Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 301 - 315 dari 315 ayat untuk terselip (ke luar) AND book:19 (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.60) (Mzm 23:1) (sh: Indahnya kehidupan Kristen (Sabtu, 17 Maret 2001))
Indahnya kehidupan Kristen

Indahnya kehidupan Kristen. Menggunakan gambaran domba yang dipelihara oleh gembala (1-4) dan tamu di hadapan tuan rumah yang sangat baik hati (5-6), Daud menggambarkan betapa indahnya hidup dalam pemeliharaan Allah. Mengapa?

Domba adalah binatang yang tidak dapat hidup lepas dari sang gembala sebab ia tidak dapat mencari makan dan minum sendiri atau pun melindungi dirinya sendiri dari serangan binatang buas. Demikian pula Daud sebagai domba dalam menjalani hidup di dunia, ia senantiasa membutuhkan pertolongan Allah. Ia bukan hanya tidak akan kekurangan namun materi yang ia dapatkan akan menyehatkan dan menyegarkan dirinya, bukannya membuatnya sakit (2), sebab gembalanya akan membimbingnya untuk mendapatkan materi secara benar dan sehat (3). Gambaran ini mengandung kebenaran yang dalam yaitu materi untuk memenuhi kebutuhan fisik yang kita dapatkan tanpa bimbingan Tuhan justru akan menghancurkan kita sebab materi itu mungkin rumput yang beracun atau air yang di dasarnya terdapat pusaran arus yang deras sehingga akan menenggelamkan kita. Daud juga menyadari bahwa ia bukan hidup di surga namun di dunia yang telah jatuh ke dalam kuasa dosa. Karena itu ia tidak heran jika suatu saat harus mengalami penindasan dan ketidakadilan yang akan membawanya kepada kematian. Ia tidak takut sebab ia tahu bahwa Allah yang menyertai adalah Allah yang berkuasa menjaga dan melindunginya (4).

Mampukah Anda menikmati makanan lezat di sebuah perjamuan jika Anda tahu musuh-musuh sedang menanti untuk menghancurkan Anda? Daud mampu. Ia yakin bahwa dirinya adalah tamu Allah. Di zaman Timur Tengah purba, tamu adalah raja dan kebutuhannya harus dipenuhi sang tuan rumah. Selain itu seorang tuan rumah bertanggungjawab atas keselamatan tamunya. Ini membuat dirinya tetap tenang dalam segala situasi dan tetap dapat menikmati setiap berkat yang disediakan Allah walaupun sedang menembus badai krisis (5-6).

Renungkan: Selidikilah kehidupan Anda! Apakah segala berkat materi yang Anda miliki sekarang merupakan rumput hijau dan air yang tenang? Apakah Anda dapat tetap tenang menikmati kehidupan ini walaupun gejolak sosial dan politik semakin memanas? Ingat, Anda adalah domba sekaligus tamu dari Gembala dan Tuan Rumah Agung yaitu Allah.

(0.60) (Mzm 34:1) (sh: Iman yang berakar pada karakter Tuhan (Kamis, 2 Agustus 2001))
Iman yang berakar pada karakter Tuhan

Iman yang berakar pada karakter Tuhan. Mazmur ini merupakan suatu lantunan syukur (ayat 2-11) dan nyanyian pengajaran Daud (ayat 12-23) yang mengajak kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan (ayat 6), menikmati kebaikan- Nya (ayat 9), serta merasakan kedekatan dengan-Nya pada masa-masa yang sulit (ayat 19). Alasan dari ajakannya ini tidak lain didasarkan pada karakter Tuhan yang mendengar (ayat 7a, 18a), melepaskan (ayat 5b, 18b), dan menyelamatkan (ayat 7b, 19b) orang- orang benar (ayat 16, 20, 22) yang mencari (ayat 5, 7) dan takut akan Dia (ayat 8, 10, 12). Mereka yang berlindung pada-Nya akan berbahagia (ayat 9), mendapatkan keamanan dan tidak akan menanggung hukuman (ayat 21, 23).

Pada Mazmur ini Daud memaparkan beberapa hal yang menjadi dasar dan kunci untuk menikmati kehidupan yang akan mengokohkan kesukaan dan kepuasan, sebagai berikut: [1] Takut akan Tuhan (ayat 8, 10, 12); [2] Berseru kepada Tuhan (ayat 5,11); dan [3] Bertekad untuk hidup dalam kebenaran (ayat 14, 15). Semuanya ini akan membawa orang benar ke dalam perlindungan, kecukupan, pemenuhan kebutuhan, dan jawaban doa. Namun semuanya ini bukanlah berarti bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan mudah. Pilihan orang benar untuk berkata "Tidak" bagi yang jahat dan berkata "Ya" untuk hal-hal yang baik (ayat 14, 15) tidak selalu menjadikan hidupnya lancar dan mujur, namun seringkali justru membawanya pada berbagai hambatan dan kemalangan (ayat 20a).

Melalui Mazmur ini Daud menghalau kenaifan iman yang tidak mengandung kekuatan untuk melawan serangan gencar dari yang jahat, sebaliknya menuntun kita pada iman yang berakar pada karakter Tuhan. Iman ini membawa kita pada keyakinan bahwa berbeda dengan orang fasik yang menuju kematian oleh kemalangannya (ayat 22), tidaklah demikian dengan orang benar, Tuhan mendengar dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya apabila mereka berseru- seru kepada-Nya (ayat 18), dan menjatuhkan hukuman kepada siapa yang membenci mereka (ayat 22), sebab mata Tuhan tertuju kepada orang benar dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong (ayat 16).

Renungkan: Iman yang berakar pada karakter Tuhan tidaklah dibangun di atas dasar yang naif dengan meniadakan kesulitan. Iman mampu menambal kehancuran hati, tetapi tidaklah menghindarkan hati dari kehancuran.

(0.60) (Mzm 36:1) (sh: Kasih setia Tuhan melampaui kekuatan dosa (Sabtu, 4 Agustus 2001))
Kasih setia Tuhan melampaui kekuatan dosa

Kasih setia Tuhan melampaui kekuatan dosa. Kebanyakan dari kita bertumbuh melewati masa kanak-kanak dengan penuh keriangan dan keceriaan, tanpa ketakutan dan beban hidup yang menindih kita. Namun ketika kita melangkah bertumbuh menjadi dewasa dan harus berhadapan dengan realita kehidupan, maka kita akan menyadari bahwa dunia tempat kita hidup ini bukanlah tempat yang aman. Berita tentang berbagai kemerosotan moral, ketidakadilan, kejahatan, dan kesewenangan mengiringi hari-hari kita. Faktor yang sangat berperan bagi terciptanya situasi seperti ini tidak lain terletak jauh di dalam lubuk hati manusia, yang menggantikan rasa takut kepada Allah dengan kepatuhan kepada tutur dosa yang terus berbicara di lubuk hatinya.

Konteks pergumulan seperti inilah yang melatarbelakangi perenungan Daud dalam Mazmur 36. Mazmur ini dimulai dengan sorotan terhadap isi hati orang fasik (ayat 2-5) yang terus mendengarkan tutur dosa (ayat 2a) dengan tidak takut kepada Allah (ayat 2b), menjadi buta, sesat, terjerat dalam kefasikannya sendiri dan tidak lagi memiliki daya untuk mengenali ataupun membenci kesalahannya sendiri (ayat 3). Mereka mengabdikan diri kepada kejahatan dalam setiap aspek kehidupannya (ayat 4, 5), terputus dari kasih setia Tuhan serta menghasilkan dampak-dampak yang menjadi ancaman bagi mereka yang mencintai Tuhan dan hidup dalam ketulusan hati (ayat 12-13).

Gambaran gelap dari dunia yang nampaknya tidak berpengharapan ini, tidaklah membawa Daud ke dalam lingkaran keputusasaan yang menjadikannya apatis. Ia menemukan pengharapan di dalam daya yang mampu mengatasi kuasa dosa: "kasih setia Tuhan yang melingkupi bumi" (ayat 6). Di dalam kasih setia Tuhan inilah anak-anak manusia mendapatkan tempat yang aman untuk berlindung, memenuhi kebutuhan serta mendapatkan kesenangannya (ayat 8, 9, 11). Dasar dari keyakinannya ini terletak di dalam Diri Sang Pemberi yang adalah sumber kehidupan yang menopang dan menerangi hidup manusia (ayat 10). Berdasarkan kasih setia Tuhan inilah Daud menemukan pengharapan untuk berdoa memohon perlindungan terhadap orang-orang fasik (ayat 12-13).

Renungkan: Di balik realitas keberdosaan manusia terdapat realitas kasih setia Tuhan yang mampu melampauinya, adakah Anda memiliki pengharapan di dalam-Nya?

(0.60) (Mzm 37:26) (sh: Jaminan teguh di dalam Tuhan (Selasa, 7 Agustus 2001))
Jaminan teguh di dalam Tuhan

Jaminan teguh di dalam Tuhan. Manusia membutuhkan rasa aman, baik untuk masa sekarang maupun masa depannya, baik di dunia ini maupun di balik kematiannya. Berbagai upaya dilakukannya untuk mendapatkan rasa aman ini, tidak terkecuali untuk motivasinya beragama. Tetapi apakah yang dapat menjadi jaminan yang pasti dan tidak berubah bagi kita untuk mendapatkannya? Terlebih lagi bagi kita yang berupaya untuk hidup dengan benar, tulus, dan jujur, di tengah dunia yang fasik ini, dimana justru orang-orang fasiklah yang nampaknya dapat bertumbuh dengan subur? Daud dalam Mazmur ini mengungkapkan rahasia masa depan orang benar, yang hidup dengan jujur, tulus, dan menyukai damai.

Rahasia jaminan yang teguh ini hanya ditemukan dalam relasi orang benar dengan Tuhan. Relasi ini dapat terpelihara melalui menjauhi kejahatan dan melakukan yang baik (ayat 27), serta menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya (ayat 34). Alasan dari langkah- langkah tersebut adalah karena Tuhan itu mencintai keadilan hukum dan tidak meninggalkan orang yang dikasihi-Nya (ayat 28). Dialah yang menjadi tempat perlindungan orang benar pada waktu kesesakan. Ia tidak akan menyerahkan dan membiarkan orang benar yang mengucapkan hikmat, mengatakan keadilan hukum dan memiliki Taurat di dalam hatinya, ke dalam tangan orang fasik, ataupun membiarkannya goyah dan dipersalahkan (ayat 30-33). Dialah yang menyelamatkan, menolong, dan meluputkan orang benar dari tangan orang fasik (ayat 39, 40). Jaminan ini berlaku senantiasa dan selama-lamanya, melintasi hidup dan menembus kematian (ayat 27, 28, 37). Jaminan seperti ini bukanlah milik orang fasik, yang tidak menemukan persekutuan dengan Tuhan. Walaupun mereka nampak bertumbuh mekar seperti pohon aras yang gagah dan sombong, namun akan dibinasakan dan dilenyapkan Tuhan bersama masa depan dan anak cucu mereka (ayat 28, 34, 38). Betapa tragisnya masa depan yang tiada pengharapan karena kesudahannya adalah kebinasaan.

Renungkan: Apakah Anda menyadari bahwa relasi dengan Tuhan yang terwujud dalam sikap menjauhi kejahatan, melakukan yang baik, menantikan dan mengikuti jalan-Nya, merupakan sesuatu yang sangat penting, bahkan terlebih penting dari semua upaya Anda yang lain?

(0.60) (Mzm 53:1) (sh: Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi (Jumat, 24 Agustus 2001))
Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi

Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi. Mari kita melihat potret diri bangsa kita. Betapa buruk bahkan cenderung semakin buruk wajah bangsa kita. Ledakan bom bukan lagi merupakan berita yang terjadi di negara lain yang kita dengar melalui ‘Dunia Dalam Berita’ namun sudah menjadi berita lokal. Koruptor besar bisa bebas secara legal sementara pencuri motor atau ayam mati dibakar massa. Pajak digalakkan untuk menutupi defisit belanja negara karena pemerintah tidak lagi mempunyai wibawa dan kuasa untuk menagih uang yang digelapkan oleh para koruptor besar. Akibatnya rakyat semakin menderita sebab sabun mandi pun sudah menjadi barang mewah.

Proses pembusukan yang terjadi dalam masyarakat merupakan sebuah proses yang wajar selama angggota masyarakatnya tidak mengakui adanya Allah dalam hatinya (ayat 2). Ada yang menarik untuk diperhatikan dalam perkataan pemazmur ‘orang bebal berkata dalam hatinya’. Artinya bisa saja mereka mempunyai kehidupan beribadah secara lahiriah namun jika dalam hatinya mereka menolak Allah, proses pembusukan akan tetap terjadi. Bagi pemazmur itu adalah hal yang wajar sebab memang seluruh umat manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan tidak ada yang mencari Allah (ayat 3-5). Dengan kata lain apa yang dapat diharapkan dari masyarakat jika manusia masih dikuasai oleh dosa?Pemazmur juga mengingatkan kepada kita agar tidak bersikap masa bodoh terhadap proses pembusukan tersebut, sebab cepat atau lambat kita akan menjadi korban kejahatan terstruktur mereka (ayat 5). Namun pemazmur juga mengingatkan kita untuk tidak gentar dan undur dari Allah, sebab Allah tidak akan membiarkan mereka menikmati hasil kejahatannya begitu saja. Bila waktunya tiba Allah akan menghabisi mereka karena mereka bukanlah siapa-siapa di hadapan-Nya. Oleh sebab itu hendaklah umat Allah tetap berharap hanya kepada-Nya (ayat 7).

Renungkan: Kita patut bersyukur bahwa Allah senantiasa akan menyelamatkan umat-Nya. Namun kita pun harus berjuang untuk menghentikan proses pembusukan itu. Satu-satunya antibiotik yang dapat menghentikan proses itu adalah darah Yesus Kristus. Potret diri bangsa kita akan diperbaiki jika pemimpin bangsa kita dibasuh oleh darah Yesus sehingga mereka mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah. Itulah tugas kita. Marilah kita bergegas menunaikannya, berpacu dengan waktu.

(0.60) (Mzm 71:1) (sh: Tempat perlindungan yang teduh (Jumat, 19 Oktober 2001))
Tempat perlindungan yang teduh

Tempat perlindungan yang teduh. Kesusahan dan malapetaka tidaklah akan menghancurkan kehidupan umat Tuhan, karena di balik semuanya itu, Tuhan sedang berkarya dan membalikkan keadaan umat-Nya. Demikianlah kesaksian dari mazmur ini.

Mazmur ini secara umum merupakan doa permohonan yang menegaskan bahwa mereka yang berlindung kepada Tuhan tidak akan mendapat malu, karena mereka akan senantiasa mengalami penyertaan Tuhan di sepanjang umur hidupnya (ayat 1, 13, 24). Allah ada dekat mereka sejak dalam kandungan ibunya hingga keluar dari perut ibunya (ayat 6), sejak masa kanak-kanak hingga bertumbuh menjadi seorang pemuda (ayat 5, 17). Dan kasih setia-Nya akan terus berlangsung hingga masa tuanya, ketika kekuatan mereka telah memudar dan rambutnya memutih (ayat 9, 18).

Tuhan tidak akan membiarkan mereka yang berlindung pada-Nya terus tenggelam ke dalam berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Tuhan akan menjadi pengharapan dan kepercayaan mereka (ayat 5) di tengah berbagai ancaman, cengkeraman, dan rancangan jahat orang-orang fasik yang mengikhtiarkan kecelakaan mereka, mengincar nyawa, serta memusuhi jiwa mereka (ayat 4, 10, 13). Tuhan adalah gunung batu yang menjadi tempat perlindungan dan pertahanan yang teduh dan kuat bagi mereka (ayat 3, 4, 7). Hal seperti ini tidaklah dialami oleh orang fasik. Tuhan akan membuat mereka malu, tersipu- sipu, berselubung cela dan noda, hingga akhirnya habis lenyap (ayat 13, 24). Sebab Tuhanlah sumber keadilan (ayat 2, 19).

Respons mereka atas perlindungan dan keadilan Tuhan adalah: [1] memuji-Nya dengan sorak-sorai dan nyanyian syukur (ayat 6, 8, 22- 23); [2] menceritakan dan memberitakan keadilan, keselamatan, kuasa, keperkasaan, dan perbuatan Tuhan yang ajaib sepanjang kehidupan mereka (ayat 15-18, 24).

Renungkan: Tuhan tidak akan membiarkan kita terus tenggelam dalam problematika kehidupan. Ia akan mengangkat kita dari sana. Ia akan menghiburkan, memberikan keadilan, dan membuat kita menjadi semakin besar dan kuat melalui semuanya itu. Ia adalah tempat perlindungan yang teduh. Dasar rasa aman kita yang sejati tidaklah dibangun di atas harta, pendidikan, prestasi, relasi atau segala upaya kita, melainkan pada Tuhan yang melindungi dan memberikan keadilan.

(0.60) (Mzm 72:1) (sh: Relasi dengan Tuhan yang mengalirkan berkat (Sabtu, 20 Oktober 2001))
Relasi dengan Tuhan yang mengalirkan berkat

Relasi dengan Tuhan yang mengalirkan berkat. Mazmur ini merupakan nyanyian kerajaan yang berisi permohonan bagi raja. Syair mazmur ini disadur oleh Salomo dari doa pengharapan Daud baginya sebagai penerus dinasti Kerajaan Daud (ayat 1, 20). Di dalam mazmur ini Daud memaparkan kepada Salomo gambaran yang ideal tentang hubungan antara pemerintah, Tuhan, dan rakyatnya. Melalui mazmur ini Daud mengajarkan kepada rakyatnya untuk mendoakan Salomo agar menggunakan kuasa yang diterimanya dari Tuhan, bukan demi keuntungannya sendiri, namun sebaliknya bagi kesejahteraan seluruh rakyat, khususnya mereka yang lemah dan tak berdaya. Dukungan doa dari rakyat seperti inilah yang memungkinkan raja dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Relasi antara sikap raja dan respons rakyat seperti ini berdampak terhadap kesuburan tanah Kanaan (ayat 16) sebagai pernyataan perkenan dan berkat Tuhan.

Sejalan dengan perkembangan sejarah Israel yang berkali-kali jatuh ke dalam tangan raja-raja dan penguasa asing yang lalim, maka mazmur ini di kemudian hari digunakan sebagai doa pengharapan akan kedatangan Mesias sebagai raja Israel yang sejati. Sifat-sifat mesianik mazmur ini tampak pada karakteristik raja yang digambarkannya: Ia memegang pemerintahan di bumi ini selama dunia belum lenyap (ayat 5, 7), namanya tetap untuk selama-lamanya, dan semakin dikenal sepanjang zaman (ayat 17). Kata-kata puisi seperti ini dirasakan sangat berlebihan bagi bangsa Israel jikalau ditujukan bagi seseorang raja yang adalah manusia biasa. Para penulis Perjanjian Baru mengaplikasikan konsep tentang Mesias ini pada Yesus Kristus -- Sang Mesias yang menjadi raja selama-lamanya (bdk. Luk 1:33; Why 11:15). Ia adalah Raja yang memberitakan kebahagiaan (Mat. 5:3-12) serta memperhatikan mereka yang miskin dan tertindas (Mat. 25:31-46). Di bawah pemerintahan-Nya setiap lutut akan bertelut di hadapan-Nya (Flp. 2:9-11). Berdasarkan hal ini, maka berkat-berkat yang mengalir karena hubungan raja Israel dengan rakyatnya dapat diaplikasikan bagi hubungan antara Kristus dengan Kristen yang mendatangkan berkat bagi kondisi dunia.

Renungkan: Hubungan kita dengan Kristus dapat menjadi daya dinamis yang mendatangkan berkat yang mengubah keadaan dunia. Pikirkan berkat-berkat apa yang dapat Anda alirkan pada hari ini!

(0.60) (Mzm 74:1) (sh: Allah membela umat-Nya (Kamis, 21 April 2005))
Allah membela umat-Nya

Allah membela umat-Nya
Mazmur ini adalah suatu nyanyian ratapan atas Bait Allah yang telah dihancurkan ketika Yerusalem diinvasi oleh bangsa Babel pada tahun 587 SM. Umat Allah telah dibawa ke pembuangan. Sion, tempat mezbah Allah pernah ada dan yang merupakan lambang kehadiran Allah sendiri telah menjadi celaan di antara bangsa-bangsa kafir (ayat 3-9). Peristiwa penghancuran itu rupanya sudah berlangsung lama, sementara Yerusalem dan Bait Suci masih tetap menjadi reruntuhan, dan umat Tuhan belum kembali dari pembuangan. Keadaan itu membuat peMazmur bertanya "Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya?" (ayat 1a). Sepertinya Allah telah melupakan umat-Nya sendiri (ayat 2,19) dan mendiamkan serta membiarkan umat-Nya tertindas yang justru membuat para musuh mencela dan menista Dia (ayat 9-11).

Dalam situasi yang tidak berpengharapan itu ternyata peMazmur tidak berpaling dari Allah. Ia percaya bahwa Allah yang disembahnya berkuasa atas alam semesta ini. (ayat 12-17). Oleh keyakinan itu ia mohon supaya Allah bangkit menolong umat-Nya. PeMazmur memberikan alasan bahwa perbuatan para musuh kepada mereka itu sebenarnya dilakukan kepada Allah sendiri. TUHANlah yang dicela dan dinista oleh para musuh (ayat 18,22-23). PeMazmur juga mengingatkan Allah akan perjanjian yang Allah telah ikat dengan umat-Nya. Atas dasar perjanjian itu peMazmur mohon supaya Allah bertindak menyelamatkan mereka (ayat 20-22).

Saat Gereja ditindas dan dianiaya oleh musuh-musuh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya Allah sendirilah yang dicela dan dinista oleh mereka. Ingat juga bahwa Allah kita adalah Allah Semesta Alam. Ia berdaulat atas semua kejadian di muka bumi ini. Panjatkan doa mohon pertolongan yang sama dengan yang dipanjatkan oleh si peMazmur. Keberanian doa kita juga didasarkan oleh ikatan perjanjian Tuhan dengan Gereja-Nya di dalam Tuhan Yesus.

Ingat: Kristus adalah kepala Gereja yang akan bertindak membela umat-Nya demi nama-Nya dan pada waktu-Nya.

(0.60) (Mzm 77:1) (sh: Jejak tak terlihat yang menuntun kawanan domba melintasi laut (Kamis, 25 Oktober 2001))
Jejak tak terlihat yang menuntun kawanan domba melintasi laut

Jejak tak terlihat yang menuntun kawanan domba melintasi laut. Adakalanya datangnya berbagai krisis dan kesulitan membenturkan iman kita dengan berbagai realita yang ada, sehingga kita mengalami krisis rohani. Di saat-saat seperti ini, tidak jarang kita merasa seakan-akan Tuhan meninggalkan kita, menjauh, berdiam diri, dan tidak memperhatikan kita, sehingga kita bertanya-tanya: "Di manakah Tuhan yang Aku percayai? Mengapakah Ia berdiam diri?"

Krisis seperti inilah yang dialami pemazmur. Ia mengalami krisis kepercayaan terhadap kasih setia Tuhan. Seluruh imannya sedang dipertanyakan sampai ke akarnya (ayat 8-11). Ia melihat adanya kesenjangan yang besar antara imannya dengan realita. Ia merenung, mencoba mencari Tuhan dan mengingat Allah dengan segala perbuatan- Nya, namun bertambah sedih dan terpuruk (ayat 2-7). Pemazmur gagal menemukan Tuhan, walaupun hanya untuk jejak-jejak langkah-Nya saja (ayat 20). Namun ia terus mengingat dan merenungkan perbuatan- perbuatan Allah, hingga ia menyadari bahwa jejak-jejak Allah yang tak mampu dilihat inilah yang telah menuntun kawanan domba Allah melintasi lorong muka air yang luas (ayat 20-21). Pemazmur menyadari bahwa hal ini hanya mungkin dilakukan oleh Allah yang kudus, besar, dan tidak tertandingi (ayat 12-19). Walaupun Allah dengan segala jalan-jalan-Nya tak terpahami, namun Dialah yang menaklukkan kekuatan-kekuatan dunia yang menakutkan dan menuntun umat-Nya melintasi semuanya itu.

Melalui mazmur ini, umat Allah ditantang untuk tetap beriman ketika diperhadapkan dengan misteri Allah dan jalan-jalan-Nya yang tak terselami. Hal ini hanya mampu dipahami melalui iman yang terwujud secara konkrit. Tanpa adanya iman maka misteri Allah dan pekerjaan-Nya yang tak terselami tidak akan dipahami. Melalui iman seperti inilah maka kita dapat memahami warisan sejarah sebagai karya Allah yang jejak kaki-Nya tidak kelihatan.

Renungkan: Walaupun kita tak mampu menyelami jalan-jalan-Nya, namun kita harus yakin bahwa Dia lebih besar dari segala permasalahan kita. Sekali pun kita tidak melihat-Nya, Ia tetap berada di sisi kita. Ia membimbing kita melintasi segala kesulitan yang kita hadapi. Ketika Anda merasa berjuang sendiri, bacalah kembali mazmur ini berulang kali dan ingatlah karya-karya Tuhan dalam hidup Anda.

(0.60) (Mzm 95:1) (sh: Umat Allah perlu mendengar (Rabu, 10 April 2002))
Umat Allah perlu mendengar

Umat Allah perlu mendengar. Banyak ahli PL menyebut mazmur sebagai seruan kenabian atau merupakan liturgi tentang hukuman Allah. Mazmur ini mengundang umat untuk memuji Allah (ayat 1-2,6), disertai alasannya (ayat 3- 5,7), lalu mengundang umat untuk taat kepada-Nya (ayat 7b-11). Mazmur ini bergerak maju dari ajakan pujian ke pengajaran. Berita bahwa Allah adalah Raja yang berdaulat atas segala sesuatu perlu diperdengarkan kepada dan diresponi oleh bukan saja orang-orang yang tidak kenal Allah, tetapi juga oleh umat Tuhan sendiri.

Bukan saja kekuatan jahat yang berontak melawan Allah (ps. 34), tetapi juga umat Allah mengeraskan hati berontak melawan Allah. Allah tak memaksa umat-Nya untuk taat kepada-Nya, tetapi menginginkan agar umat-Nya dengan sadar dan sukacita menaati Dia. Tindakan penyelamatan Allah atas umat-Nya (ayat 1b) dan fakta bahwa Allah adalah Raja atas segala allah (ayat 3) seharusnya mereka sambut dengan sikap memuji Allah dan taat kepada Allah. Puji-pujian bukan saja sikap yang tepat kepada Allah, tetapi juga memberi suasana menentukan bagi ketaatan umat. Puji-pujian yang layak ditujukan kepada Allah adalah pujian dengan sorak-sorai besar (ayat 1), menunjukkan luapan kesukaan dan kebebasan yang mengungkapkan kesukaan tersebut. Dengan demikian, ketaatan yang mengiringi pujian sedemikian adalah ketaatan dalam sikap sukacita, bukan terpaksa. Ketaatan juga adalah ungkapan penyembahan yang sepadan dengan sikap tubuh ketika kita bertelut di hadapan Allah (ayat 6-7b), yang sepatutnya diterima Allah yang adalah Raja atas segala kekuatan kosmis yang oleh bangsa-bangsa sekitar Israel sering disembah sebagai dewa-dewa (ayat 3-5).

Apa tanda yang paling pas untuk mengenali siapa domba yang adalah milik Allah? Dalam Mazmur ini, tanda tersebut adalah sikap dengar-dengaran kepada Allah sang Raja Gembala (bdk. Yoh. 10:3- 5). Hal itu kontras tajam dari kesimpulan pemazmur tentang sikap Israel sepanjang perjalanan mereka memasuki tanah perjanjian. Bukannya mereka mensyukuri kebesaran Allah dalam kisah Keluaran itu, tetapi mereka menodai perjalanan tersebut dengan sungut- sungutan mereka. “Jangan lagi mengulangi kesalahan yang sama!” kira-kira demikianlah pesan mazmur ini.

Renungkan: Sikap memuji dan dengar-dengaran terhadap Allah adalah tanda terjelas kemilikan Allah atas kita.

(0.60) (Mzm 96:1) (sh: Rajakanlah Tuhan (Kamis, 11 April 2002))
Rajakanlah Tuhan

Rajakanlah Tuhan. Sepanjang masa manusia memimpikan adanya suatu dunia bertatanan sosial yang ideal. Namun, impian ini tidak kunjung mewujud. Dunia yang telah memberontak kepada Allah serupa rimba liar yang di dalamnya manusia menjadi serigala bagi sesamanya. Namun, orang beriman tidak beralasan untuk melepas pengharapan akan dunia yang lebih baik. Dunia ini bukan neraka, dan Allah terus melakukan perbuatan-perbuatan besar-Nya yang menyatakan bahwa Dialah yang Raja, bukan kejahatan. Orang beriman melihat bahwa Allah terus memerintah sejarah dunia ini hingga puncaknya kelak, saat segenap isi dunia mengakui dan mengalami sepenuhnya ke-Raja-an Allah.

Enam kali diserukan agar umat Tuhan menyanyi bagi Tuhan, mengabarkan keselamatan yang dari-Nya, dan menceritakan kemuliaan-Nya (ayat 1-3). Allah yang besar, dahsyat mengatasi segala allah (ayat 4), agung, kuat, dan mulia (ayat 6), yang telah melakukan perbuatan- perbuatan yang ajaib, mencipta (ayat 5), menyelamatkan umat-Nya (ayat 3), memerintah bumi dengan adil, dan menjadikan dunia ini tempat yang serasi dengan keadilan dan kemuliaan-Nya (ayat 10-13) adalah alasan dan tujuan puji-pujian tersebut. Umat Tuhan wajib menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan (ayat 1). Yang dimaksud dengan “nyanyian baru” mungkin adalah nyanyian yang mengakui pemerintahan Allah atas segala sesuatu seperti yang disenandungkan dalam mazmur ini (ayat 10), dalam kaitan dengan pekerjaan Allah dalam sejarah, dan dengan mengantisipasi apa yang akan Allah buat untuk menegakkan keadilan dan menyempurnakan ciptaan-Nya (ayat 11-13). Karena itu, seruan ini bukan hanya ditujukan bagi umat Tuhan, tetapi kepada segenap bumi (ayat 1), segala bangsa (ayat 3a), semua manusia (ayat 3b), dan segenap unsur ciptaan (ayat 11-12).

Di dalam puji-pujian kolosal kepada Allah yang mulia ini, semua kekuatan dalam semesta ini, tampak ataupun tidak tampak, alami ataupun supraalami, politis-ekonomi ataupun rohani, semuanya tunduk rendah terlucut dari pengilahian atau pemujaan diri di hadapan Allah satu-satunya, Raja yang mulia dan patut dipuji. Bumi baru yang adil dan mulia adalah bumi yang di dalamnya pemerintahan Allah diakui penuh.

Renungkan: Umat Tuhan memelopori liturgi semesta kepada Allah dengan memberitakan kabar baik tentang karya keselamatan Allah kepada sesamanya.

(0.60) (Mzm 100:1) (sh: Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan (Senin, 15 April 2002))
Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan

Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan. Adakalanya pujian dalam ibadah telah mengalami pengurangan makna sehingga hanya menjadi suatu hiburan rohani yang bertujuan untuk memuaskan ataupun melegakan hati. Pujian seperti ini tidak membangkitkan di dalam kita pemahaman dan kesadaran tentang sifat serta alasan untuk memuji. Ini sungguh berbeda dengan Mazmur 100. Seperti mazmur-mazmur lainnya, pujian orang beriman dimaksudkan untuk memuliakan Allah sambil mengacu pada sifat-sifat dan karya- karya Allah. Pujian tidak pernah boleh berorientasi pada faedah yang ingin diperoleh pihak yang memuji Allah.

Meski tidak secara nyata sinambung dengan mazmur penobatan, tema tertentu dalam mazmur penobatan masih bergema. Tema itu adalah seruan ke seluruh bumi untuk beribadah dengan meriah kepada Tuhan (ayat 1-2). Alasan yang melandasi seruan tersebut adalah bahwa Allah yang memerintah segenap alam semesta ini layak menerima puji sembah seisi semesta. Lebih dari itu, Allah layak menerima penyembahan dari semua manusia yang telah diciptakan-Nya dan dijadikan-Nya umat gembalaan-Nya. Kata “ibadah” dalam arti harfiah bahasa aslinya lebih luas dari sekadar kegiatan ibadah di rumah Allah. Kata ini dipakai pada zaman itu untuk mengungkapkan sikap mengorientasikan hidup sepenuhnya kepada seorang raja, entah manusia atau Allah. Jadi, konsep ibadah yang dimaksud adalah pengabdian total atas dasar kemilikan total Allah atas umat-Nya. Seluruh segi hidup yang taat dan mengasihi Allah menyatakan pemerintahan Allah.

Pokok penting tersebut menjadi lebih jelas di dalam penggunaan kata ganti orang dalam ayat 3: “… Dia, dia, kita, -Nya, -Nya.” Struktur sedemikian menegaskan bahwa pertanyaan tentang jati diri kita harus mulai dari dan berakhir pada Allah. Bagi umat Allah Perjanjian Lama, hal Allah menjadikan mereka dalam penciptaan dan menjadikan mereka menjadi umat dalam Keluaran adalah dua hal yang saling terkait yang mensahkan kemilikan Allah dan keumatan mereka. Alasan lain mengapa umat patut beribadah adalah karena “Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun” (ayat 5).

Renungkan: Sadarilah bahwa Allah adalah Gembala baik bagi kita umat-Nya dan atas seluruh alam semesta ini.

(0.60) (Mzm 104:19) (sh: Allah, sang penopang dan pemelihara semesta (Sabtu, 20 April 2002))
Allah, sang penopang dan pemelihara semesta

Allah, sang penopang dan pemelihara semesta. Dalam semua agama purba, terdapat kecenderungan untuk menyembah benda-benda alam yang dianggap menentukan kehidupan. Dua yang terpenting dari antaranya adalah matahari dan bulan. Selain penting bagi kehidupan makhluk, matahari dan bulan adalah kekuatan yang mengatur jalannya waktu: siang dan malam. Kini pemazmur memuji Allah karena melihat bahwa tidak saja Allah mengaruniakan bagi manusia semua kebutuhannya dan demi kesukaan hidupnya (ayat 14-18), Allah juga menjadikan matahari dan bulan pelayan-pelayan-Nya untuk memelihara kehidupan (ayat 19-23). Dengan demikian, sama halnya dengan kisah penciptaan dalam Kejadian 1, mazmur ini berfungsi menolak penyembahan terhadap benda-benda langit. Bila dalam Kejadian 1, hal itu diungkapkan dengan menempatkan matahari dan benda-benda langit bukan pada urutan sebab dari tanaman di bumi, tetapi sesudah semuanya ada, mazmur ini mengungkapkannya dalam uraian yang berbeda (ayat 19- 23).

Dalam ayat 24 dst., pemazmur seperti masuk ke dalam puncak luapan pujiannya. Bagian ini menyimpulkan seluruh perenungannya di bagian sebelumnya. Segala sesuatu berasal dari Allah: langit, bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia — Allah menciptakan semua itu dan semua menjadi saksi tentang hikmat Allah. Karya penciptaan Allah sekaligus menunjukkan Allah seperti seorang pembangun dan seniman. Kekuasaan dan hikmat Allah sekaligus tampil mencengangkan dalam setiap wujud dan bangun benda dan makhluk ciptaan-Nya. Sekali lagi di sini kepercayaan salah bangsa-bangsa sekitar Israel dikritik. Waktu itu ada kecenderungan melihat laut sebagai sumber kekacauan dan lewiatan sebagai monster yang mengancam kehidupan di bumi. Tetapi, pemazmur melihat lain. Laut tidak akan dapat menjadi ancaman atau melahirkan kekuatan yang menghabisi hidup sebab Allah mengendalikannya penuh (ayat 25-26). Bahkan seluruh irama hidup dalam alam semesta ini Allah yang mengaturnya. Karena itu, tidak saja semuanya bergantung penuh kepada-Nya, tetapi semua makhluk berbudi patut memuji-muji Allah (ayat 33-35).

Renungkan: Kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus tidak saja menegaskan pentingnya umat Tuhan bagi Tuhan, namun juga maksud Tuhan untuk menopang dan memelihara ciptaan-Nya dengan setia.

(0.60) (Mzm 105:16) (sh: Pujian dan ketaatan (ayat 2) (Senin, 22 April 2002))
Pujian dan ketaatan (ayat 2)

Pujian dan ketaatan (ayat 2). Kebesaran hikmat, kuasa, dan kasih Allah jauh melampaui baik pertimbangan manusia memahaminya maupun kelayakan manusia menerimanya. Kisah bagaimana Yusuf menjadi besar, menjadi penyelamat keluarganya dan bahkan dunia waktu itu, adalah bukti tentang kebesaran Allah tersebut (ayat 16-22). Kisah Yusuf ini lebih tepat disarikan sebagai kisah Allah membentuk dan menyiapkannya menjadi orang yang berperanan besar dalam sejarah umat dan dunia waktu itu melalui berbagai penderitaan dan ujian yang harus Yusuf lalui.

Untuk Israel pada umumnya, kisah terbesar dan terpenting bagi mereka sebagai umat adalah kisah Keluaran (ayat 26-38). Seperti halnya kisah Yusuf, kisah Keluaran pun bisa dilihat dari sisi manusia atau dari sisi Allah. Dari sisi manusia, hanya sedikit unsur heroik dapat kita jumpai baik dari tokoh para pemimpinnya maupun dari perilaku seluruh umat. Di balik latar depan kelemahan manusia itu, tampak jelas kasih, kesetiaan, hikmat, dan kuasa Allah yang mematahkan kekuatan perbudakan Mesir atas Israel, mempermalukan kepercayaan kafir Mesir kepada dewa-dewi mereka, memimpin, memelihara, dan mengajar Israel secara melimpah mulai dari keluar dari Mesir sampai mereka memasuki tanah perjanjian (ayat 26-42).

Yang indah dari kisah Keluaran bukan saja bahwa Allah mengalahkan rintangan-rintangan yang harus Israel alami, juga bukan saja Allah memelihara mereka dengan makanan dan minuman. Yang indah dan paling penting dari semua kejadian dalam kisah Keluaran itu adalah bahwa Allah sendiri hadir menyertai umat-Nya (ayat 39). Walau hal tersebut hanya disebut dalam satu ayat, maksud pemazmur jelas adalah menunjukkan seluruh penyertaan Allah sejak dari awal mereka keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan. Kehadiran Allah adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan umat Allah. Melalui kehadiran-Nya, agama atau iman tidak merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi konkret. Kehadiran-Nya tidak saja menjamin pemeliharaan atas kebutuhan, tetapi lebih dari itu menunjukkan bahwa Allah perjanjian sungguh adalah Allah dalam relasi dengan umat-Nya.

Renungkan: Tidak cukup hanya menghitung berkat Allah dalam hidup ini. Penting untuk hidup ibadah kita, mengenali dan merindukan kehadiran Allah secara nyata.



TIP #18: Centang "Hanya dalam TB" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab hanya dalam versi TB [SEMUA]
dibuat dalam 0.66 detik
dipersembahkan oleh YLSA