(sh: Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu (Sabtu, 23 Desember 2000)) Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu
Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu.
Mikha mengakhiri tulisannya dengan sebuah doa kepada Allah agar Ia
sudi menggembalakan umat-Nya dengan tongkat-Nya. Ini merupakan
kerinduan Mikha agar bangsanya tetap hidup di jalan Allah setelah
mendapatkan pengampunan dari-Nya. Ia juga berharap agar Allah
datang dan memperlihatkan kekuatan-Nya. Hal ini diungkapkan lewat
kata-kata `dengan tongkat-Mu'. Tongkat adalah batang kayu yang
kuat yang dibawa oleh para gembala. Para gembala tidak hanya
menggunakan tongkat sebagai alat untuk membantu ia berjalan di
tanah yang sulit dilalui namun juga sebagai senjata untuk menjaga
kawanan dombanya dari ancaman dan serangan binatang buas. Mikha
rindu agar Allah segera bertindak untuk memulihkan umat pilihan-
Nya dan mengalahkan segala musuh mereka (14-17). Perkataan
'menggunakan tongkat-Mu' mempunyai makna paralel dengan keajaiban-
keajaiban (15) yaitu mukjizat yang dilakukan oleh Allah ketika Ia
menjatuhkan tulah dan melenyapkan Firaun dan tentaranya di Laut
Merah. Permohonan Mikha ini bukan hanya untuk kepentingan bangsa
Israel saja tapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Intervensi (campur
tangan) Allah yang dinyatakan melalui kekuatan-Nya akan
menyadarkan bangsa-bangsa lain bahwa Tuhanlah Allah dan Raja.
Mereka menjadi takut akan Tuhan dan berpaling kepada-Nya (17).
Mengapa Mikha tetap berani mengharapkan pertolongan dari Allah? Sebab
tidak ada allah seperti Allah Israel (18-20). Allah yang anugerah-
Nya besar, yang sudi mengampuni dosa-dosa pelanggaran umat-Nya.
Allah yang tidak mendendam dan tidak memendam kemarahan-Nya,
bahkan Allah yang selalu rindu untuk menyatakan kemurahan-Nya.
Dosa-dosa umat dihapuskan dan dilemparkan ke dalam tubir-tubir
laut. Allah yang adalah sumber pertolongan selalu setia kepada
janji yang pernah diberikan-Nya kepada nenek moyang bangsa
Israel.
Renungkan:
Ketika kita sedang kecewa, sedih, lemah dan mungkin sedang
mengalami kekalahan di dalam kehidupan ini, bacalah doa Mikha
berkali-kali. Doa ini tidak hanya akan mengingatkan kita bahwa
Allah yang kita sembah adalah Allah yang setia dan akan tetap
setia, tetapi juga mengarahkan kita untuk selalu berharap kepada
Allah. Ingatlah bahwa Allah yang pernah berkarya dan bertindak
menolong umat-Nya, juga akan melakukan hal yang sama kepada kita.
Pengantar Kitab Matius
Penulis.
Injil Matius tidak mencantumkan penulisnya. Beberapa manuskrip kuno
mencantumkan kata 'Injil menurut Matius'. Menurut Eusebius (260-
340 M), bapa gereja purba Papias (60-130 M) pernah mengatakan
bahwa Matius mengumpulkan perkataan-perkataan Yesus untuk
dibukukan. Kemudian tradisi gereja juga menyetujui bahwa penulis
Injil ini adalah Matius walaupun sejak abad 18 tradisi ini mulai
diragukan. Penulis Injil ini sengaja tidak mencatumkan namanya
mungkin dengan pertimbangan bahwa mengetahui siapa penulisnya
bukanlah hal yang mutlak bagi pembacanya sebab Penulis Agung yang
bekerja melalui manusia adalah Roh Kudus.
Waku penulisan.
Sulit menentukan waktu penulisan yang pasti. Beberapa teori mengatakan
bahwa Injil ini ditulis setelah abad pertama. Berdasarkan konteks
teks, Injil ini ditulis sebelum tahun 70 M. Injil Matius
memperingatkan bahaya ajaran orang-orang Saduki, sebuah
organisasi keagamaan orang Yahudi yang hancur total setelah tahun
70 M. Bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hancurnya
Yerusalem (pasal 24) merefleksikan nubuat Perjanjian Lama tentang
penghukuman Illahi, bukan peringatan akan peristiwa sejarah.
Karakteristik dan tema utama.
Injil Matius ditulis untuk memaparkan pengajaran yang berkuasa oleh
dan tentang Yesus, yang kedatangan-Nya merupakan penggenapan
janji Allah dan kehadiran kerajaan-Nya. Matius tidak membuat
perbedaan antara sejarah dan teologi. Baginya sejarah adalah
dasar teologi dan teologi memberi makna kepada sejarah. Injil ini
paling berakar pada Perjanjian Lama dan sangat peduli dengan isu-
isu penting bagi orang Yahudi. Di samping itu Injil Matius juga
paling banyak mengutip penggenapan nubuat Perjanjian Lama.
Kontribusi teologis yang paling besar adalah pemaparannya tentang
kerajaan Allah. Pertama, dalam khotbah di bukit Yesus menyatakan
bahwa kerajaan Allah sudah hadir melalui kehidupan pribadi dan
komunitas orang percaya. Kedua, janji tentang Kerajaan ini
ditawarkan kepada orang Yahudi telah ditolak dengan menyalibkan
Yesus. Ketiga, kerajaan Allah memang sudah ada namun belum
sepenuhnya terealisasi. Kedatangan-Nya yang kedua akan meneguhkan
kerajaan Allah secara penuh.
|