Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 301 - 320 dari 1632 ayat untuk layulah ia AND book:[40 TO 66] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.37) (Ibr 2:11) (full: IA YANG MENGUDUSKAN. )

Nas : Ibr 2:11

"Ia yang menguduskan" manusia itu adalah Kristus (bd. Ibr 10:10,14,29; 13:12) dan "mereka yang dikuduskan" adalah orang-orang yang telah diselamatkan dari kesalahan dan kuasa dosa serta dipisahkan sebagai umat Allah. Pengabdian Kristus untuk mati karena kita membuka jalan bagi pengudusan kita

(lihat art. PENGUDUSAN).

(0.37) (Ibr 11:16) (full: ALLAH TIDAK MALU. )

Nas : Ibr 11:16

Mereka yang menghormati Allah dengan hidup sebagai "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) dan yang menginginkan suatu tanah air yang lebih baik akan mendapatkan kehormatan dari Allah ketika Ia bersedia disebut Allah mereka. Ia tidak akan malu untuk mengakui mereka sebagai anak-anak-Nya sendiri (bd. Kel 3:6).

(0.37) (Why 5:5) (full: SINGA DARI SUKU YEHUDA. )

Nas : Wahy 5:5

Kristus dilukiskan seperti Singa, yang menunjukkan bahwa Ia akan memerintah segenap bumi. Ia berasal dari suku Yehuda dan keturunan keluarga Daud. Gelar-gelar Yesus sebagai Mesias yang berkemenangan (Kej 49:9-10) dan raja yang kekal ini selaras dengan janji-janji yang telah dibuat dengan Daud (Yes 11:1,10).

(0.37) (Rm 11:25) (sh: Rahasia rencana keselamatan. (Kamis, 11 Juni 1998))
Rahasia rencana keselamatan.

Rahasia rencana keselamatan.
Untuk mencegah kesombongan orang-orang Kristen bukan Yahudi terhadap orang Yahudi, Rasul Paulus menganggap penting untuk menyingkapkan rahasia tentang rencana keselamatan bagi orang Yahudi dan bukan Yahudi (ayat 25). Setelah bangsa-bangsa lain diselamatkan bangsa Israel pun diselamatkan (ayat 26-27). Keselamatan diperoleh semata-mata karena kemurahan Allah (ayat 30-31), dan disambut dengan iman. Keselamatan hanya di dalam Yesus Kristus. Jadi Paulus tidak bicara tentang dua jalan keselamatan, tetapi dua pihak yang sama berdosa dan tidak layak, oleh iman dalam Yesus Kristus boleh diselamatkan.

Puji-pujian dari Paulus. Sebelas pasal panjang telah Paulus pakai untuk memaparkan keajaiban kasih karunia Allah untuk orang berdosa. Ia memaparkan hal-hal penting dari pembenaran, pemilihan, panggilan, pengudusan, eskatologi, sampai pemuliaan Gereja kelak. Kini ia "kehabisan nafas". Ia berseru, ia bertanya, ia menegaskan dan ia akhirnya meninggikan Tuhan Allah. Semua kita pun tidak bisa lagi menyombongkan diri. Di hadapan keajaiban diri Allah, hikmat dan kasih karunia-Nya, karya-karya-Nya yang ajaib, kita hanya dapat tunduk bersyukur, tengadah memuliakan Allah.

Renungkan: Jangan berhenti hanya sampai memikirkan Yesus, teruskan ke konsekuensinya menyembah dan mengagumi Allah di dalam Dia dan melalui Dia!

Doa: Bapa, puji-pujian Rasul Paulus juga menjadi puji-pujian kami disertai hati yang takjub dan meyembah.

(0.37) (Flp 1:12) (sh: Arti hidup (Kamis, 30 Agustus 2012))
Arti hidup

Judul: Arti hidup
Tidak banyak manusia normal di dunia ini yang mengharapkan kematian dirinya sendiri. Sebab pada umumnya kematian merupakan sesuatu yang sangat dihindari. Entah berapa banyak jumlah uang yang harus dikeluarkan setiap bulannya untuk mempertahankan nyawa seorang manusia. Paulus menyiratkan bahwa secara manusiawi, jika boleh memilih, ia lebih senang untuk mati dan diam bersama dengan Kristus (21-23). Cinta Paulus kepada Kristus begitu besar. Paulus sangat merindukan untuk bertemu Kristus secara pribadi. Namun di sisi lain, Paulus juga sadar bahwa hidupnya di dunia ini memiliki peran dan tanggung jawab yang besar. Ia harus bekerja menghasilkan buah rohani di dalam melayani jemaat. Komitmen inipun adalah ekspresi konkret dari cinta dan ketaatan Paulus kepada Kristus.

Cinta dan komitmen Paulus terlihat dari bagaimana ia memandang segala sesuatu dari sudut pandang Kristus. Ketika ia dipenjara, Paulus tidak menyia-nyiakan kesempatan itu demi kemajuan Injil. Paulus bahkan melihat bahwa melalui pemenjaraan dirinya, banyak orang beriman yang semakin dikuatkan imannya dan semakin berani dalam memberitakan Injil (12-14)

Ketika melihat orang-orang yang telah memberitakan Kristus dengan motivasi tidak baik, Paulus tidak menjadi putus asa, sebaliknya ia tetap bersuka cita demi pemberitaan Injil itu sendiri. Paulus memberi teladan kepada kita untuk tidak mengeluh ketika situasi hidup kita menjadi sulit. Paulus telah meneladani bagaimana ia tetap taat bekerja menghasilkan buah rohani dan membawa berkat bagi sebanyak mungkin orang selama ia masih bernafas.

Hidup seperti yang dimiliki Paulus ini adalah hidup yang sungguh-sungguh penuh arti. Kunci dari sikap mental dan cara pandang Paulus yang positif di tengah deraan kesulitan hidup adalah cintanya kepada Kristus. Kristuslah yang telah menopang dan memberi kekuatan kepada Paulus selama hidup dan pelayanannya.

Belajar dari kehidupan Paulus, marilah kita pun belajar untuk mengasihi Tuhan Yesus dan mulai melihat segala sesuatu dari sudut pandang Dia.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/08/30/

(0.36) (Mat 20:29) (sh: Semarak menghantar jalan salib (Senin, 26 Februari 2001))
Semarak menghantar jalan salib

Semarak menghantar jalan salib. Ada saat pujian datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat- Nya Ia harus ke Yerusalem untuk menempuh jalan salib, tetapi sesuai dengan nubuatan nabi, Yesus mengalami suasana semarak pujian orang banyak yang mengikuti-Nya. Namun sayangnya mereka hanya mengenal-Nya sebagai nabi dari Nazaret. Mengapa demikian?

Sebelum tiba di Yerusalem, ketika Yesus keluar dari Yerikho, dua orang buta berseru kepada-Nya. Mereka memanggil Yesus sebagai Anak Daud, suatu sebutan yang berkaitan dengan Kemesiasan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang sangat tidak bersimpati melihat orang buta yang membutuhkan pertolongan, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk menolong mereka. Walaupun Ia sudah tahu kebutuhan mereka, tetapi Ia bertanya lebih dahulu apa yang mereka kehendaki dari Yesus. Mereka mengatakan suatu kebutuhan utama, yakni supaya Ia mencelikkan mata mereka. Respons Yesus (ayat 34) semata-mata bukan karena teriakan mereka, tetapi karena kehendak-Nya untuk menjamah mereka dan menyembuhkan. Kemesiasan-Nya sungguh nyata melalui kuasa-Nya mencelikkan mereka.

Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya menuju Yerusalem. Tiba di Betfage, suatu desa di Bukit Zaitun, Ia menyuruh 2 murid-Nya untuk meminjam keledai betina dengan anaknya. Kemudian Ia menunggangi keledai tersebut. Segala sesuatunya terjadi di dalam rencana dan pengaturan-Nya sesuai nubuatan nabi (ayat 2-5). Sejumlah besar orang menyambut-Nya dan menyebut-Nya: Anak Daud dan Dia yang datang dalam nama Tuhan (ayat 9). Kedua sebutan ini sesungguhnya menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, namun ternyata sebutan ini hanya keluar dari bibir mereka tanpa pemahaman yang selaras dengan pengakuan. Ia menerima segala perlakuan mereka karena Ia datang sebagai penggenap nubuatan nabi, walaupun Ia tahu bahwa mereka menyambut-Nya hanya sebagai nabi besar dan bukan seorang Mesias (ayat 11).

Renungkan: Mungkin Kristen sering terlalu mudah menyanyikan pujian atau menyerukan haleluya sebagai respons atas kebenaran firman Tuhan, tanpa didasari pemahaman dan pengenalan yang benar, yang selaras dengan pengakuan melalui bibir.

(0.36) (Mat 26:17) (sh: Kasih Yesus dan kegagalan manusia (Jumat, 26 Maret 2010))
Kasih Yesus dan kegagalan manusia

Judul: Kasih Yesus dan kegagalan manusia
Sama seperti perikop yang lalu, di tengah-tengah penolakan yang terselubung dengan intrik yang keji, ada pernyataan kasih dari orang yang tidak disebutkan namanya. Orang tersebut menyediakan tempat untuk Yesus dan murid-murid-Nya untuk makan perjamuan Paskah. Di situlah kesempatan Yesus mengajar para murid terakhir kali tentang makna perjamuan Paskah yang baru.

Sekali lagi kita melihat Yesus yang pegang kendali kendati Ia mengetahui pengkhianatan Yudas (ayat 20-25) dan ketidak-mengertian dan ketidaksiapan para murid-Nya yang lain, termasuk di dalamnya sesumbar Petrus (ayat 31-35). Hambatan yang muncul tidak membuat fokus Yesus dialihkan dari misi yang telah ditetapkan Allah. Yesus tetap terfokus pada kayu salib dengan cara memberikan makna baru terhadap Paskah dalam kaitan dengan diri-Nya sendiri. Ia menyatakan bahwa roti melambangkan tubuh-Nya yang mengalami penderitaan dan anggur melambangkan darah-Nya sebagai darah Perjanjian Baru yang dicurahkan bagi keselamatan manusia. Setiap orang percaya akan mendapat bagian dari umat Perjanjian Baru dan akan mengambil bagi-an lagi dalam perjamuan kekal bersama dengan Dia dalam Kerajaan Bapa.

Sebenarnya mudah bagi Yesus untuk mencari alasan agar tidak perlu menyerahkan diri di salib. Murid-murid tidak siap, juga ada pengkhianat di antara mereka. Memberi diri salib seperti menyerah pada rencana para musuh-Nya, dan berakibat fatal pada para murid yang kemudian tercerai berai. Namun Yesus tahu bahwa hanya saliblah cara Allah untuk menyelamatkan manusia.

Mari kita bersyukur, Yesus berfokus dan setia pada rencana Allah. Sehingga sekarang kita menikmati berkat keselamatan dengan limpah untuk dibagikan pula kepada orang lain. Mari kita belajar meneladani Dia untuk tidak mencari alasan untuk mengelak dari panggilan kita memikul salib masing-masing demi Kristus dimuliakan dan demi lebih banyak orang diselamatkan!

(0.36) (Luk 22:54) (sh: Sikap manusia terhadap kebenaran. Setelah Yesus ditangkap (Selasa, 18 April 2000))
Sikap manusia terhadap kebenaran. Setelah Yesus ditangkap

Sikap manusia terhadap kebenaran. Setelah Yesus ditangkap dan dibawa pergi, hampir semua murid-Nya meninggalkan-Nya. Petrus masih mengikuti Dia, namun kemudian secara tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya berada di pihak yang salah. Dia tidak bermaksud demikian, namun ia tidak memahami dengan benar sifat dari peperangan itu dan senjata apa yang diperlukan untuk memenangkannya. Peperangan itu antara Kebenaran dan dusta dan Kebenaran itu secara mutlak ada di dalam seorang Pribadi Tunggal Yesus Kristus. Kebenaran tidak ditegakkan dengan kekuatan fisik, tetapi dengan kekuatan rohani.

Di halaman rumah Imam Besar itu, Petrus menyangkal Yesus. Ketika seorang hamba berkata dengan penuh keyakinan 'Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia' (ayat 59), hamba itu menyatakan bahwa apa yang ia ketahui adalah benar. Ini merupakan kesempatan terakhir bagi Petrus untuk memenangkan peperangan dan tetap berdiri dalam Kebenaran. Namun ia telah menyangkal kebenaran dan bersembunyi di balik kepura-puraan atau kepalsuan. Itulah sikap Petrus terhadap Kebenaran. Ia mengenal Kebenaran, tetapi ia melarikan diri daripadanya, menghindarinya, bahkan menyangkalinya demi kepentingan pribadi. Ia telah kalah dalam pencobaan.

Para tua-tua, ahli Taurat, dan imam sepertinya menunjukkan sikap ingin mengenal Kebenaran ketika mereka mengajukan pertanyaan kepada Yesus (ayat 66-67). Tetapi sesungguhnya mereka tidak berminat mendapatkan Kebenaran. Mereka tidak siap percaya atau pun mendiskusikan kebenaran itu bersama-Nya. Mereka hanya ingin mendapatkan alasan untuk menghukum-Nya. Karena itu Yesus tidak memberikan jawaban detail atau mempertahankan argumentasi- Nya. Respons Yesus terhadap dua jenis sikap manusia itu berbeda. Terhadap Petrus, Ia berjanji akan berdoa untuknya, agar imannya tidak jatuh sehingga ia bisa menguatkan saudaranya yang lain. Walaupun saat ini kalah, dikemudian hari ia bisa menang. Janji ini berlaku juga bagi semua orang percaya di dalam mempertahankan Kebenaran di dalam hidup.

Renungkan: Inilah respons Kristus yang penuh kasih. Sedangkan terhadap sikap yang tidak acuh terhadap Kebenaran, Yesus pun tidak akan mengacuhkan mereka untuk menyatakan Kebenaran. Mereka dibiarkan dalam keadaan tersesat.

(0.35) (Mat 24:45) (sh: Tuan akan datang dengan tiba-tiba (Minggu, 1 April 2001))
Tuan akan datang dengan tiba-tiba

Tuan akan datang dengan tiba-tiba. Kepergian sang tuan dalam kurun waktu yang tidak terbatas dapat memunculkan dua sikap dalam diri hamba yang ditinggalkannya. Bila hamba itu setia ia akan menghargai kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh tuannya. Waktu yang ada betul-betul dipakai dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab untuk menghasilkan karya yang menyenangkan hati tuannya. Ketika tuannya datang, hamba ini dapat memperlihatkan hasil kerja yang optimal. Tuannya pun sangat menghargai jerih lelahnya dan memberikan pahala kepadanya. Ia naik pangkat dan menjadi orang kepercayaan tuannya.

Sebaliknya bila hamba itu jahat ia akan bersikap lalai, meremehkan waktu, dan mengerjakan hal-hal yang jahat, waktu yang ada disia-siakan dan tugas yang dipercayakan kepadanya tidak dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Firman Tuhan menyatakan dengan jelas bahwa ketika tuannya kembali hukuman bagi hamba yang jahat pasti akan dijatuhkan. Ia akan mengalami kesengsaraan dan penderitaan.

Jumlah waktu yang sama dimiliki oleh setiap manusia. Tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Waktu terus berjalan maju, tak ada yang dapat menunda. Suatu ketika waktu ini akan habis. Dalam kurun waktu ini Tuhan Yesus mempercayakan tugas kepada murid-murid-Nya. Ia ingin agar waktu yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah dipercayakan- Nya. Suatu hari Ia pasti datang kembali dan menuntut pertanggungjawaban dari hamba-hamba-Nya. Hamba yang setia diberikan pahala sedang hamba yang jahat akan dihukum dalam penderitaan.

Renungkan: Bagaimana Anda memanfaatkan waktu yang masih ada saat ini? Upayakan karya yang memuliakan Tuhan, supaya ketika Tuhan Yesus datang Ia mendapati Anda setia.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 6

Zakharia 9:9-12

Ibrani 12:1-6

Markus 11:1-11

Mazmur 24

Lagu: Kidung Jemaat 282

(0.35) (Mrk 7:31) (sh: Di dalam kesunyian (Sabtu, 15 Maret 2003))
Di dalam kesunyian

Di dalam kesunyian. Kita ada di dalam dunia ini tanpa bisa memilih untuk tidak ada. Meskipun kita adalah manusia yang bebas untuk memilih, tetapi kita tak bisa lari dari hal-hal yang dipilihkan untuk kita oleh kehidupan.

Yesus berangkat lagi ke Danau Galilea. Ada seorang yang tuli dan gagap dibawa kepada-Nya -- kemungkinan bahwa ia tidak bisu dan tuli sejak lahir, tetapi ia pernah menderita sakit suatu waktu dalam kehidupannya. Orang-orang membawanya kepada Yesus supaya Ia memberkatinya -- dan mereka tercengang karena Yesus bukan hanya memberkati orang itu, tetapi juga menyembuhkannya!

Demonstrasi yang dilakukan Yesus menunjukkan modus yang berbeda dari biasanya. Ia bisa saja berkata-kata dan orang itu sembuh seketika. Namun, di sini ia memakai jari dan ludah-Nya untuk menyembuhkan orang tersebut. Dalam tradisi Yunani dan Yahudi, ludah dianggap memiliki kekuatan menyembuhkan. Yesus ingin meyakinkan orang itu akan kekuasaan-Nya. Tentu saja, perintah agar telinganya terbukalah yang memulihkan orang itu -- ia berbicara dengan baik.

Kontras dengan ahli-ahli Taurat yang banyak berbicara dan aktif, orang ini diam dalam kesunyian dan pasif. Namun, di dalam kesunyian ia menemukan Allah. Kita menemukan satu hal yang penting di sini, bahwa keagamaan dan doktrin-doktrin serta peraturan-peraturan kaku adalah suatu penghalang bagi kita untuk menjadi naif, penghalang bagi Allah untuk hadir menyentuh keberadaan kita sekarang dan di sini. Yesus menunjukkan bahwa keterlemparan orang itu ke dalam kehidupan dan ke dalam penyakitnya, serta iman yang melampaui doktrin, menjadi bagian dari kehidupan yang perlu kita jalani sehari-hari.

Renungkan: Saat ini mungkin Anda hanya bisa pasrah menerima realitas kehidupan yang kadang memuakkan. Dalam kesunyian dan iman, biarlah Allah menghampiri Anda.

(0.35) (Luk 1:1) (sh: Mempersiapkan calon pemimpin (Senin, 22 Desember 2003))
Mempersiapkan calon pemimpin

Mempersiapkan calon pemimpin. Catatan akurat Lukas menempatkan dirinya dalam jajaran sejarawan handal pada zamannya. Apalagi tujuannya kalau bukan menyajikan sejarah Kristen awal yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sekaligus meneguhkan iman kepada tokoh sejarah itu, Tuhan Yesus.

Lukas memulai kisahnya dengan kelahiran seorang penyiap jalan bagi tokoh terbesar sepanjang sejarah besar yaitu kelahiran Yohanes. Kelahirannya unik walaupun tidak tanpa preseden dalam sejarah Alkitab. Ia dikandung oleh ibu yang secara biologis mustahil mengandung. Namun, kelahirannya dinubuatkan malaikat. Itu sebabnya sejak dalam kandungan ia telah dipenuhi oleh Roh Kudus. Bahkan Lukas menonjolkan perannya yang lain, yaitu bahwa ia akan membuat orang lain bersukacita, membawa orang kembali kepada Tuhan, dan mendamaikan hubungan di dalam keluarga, pendek kata mempersiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan.

Sehubungan dengan tugasnya, maka sejak kecil ia harus dikuduskan, ditahirkan. Ia sejak kecil sudah dinazirkan, demikian istilahnya pada masa itu. Berarti kehidupannya dibedakan secara sengaja, karena memang diperuntukkan sepenuhnya melayani Tuhan. Salah satu kriteria nazir ialah tidak boleh minum minuman keras (Bil. 6:3; bdk. Hak.17:3-5). Tugas utama Yohanes adalah mempersiapkan suatu umat yang siap untuk dibimbing Tuhan sendiri dalam kebenaran. Oleh sebab itu ia sejak awal dipimpin Roh Kudus serta menjalani hidup khusus, sampai saat, ia memulai pelayanannya (bdk. 1:80).

Calon-calon pemimpin macam apa yang kita persiapkan? Adakah sejak dini, mereka sudah dibekali dengan doa dan firman agar Roh Tuhan sendiri menguduskannya? Sudahkah kita bekali anak-anak kita dengan takut akan Tuhan dan menjauhi hal-hal dosa?

Renungkan: Generasi muda yang kita didik dan besarkan, suatu hari akan menjadi pemimpin dalam berbagai bidang kehidupan. Apakah yang sudah kita lakukan untuk mempersiapkan mereka?

(0.35) (Luk 13:10) (sh: Kerajaan Allah vs kemunafikan (Senin, 1 Maret 2004))
Kerajaan Allah vs kemunafikan

Kerajaan Allah vs kemunafikan. Tanda-tanda kehadiran Allah tidak selalu terwujud dalam hal yang besar dan menakjubkan. Seperti misalnya, dua orang yang sehati berdoa memohon urapan Tuhan atas pelayanan pemberitaan Injil mereka. Setelah bertahun-tahun berdoa dan ber-PI, kini mereka telah menghimpun lebih dari seribu orang petobat dan murid Kristus yang dengan doa dan semangat yang sama mengabarkan Injil.

Di sisi lainnya kita melihat orang yang berpengetahuan banyak akan firman Tuhan, sehingga merasa berkompeten untuk bisa menegur orang yang tidak mematuhinya, tetapi ia sendiri melanggarnya. Kemunafikan seperti itu jelas tidak bermanfaat, sebaliknya menghambat orang lain maupun dirinya untuk bertumbuh. Sikap munafik ditunjukkan oleh kepala rumah ibadat pada hari Sabat ketika ia memarahi orang-orang yang datang untuk disembuhkan Yesus (ayat 14). Ia melarang Yesus 'bekerja' pada hari Sabat, padahal ia sendiri 'bekerja' dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rutin di rumahnya (ayat 15).

Namun, dalam hal ini, persoalan yang lebih utama adalah sikap ketidakpeduliannya terhadap kebutuhan orang lain (ayat 16) sementara ia sibuk untuk mengurus kepentingan diri sendiri. Tindakan Yesus melakukan mukjizat penyembuhan pada hari Sabat merupakan suatu demonstrasi kehadiran Kerajaan Allah di dunia.

Memang kehadiran Kerajaan Allah tidak selalu terlihat besar dan megah. Ia mulai dari kecil seperti biji sesawi, namun, kemudian bertumbuh menjadi pohon yang besar. Atau, seperti sedikit ragi yang mengkhamirkan adonan roti. Kerajaan Allah hadir secara diam-diam, tetapi pengaruh yang dihasilkannya memberkati banyak orang.

Renungkan: Orang Kristen sejati tidak perlu gembar gembor menyatakan kekristenannya, namun ia akan menjadi berkat bagi banyak orang, dan Injil Tuhan disebarluaskan.

(0.35) (Yoh 4:1) (sh: Yesus mengangkat harkat perempuan (Selasa, 1 Januari 2002))
Yesus mengangkat harkat perempuan

Yesus mengangkat harkat perempuan. Dalam berbagai masyarakat, kaum perempuan sering tidak mendapatkan perhatian atau perlakuan yang baik. Tidak jarang mereka direndahkan bahkan dilecehkan. Mereka kerap kali tidak diperlakukan sebagai manusia, melainkan dianggap sebagai benda yang tidak memiliki hak dan martabat. Bagaimana perlakuan Tuhan Yesus terhadap perempuan?

Pada narasi sebelumnya rasul Yohanes memperhatikan secara khusus kaum laki-laki. Namun, ia tidak mengabaikan kaum perempuan. Sekarang secara khusus Yohanes menceritakan tentang seorang perempuan. Siapakah dia? Mari kita berkenalan dengannya. Tidak diberitahu kepada kita siapa namanya. Daerah asalnya kelihatan lebih penting ketimbang nama pribadinya. Ia adalah seorang perempuan dari Samaria (ayat 7,9). Kombinasi perempuan dengan Samaria merupakan dua hal yang paling tidak disukai orang Yahudi (ayat 9). Masyarakat di mana ia tinggal juga terlihat tidak menyukainya. Biasanya kaum perempuan mengambil air pada pagi hari atau sore hari secara bersama-sama. Perempuan ini mengambil air sendirian untuk menghindari orang lain (ayat 6). Mengapa? Kehidupan moralnya, tidak seperti Nikodemus, rendah sekali. Ia sekarang hidup bersama dengan seorang laki-laki tanpa nikah (ayat 18). Sebagai perempuan yang berasal dari Samaria ia tidak disukai orang Yahudi. Sebagai perempuan dengan moral yang rendah ia tidak disukai masyarakatnya sendiri. Jika demikian siapa yang menerimanya? Tuhan Yesus!

Tuhan Yesus dengan sengaja melintasi daerah Samaria untuk menemui perempuan yang sesungguhnya membutuhkan air hidup lebih dari air untuk kelangsungan hidup jasmaninya (ayat 4,7). Tuhan Yesus mengambil inisiatif membuka pembicaraan (ayat 8). Meski awalnya perempuan itu tidak memahami arti air hidup yang Yesus tawarkan kepadanya (ayat 10), dengan sabar Tuhan Yesus membimbingnya tiba pada pengertian seperti yang Tuhan maksudkan (ayat 14).

Renungkan: Tuhan Yesus memperlakukan perempuan dengan baik dan mengangkat derajat dan martabatnya. Ia tidak memberikan perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Mengapa kita masih memperlakukan perempuan seperti sebuah benda?

(0.35) (Kis 4:32) (sh: Mengasihi Tuhan, memberi kepada sesama (Selasa, 17 Juni 2003))
Mengasihi Tuhan, memberi kepada sesama

Mengasihi Tuhan, memberi kepada sesama. Allah mengasihi kita, manusia berdosa, dan Ia menunjukkan kasih- Nya kepada kita melalui pengurbanan-Nya di kayu salib. Don Richardson utusan Injil ke Papua berhasil mengadaptasi budaya "anak perdamaian" masyarakat Papua untuk mengkomunikasikan kebenaran ini. Don Richardson menyampaikan berita Injil bahwa Tuhan telah memberikan putra tunggal-Nya Yesus Kristus kepada manusia untuk mendamaikan manusia dengan diri-Nya. Pengurbanan Allah yang besar merupakan wujud kasih-Nya kepada kita.

Orang Kristen mula-mula, seperti Barnabas, memiliki kasih yang besar kepada Tuhan dan sesamanya. Itu sebabnya mereka rela membagikan harta milik mereka tanpa pamrih. Tidak mudah untuk menganggap harta milik pribadi sebagai harta milik bersama karena bukankah lebih mudah jika harta bersama diperlakukan sebagai harta pribadi? Inilah sifat dosa yang tersisa dalam diri kita.

Tuhan berwawasan luas sekaligus pribadi. Ia mengasihi dan menjaga kita satu per satu, namun secara pribadi Ia berelasi dengan kita, seakan-akan di dunia ini tidak ada orang lain kecuali kita. Mata-Nya memandang semua umat manusia dan rencana keselamatan-Nya untuk semua, bukan hanya kita. Ia bekerja melalui kita untuk semua dan Ia menginginkan agar kita menjadi saluran berkat, bukan penampung berkat.

Tuhan menyenangi dan mengasihi anak-anak-Nya yang berhati luas; Ia tidak menyukai hati yang sempit. Hati yang luas adalah hati yang memandang kepada Tuhan, bukan manusia. Kadang kita tidak rela memberi sebab kita mengarahkan mata pada calon penerima; ingatlah bahwa penerima akhir pemberian kita adalah Tuhan sendiri.

Renungkan: Tuhan memberi, bukan sekadar menitipkan, namun Ia pun meminta kita untuk memberi, bukan sekadar menitipkan.

(0.35) (Kis 10:23) (sh: Menerobos tembok status quo (Jumat, 4 Juli 2003))
Menerobos tembok status quo

Menerobos tembok status quo. Inilah salah satu babak pertumbuhan Kekristenan. Terkesan dari teks ini bahwa bertumbuh ternyata tidak mudah. Salah satu problem pertumbuhan seseorang ialah bagaimana ia harus meninggalkan rumah, atau menerobos tembok status quo. Orang tidak bisa tinggal dan mengurung diri hanya di dalam benteng kehidupannya untuk selama-lamanya, atau seperti katak di bawah tempurung. Tinggal mengurung diri di dalam rumah lalu beranggapan di luar rumah sama sekali tidak ada kehidupan. Seseorang harus berani meninggalkan rumah seperti burung yang berani meninggalkan sarangnya, tetapi tentu saja ia tidak boleh lupa bahwa ia harus kembali lagi ke sarangnya.

Kekristenan lahir di dalam rumah Yahudi. Kristen harus mengakui sebuah kenyatan bahwa ia sangat berhutang kepada rumah atau tradisi Yahudi. Di sana ia belajar tentang moral dan keagungan Allah. Di sana ia belajar tentang Taurat dan kebenaran dan nilai- nilai kehidupan lain yang sangat dalam, kaya, sarat, dan padat. Tetapi ia harus berani meninggalkan tradisi Yahudi itu. Dampak global kekristenan tidak bisa dibatasi dan dikurung dalam rumah Yahudi. Upaya untuk menerobos tembok status quo itu harus dilaksanakan.

Kristiani tidak ditentukan oleh makanan dan minuman yang halal atau haram. Tetapi identitas Kristiani ditentukan oleh Yesus Kristus Tuhan dan Juruslamat. Dengan perkataan lain, orang Kristen tidak boleh terperangkap dalam formalisme atau legalisme agama. Tetapi jiwa Kristiani ditemukan dalam diri Yesus Kristus di dalam peristiwa inkarnasi. Tuhan meninggalkan kesetaraannya dengan Allah dan menjadi manusia serta menyesuaikan diri dengan manusia, bahkan sampai mati di kayu salib.

Renungkan: Yesus adalah contoh yang jelas dalam menerobos tembok-tembok status quo.

(0.35) (Kis 18:1) (sh: Pemeliharaan Tuhan bagi Misi Injil (Rabu, 1 Juni 2005))
Pemeliharaan Tuhan bagi Misi Injil

Pemeliharaan Tuhan bagi Misi Injil
Pengabaran Injil bisa dihalangi dengan keras. Pengabar Injil bisa ditentang dan ditolak. Akan tetapi, rencana Allah tidak bisa gagal. Ia akan memakai berbagai cara untuk memelihara misi penyelamatan tak terhenti.

Allah memelihara misi pengabaran Injil yang dilakukan Paulus melalui beberapa cara. Pertama, Allah memberikan Paulus kepekaan untuk mengetahui kebutuhan orang-orang di sekelilingnya. Kepekaan Paulus juga terlihat saat ia sendiri yang menanggung biaya pelayanannya. Ia tidak membebankannya kepada orang-orang percaya yang pernah ia layani. Sungguh teladan yang luar biasa! Untuk itu, ia bekerja sebagai tukang kemah yang juga dilakukan oleh Akwila dan Priskila (ayat 2-3). Kedua, Roh Kudus menguatkan Paulus dengan visi adanya umat pilihan yang harus diselamatkan di kota Korintus. Visi ini membuat ia tidak meninggalkan kota tersebut, walaupun Injil Kristus ditentang oleh orang-orang Yahudi yang ada di Korintus (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">6-8,12-17). Ketiga, Allah melindungi Paulus dari ancaman para musuhnya sehingga ia dapat tinggal delapan belas bulan lamanya untuk mengajar umat dan melayani pekerjaan Tuhan (ayat 10-11).

Ada dua teladan Paulus yang dapat kita ikuti. Pertama, bergantung penuh kepada pemeliharaan Tuhan untuk mencukupi kebutuhan pelayanan, bukan kepada manusia. Akibatnya, pelayanan kita tidak dikendalikan orang lain. Kedua, kita perlu belajar peka akan kebutuhan orang lain. Jangan sampai pelayanan kita dikendalikan oleh rasa suka atau tidak suka terhadap sikap atau jenis orang tertentu. Hal yang paling penting adalah senantiasa meminta pimpinan Tuhan yang jelas melalui firman dan doa untuk visi pelayanan. Kalau Tuhan sudah menetapkan pimpinan-Nya, kita boleh meyakini bahwa rintangan apa pun akan dapat kita atasi.

Renungkan: Hati yang tulus untuk dipakai Tuhan, kepekaan akan kebutuhan di sekitar kita, dan ketaatan pada pimpinan Roh Kudus adalah kunci kesuksesan pelayanan kita.

(0.35) (Kis 22:30) (sh: Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda (Senin, 3 Juli 2000))
Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda

Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda. Paulus yang telah melalui saat-saat yang sulit dan genting, mengalami kemerosotan fisik dan psikis. Karena itulah ia sempat kehilangan kontrol emosi setelah mendapat tamparan pada mulutnya, sehingga ia membalas tamparan itu dengan kutukan. Pernyataan Paulus (1) adalah hujatan kepada Allah, karena menurut Yudaisme, jika seorang yang mengaku Yahudi namun mengikuti ajaran Yesus, ia adalah seorang pendosa besar di hadapan Allah.

Hanya sesaat Paulus kehilangan kontrol. Begitu menyadari bahwa ia berhadapan dengan Imam Besar, ia pun mengakui kesalahannya. Tindakan ini mempunyai dua implikasi sebab-akibat yang dalam. Pertama, Paulus masih mentaati tradisi Yahudi yang begitu menghormati seorang pemimpin bangsanya. Kedua, ini merupakan penegasan tidak langsung dari Paulus bahwa persengketaan yang terjadi antara dia dan orang-orang Yahudi bukanlah permasalahan tradisi, kebudayaan, ataupun etnis. Ada persoalan yang lebih hakiki. Karena itulah, tanpa membuang waktu, Paulus segera mengungkapkan alasan utama penangkapan dirinya. Paulus hanya melihat bahwa hadirnya 2 partai besar (Farisi dan Saduki) ditambah dengan wakil pemerintah Romawi dalam satu sidang merupakan kesempatan berharga bagi Paulus untuk menyatakan kebenaran fundamental Kekristenan yaitu kebangkitan Kristus yang menjadi dasar bagi kebangkitan orang mati. Sebab Saduki mempunyai pengaruh yang cukup dominan di dalam Mahkamah Agama. Sedangkan Farisi mempunyai suara yang lebih dominan di masyarakat.

Bahkan bagi Paulus kebangkitan Kristus bukan sekadar kebenaran yang ia yakini namun kebenaran yang ia alami sebab kuasa kebangkitan Kristus senantiasa hadir dan menguatkannya. Setelah diselamatkan untuk yang kedua kalinya oleh tentara Romawi, adalah wajar jika dia cemas dan bertanya-tanya tentang masa depannya. Harapan untuk meninggalkan Yerusalem hidup-hidup apalagi kesempatan untuk pergi ke Roma sangat kecil.

Renungkan: Kristen berbeda dengan orang lain bukan karena perbedaan etnis, ras, ataupun latar belakang budaya. Kristen beda karena Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya yang senantiasa hadir di dalam kita, apa yang perlu kita takutkan?

(0.35) (Kis 24:1) (sh: Segala kekuatan disatukan untuk melawan Injil (Sabtu, 12 Agustus 2000))
Segala kekuatan disatukan untuk melawan Injil

Segala kekuatan disatukan untuk melawan Injil. Pihak Mahkamah Agama Yahudi mengerahkan segala daya upaya untuk melenyapkan Paulus. Mereka menghadap wali negri untuk menyampaikan dakwaan mereka dan mendatangkan Imam Besar Ananias. Mereka pun membawa seorang pengacara dari Yerusalem bernama Tertulus, yang bertugas mengemas sebuah dakwaan untuk meyakinkan Feliks bahwa Paulus layak dihukum mati tanpa bukti-bukti valid yang dibutuhkan.

Tertulus melakukan pekerjaannya secara mengagumkan. Ia menyapa Feliks dengan tambahan yang mulia untuk membangun hubungan yang baik. Kemudian sebelum menyampaikan dakwaannya, ia menyanjung Feliks atas usahanya yang mendatangkan kesejahteraan dan perbaikan bagi bangsa Yahudi. Sanjungan ini nampaknya tidak relevan sebab tidak berhubungan dengan kasus Paulus. Namun inilah kepiawaian Tertulus yang mampu menggunakan segala materi untuk mendukung tugasnya. Ia sengaja menggunakan sanjungan untuk membuat Paulus yang ia sebut sebagai 'penyakit sampar', pembuat kekacauan di seluruh dunia yang beradab, dan kepala sebuah sekte, begitu berlawanan dengan pribadi Feliks. Justru dakwaan sesungguhnya tentang penajisan Bait Allah ia ungkapkan di bagian akhir, agar tidak dipandang Feliks sebagai persoalan intern Yahudi melainkan perkara yang bermuatan politik. Ia juga memutarbalikkan fakta sehingga seolah-olah pihak Yahudi yang menderita karena perlakuan pemerintah setempat (7). Terakhir, agar dakwaannya lebih berbobot, ia menghadirkan banyak saksi untuk membenarkan perkataannya (9).

Renungkan: Peristiwa di atas menggambarkan betapa licik dan berbahayanya manusia yang dikuasai oleh kebencian dan nafsu untuk membungkam Injil. Dan itu belum menjadi sejarah, karena masih dapat kita lihat di dalam masyarakat kita. Opini publik dibentuk melalui komentar orang-orang yang `ditokohkan', `head-lines' media massa yang begitu memprovokasi, insiden kecil dipolitisir dan diekspos hingga menjadi isu politik nasional, pemutarbalikkan fakta dan kronologis peristiwa. Akibatnya Kristen tiba-tiba mendapati dirinya sudah terpojok dan menjadi terdakwa yang layak ditekan hingga habis. Berdoalah agar Allah memberikan kita kewaspadaan dan hikmat untuk meresponi itu semua. Marilah Kristen bersatupadu menyusun kekuatan mempertahankan Injil.

(0.35) (Gal 1:11) (sh: Pemberita Injil sejati (Minggu, 5 Juni 2005))
Pemberita Injil sejati

Pemberita Injil sejati
Ada orang yang senang memakai perhiasan imitasi untuk bergaya. Ada juga orang lain yang senang mengimitasi tokoh terkenal. Orang seperti ini biasanya mengenal tokoh yang ditirunya sebatas lahiriah saja, artinya ia tidak tahu motivasi dan hakikat dari perilaku tokoh yang dilakoninya. Paulus bukanlah orang yang sedemikian. Ia menjadi pemberita Injil bukan dengan cara meniru para rasul pendahulunya.

Paulus sadar perkataan kerasnya di perikop sebelum ini harus didukung dengan kewibawaan rasulinya. Maka ia telah menegaskan sejak permulaan bahwa ia menjadi rasul dan pemberita Injil bukan karena kehendak manusia, melainkan karena kehendak Allah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">1). Sekarang ia menegaskan bahwa sumber Injilnya bukan dari manusia, melainkan dari Allah sendiri melalui penyataan Yesus Kristus (ayat 11-12). Riwayat hidupnya membuktikan kedua hal tersebut. Pertama, ia dahulu seorang Yahudi saleh yang sekaligus penganiaya jemaat Tuhan. Namun, Tuhan yang memilih dia sejak semula, secara langsung menugaskannya untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa nonyahudi (ayat 13-16). Kedua, Paulus belajar Injil langsung dari Allah di tanah Arab, sebelum ia bertemu dengan rasul Petrus dan tokoh gereja di Yerusalem, Yakobus (ayat 17-19). Ketiga, pelayanan Paulus di seluruh daerah Siria dan Kilikia menggema sampai ke jemaat di Yudea, sehingga mereka memuliakan Allah (ayat 21-24).

Pertemuan pribadi dengan Tuhanlah yang mengubah Paulus dari penganiaya jemaat menjadi pemberita Injil sejati. Kita juga harus demikian. Jangan mengandalkan dan meniru para tokoh gereja atau pengabar Injil semata-mata. Kita boleh meneladani hal-hal yang baik dari mereka, namun hal-hal itu tidak boleh menggantikan hubungan pribadi kita dengan Tuhan dalam doa dan firman.

Renungkan: Efektivitas pemberitaan Injil tidak bergantung pada kehebatan kata-kata, tetapi pada otoritas Allah pada si pemberita Injil dan pada hidupnya yang sudah diubahkan.

(0.35) (Flp 1:18) (sh: Hidup menghasilkan buah (Senin, 24 Mei 2004))
Hidup menghasilkan buah

Hidup menghasilkan buah. Apa sebabnya Paulus dapat optimis bahkan bersukacita di tengah penderitaannya, khususnya pemenjaraan yang menimpa dirinya? Bukankah ada kemungkinan ia akan dieksekusi oleh karena imannya?

Paulus tidak menguatirkan mengenai keselamatannya. Dia percaya bahwa kesudahan semua penderitaan dan penjara itu adalah keselamatan dirinya. Entah keselamatan dalam arti ia dibebaskan dari pemenjaraan fisik maupun keselamatan surgawi (ayat 19). Dirinya adalah pemberian dan milik Kristus, untuk Dia saja -- hidup atau mati -- Paulus mengabdikan dirinya.

Yang Paulus kuatirkan ialah bagaimana hidupnya tetap dapat mempermuliakan Tuhan baik ketika ia ada di dalam penjara, maupun pada masa mendatang entah dalam keadaan apapun dia, bahkan sampai pada saat kematiannya (ayat 20). Bagi Paulus persoalannya bukan mati atau hidup, asalkan kedua-duanya memuliakan Tuhan. Di satu sisi memang kematian akan menyelesaikan perkara penderitaan dan kesusahan di dunia ini. Kematian berarti permulaan dari menikmati secara penuh persekutuan keselamatan yang telah Kristus kerjakan (ayat 23). Namun, di sisi lainnya Paulus melihat kebutuhan dan sekaligus panggilan Tuhan untuk tetap berkarya di dalam dunia ini. Paulus melihat kebutuhan konkret jemaat Filipi dan pelayanan mereka. Oleh sebab itu Paulus memutuskan untuk taat pada kehendak Allah yaitu tinggal di dalam dunia ini untuk hidup menghasilkan buah (ayat layulah+ia+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">22, 24-25).

Kematian bukan pelarian bagi Paulus. Selama ia hidup, ia harus memberi buah: menjadi berkat bagi orang-orang yang kepadanya Tuhan pertemukan. Kalau tiba waktunya kematian menjemput, Paulus tahu ia akan ke sorga mulia. Namun, sekarang selagi ia hidup berarti bekerja dan melayani Tuhan.

Doa: Tuhan, kiranya kesukaanku yang terdalam ialah bahwa entah aku masih lama hidup atau segera akan mati, aku menyenangkan-Mu



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA