhan untuk berdoa. Yesus mengambil waktu untuk berdoa secara pribadi kepada Allah. Yesus naik ke atas bukit seorang diri (ayat 23). Jika Yesus merasa doa merupakan bagian penting dalam pelayanan-Nya, siapakah kita sehingga masih memandang remeh doa?

Murid-murid berada beberapa mil jauhnya dari pantai. Malam gelap. Meski berada di bukit tidak ada kemungkinan Yesus melihat dengan jelas situasi murid-murid. Tetapi, apakah Yesus tidak tahu keadaan murid-murid yang sedang diombang-ambing gelombang? Yesus tahu. Itulah sebabnya Ia segera mendatangi murid-murid yang sedang berjuang melawan gelombang. Ketika melihat ada manusia berjalan di atas air, wajar saja jika murid-murid berteriak hantu. Yesus menyatakan diri-Nya dengan ungkapan penting Allah dalam PL yakni `Inilah Aku' (ego eimi 27). Istilah ini bukan hanya identifikasi diri tetapi penyingkapan ke-Allah-an Yesus.

Untuk memastikan bahwa Yesuslah yang dilihat murid-murid, Petrus memberanikan diri menyapa-Nya (ayat 28). Petrus meminta Yesus memerintahkannya untuk datang kepada-Nya dengan berjalan di atas air. Permintaan Petrus dikabulkan Yesus (ayat 29), Petrus berjalan di atas air mengalami kuasa Yesus. Petrus berjalan di atas air bergelombang. Sesaat kemudian timbul ketakutannya. Petrus meragukan perintah Yesus dan kuasa Yesus yang sudah dialaminya, meski sesaat. Dalam situasi demikian tidak ada cara lain kecuali berteriak memohon pertolongan Yesus. `Tuhan, tolonglah aku!'

Inilah doa Petrus. Singkat dan mendesak. Uluran tangan Yesus menyelamatkan Petrus. Yesus menegur Petrus yang sesaat menjadi goyah iman (ayat 31), gelombang menjadi reda, murid-murid menyembah-Nya. Goncangan dan gelombang kehidupan adalah latihan iman dan kesempatan untuk berdoa. Tak satu kejadian pun dalam hidup kita luput dari perhatian dan kasih-Nya.

Renungkan: Dalam doa kita akan mengalami lebih nyata pengakuan iman bahwa `Yesus adalah Anak Allah'.

(0.22) (Mat 17:1) (sh: Bukti Kemesiasan Kristus (Sabtu, 12 Februari 2005))
Bukti Kemesiasan Kristus

Bukti Kemesiasan Kristus. Tidak mudah menjadi murid Yesus dan tidak mudah menyangkal diri untuk sepenuh hati memikul salib yang dibebankan oleh-Nya. Kadang bisa timbul keraguan, apakah kehendak-Nya memang yang benar dan yang terbaik.

Para murid baru saja menerima pelajaran keras, yaitu mengakui Yesus sebagai Mesias berarti siap menerima konsekuensi menderita demi Dia. Maka para murid memerlukan penguatan. Peristiwa Yesus dimuliakan bukan hanya penting untuk meneguhkan misi-Nya, tetapi juga untuk membuka mata rohani murid-murid-Nya bahwa Dia memang Mesias yang dipilih Allah. Apa makna Yesus dimuliakan itu?

Pertama, Yesus adalah Mesias yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Musa mewakili Hukum Taurat yang sejak awal menjanjikan seorang Nabi yang akan datang untuk mengajarkan kebenaran sejati (Lih. Ul.18:18-19). Elia mewakili para nabi yang mengarahkan hati umat Israel untuk mengantisipasi datangnya Sang Mesias (ayat 2-3). Tuhan Yesus sendiri menerangkan bahwa Yohanes berperan sebagai Nabi Elia mempersiapkan orang banyak untuk menyongsong kedatangan diri-Nya (ayat 11-13). Kedua, Allah Bapa menyatakan perkenan-Nya atas diri Yesus berupa awan hadirat dan suara restu-Nya. Bapa memerintahkan murid-murid, yang diwakili oleh ketiga murid terdekat untuk memercayai Yesus dan pemberitaan-Nya (ayat 5).

Tanda-tanda kemuliaan Allah apakah yang boleh menguatkan gereja masa kini? Pertama, pertobatan yang terjadi ketika gereja mewartakan kebenaran Injil. Kedua, orang-orang yang percaya dan diubahkan oleh pemberitaan firman Tuhan bahwa Yesus memang satu-satunya Juruselamat manusia. Semua itu menjadi bukti bahwa apa yang dipercayai gereja adalah benar. Sekaligus menjadi penguat gereja untuk tetap setia walaupun di tengah-tengah penganiayaan.

Renungkan: Mukjizat terbesar adalah pertobatan. Itu bukti Yesus adalah Mesias.

(0.22) (Mat 17:22) (sh: Kewajiban bayar pajak! (Senin, 14 Februari 2005))
Kewajiban bayar pajak!

Kewajiban bayar pajak! Membayar pajak adalah kewajiban setiap warga negara. Pajak digunakan untuk pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan. Namun, kalau pajak itu diselewengkan untuk kekayaan pribadi oknum pejabat, bolehkah kita tidak membayar pajak?

Yesus memberikan teladan yang sangat baik. Pelayanan-Nya memang mengkonfrontasikan diri-Nya dengan para pemimpin agama, yang pada akhirnya akan menyalibkan Dia (ayat 22-23). Namun, ketika diperhadapkan pada kewajiban sebagai orang Yahudi untuk membayar pajak bait Allah, Ia tidak menghindar walaupun kewajiban membayar pajak Bait Allah tidak tercantum dalam Hukum Taurat. Peraturan itu diciptakan oleh para pemimpin agama. Yesus tetap membayarnya karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi para pemimpin agama (ayat 27). Ia tidak menjadikan pertentangan dengan para pemimpin agama sebagai alasan untuk tidak menaati peraturan.

Dengan memperlihatkan sikap Yesus di nas ini, Matius menampilkan teladan Yesus supaya para pengikut-Nya tahu bersikap dengan tepat. Pada waktu Matius menulis Injilnya, pemerintah Roma memaksa penduduk Yahudi untuk juga membayar pajak kuil dewa-dewi Romawi. Orang-orang Yahudi menolak dengan keras dan menimbulkan huru-hara. Sikap inilah yang Yesus tidak inginkan ada dalam diri para pengikut-Nya. Jadi, meski mereka tidak setuju dengan keputusan pemerintah, rakyat harus menaati peraturan yang dibuat.

Orang Kristen masa kini memang harus bersikap kritis terhadap kinerja pemerintah, khususnya kalau mereka tidak menjalankan tugasnya dengan jujur. Namun demikian, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak membayar pajak. Sebagaimana teladan Yesus maka membayar pajak adalah tanggung jawab setiap orang Kristen sebagai warga negara yang baik.

Tekadku: Bersaksi bagi Kristus dengan meneladani Dia dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara!

(0.22) (Mat 26:30) (sh: Seharusnya keberanian hati (Jumat, 18 Maret 2005))
Seharusnya keberanian hati

Seharusnya keberanian hati
Masa-masa penderitaan Yesus sudah mendekati detik-detik penggenapan. Namun, ketika Yesus menginformasikan kepada para murid bahwa pada saat penderitaan-Nya tiba mereka akan tergoncang imannya (ayat 31), Petrus mewakili para murid menyanggah hal tersebut (ayat 33). Nampaknya para murid tidak memahami kedahsyatan peristiwa yang bakal menggoncangkan iman mereka.

Menanggapi pernyataan mereka, Yesus memperingatkan bahwa Petrus yang merasa kuat justru yang akan menyangkal Yesus. Namun ungkapan Yesus ini pun balik ditanggapi keras oleh Petrus. Bahkan ia berani mempertaruhkan nyawanya sebagai perwujudan sikapnya yang benar kepada Yesus (ayat 35).

Kadangkala sulit bagi seseorang mengambil sikap ketika mengetahui bahwa dirinya harus menghadapi situasi sulit dan kondisi yang sangat berat. Namun, dalam situasi Petrus hal tersebut tidak dapat dihindari. Artinya, informasi bahwa Yesus Sang Pemimpin akan dibunuh adalah informasi yang harus ditanggapi serius.

Pemaparan Yesus jelas dan lugas mengenai apa yang bakal terjadi pada waktu dekat dan apa yang akan terjadi sesudah semuanya selesai. Sikap Yesus ini sebenarnya merupakan langkah-langkah yang dilakukan-Nya untuk mempersiapkan diri-Nya dan murid-murid-Nya menghadapi peristiwa keji yang tak lama lagi terjadi. Para murid dipersiapkan untuk tetap berpengharapan bahwa akan ada kebangkitan. Pengharapan inilah yang harus terus dipegang oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus karena dengan pengharapan tersebut, kita dipersiapkan untuk menantikan kedatangan-Nya kedua kali yang akan membangkitkan orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Renungkan: Jika kita menghadapi situasi dan kondisi yang mengguncangkan iman kita dan menghancurkan tekad untuk mengikut Yesus, kita harus hidup dalam pengharapan yaitu bahwa Yesus yang mati adalah Yesus yang bangkit.

(0.22) (Mat 26:36) (sh: Berjaga-jagalah dengan Aku (Minggu, 5 April 1998))
Berjaga-jagalah dengan Aku

Berjaga-jagalah dengan Aku
Tidak jauh dari tempat itu, Yesus sedang bergumul. Dunia dengan segala isinya sedang dipertaruhkan. Ia berjuang sekuat tenaga menggumuli berbagai konsekuensi dahsyat yang harus ditanggung-Nya yang sebenarnya tidak mungkin dipahami seorang pun, apalagi ditanggung bersama dengan-Nya. Ia ingin sekali melepaskan hal yang disebut-Nya cawan pahit itu, tetapi Ia harus meminumnya sampai tetes-tetes yang terakhir. Ironisnya tidak jauh dari tempat di mana Yesus sedang bergumul, murid-murid-Nya malahan tertidur lelap. Pada saat yang sedemikian mendebarkan dimana nasib seluruh isi dunia termasuk ketiga murid itu sedang genting, mereka malah tidak berjaga-jaga bersama Yesus. Syukurlah Yesus berjaga terus, bergumul terus sampai menang bulat dalam penaklukkan diri penuh kepada rencana penyelamatan Allah untuk manusia. Untuk kita para manusia yang tak sanggup bersiaga rohani sendiri.

Kehendak-Mu jadilah. Yesus tidak berdoa supaya yang diinginkan-Nya menjadi kenyataan. Yesus tidak memutlakkan kehendak-Nya, tetapi berserah kepada kehendak Tuhan. Bukan kepentingan sendiri yang diperjuangkan, tetapi kepentingan Tuhan dan kepentingan umat manusia. Tiga kali ia mendoakan hal yang sama, tanda begitu serius Ia menggumuli, memohonkan, menghayati apa yang didoakan-Nya itu. Tiap kali Ia mendoakan, Ia sadar benar akan dahsyatnya penderitaan yang harus ditanggung-Nya. Tiap kali Ia mendoakan, Ia mengakui ketakutan dan keinginan diri-Nya. Tiap kali pula Ia mempersegar komitmen-Nya untuk tunduk penuh kepada kehendak Bapa, betapa pun sulit dan dahsyat hal itu. Tiap kali pula Ia makin mempertautkan diri kepada rencana Allah. Kemenangan Yesus di Getsemani itulah yang menghasilkan Golgota, Gunung Batu Keselamatan kita.

Renungkan: Jika kita gagal dalam Getsemani kita, kita tak akan pernah menjadi instrumen rencana Allah bagi dunia ini.

Doa: Kiranya nafas hidupku serasi dengan doa Yesus: Jangan kehendakku bapa, kehendak-Mu jadilah.

(0.22) (Mat 26:36) (sh: Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis (Minggu, 8 April 2001))
Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis

Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis. Di saat-saat terakhir menjelang kematian-Nya, Yesus begitu sedih, gentar, dan takut menghadapi murka dan hukuman Allah atas dosa yang akan ditimpakan kepada- Nya. Tiga kali Ia berdoa agar cawan yang melambangkan penderitaan dan kesengsaraan itu disingkirkan. Dalam doa pertama (39) walau tetap dalam penundukkan diri dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa, Yesus masih memohon agar cawan ini tidak diminum-Nya. Pada doa kedua dan ketiga (42, 44) Yesus menyadari bahwa tidak mungkin lagi Ia menghindar dari cawan yang memang harus diminum sampai tetes terakhir. Maka pada doa yang kedua dan ketiga Ia lebih siap melaksanakan kehendak Bapa- Nya. Ia rela minum cawan itu sebab Ia tahu dengan pasti bahwa itulah kehendak Bapa bagi-Nya. Di saat yang begitu menegangkan, Yesus meminta ketiga murid-Nya untuk berdoa bagi diri mereka. Sekalipun tubuh lemah, murid-murid harus berdoa menghadapi pencobaan yang berat. Sayang 3 murid yang diharapkan untuk menjadi teman doa di saat yang paling berat ini justru tidur. Yesus bergumul seorang diri. Akhirnya, Ia menang, Ia siap, Ia taat melaksanakan kehendak Bapa.

Pergumulan berat dilalui Yesus dengan berdoa dan hati yang siap dan rela melaksanakan kehendak Bapa sekalipun sangat bertentangan dengan kemauan dan kehendak diri- Nya. Persekutuan dengan Bapa membuat Yesus sanggup menghadapi sengsara dan derita yang harus ditanggung- Nya. Begitu waktu-Nya tiba, Ia bersiap menyongsong para musuh yang sudah mendekat.

Renungkan: Kesedihan, kepedihan, dan kegentaran untuk meminum itu diabaikan oleh Tuhan Yesus sebab Ia tahu bahwa untuk itu Ia datang ke dalam dunia, yakni menanggung murka dan hukuman Allah atas dosa manusia, dosa saya dan Anda.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 7

Ulangan 16:1-8

Wahyu 1:4-8

Matius 26:17-30

Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 157

(0.22) (Mat 28:1) (sh: Bukan lagi saat untuk berduka! (Minggu, 12 April 1998))
Bukan lagi saat untuk berduka!

Bukan lagi saat untuk berduka!
Dalam duka dan kasih yang besar pada Yesus, Maria Magdalena dan Maria yang lain pergi ke kubur Yesus. Tujuan mereka hanya satu, mereka ingin meratapi kematian Yesus. Ternyata kedukaan mereka tidak bisa berlarut tak berkeputusan. Jumat sebelumnya kubur yang mereka tuju itu adalah tempat orang menguburkan mayat Yesus. Hal-hal dahsyat di luar harapan mereka, tiba-tiba terjadi saat mereka tiba di kubur itu. Gempa bumi hebat terjadi karena malaikat Tuhan berwajah bagaikan kilat dan berbaju putih cemerlang menggulingkan batu penutup kubur itu. Para prajurit yang ditugaskan menjauhkan para murid dari kubur agar tidak mencuri mayat Yesus, gentar ketakutan sampai seperti orang mati. Kedua wanita itu segera sadar bahwa mayat Yesus sudah tidak ada di dalam kubur itu.

Saksikan kebangkitan Yesus. Tugas utama malaikat itu bukanlah membuat gentar para prajurit tersebut. Juga bukan untuk menolong Yesus bangkit dari kematian. Yesus dengan kepenuhan kuasa kemuliaan Allah yang hadir di dalam diri-Nya telah bangkit. Kekuatan maut tidak dapat lagi menahan-Nya. Apa yang telah berulangkali diceritakan-Nya lebih dulu, kini benar-benar terwujud. Para malaikat itu ditugaskan untuk memberitahukan kenyataan itu kepada kedua wanita itu. Supaya mereka tahu bahwa Yesus sudah bangkit. Supaya mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan yang menang. Supaya mereka boleh mengalami perubahan dan dengan sukacita menyaksikan berita ajaib itu kepada para murid lainnya. Tetapi oleh para imam kabar tersebut direkayasa menjadi dusta. Bukan saja sampai Injil Matius ini dituliskan kabar dusta itu telah dipercaya orang Yahudi, sampai kini pun cukup banyak orang lebih suka mempercayai dongeng dusta itu daripada mempertaruhkan hidup kepada Yesus yang bangkit dan hidup.

Renungkan: Kubur kosong itu adalah penunjuk penting kepada Dia yang sampai kekal kelak menjadi panutan iman orang Kristen segala abad.

Doa: Penuhi kami dengan kuasa kebangkitanMu untuk gigih memberitakan kabar kebenaran melawan kabar palsu

(0.22) (Mrk 8:22) (sh: Di dalam kegelapan (Selasa, 18 Maret 2003))
Di dalam kegelapan

Di dalam kegelapan. Seperti apa rasanya menjadi orang yang buta rohaninya? Tanyakan kepada orang-orang Farisi di zaman Yesus. Mereka merasa melihat, namun sebenarnya yang mereka lihat hanyalah bayang-bayang semu dalam gua yang gelap gulita. Murid-murid Yesus juga adalah orang-orang yang buta. Mereka begitu dekat dengan Yesus, namun mereka tidak pernah menyadari siapa Yesus sesungguhnya. Penglihatan mereka tertutup kabut pemikiran mereka yang bebal.

Seorang buta dibawa kepada Yesus di Betsaida. Beberapa hal patut kita perhatikan di sini. Yesus dikatakan membawa orang itu secara pribadi keluar kampung. Di sini kita melihat ada sesuatu yang tidak biasanya -- Ia menyembuhkan tidak di depan orang banyak, tetapi secara pribadi. Jelas bahwa Yesus ingin menjalin hubungan antarpribadi dengan orang buta tersebut. Hubungan pribadi dengan Yesus jauh melampaui kepentingan penyembuhan orang buta itu secara fisik. Yesus melakukan penyembuhan secara bertahap, dan akhirnya orang itu sembuh total. Tidak seperti para murid dan orang-orang Farisi yang "buta", orang buta itu akhirnya melihat Tuhan dan memiliki hubungan pribadi dengan Dia. Siapa yang sebenarnya buta?

Beberapa kali kita menemukan bahwa setelah Yesus melakukan mukjizat, Ia melarang orang-orang membicarakannya. Di sini pun demikian. Yesus melarang orang itu untuk masuk ke kampung. Keadaan sosial pada waktu itu kemungkinan membuat Yesus tidak ingin membesar- besarkan diri-Nya karena masyarakat bisa mencurigai keluarga- Nya. Namun, kelihatannya perintah Yesus itu dimaksudkan agar berita-berita yang tersebar tidak menghambat pelayanan-Nya.

Renungkan: Tuhan dan firman-Nya dekat dengan Anda. Namun, hidup Anda bisa lebih gelap daripada kegelapan dalam diri orang buta yang percaya kepada Allah.

(0.22) (Luk 4:14) (sh: Misi Tuhan Yesus (Selasa, 6 Januari 2004))
Misi Tuhan Yesus

Misi Tuhan Yesus. Melalui sebuah penelitian terhadap beberapa perusahaan besar yang sukses, ditemukan beberapa ciri yang penting. Ciri yang paling penting adalah bahwa mereka memiliki visi dan misi yang jelas untuk apa perusahaan-perusahaan itu ada.

Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus perlu memproklamirkan misi-Nya. Caranya adalah menghadiri ibadah Sabat di kota-Nya sendiri, Nazaret (ayat 16). Dalam kitab Yesaya, telah dinubuatkan bahwa tugas Mesias yang akan datang adalah mewartakan kabar baik Allah bagi umat manusia. Melalui kabar baik itu manusia terbebas dari belenggu dosa. Kabar baik itu terdiri dari empat hal mendasar: pembebasan dari kemiskinan, dari keterpenjaraan, dari kebutaan, maupun dari ketertindasan. Dosa telah membuat seseorang “miskin” segala-galanya di hadapan Allah. Orang itu buta karena tidak dapat melihat rencana-rencana Allah bagi dunia dan bagi dirinya sendiri, dan ia ditindas oleh rupa-rupa kuasa yang melawan Allah. Inilah visi dan misi Yesus datang ke dunia yaitu memberitahukan bahwa tahun rahmat Allah sudah datang (ayat tentang+diri-Nya&tab=notes" ver="">18,19; bdk. Yes. 61:1-2).

Dalam Perjanjian Lama tahun rahmat Allah bisa berupa tahun sabat—tahun ketujuh, juga tahun Yobel—tahun kelimapuluh (Im. 25:1-22). Tahun Sabat adalah pembebasan bagi tanah dari eksploitasi sehingga tanah dipulihkan kesuburannya. Tahun Yobel adalah pembebasan tanah milik pusaka yang sudah digadaikan karena hutang. Kedua tahun ini melambangkan rahmat Tuhan yang lebih besar yang membebaskan umat dari belenggu dosa yang mengikat dan membuat mereka menderita.

Dalam ibadah tersebut Yesus mengklaim bahwa nubuat Yesaya itu digenapi dalam diri-Nya (ayat 21). Dia adalah Mesias, Sang Pembebas umat manusia dari perhambaan dosa dan penderitaan mereka.

Renungkan: Mesias sudah datang memberitakan pembebasan dari belenggu dosa. Apakah Anda sudah dibebaskan dari belenggu dosa?

(0.22) (Luk 5:1) (sh: Dijala sebelum menjadi penjala (Sabtu, 10 Januari 2004))
Dijala sebelum menjadi penjala

Dijala sebelum menjadi penjala. Pola rekruitmen yang paling sering dipakai karena terbukti keberhasilannya adalah brainwashing (=cuci otak). Seseorang akan dicekoki dengan ideologi tertentu. Biasanya orang tersebut akan menjadi fanatik, membabi buta dalam mempertahankan apa yang satu-satunya ia miliki. Namun, pola rekuritmen ini memiliki kelemahan mendasar, yaitu, hanya menghasilkan robot-robot tanpa hati nurani.

Ketika Yesus bermaksud menjadikan Petrus dan rekan-rekannya penjala manusia, Dia tidak menggunakan cara brainwashing. Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya secara tidak frontal, karena Yesus mengikuti pola nalar Petrus sendiri. Petrus merasa dirinya paling tahu bagaimana dan kapan mencari ikan. Ia tahu dari pengalaman bernelayan bahwa ikan-ikan tidak akan muncul pada siang hari. Apalagi mungkin sekali saat itu musim ikan sudah selesai karena semalaman mencari ikan hasilnya nihil. Nalar Petrus mengatakan permintaan Tuhan Yesus untuk menjala ikan di siang hari adalah tidak masuk akal (ayat 5).

Hanya karena rasa hormat Petrus menebarkan jala. Akan tetapi, justru saat itu juga ikan-ikan memenuhi jalanya. Nalar Petrus bekerja keras. Hal yang tidak masuk akal terjadi. Itu hanya bisa berarti satu hal, yaitu Tuhan Yesus bukan guru biasa. Tuhan Yesus pasti berasal dari Allah. Maka Petrus pun tersungkur di kaki Yesus.

Dihadapkan kepada pengenalan akan keTuhanan Yesus, Petrus menyadari diri orang berdosa (ayat 8). Namun, justru pengenalan diri itu merupakan langkah maju untuk dirinya dapat dikuduskan Tuhan dan kemudian dipakai-Nya.

Renungkan: Sebelum Anda dipakai-Nya menjadi penjala manusia, Anda harus terlebih dahulu mengenal dan mengakui Yesus sebagai Tuhanmu.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA