Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 301 - 320 dari 330 ayat untuk tubuh (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.11) (Kel 25:1) (ende)

Israel tidak hanja merupakan kesatuan juridis dan sosial, tetapi sebagai masjarakat jang beriman tentu sadja djuga bersatu dalam ibadat. Dalam upatjara ibadat jang bersifat umum Israel setjara nampak menghajati hubungannja dengan Jahwe, Tuhan jang hadir. Sekaligus djuga kesatuan kebangsaan tiap-tiap kali diperbaharui dan diperteguh.

Upatjara ibadat liturgis bukanlah improvisasi perseorangan, tetapi ibadat bersama jang selaras terhadap Tuhan. Maka dari itu mempunjai peraturan-peraturan dan hukum-hukumnja, serta menggunakan lambang-lambang jang sesuai. Musa sendiri telah menetapkan pedoman-pedoman konkrit untuk ibadat umat Israel dipadangpasir. Ibadat ini berlangsung disekitar kemah Perdjandjian, tempat perhubungan dengan Tuhan. Kemah sutji ini selalu serta dalam perdjalanan, dan mungkin sekali lama berada di Kadesj (Ula 2:14). Tetapi sesudah Sjilo, kemudian dikota Jerusalem dibawah pemerintahan radja Daud, hingga achirnja, pada djaman Salomon, ditempatkan didalam kenisah. Sesudah masa pembuangan kenisah jang telah hantjur dibangun kembali, tetapi Peti Perdjandjian ketika itu tidak ada lagi.

Peraturan-peraturan Musa dari abad-keabad mengalami perkembangan dan disesuaikan dengan keadaan-keadaan baru. Dalam fasal-fasal berikutnja peraturan-peraturan berasal dari berbagai tahap dikumpulkan mendjadi satu, dan diolah lagi oleh para pengarang dari golongan imam sesudah pembuangan. Fasal-fasal 25-31(Kel 25:1-31:18) merupakan kesatuan dengan fasal-fasal 35-40(Kel 35:1- 40:38), dan banjak persamaannja dengan kitab Levitika dan Tjatjah-Djiwa.

Maksudnja menghubungkan seluruh perkembangannja dengan Musa dan Perdjandjian. Sebab djuga peraturan-peraturan dari masa kemudian bertumbuh daripadanja, dan mempunjai kewibawaan ilahi jang sama dengan peraturan-peraturan pokok tjiptaan Musa sendiri.

Upatjara-upatjara ibadat jang kuno ini, dan ketertiban dalam ibadat, menggambarkan iman-kepertjajaan serta djiwa keagamaan bangsa Israel, karena itu merupakan dorongan bagi masjarakat jahudi sesudah pembuangan, dan tetap lajak kita hargai pula.

Seperti halnja pada Hukum, begitu pula disini kita menjaksikan dan semakin memahami adanja perkembangan dalam Perwahjuan Tuhan.

Ibadat Perdjandjian Lama djuga harus dipandang sebagai pralambang dan persiapan Ibadat Perdjandjian Baru. Tetapi sekarang hubungan dengan Tuhan dan kesatuan umat jang beribadat disempurnakan dalam Kristus.

Kristus adalah Kenisah baru (Mat 12:6; Yoh 1:14; 2:19-22; Kol 2:9), tempat pertemuan Tuhan, dan manusia. Kristus Korban persembahan diri kita kepada Tuhan, bukan hanja setjara simbolis, tetapi djuga sesungguh-sungguhnja; korban jang mempersatukan kita mendjadi satu Tubuh, kenisah jang hidup bagi Tuhan (1Ko 6:19; Efe 4:11-16; 1Pe 2:5).

(0.11) (Rm 8:14) (full: DIPIMPIN ROH ALLAH. )

Nas : Rom 8:14

Roh Kudus berdiam di dalam anak Allah supaya memimpinnya agar berpikir, berbicara, dan bertindak sesuai dengan Firman Allah.

  1. 1) Dia memimpin terutama dengan dorongan-dorongan yang
    1. (a) merupakan dorongan batiniah untuk melakukan kehendak Allah dan mematikan perbuatan buruk tubuh (ayat Rom 8:13; Fili 2:13; Tit 2:11-12);
    2. (b) senantiasa selaras dengan Alkitab (1Kor 2:12-13; bd. 2Pet 1:20-21);
    3. (c) dimaksudkan memberi pengarahan dalam hidup ini (Luk 4:1; Kis 10:19-20; 16:6-7);
    4. (d) bertentangan dengan keinginan-keinginan berdosa (Gal 5:17-18; 1Pet 2:11);
    5. (e) memperhatikan kesalahan dosa, standar kebenaran Kristus dan hukuman Allah terhadap kejahatan (Yoh 16:8-11);
    6. (f) mendorong orang percaya agar bertekun dalam iman dan mengingatkan mereka mengenai kemurtadan dari iman pribadi dalam Kristus (ayat Rom 8:13; Ibr 3:7-14);
    7. (g) menjadi lebih lemah makin lama orang percaya melawan untuk menaati dorongan Roh Kudus (Rom 1:28; Ef 4:17-19,30-31; 1Tes 5:19);
    8. (h) mengakibatkan kematian rohani apabila ditolak (ayat Rom 8:6,13);
    9. (i) menghasilkan kehidupan rohani dan damai apabila ditaati (ayat Rom 8:6,10-11,13; Gal 5:22-23).
  2. 2) Dorongan Roh Kudus datang oleh
    1. (a) membaca Firman Allah (Yoh 14:26; 15:7,26; 16:13; 2Tim 3:16-17);
    2. (b) berdoa dengan sungguh-sungguh (ayat Rom 8:26; Kis 13:2-3);
    3. (c) mendengarkan khotbah dan ajaran yang saleh (2Tim 4:1-2; Ibr 13:7,17);
    4. (d) menjalankan penyataan-penyataan Roh (lih. 1Kor 12:7-10; 1Kor 14:6); dan
    5. (e) memperhatikan nasihat orang-tua dan para pemimpin Kristen yang dapat diandalkan (Ef 6:1; Kol 3:20).
(0.11) (1Kor 11:20) (full: PERJAMUAN TUHAN. )

Nas : 1Kor 11:20

Perjamuan Tuhan dipaparkan dalam empat bagian di Alkitab: Mat 26:26-29; Mr 14:22-25; Luk 22:15-20; 1Kor 11:23-25. Maknanya menyangkut masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

  1. 1) Makna masa lalu.
    1. (a) Merupakan peringatan (Yun. _anamnesis_; ayat 1Kor 11:24-26; Luk 22:19) akan kematian Kristus bagi penebusan orang percaya dari dosa dan hukuman. Melalui Perjamuan Tuhan sekali lagi kita diperhadapkan dengan kematian Kristus yang menyelamatkan dan makna penebusannya bagi kehidupan kita. Kematian Kristus menjadi motivasi yang paling tinggi bagi kita terhadap kejatuhan ke dalam dosa dan menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan (1Tes 5:22).
    2. (b) Merupakan suatu ucapan syukur (Yun. _eucharistia_) atas berkat-berkat dan keselamatan Allah yang disediakan oleh pengorbanan Kristus di salib (ayat 1Kor 11:24; Mat 26:27; Mr 14:23; Luk 22:19).
  2. 2) Makna masa kini.
    1. (a) Merupakan suatu persekutuan (Yun. _koinonia_) dengan Kristus dan keikutsertaan dalam keuntungan kematian-Nya sebagai korban, serta persekutuan dengan anggota lain dari tubuh Kristus (1Kor 10:16-17). Dalam perjamuan ini bersama Tuhan yang telah bangkit ini, sebagai tuan rumah Ia hadir dalam satu cara yang khusus (bd. Mat 18:20; Luk 24:35).
    2. (b) Merupakan suatu pengakuan dan pengumuman perjanjian yang baru (Yun. _kaine diatheke_) yang dengannya orang percaya mengakui kembali ketuhanan Kristus dan penyerahan kita untuk melakukan kehendak-Nya, tinggal setia, melawan dosa, dan untuk menyatukan diri kita dengan misi-Nya (ayat 1Kor 11:25; Mat 26:28; Mr 14:24; Luk 22:20;

      lihat art. PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU).

  3. 3) Makna masa yang akan datang.
    1. (a) Merupakan suatu jaminan akan Kerajaan Allah dan perjamuan Mesias pada masa depan ketika semua orang percaya akan bersama-sama dengan Tuhan (Mat 8:11: 22:1-14; Mr 14:25; Luk 13:29; 22:17-18,30).
    2. (b) Merupakan tindakan mengharapkan kedatangan Kristus yang sudah dekat bagi umat-Nya (ayat 1Kor 11:26) dan menghidupkan doa, "Datanglah Kerajaan-Mu" (Mat 6:10; bd. Wahy 22:20). Pada saat Perjamuan Tuhan semua makna di atas akan penuh arti hanya jikalau kita datang ke hadapan Tuhan dengan iman yang benar, doa yang tulus dan penyerahan diri kepada Firman Allah dan kehendak-Nya.
(0.11) (Ef 1:13) (full: DIMETERAIKAN DENGAN ROH KUDUS. )

Nas : Ef 1:13

Sebagai meterai, Roh Kudus dianugerahkan kepada orang percaya sebagai tanda kemilikan Allah. Dengan mencurahkan Roh Kudus, Allah memeteraikan kita sebagai milik-Nya (lih. 2Kor 1:22). Demikianlah, kita mempunyai bukti bahwa kita adalah anak angkat Allah dan bahwa penebusan kita itu nyata jikalau Roh Kudus ada dalam hidup kita (ayat Ef 1:5). Kita dapat mengetahui bahwa kita sungguh-sungguh menjadi milik Allah apabila Roh Kudus mengubah dan memperbaharui kita (Yoh 1:12-13; 3:3-6), membebaskan kita dari kuasa dosa (Rom 8:1-17; Gal 5:16-25), memberikan kesadaran bahwa Allah adalah Bapa kita (ayat Ef 1:5; Rom 8:15; Gal 4:6) dan memenuhi kita dengan kuasa untuk bersaksi bagi-Nya (Kis 1:8; 2:4).

(0.11) (Neh 1:1) (sh: Nehemia yang peduli dan berdoa (Sabtu, 11 November 2000))
Nehemia yang peduli dan berdoa

Nehemia mempunyai kedudukan yang enak dan terpandang dalam kerajaan Persia. Meskipun demikian ketika ia mendengar kabar tentang situasi dan kondisi Yerusalem, ia sangat sedih dan hancur hatinya. Reaksi Nehemia ini memperlihatkan kepeduliannya yang mendalam terhadap keadaan negara dan bangsanya. Ia menangis, berkabung, berpuasa, dan berdoa. Zaman ini Kristen tidak lagi menjadi pembangun tembok kota seperti Nehemia, namun Kristen dapat mempunyai kepedulian bagi saudara-saudaranya seperti yang dimiliki Nehemia. Bukankah 1Kor. 12 menyatakan bahwa gereja adalah tubuh Kristus dimana tiap-tiap anggota mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lain? Karena itu jika satu anggota sakit, yang lain pun akan menderita. Kristen dapat berperan berdoa seperti Nehemia.

Kesedihan yang mendalam tidak membuat Nehemia frustasi atau apatis. Ketika mendengar kesengsaraan saudara-saudaranya di Yerusalem, langkah pertama dan terpenting yang dilakukan Nehemia adalah berdoa dengan sepenuh hati. Doa baginya adalah modal utama sebelum melakukan tindakan apa pun sebab Ia berdoa kepada Allah yang mampu dan mau menolong umat-Nya (5-6). Ia mampu sebab bukankah Ia adalah Allah semesta langit yang Maha Besar dan Maha Dahsyat? Ia mau sebab Ia adalah Allah yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya.

Bagaimana Nehemia berdoa? Ia mengakui dosa-dosa bangsanya dan dirinya sebagai penyebab utama kehancuran Yerusalem. Kemudian ia ingat bahwa Allah telah memilih Yerusalem sebagai tempat dimana nama- Nya akan diam. Ini berarti bahwa kemuliaan Allah berhubungan erat dengan kondisi kota. Yerusalem yang hancur tidak hanya memalukan bangsa yang tinggal namun juga menodai kemuliaan Allah. Ini berarti Nehemia tidak hanya berdoa semata-mata untuk kepentingan saudara-saudaranya tapi juga demi kemuliaan Allah. Ia berdoa dengan sungguh bukan hanya agar diberkati tetapi agar Allah dimuliakan. Inilah doa yang sesuai kehendak-Nya.

Renungkan: Kepedulian Nehemia untuk melakukan karya besar bagi umat Allah, dimulai dengan lutut untuk berdoa. Seharusnya pelayanan kita untuk membangun iman jiwa-jiwa yang belum diselamatkan diawali dengan doa.

(0.11) (Ayb 1:6) (sh: Yang di bawah sini, disorot oleh yang di atas sana (Rabu, 24 November 2004))
Yang di bawah sini, disorot oleh yang di atas sana

Setuju atau tidak, tayangan acara-acara teve akhir-akhir ini menyadarkan kita bahwa realitas dunia ini rupanya tidak hanya terdiri dari unsur-unsur material dan faktor-faktor logis-rasional. Ada kekuatan atau makhluk lain yang perlu diperhitungkan di dalam menjalani realitas dunia ini. Realitas di balik realitas itu bisa yang merubah keberuntungan kita menjadi kemalangan, atau sebaliknya.

Dalam firman Tuhan ini, kita diperhadapkan dengan gambaran dunia multi-dimensi. Di bawah sini, kita seperti Ayub bekerja, mengambil berbagai keputusan, menikmati tawa-canda-airmata bersama keluarga, dlsb. Di atas sana, ada banyak mata tengah memperhatikan kita. Mata Allah dari wajah-Nya yang tersenyum bangga melihat sepak terjang manusia berintegritas seperti Ayub, atau pedih menyaksikan mereka yang menjalani hidup yang retak. Mata Iblis dari wajahnya yang bengis licik menyeringai buas ingin meluluh Ayub atau mencengkeram abadi mereka yang sudah membiarkan diri menjadi kurbannya. Di atas sana ada diskusi. Allah mengulang kembali, berarti setuju dengan komentar penutur tentang integritas Ayub (ayat 7-8). Iblis tidak setuju. Dalihnya, Ayub bukan takut akan Allah, tetapi pura-pura saja selama Allah melimpahinya dengan berkat (ayat 9-11).

Semua kejadian dalam hidup di dunia ini mengandung unsur interaksi antara pilihan dan tindakan manusia dan campur tangan unsur rohani tertentu. Kita harus menolak pandangan rasionalistis bahwa hidup ini hanya terdiri dari unsur-unsur yang tampak seperti uang, barang, tubuh, dlsb. Kita juga harus menolak sikap yang menisbikan segala sesuatu tergantung situasi dan kondisi. Yang nisbi memang ada yaitu yang sementara dalam dunia ini dan kegiatan kejahatan. Yang mutlak hanya satu yaitu Allah, kemuliaan, kehendak, kesetiaan, dan kebenaran-Nya. Tugas dan tanggungjawab kita adalah mengisi hidup ini dengan sikap, motif, dan tindakan yang berkenan kepada Allah. Hanya dengan demikian kita dapat menjalani hidup bernilai kekal.

Ingat: Jangan serasikan hidup Anda dengan nilai-nilai dunia yang jahat. Serasikan dengan Allah!

(0.11) (Mzm 95:1) (sh: Waktu untuk Tuhan? (Minggu, 8 November 1998))
Waktu untuk Tuhan?

Pemazmur memaparkan kepada umat Tuhan bahwa undangan beribadah Allah mungkin sekali ditujukan kepada umat yang telah undur dari pertemuan-pertemuan ibadah. Mengapa? Disadari bahwa kadang-kadang kehidupan rutin telah menyita banyak waktu kita, sehingga bila Ahad tiba, kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya untuk menyegarkan pikiran yang jenuh, jiwa yang lusuh dan tubuh yang lesu. Berlibur bersama keluarga, mancing, tidur-tiduran di rumah, dlsb. Atau mungkin juga dimanfaatkan untuk menyelesaikan kepentingan bisnis yang tertunda. Begitu banyaknya kegiatan hingga tak ada jeda waktu mendengarkan suara Tuhan. Hubungan dengan Tuhan tidak lagi menjadi prioritas, bukan lagi yang utama. Jelas sekali hari ini umat dibawa kembali kepada keadaan semula bahwa semua itu ada karena Allah. Tak ada alasan untuk umat tidak datang beribadah kepada Tuhan dan bersyukur kepada-Nya! Umat diingatkan oleh Pemazmur untuk melihat dan menghayati karya-karya besar Allah: penciptaan dan pemeliharaan-Nya sebagai pendorong untuk bersyukur kepada-Nya.

Undangan beribadah. Suara Tuhan mengundang umat untuk bertobat, kembali ke dalam pelukan kasih pengampunan-Nya, ke jalan yang lebih utama yaitu jalan kebenaran-Nya, ke kuasa pengudusan-Nya. Marilah... masuklah...! Allah mengajak umat beribadah di hari perhentian-Nya. Beribadah dalam suasana sukacita yang dipenuhi ucapan syukur, menyembah dalam gegap gemerincing suara alat musik dan sorak sorai nyanyian umat. Undangan ini berlaku untuk semua orang yang menerima undangan dan mau datang menyembah Allah sang Pencipta yang menciptakan seluruh jagad raya ini (ayat 1-5).

Pentingnya mendengar. Peringatan keras bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Ketaatan dan respons kita dalam mendengarkan dan melakukan firman Tuhan menjadi faktor penentu masa depan apakah kita akan menikmati berkat Tuhan atau tidak. Ketidaktaatan, kepongahan dan kekerasan hati bangsa Israel menjadi contoh bagi kita. Mazmur ini juga memberikan satu pola beribadah: nyanyian, ucapan syukur, puji-pujian, doa, menyembah dengan bersuara maupun dalam keheningan, dan tidak kurang pentingnya adalah firman Tuhan, yaitu saat bagi kita merendahkan diri dan terbuka terhadap firman-Nya, serta mempersilahkan Allah berbicara menyatakan kehendak kepada kita.

Renungkan: Selama ini bagaimanakah cara saya beribadah dan terbuka pada suara Allah?

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk mampu menyediakan waktu bagi Engkau.

(0.11) (Mzm 95:1) (sh: Umat Allah perlu mendengar (Rabu, 10 April 2002))
Umat Allah perlu mendengar

Banyak ahli PL menyebut mazmur sebagai seruan kenabian atau merupakan liturgi tentang hukuman Allah. Mazmur ini mengundang umat untuk memuji Allah (ayat 1-2,6), disertai alasannya (ayat 3- 5,7), lalu mengundang umat untuk taat kepada-Nya (ayat 7b-11). Mazmur ini bergerak maju dari ajakan pujian ke pengajaran. Berita bahwa Allah adalah Raja yang berdaulat atas segala sesuatu perlu diperdengarkan kepada dan diresponi oleh bukan saja orang-orang yang tidak kenal Allah, tetapi juga oleh umat Tuhan sendiri.

Bukan saja kekuatan jahat yang berontak melawan Allah (ps. 34), tetapi juga umat Allah mengeraskan hati berontak melawan Allah. Allah tak memaksa umat-Nya untuk taat kepada-Nya, tetapi menginginkan agar umat-Nya dengan sadar dan sukacita menaati Dia. Tindakan penyelamatan Allah atas umat-Nya (ayat 1b) dan fakta bahwa Allah adalah Raja atas segala allah (ayat 3) seharusnya mereka sambut dengan sikap memuji Allah dan taat kepada Allah. Puji-pujian bukan saja sikap yang tepat kepada Allah, tetapi juga memberi suasana menentukan bagi ketaatan umat. Puji-pujian yang layak ditujukan kepada Allah adalah pujian dengan sorak-sorai besar (ayat 1), menunjukkan luapan kesukaan dan kebebasan yang mengungkapkan kesukaan tersebut. Dengan demikian, ketaatan yang mengiringi pujian sedemikian adalah ketaatan dalam sikap sukacita, bukan terpaksa. Ketaatan juga adalah ungkapan penyembahan yang sepadan dengan sikap tubuh ketika kita bertelut di hadapan Allah (ayat 6-7b), yang sepatutnya diterima Allah yang adalah Raja atas segala kekuatan kosmis yang oleh bangsa-bangsa sekitar Israel sering disembah sebagai dewa-dewa (ayat 3-5).

Apa tanda yang paling pas untuk mengenali siapa domba yang adalah milik Allah? Dalam Mazmur ini, tanda tersebut adalah sikap dengar-dengaran kepada Allah sang Raja Gembala (bdk. Yoh. 10:3- 5). Hal itu kontras tajam dari kesimpulan pemazmur tentang sikap Israel sepanjang perjalanan mereka memasuki tanah perjanjian. Bukannya mereka mensyukuri kebesaran Allah dalam kisah Keluaran itu, tetapi mereka menodai perjalanan tersebut dengan sungut- sungutan mereka. “Jangan lagi mengulangi kesalahan yang sama!” kira-kira demikianlah pesan mazmur ini.

Renungkan: Sikap memuji dan dengar-dengaran terhadap Allah adalah tanda terjelas kemilikan Allah atas kita.

(0.11) (Ams 25:8) (sh: Lidah: bagian kecil tapi besar perannya (Rabu, 1 November 2000))
Lidah: bagian kecil tapi besar perannya

Berkata, bernyanyi, berteriak, bersorak, berkomentar, bertanya, memuji, mengutuk, mengeluh, memfitnah, menyindir, menghina, dll., semuanya menggunakan lidah. Kita menyadari bahwa tidak mudah mengendalikan lidah walaupun merupakan bagian kecil dalam tubuh kita. Dengan lidah yang sama kita bisa melakukan hal yang positif dan negatif bersamaan, pada orang yang sama pula.

Beberapa hal dikemukakan penulis Amsal dalam perikop ini. 1). Ketika kita bermasalah dengan orang lain (8-10), ada beberapa nasihat: tidak terburu-buru menghadapkan orang sebagai `terdakwa' karena belum sampai kesalahannya diakui, justru kita yang dipermalukan; dan bila kita harus membela perkara kita jangan sampai kita menceritakan kejelekan orang lain, sehingga justru umpatan berlaku bagi kita seumur hidup. 2). Ketika kita mengatakan sesuatu tepat waktu akan menjadi suatu perkataan yang sangat indah (11, 12, 15, 25). Teguran pun yang biasanya dihindari orang akan indah di telinga orang yang ditegur bila dikatakan dengan bijaksana. Perkataan yang lembut juga dapat memenangkan hati yang keras. Dan kabar baik dari kerabat yang lama tidak memberi kabar melegakan pengharapan seseorang. 3). Ketika kita salah mempergunakan lidah, misalnya: berkata dusta atau membual demi gengsi (14, 18); menyanyi bagi orang yang sedih akan menambah kepiluan hatinya (20); suka menimbulkan pertengkaran membuat kita dijauhi relasi (24); mengobral kata pujian (27). Penulis juga menghubungkan antara lidah, mata, hati, dan keberadaan diri seutuhnya. Apa artinya? Apa yang kita nyatakan melalui lidah hendaklah berdasarkan kecermatan mata, kemurnian hati, dan totalitas diri. Mengendalikan diri berarti mengendalikan lidah, mata, dan hati. Inilah proses pengendalian diri yang sesungguhnya..

Bagaimana kita dapat belajar mengendalikan diri kita? Pelajari dengan cermat apa yang kita lihat sebagai dasar respons lidah kita, sehingga kita tidak terlalu gegabah meresponi sesuatu. Kemudian nyatakan dengan lidah yang dikendalikan oleh hati yang murni dan bijaksana, sehingga tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat kata.

Renungkan: Dengan lidah kita dapat mempermalukan diri sendiri, tetapi juga dapat membangun citra diri dan masa depan orang lain, semuanya bergantung pada kita sebagai pengendali.

(0.11) (Yes 29:1) (sh: Allah melawan umat-Nya sendiri! (Minggu, 22 November 1998))
Allah melawan umat-Nya sendiri!

Bila Anda seorang guru, apa tindakan Anda bila murid-murid yang diajar ternyata tidak mau diajar, padahal segala daya upaya telah Anda lakukan! Marah, kecewa atau frustrasi? Hal ini tidak berbeda jauh dengan pengalaman Yesaya. Pesan-pesan Tuhan yang dinubuatkannya sama sekali tidak digubris umat. Bahkan mereka bertindak seolah nubuatan itu seperti hembusan angin yang datang dan pergi dalam sekejap. Mereka mendengar namun tidak melakukan apa-apa. Mereka mengetahui kesalahan mereka, tetapi mereka tidak berubah! Yang lebih menyedihkan lagi ialah fakta bahwa ibadah mereka tidak di arahkan kepada Tuhan. Penuh kepura-puraan dan kemunafikan. Lebih mengutamakan penampilan daripada kesungguhan hati.

Tak ada toleransi di pihak Allah. Sudah tidak ada lagi belas kasihan dan toleransi Tuhan melihat seluruh umat-Nya, mulai dari raja, nabi, panglima, hingga rakyat biasa yang telah kedapatan melanggar hukum dan ketetapan-Nya. Hukuman segera ditetapkan dan umat harus menanggung segala konsekuensinya. Ariel (Sion, bdk. ayat 8) akan berubah menjadi kota perapian (ayat 2), penduduk merintih takut dan mengerang kesakitan (ayat 4), seluruh indera tubuh penduduknya Tuhan lumpuhkan (ayat 9-12). Semuanya lumpuh total. Kengerian mewarnai seluruh sendi-sendi kehidupan umat. Allah Pengasih dan Penyayang bagi Israel berubah menjadi Allah Penghukum!

Bertindak benar dalam terang firman. Hidup dalam kepalsuan sama saja dengan membangun karakter iman di atas pasir. Hidup dalam ibadah palsu, berpura-pura taat, sama saja dengan hidup dalam gelap. Semuanya ini bertentangan dengan sifat dan makna firman Tuhan yang memberi terang, memimpin pada jalan kebenaran bukan kesesatan (bdk. Mzm. 105:110). Jika kita ingin luput dari bahaya penghukuman ini, kita harus membawa hati, pikiran, pujian, kehendak, dalam setiap ibadah kita. Dan setiap umat Tuhan yang mengaku telah mendengar firman dituntut untuk hidup benar menurut firman. Siapa yang mempermainkan firman akan menanggung hukuman dari Dia yang berfirman.

Renungkan: "Firman-Nya menyegarkan jiwaku", ungkap pemazmur. Mendengarkan, mengerti firman Tuhan dan menerapkannya dengan kesungguhan, semakin memimpin kita hidup dalam kebenaran.

Doa: Tuhan, tolong ku taat penuh pada Firman-Mu

(0.11) (Yeh 20:33) (sh: Disiplin Allah harus diresponi dengan pertobatan (Rabu, 5 September 2001))
Disiplin Allah harus diresponi dengan pertobatan

Keinginan Allah menyatakan kemuliaan-Nya, terlihat lewat tindakan- Nya dengan tangan teracung menghukum bangsa Israel, sekaligus bertindak menjaga kelangsungan hidup mereka (ayat 33). Kini, Allah akan memulihkan umat-Nya dengan cara-Nya, sehingga umat pilihan Tuhan tidak menyeleweng dari Tuhan dengan memuja ilah lain. Allah akan menggembalakan umat-Nya, supaya mereka mengetahui bahwa Dialah Tuhan (ayat 34-38). Sambil terus mengecam kebusukan perilaku Israel, Tuhan memproklamirkan berita anugerah-Nya, bahwa Ia akan menuntun umat-Nya menuju keluaran yang kedua (Yes. 41:17- 20).

Dalam bagian selanjutnya, tiga kali Tuhan menyuruh Yehezkiel menghadapkan wajahnya ke Selatan (ayat 46). Perintah itu disampaikan kepada nabi-Nya, bukan untuk menyatakan perkenanan-Nya tetapi sebaliknya murka Allah telah berkobar. Hutan Negeb di Selatan akan dibakar oleh Tuhan, bahkan sampai ke Utara akan tertimpa murka yang dahsyat. Tujuan dari hajaran Tuhan bukan untuk memusnahkan, melainkan untuk menyadarkan umat-Nya.

Banyak Kristen tidak lagi beribadah secara rutin di gereja, karena pengkhotbahnya membawakan berita kecaman terhadap dosa. Maka mereka mencari pengkhotbah yang menyampaikan berita pengampunan dosa. Tubuh Kristus yang sehat seharusnya menerima kedua berita ini secara berimbang. Bila di dalam kelana rohani, kita tiba di padang pasir yang kering kerontang, justru saat itulah kita telah mendapat kesempatan yang baik untuk menyelami sumur kasih Allah. Tuhan adalah Sang Guru Agung, yang di dalam setiap momen kehidupan mempunyai sasaran tertentu untuk mendidik setiap pribadi yang telah dipilih dan dikasihi-Nya.

Renungkan: Firman Tuhan yang kita simak hari ini datang menegur kita. Mari kita mengevaluasi diri. Adakah kita bertanggungjawab di dalam proyek yang dipercayakan kepada kita? Apakah kita tulus ketika memberikan persembahan? Adakah dosa pemberontakan yang tersembunyi? Apakah kita telah menyelewengkan visi dan misi gereja? Apakah kita terlibat di dalam penggelapan harta organisasi? Wahai Kristen, angkatlah kepalamu dan lihatlah tangan Allah yang teracung tidak selalu berarti pemberian anugerah, tetapi juga memberlakukan hukum kedaulatan-Nya atas dosa-dosa kita.

(0.11) (Yeh 39:11) (sh: Gelisah dan wajah Allah (Senin, 19 November 2001))
Gelisah dan wajah Allah

Dunia penuh kegelisahan dan perasaan tidak aman. Meski sulit, manusia ingin damai. Kapankah dunia yang bergolak dahsyat bisa tenang seteduh air jernih di danau yang bersih?

Bangsa Israel telah kembali ke tanah mereka di Palestina (ayat 38:12). Akhirnya, mereka hidup bahagia dalam zaman mesianis. Sayangnya, suasana asri tak akan lama bersemi. Gog, raja agung Mesekh dan Tubal, dan rekan-rekannya akan menyerang Israel (ayat 38:5-6). Waktu penyerangan tidak diketahui. Alkitab mencatat bahwa serangan ini begitu dahsyat dan keji. Ketenangan di tanah Israel kembali menjadi ketegangan.

Allah tidak berpangku tangan. Dia akan berperang menyelamatkan umat-Nya. Setelah dalam ayat 1-10 Allah menyatakan kekalahan Gog, orang yang tak beradab itu, Allah akan meminta bangsa Israel menguburkan dia dan semua pengikutnya sampai tuntas (disimbolkan dengan angka 7, angka sempurna) di sebelah Timur Yordan agar tidak menajiskan tanah perjanjian (ayat 11-16). Kecelakaan komplotan Gog diperparah karena tubuh mereka akan dilalap binatang-binatang sampai ke lemak-lemaknya (ayat 17-- 20) seperti dalam festival kurban: suatu penghinaan (bdk. Why. 20:7-10 yang berbicara tentang akhir zaman).

Mengapa Allah melakukan hal itu? Sekali lagi untuk kemuliaan dan kekudusan nama-Nya (ayat 21-24). Di sini kita melihat bahwa Allah adalah Allah yang selalu setia dengan perjanjian-Nya. Bangsa-bangsa akan tunduk pada Allah dan bangsa Israel sekali lagi mengakui bahwa Yahweh adalah Allah mereka yang penuh kasih setia. Ketika Israel diselamatkan, nama Allah akan dipulihkan dan ditinggikan seluruh bumi. Akhirnya, Israel akan kembali melihat wajah Allah (ayat 23, 29). Secara sederhana, ini berarti Allah kembali berpaling pada mereka dan menyayangi mereka. Roh-Nya akan dicurahkan bagi mereka, tanda bahwa Ia akan menyertai mereka selama-lamanya - Immanuel!

Renungkan: Dalam dunia yang selalu bergolak, baik di dalam maupun di luar diri kita, hanya wajah Allah yang bisa memberikan ketenangan. Allah yang setia pada perjanjian-Nya akan meluputkan kita. Nama-Nya akan dimuliakan dan angin ribut akan diteduhkan. Percayalah!

(0.11) (Yl 3:9) (sh: Penuntasan zaman lama dan terwujudnya zaman baru (Rabu, 20 Juni 2001))
Penuntasan zaman lama dan terwujudnya zaman baru

Dosa telah menodai zaman lama yang penuh pemberontakan dan keagungan diri manusia. Manusia ciptaan ingin menempatkan diri setara dengan Sang Pencipta dan memunculkan sikap persahabatan dengan musuh Sang Pencipta untuk memberontak terhadap Sang Pencipta. Betapa hancurnya citra peta teladan Allah dalam diri makhluk ciptaan yang tertinggi ini. Namun sejarah perjalanan zaman lama masih bergulir dan bersamaan dengan zaman baru yang telah dimulai sejak kehadiran Tuhan Yesus dalam dunia. Penuntasan zaman lama adalah pada hari kedatangan-Nya.

Hujan berkat di hari TUHAN adalah terwujudnya zaman baru bagi seluruh umat-Nya. Merekalah pasukan Allah yang di dalam ketidakberdayaan dapat berkata: “Aku ini pahlawan!” (10). Segala bangsa dari segala penjuru akan berkumpul di Sion – Yerusalem dan menyaksikan umat-Nya menikmati masa penuaian yang penuh sukacita dan kemenangan sementara mereka mengikuti sidang penghakiman Allah (11-13). Inilah hari penentuan bagi umat-Nya dan bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa yang mengagungkan dan mengandalkan kekuatan, kekayaan, dan ketangguhan panglima perang, akan dilumpuhkan-Nya dalam ketidakberdayaan (19). Segala dosa pemberontakan dipatahkan dan kehilangan kuasa-Nya, bertekuk lutut di bawah kaki pemerintahan-Nya (21). Namun umat-Nya akan bersorak menyambut-Nya karena Dialah benteng perlindungan yang memerintah selamanya (16, 20). Zaman baru yang telah dimulai sejak Yesus akan benar-benar terwujud secara sempurna dimana TUHAN memerintah selamanya sebagai Raja di atas segala raja bersama umat- Nya (17). Kota pemerintahan-Nya adakah kota yang kudus yang tidak mungkin dihampiri oleh orang-orang yang telah menolak-Nya. Pintu anugerah-Nya bagi yang belum menerima-Nya kini telah berakhir.

Renungkan: Yakinlah bahwa pergumulan zaman lama yang penuh dosa kejahatan dan pemberontakan akan berakhir, walaupun sementara ini kita harus tetap bergumul dalam dunia yang kita tumpangi ini. Bersiaplah menyambut terwujudnya zaman baru yang penuh sukacita dan kemenangan. Asahlah hidup Anda dengan kebenaran firman- Nya dan jadilah pahlawan iman di dalam ketidakberdayaan tubuh fana yang penuh dosa sampai tiba hari TUHAN.

Pengantar Kitab Ester

Kisah Ester terjadi di ibu kota kerajaan Persia – Susan – pada awal pemerintahan raja Ahasyweros (486-465 s.M.) yaitu setelah pemulangan bangsa Yehuda I (Ezr. 1-6) dan sebelum pemulangan II (Ezr. 7-10). Kisah ini menceritakan tentang rencana jahat untuk memusnahkan etnis Yahudi dari Kerajaan Persia. Persekongkolan itu digagalkan oleh Ester yang cantik dan berani yang telah menjadi permaisuri raja Ahasyweros. Kemenangan orang Yahudi ini sampai sekarang masih diperingati sebagai hari raya Purim

Penulis dan waktu penulisan Penulis kitab Ester tidak diketahui. Namun ketertarikannya pada asal mula dan perayaan hari raya Purim, nasionalisme yang tinggi dan pengetahuan yang mendalam tentang kerajaan Persia, tradisi, dan geografinya memberikan sedikit gambaran bahwa penulis kitab ini adalah orang Yahudi Persia yang hidup di Susan. Waktu penulisan kisah ini diperkirakan antara tahun 450 – 300 s.M. dengan tujuan menjelaskan asal mula perayaan Purim dan mengharuskan orang Yahudi untuk merayakannya (9:20-32).

Tema-tema utama Providensia Allah. Kitab Ester memberikan gambaran yang paling jelas tentang providensia Allah. Meskipun Allah tidak pernah disebutkan dalam kitab ini namun Ia berkarya melalui situasi, waktu, ‘kebetulan’, dan pilihan manusia untuk mencapai tujuan-Nya. Kitab Ester mengajar kita untuk melihat Allah yang tidak terlihat namun menyatakan diri-Nya melalui pasang surut kehidupan manusia dan peristiwa dunia, dan untuk memuji Dia karena pemeliharaan-Nya tidak pernah berhenti. Ketaatan dan ketidaktaatan. Perbandingan antara ketaatan dan ketidaktaatan dapat dijumpai dalam keseluruhan kitab ini. Dimulai dari ketidaktaatan Wasti dibandingkan dengan ketaatan Ester kepada Mordekhai pamannya, hingga ia berani menantang undang-undang raja (4:11, 16; 5:1, 2). Tema ini juga dapat dilihat dalam diri Mordekhai yaitu ia menolak untuk menaati perintah Haman namun menaati perintah Ester (4:17) dan taat melayani raja Persia serta kepentingan bangsanya (10:3). Hidup sebagai umat Allah. Melalui kehidupan Mordekai, kita dapat melihat bahwa hidup sebagai kaum minoritas dan dalam negara yang sedemikian pluralis seperti Media-Persia bukanlah halangan untuk berkarya baik bagi bangsanya maupun bagi negara dimana ia tinggal.

(0.11) (Mat 9:35) (sh: Teladan dan kuasa dalam pelayanan (Kamis, 25 Januari 2001))
Teladan dan kuasa dalam pelayanan

Kemarin kita telah belajar bahwa kita harus tunduk kepada Yesus sebagai Tuhan. Hari ini kita akan belajar bagaimana membuktikan penundukan diri kita. Salah satu caranya adalah melanjutkan misi-Nya di dunia. Kita menjadi pekerja-pekerja-Nya yang digerakkan oleh belas kasihan Yesus untuk mengabarkan Kabar Baik dan menjangkau mereka yang terhilang dalam masyarakat dengan memberikan kesembuhan kepada mereka yang sakit dan menguatkan mereka yang lemah tubuh.

Namun seringkali kita terlalu menitikberatkan kepada pelayanan pemberitaan Injil, sehingga mengesampingkan pelayanan-pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosial orang lain, karena kita menganggap bahwa masalah rohani lebih penting daripada masalah jasmani. Padahal Yesus dengan belas kasihan-Nya berusaha untuk menyembuhkan pribadi manusia secara utuh. Karena itu kita memang harus berkhotbah dan mengajar, namun kita pun harus meneladani pola pelayanan Yesus dan menyatakan kasih Allah seperti yang Yesus lakukan, dengan menyediakan makanan bagi yang lapar, merawat yang sakit, dan membela yang ditindas.

Selain model pelayanan Yesus, kita pun dapat meneladani rasul-rasul yang diutus oleh Yesus. Kuasa yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya memampukan mereka untuk melakukan pelayanan secara efektif dan berdampak nyata dalam kehidupan manusia (ayat 10:11). Mereka dilengkapi dengan kuasa karena merekalah yang telah dipilih dan dilatih oleh Yesus. Merekalah yang senantiasa berada dekat kaki Yesus dan mendapatkan pengajaran- Nya. Di samping itu mereka semua -- selain Yudas - - adalah murid-murid yang berkomitmen penuh kepada Yesus.

Renungkan: Marilah kita teladani pola pelayanan Yesus dan murid-murid-Nya. Selama ini mungkin pelayanan kita tidak efektif atau tidak memberikan dampak kepada kehidupan manusia secara langsung dan nyata. Jika demikian kita perlu mengevaluasi apakah selain kesibukan dalam berbagai aktifitas, kita senantiasa menyediakan waktu untuk duduk bersimpuh di kaki Yesus dan mendengarkan Dia. Satu hal lagi yang harus diingat adalah bahwa kuasa tidak selalu untuk melakukan mukjizat, tetapi meliputi kuasa untuk mengajar, berkhotbah, dan menghibur sehingga kasih Allah kepada manusia dapat dinyatakan kepada dunia.

(0.11) (Mat 26:30) (sh: Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang (Sabtu, 7 April 2001))
Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang

Perjamuan malam diakhiri dengan pujian, Yesus segera menuju ke bukit Zaitun. Perbincangan Yesus dengan 11 murid seputar misi-Nya sebagai Juruselamat belum dipahami dengan benar oleh mereka. Sebentar lagi peristiwa yang begitu dahsyat akan memporakporandakan tim Yesus. Yesus sebagai pemimpin yang digambarkan sebagai Gembala akan dibunuh dan kawanan domba akan terceraiberai. Apa yang pernah dinubuatkan oleh nabi Zakharia beberapa saat lagi akan tergenapi. Sang pemimpin harus dibunuh. Bukan semata karena ulah Yudas dan para musuh-Nya sehingga Gembala itu dibunuh, bukan pula kemenangan telak mereka atas Gembala yang lemah dan tak berdaya. Tetapi Allah memang menetapkan bahwa Gembala yang akan menjadi Penyelamat kawanan domba itu harus mati dibunuh. Pembunuhan keji itu menunjukkan betapa dahsyatnya dosa yang menguasai manusia, betapa hebatnya murka Allah atas dosa dan betapa beratnya hukuman Allah atas dosa yang harus ditanggung oleh Sang Gembala, demi hidup kawanan domba-Nya dan seluruh umat manusia.

Murid-murid yang tidak memahami sedahsyat apa peristiwa yang bakal menggoncangkan iman mereka masih sempat menyanggah pernyataan Yesus. Menanggapi pernyataan mereka, Yesus memperingatkan bahwa Petrus yang merasa kuat justru yang akan menyangkal. Situasi sulit dan kondisi yang sangat berat akan dialami. Untuk sementara waktu mereka pasti dikalahkan, dihancurkan, dan digoncangkan karena Sang Pemimpin dibunuh. Pemaparan Yesus jelas dan lugas mengenai apa yang bakal terjadi pada waktu dekat dan apa yang akan terjadi sesudah semuanya selesai. Ia mempersiapkan diri-Nya dan murid- murid-Nya menghadapi peristiwa keji yang tak lama lagi terjadi. Namun tetap dengan pengharapan, Ia akan dibunuh tetapi Ia akan bangkit. Musuh-Nya hanya dapat membunuh tubuh manusiawi-Nya. Ia berjanji bahwa Ia pasti bangkit dan pergi ke Galilea ke tengah-tengah mereka.

Renungkan: Situasi dan kondisi sulit yang kita hadapi begitu mudah menggoncangkan iman kita dan menghancurkan tekad untuk mengikut Yesus. Kita harus hidup dalam pengharapan. Yesus yang mati adalah Yesus yang bangkit. Yesus yang dikalahkan adalah Pemenang. Dengan Dia kita hadapi hidup ini dalam iman dan pengharapan yang pasti.

(0.11) (Mat 26:47) (sh: Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia (Senin, 9 April 2001))
Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia

Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan Imam Besar menganggap Yesus musuh besar dan berbahaya, sehingga perlu melibatkan Yudas untuk membuka jalan, perlu senjata lengkap dan perlu serombongan besar orang. Yesus sama sekali tidak mengadakan perlawanan meski sebenarnya Ia memiliki kuasa. Bahkan Ia melarang murid-murid-Nya untuk melawan dengan pedang. Ia mengatakan kepada para penangkap itu bahwa apa yang terjadi adalah untuk menggenapi nubuat kitab para nabi. Oleh sebab itu Yesus rela digiring mereka ke Mahkamah Agama.

Kemudian mereka menggelar sidang 'pengadilan' atas diri Yesus dengan mendatangkan orang-orang untuk memberikan kesaksian palsu agar Yesus dapat dijatuhi hukuman mati. Berbagai tuduhan ternyata tidak dapat menyatakan kesalahan Yesus. Sampai pada puncak pertanyaan yaitu tentang kemesiasan Tuhan Yesus. Suatu tantangan yang sulit. Kalau Yesus menjawab bahwa Ia Mesias, pasti Ia akan menerima hukuman. Bagi orang Yahudi kedatangan Mesias, Sang Penyelamat, bukan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Kalau Ia menjawab 'bukan' Ia akan terlepas dari ancaman hukuman mati, tetapi berarti Ia menyangkali keberadaan diri-Nya yang sebenarnya. Dengan jelas Yesus menyatakan 'ya' bahkan Ia bukan saja sebagai Manusia Yesus tetapi Ia adalah Anak Manusia. Yesus membukakan siapa diri-Nya yang saat ini menjadi pesakitan di hadapan pengadilan Mahkamah Agama. Ia adalah 'Anak Manusia' yang mempunyai kedudukan tinggi yakni di sebelah kanan Yang Maha Kuasa. Sebutan Anak Manusia bagi orang Yahudi adalah sebutan yang menunjuk pada seseorang yang dianugerahi kuasa dan kemuliaan kekal, Dialah Sang Penyelamat, Mesias. (Dan.7:13-14). Pernyataan ini menunjukkan keilahian dan kemesiasan Yesus. Tetapi Mesias datang bukan sebagai 'raja dunia', sebab Ia Raja atas segala raja. Ia datang ke dunia untuk menyatakan diri Allah, kehendak Allah, dan rencana Allah dalam tubuh Manusia Yesus yang tanpa dosa namun diganjar sedemikian hina demi pengampunan dosa.

Renungkan: Jalan derita ditempuh Yesus agar Anda dan saya lepas dari penderitaan kekal. Biarlah Yesus yang saat ini duduk di sebelah kanan yang Maha Kuasa menerima puji dan sembah kita

(0.11) (Luk 6:39) (sh: Pohon dikenal dari buahnya (Selasa, 11 Januari 2000))
Pohon dikenal dari buahnya

Suatu hari seorang pendeta melewati pematang sawah hendak menuju ke suatu tempat. Di kiri dan kanannya terdapat tanaman jagung yang tumbuh dengan subur walaupun belum berbuah. Melihat tanaman jagung yang subur itu, sang pendeta berkomentar kepada salah seorang pemilik tanaman jagung: "Wah, jagungnya bagus ya Pak! Sang pemilik tanaman menjawab: "Belum tentu Pak. Yang bagus dan subur baru pohonnya, padahal yang penting buahnya." Di akhir bukan Desember, daerah tersebut mengadakan perayaan Natal. Acaranya sangat meriah dan bagus, khotbah pendeta itu pun sangat mengesankan. Pemilik tanaman jagung juga hadir dalam perayaan Natal tersebut. Lalu ia berkata kepada pendeta: "Ah, ya bagus perayaan dan khotbahnya. Namun yang penting buahnya, yakni bagaimana dampaknya bagi jemaat yang hadir, ada perubahan atau tidak".

Dalam perikop ini yang ingin ditekankan tentang: (1) mata yang menentukan pengetahuan dan penilaian seseorang ketika melihat sesuatu; (2) pengetahuan yang diperoleh akan mempengaruhi hati (inner-life), dan (3) tindakan adalah penampakan dari apa yang dilihat oleh mata dan kehidupan di dalam. Mata adalah pelita tubuh, karena melalui mata kita menilai segala sesuatu. Apa yang kita lihat dan bagaimana cara kita melihat akan mempengaruhi hati dan seluruh hidup kita. Bila kita menggunakan mata dengan perspektif yang benar, maka kehidupan batiniah kita pun benar. Dan selanjutnya tindakan yang nampak adalah tindakan kebenaran, Jadi apabila buah-buah tindakan seseorang tidak mencermnkan kebenaran, maka yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana kehidupan di dalamnya, sudahkah Yesus bertakhta di dalam kehidupannya? Perubahan kualitas buah harus diawali dari perubahan pohonnya.

Renungkan: Bangunlah hidup Anda di atas dasar yang benar dan teguh, yakni Yesus Kristus. Dialah yang memberikan hati yang baru. Setelah itu tetaplah berakar dan dibangun di atas Dia, agar buah-buah yang dihasilkan adalah buah kebenaran. Hati yang dipimpin Kristus dan dipenuhi kebenaran firman Tuhan akan memimpin seluruh hidup kepada kebenaran-Nya. Selama ini siapakah yang bertakhta di hati Anda? Buah-buah apakah yang dihasilkan dari perbuatan dan perkataan Anda? Perubahan buah harus dimulai dari pohonnya, yakni dari hati.

(0.11) (Luk 21:1) (sh: Bahaya terbesar bagi Gereja Tuhan.(Rabu, 12 April 2000))
Bahaya terbesar bagi Gereja Tuhan.

Berdasarkan penelitian, jauh lebih banyak manusia mati karena bakteri yang tidak kasat    mata karena terlalu kecil, daripada karena diterkam harimau yang    jauh lebih besar, lebih kuat, dan lebih seram penampakannya.    Fakta ini menunjukkan bahwa bahaya yang tidak nampak sulit    dihindari, karena dampak yang ditimbulkan tidak langsung maka    sulit terdeteksi. Demikian pula bagi Gereja Tuhan. Bahaya yang    tidak nampak akan membawa kehancuran yang fatal bagi misi dan    keberadaannya di dunia.

Dalam masyarakat yang sudah sedemikian korup, baik sistem    sosial maupun agamanya, ternyata masih ada individu-individu    yang mempunyai dedikasi penyembahan kepada Allah yang luar    biasa, seperti yang ditunjukkan oleh janda miskin dengan    persembahannya (ayat 1-4). Ia memberikan dengan seluruh tekad    kerelaan untuk mempersembahkan seluruhnya kepada Allah. Bukan    seperti pada orang kaya yang tindakan dan sikap kehidupan    beragamanya sama sekali tidak mencerminkan dedikasinya kepada    Allah. Orang kaya di sini bisa dikatakan mewakili korupsi besar-    besaran yang terjadi di dalam kehidupan beragama orang Israel.    Korupsi yang demikian, yang tidak mau bertobat, nantinya akan    membawa kehancuran Bait Allah seperti yang dinubuatkan oleh    Yesus (ayat 5-6). Sejarah memang membuktikan bahwa Bait Allah    akhirnya dihancurkan oleh Kaisar Roma. Betapa dahsyatnya dampak    yang ditimbulkan dari korupsi dalam tubuh umat Tuhan. Ia mampu    menghancurkan seluruh keberadaan dan misi umat Tuhan di dunia.    Hal ini adalah bahaya terbesar bagi umat Tuhan sepanjang zaman.

Yesus juga menjabarkan bahaya-bahaya lain yang akan mengancam    kehidupan umat Tuhan seperti penyesat-penyesat, bencana alam,    peperangan, bahkan bahaya penderitaan fisik dan mental yang akan    dialami oleh murid-murid-Nya (ayat 12-19). Namun itu semua tidak    dikatakan Tuhan akan memberikan dampak yang menghancurkan bagi    kehidupan umat Tuhan. Sebaliknya penderitaan fisik dapat menjadi    kesempatan bagi umat Tuhan untuk bersaksi. Bahkan Yesus sendiri    akan memberikan kekuatan untuk tetap menang dalam penderitaan.

Renungkan: Karena itulah gereja Tuhan zaman kini harus    memberikan porsi waktu, pikiran, dan dana yang besar bagi    pembangunan rohani umat-Nya. Jangan biarkan korupsi rohani    menggerogoti gereja kita.

(0.11) (Luk 24:28) (sh: Kebenaran yang disingkapkan. (Selasa, 25 April 2000))
Kebenaran yang disingkapkan.

Apa yang ditegaskan oleh "Yesus yang tidak mereka kenali" kepada kedua orang murid itu adalah    mengenai Mesias dan berita tentang kebangkitan-Nya. Namun    pertanyaan kedua murid itu adalah jika Yesus benar-benar bangkit    bagaimana mereka dapat mengenali dan yakin bahwa itu adalah    Yesus, jika mereka tidak melihat? Atau dengan pertanyaan lain    bagaimana Yesus meyakinkan mereka bahwa Ia adalah Yesus? Yesus    tidak menyatakan "Akulah Yesus" dengan kata-kata, namun dengan    gerakan yang begitu khusus dan identik dengan diri-Nya.

Ketika Ia duduk makan, mengambil roti, mengucapkan berkat,    memecah-mecahkannya, dan memberikan kepada mereka, maka    terbukalah mata kedua murid itu (ayat 30-31). Mereka mengenali Yesus    bukan dengan melihat tanda paku di pergelangan tangan, namun    dengan melihat cara Ia memecahkan roti. Apa yang Yesus lakukan    di hadapan mereka berdua serupa dengan dua peristiwa besar yang    pernah Ia lakukan dahulu. Pertama ketika Ia memberi makan 5000    orang (lih. 9:16). Kedua ketika perjamuan malam berlangsung    (22:14-23). Kemungkinan besar Kleopas dan temannya bukan saksi    mata atas dua peristiwa itu. Namun mereka pasti sudah mendengar    peristiwa itu dan percakapan Yesus setelahnya. Khususnya tentang    pemberitaan bahwa Kristus mempersembahkan tubuh dan darah-Nya    untuk menjadi tebusan bagi banyak orang.

Semua berita itu nampaknya tidak masuk akal bagi mereka, bahkan    setelah kematian Yesus sekalipun. Baru ketika Yesus    mengungkapkan bahwa Perjanjian Lama kaya akan nubuat, upacara    keagamaan, dan lambang-lambang yang sebenarnya menunjuk kepada    pengorbanan Mesias sebagai persembahan yang hidup, maka gerakan    yang dilakukan Yesus membuat mata mereka terbuka dan mereka    mengenali-Nya. Mereka segera kembali ke Yerusalem, bukan untuk    berharap agar Yesus membuktikan bahwa Dialah Raja dan akan    menyelamatkan Israel. Sekarang mereka ke Yerusalem karena mereka    sudah tahu bahwa Yesus adalah Raja dan penebusan yang Ia    kerjakan jauh melebihi kemerdekaan bangsa Israel yang mereka    dulu idam-idamkan.

Renungkan: Iman dan pengharapan mereka sudah tertancap pada    fondasi yang kuat yakni pengenalan akan Kristus yang bangkit.    Bagaimana Anda meyakini bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia?



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA