Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 281 - 300 dari 388 ayat untuk menderita perbuatan salah AND book:[40 TO 66] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10) (Mat 20:28) (jerusalem: menjadi tebusan) Dosa manusia mengakibatkan bahwa manusia berhutang terhadap keadilan ilahi, sehingga harus menjalani hukuman mati yang dituntut oleh Hukum, bdk 1Ko 15:56; 2Ko 3:7,9; Gal 3:13; Rom 8:3-4 serta catatan-catatan yang bersangkutan. Untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan maut, Rom 3:24+, maka Yesus membayar uang tebusannya dengan menumpahkan darahNya sendiri, 1Ko 6:20; Mat 7:23; Gal 3:13; Gal 4:5, serta catatan-catatan yang bersangkutan, ialah dengan mati akan ganti mereka yang berhutang, sebagaimana dinubuatkan tentang "Hamba Tuhan", Yes 53. Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan "banyak orang", Yes 53:11 dst., memperlawankan jumlah besar orang yang ditebus dengan Penebus yang hanya seorang, tetapi tidak mengatakan bahwa jumlah orang yang ditebus hanya kecil saja, Rom 5:6-21. Bdk Mat 26:28+
(0.10) (Luk 3:1) (jerusalem) Sama seperti dalam Luk 1:5, dan Luk 2:1-3 demikianpun di sini Lukas membuat sejarah keduniawian. Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Augustus, Luk 2:1, pada tanggal 19 Ag. tahun 14 Mas. Maka tahun kelimabelas pemerintahannya berlangsung dari 19 Ag. tahun 28 sampai 18 Ag. tahun 29 Mas. Kalau Lukas mengikuti perhitungan Siria maka tahun 15 pemerintahan Tiberius ialah dari bulan Sept-Okt,tahun 27 Mas. Pada waktu itu Yesus paling sedikit berusia 33 tahun, dan barangkali hanya mau menandaskan bahwa Yesus sudah cukup berumur untuk menunaikan suatu tugas untuk menunaikan suatu tugas dan jabatan resmi (Mesias). Tarikh Masehi dihitung salah oleh Dionisius (bdk Luk 2:2+), oleh karena menganggap keterangan dalam Luk 3:23 sebagai tepat. Tahun 15 pemerintahan Tiberius ialah tahun 782 setelah kota Roma didirikan. Jumlah ini oleh Dionisius dikurangi dengan 29 tahun penuh, sehingga sampai kepada tahun 753 setelah kota Roma didirikan sebagai awal tarikh Kristen. sesungguhnya awal tarikh Kristen bertepatan dengan tahun 750 atau malah tahun 746 setelah Roma didirikan.
(0.10) (Kis 2:42) (jerusalem) Baiklah dibandingkan dengan Kis 4:32-35 dan Kis 5:12-16. Ketiga "ringkasan" yang disusun oleh Lukas sendiri itu dengan cara serupa melukiskan kehidupan umat Kristen purba.
(0.10) (Mat 5:17) (sh: Kesempurnaan Kristen dan amarah (Kamis, 4 Januari 2001))
Kesempurnaan Kristen dan amarah

Apakah Kristen yang telah mendapatkan pengajaran khusus dari Kristus dibebaskan dari tuntutan menjalankan hukum Taurat dan kitab para nabi? Tidak! Sebab otoritas PL yang bersumber dari Allah akan terus berlaku hingga kesudahan zaman (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">18) dan menyatakan rencana penebusan Allah hingga penggenapannya. Kedatangan Kristus bukan untuk meniadakannya, namun menggenapinya, karena Ia sendirilah penggenapnya.

Kristen pun tidak boleh meniadakan salah satu bagian dari hukum Taurat dan kitab-kitab nabi, ataupun mengajarkannya demikian. Mengapa? Sebab itu merupakan wahyu Allah, sehingga manusia tidak mempunyai hak untuk menguranginya, sekalipun bagian yang terkecil. Karena berhubungan dengan wibawa dan otoritas wahyu Allah, maka konsekuensi peniadaan atau pengajaran yang demikian cukup serius karena berdampak bagi kehidupan di masa kekekalan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">19). Jika demikian apa yang dituntut dari Kristen? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesempurnaan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">20). Ayat ini memang tidak berbicara tentang bagaimana seseorang memperoleh kebenaran namun memaparkan tuntutan kesempurnaan. Mesias sendiri akan membangun sebuah bangsa yang akan disebut `pohon tarbantin kebenaran' (Yes. 61:3).

Kesempurnaan apa yang dituntut dari Kristen? Dalam hubungan dengan sesama manusia, hukum Taurat melarang pembunuhan. Namun yang menjadi kepedulian Allah bukan hanya pembunuhan melainkan juga kemarahan, khususnya kemarahan kepada saudara- saudara seiman (ayat 22), sebab Allah melihat apa yang di dalam hati. Kemarahan yang menyala-nyala dapat mengarah kepada tindakan kekerasan yang lebih jauh, termasuk pembunuhan.

Kemarahan yang seringkali diekspresikan dengan kata- kata umpatan atau kata-kata tuduhan, merupakan hal yang sangat serius, karena dapat menyeret seseorang kepada penghukuman abadi, membawa dampak bagi kehidupan ibadah seseorang, dan dapat menyeret seseorang ke pengadilan (ayat 23-26).

Renungkan: Karena begitu jahatnya kemarahan disertai dengan kepastian hukuman Allah dan konsekuensi kemarahan, Kristen harus menggunakan segala upaya dan daya untuk segera menghentikan kemarahan.

(0.10) (Mat 5:27) (sh: Kristen dan kemerosotan moral masyarakat (Jumat, 5 Januari 2001))
Kristen dan kemerosotan moral masyarakat

Sehari- harinya masyarakat Indonesia disuguhi sinetron- sinetron yang bertemakan perselingkuhan, seks bebas, pengagungan harta, dan kekerasan, demi tercapainya suatu tujuan; perempuan muda dengan pakaian super ketat di jalanan dan situs pornografi di internet; fakta pelecehan hukum demi melindungi kepentingan penguasa dan orang kaya: orang yang salah menjadi benar; dan penindasan rakyat kecil demi keuntungan bisnis. Semua itu membuat hal-hal yang tabu menjadi halal. Tindakan main hakim sendiri dan demonstrasi yang destruktif dipilih sebagai sarana pelampiasan hidup yang tertindas. Kemerosotan moral telah melanda masyarakat.

Kristen sebagai garam dan terang dunia harus mempunyai kualitas moral sesuai standar Allah, karena itu Kristen harus menolak segala bentuk dosa secara radikal (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">29-30). Dalam hukum masyarakat, berzinah adalah dosa sebab ia menggunakan orang lain hanya sebagai obyek seks. Bagi Allah imajinasi seksual pun termasuk zinah sebab ia memandang orang hanya sebagai obyek seksual. Padahal Kristen harus memandang manusia sebagai pribadi yang berharga. Perceraian yang disahkan secara hukum sebenarnya adalah penyimpangan terhadap ketetapan Allah dan pengkhianatan janji kesetiaan antara suami istri. Dalam masyarakat dimana hukum dilecehkan dan penguasa sulit dipercaya, kejujuran Kristen dalam perkataan harus tetap ditegakkan. Bagi Kristen, perkataan adalah hutang yang harus dibayar. Walaupun prinsip mata ganti mata dalam PL menetapkan batas pembalasan sebagai peraturan yang adil. Namun standar Yesus adalah tidak memperlakukan orang lain berdasarkan apa yang adil namun berdasarkan apa yang baik. Bahkan Kristen harus mengasihi musuhnya dan berdoa bagi mereka yang menganiaya, seperti Allah juga memberikan berkat kepada orang jahat (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">45). Dengan kata lain Kristen harus meneladani Allah.

Renungkan: Kemerosotan moral dalam masyarakat bukan merupakan peluang bagi Kristen untuk berkompromi ataupun merendahkan standar moralnya. Sebaliknya Kristen harus semakin giat memperlihatkan kepada masyarakat standar moral yang sesuai dengan kehendak Allah melalui kehidupan Kristennya, agar masyarakat sadar bahwa apa yang disuguhkan kepada mereka bukan sesuatu yang wajar dan biasa, namun suatu dosa yang dibenci Allah.

(0.10) (Mat 5:33) (sh: Antara kata dan hati (Minggu, 4 Januari 1998))
Antara kata dan hati

Sumpah bertujuan untuk mengukuhkan kebenaran dan meneguhkan kebohongan. Manusia Yahudi menggolongkan sumpah ke dalam dua hal. Pertama, kalau menyebut nama Allah, sumpah itu mengikat dan mengharuskan orang yang bersumpah untuk menepatinya. Kedua, kalau sumpah itu tidak atas nama Yerusalem atau nama Allah -- misalnya atas nama langit dan bumi, atau atas nama kepalanya sendiri disebut tidak mengikat, sehingga orang itu tidak harus menepatinya. Tuhan Yesus menentang anggapan tersebut. Hidup tidak dapat dibagi dalam dua bagian: bagian yang di dalamnya ada Allah dan bagian yang di dalamnya tidak ada Allah. Allah selalu ada dan hadir. Bersumpah atau tidak bersumpah Allah terlibat menyaksikan semua tingkah laku manusia. Karena itu kata dan hati tidak boleh dipisah. Pengikut Kristus harus memiliki integritas hati dan kata.

Keadilan dan kasih. Kehidupan orang percaya, sering terjebak dalam dualisme, di gereja kudus dan di luar gereja boleh semaunya. Dualisme seperti ini salah total sebab manusia yang dualistis hidup dalam kepalsuan. Sikap demikian bisa jadi berhubungan erat dengan kesalahan menafsirkan arti perintah Tuhan. Hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi seringkali ditafsirkan seolah Allah menginginkan balas membalas dalam kehidupan manusia. Tetapi maksud firman itu ialah agar orang yang bersalah diperlakukan dengan adil, tidak dijatuhi hukuman lebih berat atau lebih ringan. Di lain pihak, pengikut Kristus sadar bahwa kejahatan tidak dapat diatasi oleh kekerasan hukum tetapi oleh kekuatan kasih. Sambil berusaha menegakkan hukum, pengikut Kristus berupaya untuk mengalah menahan diri (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">39), bermurah hati (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">40-42), bergantung pada kasih karunia Allah (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">43-44). Kelakuan sosial Kristen adalah kelakuan yang memberlakukan sikap Kristus sendiri.

Renungkan: Bukankah kita yang telah menerima kasih Allah dalam Kristus sadar bahwa hanya kasih dapat merubah hidup?

Doa: Di tengah hidup yang penuh kepalsuan dan kekerasan, berilah kekuatan untuk hidup benar dan mengasihi.

(0.10) (Mat 6:1) (sh: Tuhan menolak "sandiwara" rohani (Minggu, 9 Januari 2005))
Tuhan menolak "sandiwara" rohani

Penyiar teve itu tampil meyakinkan. Berstelan dasi dan jas, ia menyampaikan berita dengan mantap. Siapa sangka bahwa sebenarnya ia memakai baju, dasi, dan jas pinjaman. Dan … hanya bercelana pendek. Ia ternyata salah seorang teknisi teve yang terpaksa menggantikan penyiar yang jatuh sakit.

Tuhan Yesus memberi peringatan keras terhadap kerohanian yang mirip dengan kisah tadi. Ia tidak ingin kerohanian para murid-Nya hanya untuk menimbulkan kesan positif orang banyak (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">1, 5), padahal keadaan hidup sebenarnya lain (baca: munafik) dan tidak sungguh terarah ke Tuhan. Godaan untuk bersandiwara rohani waktu itu memang sangat besar di kalangan orang Yahudi yang legalistis. Legalisme adalah sikap mementingkan pelaksanaan aturan-aturan dalam agama. Boleh jadi sikap itu bertujuan menyenangkan hati Allah, tetapi ujung-ujungnya bermuara pada mencari pujian manusia. Para murid Yesus tidak boleh berbuat benar, hidup saleh, memberi sedekah, dan berdoa agar dipuji orang. Sebaliknya, kerohanian yang sejati adalah yang ditujukan kepada Allah semata. Orang yang mencari pujian manusia tidak akan mendapat perkenan Allah dari kehidupan ibadahnya sebab motivasinya untuk beroleh pujian manusia telah terpenuhi.

Orang Kristen masa kini pun perlu hati-hati tentang hidup kerohaniannya. Kita perlu memeriksa diri jangan sampai kita bergereja dan melakukan kegiatan gerejawi supaya dipuji orang. Atau, menjadikan kegiatan ibadah kita seperti doa sebagai cara untuk memaksakan kehendak kita kepada Allah (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">7). Kita perlu belajar memiliki hidup ibadah yang utuh dan bertujuan hanya menyukakan hati Allah, Bapa kita di surga. Meski banyak kegiatan ibadah kita yang tak dapat tidak akan diketahui orang, kita perlu menjaga agar motivasi kita murni, yaitu untuk kemuliaan dan perkenan Tuhan semata.

Ingat: Bapa di surga melihat ke hati. Ia tahu entah ibadah kita sekadar pameran atau tulus untuk memuliakan Dia.

(0.10) (Mat 6:9) (sh: Doa yang benar (Senin, 10 Januari 2005))
Doa yang benar

Tuhan Yesus bukan hanya mengoreksi motivasi dan isi ibadah, serta doa yang salah. Ia kini mengajar mereka bagaimana mereka seharusnya berdoa. Berdoa itu berbicara langsung dengan Allah secara hangat, sederhana, dan apa adanya. Dengan hangat kita memanggil Allah, Bapa Surgawi kita sebab Tuhan Yesus, Putra-Nya yang Tunggal telah lebih dulu memanggil kita untuk mengikut Dia dan belajar dari Dia. Doa itu sederhana, tidak rumit dan bertele-tele sebab bukan pertunjukan rohani, tetapi merupakan perjumpaan hati dengan hati. Doa dalam hubungan riil memungkinkan orang membuka hidupnya apa adanya di hadapan Allah.

Doa yang baik mendahulukan kepentingan Allah lalu menempatkan kepentingan kita di dalam wilayah kepentingan Allah. Inilah sifat isi doa yang Tuhan Yesus ajarkan. Tiga pokok penting menyangkut Allah (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">9-10) merangkul tiga pokok penting kebutuhan nyata kita (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">11-13). Doa yang dimulai dengan sapaan iman kepada Allah Bapa Surgawi, ditutup dengan pernyataan iman tentang kedaulatan Allah (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">13b). Tiga hal yang perlu kita utamakan dalam doa dan hidup kita adalah Nama, Kerajaan, dan kehendak Allah. Kita berdoa agar diri Allah dijunjung tinggi, pemerintahan-Nya terwujud, dan kehendak-Nya yang baik itu terjelma dalam dunia nyata ini di dalam dan melalui kita. Allah juga memperhatikan kebutuhan jasmani dan rohani kita. Karena itu, kita tidak perlu ragu memohon Allah memenuhi kebutuhan hidup kita dan kebutuhan kita akan pengampunan dan kemenangan dalam pencobaan.

Kita perlu berdoa menurut doa yang Tuhan Yesus ajarkan ini dengan segenap hati dan menjadikan kebenaran di dalamnya model bagi doa-doa kita. Hubungan kita dengan Allah tidak dapat dilepaskan dari keadaan hubungan kita dengan sesama, jadi penerimaan Allah akan doa kita pun terkait dengan penerimaan kita akan sesama kita.

Ingat: Hayati dan terapkan prinsip serta isi doa ini setiap kali Anda berdoa.

(0.10) (Mat 6:19) (sh: Menyikapi kebutuhan materiil (Rabu, 12 Januari 2005))
Menyikapi kebutuhan materiil

Para murid Yesus harus mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Jika tidak, beberapa ancaman terhadap kesetiaan kita kepada Tuhan akan terjadi.

Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara. Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan "melonjak" menjadi tuan, dan kita di "kudeta"nya ke kedudukan budak (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">24). Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">32).

Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Kita diajak Yesus untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki.

Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">33).

Renungkan: Tuhan hartaku, atau Harta tuhanku?

(0.10) (Mat 10:24) (sh: Murid Kristus: ciri dan hubungannya dengan Yesus (Minggu, 28 Januari 2001))
Murid Kristus: ciri dan hubungannya dengan Yesus

Seperti orang Yahudi pada zaman Yesus, beberapa gereja masa kini mempunyai pengharapan bahwa kedatangan Yesus identik dengan kedamaian. Namun pernyataan Yesus membalikkan harapan mereka karena Ia datang justru membawa pemisahan dan 'konflik' (ayat 34). Meskipun Dia adalah Sang Raja Damai, dunia akan menolak Dia dan pemerintahan-Nya, sehingga umat manusia akan terpecah-belah (ayat 35- 36). Yesus ingin para murid-Nya tidak memiliki pengharapan yang salah tentang Yesus dan Injil Kerajaan Allah, karena itu Ia mengulangi pernyataan 'Aku datang', hingga 3 kali.

Namun Yesus mengingatkan bahwa pemahaman yang benar tentang misi Yesus tidak dimaksudkan untuk membuat para murid-Nya undur. Sebaliknya murid Kristus harus mutlak setia kepada-Nya, melebihi kesetiaan kepada orang-orang yang mempunyai hubungan darah paling dekat sekalipun (ayat 37). Tidak hanya itu murid Kristus dituntut untuk menundukkan kehendak pribadinya di bawah kehendak Allah (ayat 38). Yesus menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat, karena hubungan antara murid Yesus - Yesus - Allah Bapa sangat indah dan erat. Perlakuan yang diterima oleh murid karena imannya akan dirasakan juga oleh Yesus dan Allah Bapa. Berdasarkan perlakuan yang diterima murid Yesus, Allah Bapa dapat menghukum ataupun memberkati (ayat 40-42). Hubungan ini menunjukkan betapa istimewanya dan berharganya murid Kristus di hadapan Allah. Ia rela mengidentifikasikan diri-Nya dengan murid-Nya sehingga masalah dan penderitaan murid-Nya adalah masalah dan penderitaan Allah.

Renungkan: Hai Kristen, janganlah gentar dan mundur, nyatakan kesetiaan kita kepada-Nya. Bagi Allah yang begitu setia dan menghargai kita, tidak ada persembahan yang lebih indah selain kesetiaan dan ketaatan Kristen yang mutlak kepada-Nya.

Bacaan untuk Minggu Epifania 4

Ulangan 18:15-22

I Korintus 7:32-35

Markus 1:21-28

Mazmur1

Lagu: Kidung Jemaat 450

PA 4 Matius 8:28-34

Di dunia ekonomi manusia dikategorikan sebagai aset. Konsep ini bukan meninggikan manusia, justru merendahkan manusia. Karena di dalam neraca keuangan aset adalah harta perusahaan yang dapat diperlakukan semaunya oleh pemilik perusahaan untuk menghasilkan untung besar. Manusia adalah makhluk yang sangat berharga di hadapan Allah. Yesus melalui mukjizat di Gadara menegaskan hal itu.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1 Apa makna teriakan kedua orang yang mendatangi Yesus (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">29)? Berdasarkan teriakan mereka, apakah mereka bermaksud menantang-Nya ataukah untuk menyerahkan diri? Jelaskan! Kebenaran apakah yang Anda dapatkan yang berhubungan dengan Yesus?

2 Apakah Yesus menjawab teriakan mereka? Mengapa? Apakah permintaan mereka kepada Yesus (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">31)? Mengapa mereka meminta izin kepada Yesus untuk memasuki babi-babi? Berdasarkan permintaannya, apa yang diakui oleh setan-setan itu tentang Yesus?

3 Bandingkanlah dampak tindakan Yesus terhadap kedua orang itu dengan dampak perbuatan setan-setan itu terhadap mereka dan babi-babi! Berdasarkan perbandingan itu apa yang dapat Anda simpulkan tentang misi Yesus dan misi setan di dunia?

4 Bagaimana respons orang-orang setempat terhadap tindakan Yesus? Bagaimana penilaian mereka terhadap babi dan manusia? Salah satu berkat yang mereka terima dalam peristiwa keluarnya setan dari kedua orang itu adalah daerah mereka yang dulunya rawan sekarang menjadi aman (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">28), mengapa mereka nampaknya tidak melihat berkat ini?

5 Tak seorang pun di daerah itu yang melakukan usaha untuk menolong kedua orang itu, namun Yesus yang tidak mempunyai hubungan apa-apa dengannya justru memulihkannya. Kebenaran apa yang kita dapatkan tentang Yesus?

6 Ada manusia yang nampaknya lebih nyaman bila setan hidup bersama dengan mereka, walaupun mereka menyadari bahwa setan banyak melakukan tindakan yang merugikan. Setujukah Anda dengan pendapat ini? Jelaskan! Adakah contoh dalam masyarakat Anda yang mendukung kebenaran ini?

7 Bagaimanakah masyarakat sekarang menghargai sesamanya? Apa yang dapat kita lakukan untuk meneladani Tuhan Yesus?

(0.10) (Mat 14:13) (sh: Hati yang peka (Minggu, 6 Februari 2005))
Hati yang peka

Yesus peka akan keadaan orang banyak. Mereka kekurangan makanan. Timbullah belas kasihan Yesus. Jika pada Markus 6:34 belas kasihan Yesus timbul karena orang banyak seperti domba tanpa gembala, di sini belas kasihan Yesus muncul karena kebutuhan fisik. Orang banyak tidak mempunyai makanan. Yesus juga peka akan pendengar-pendengar-Nya. Meski jumlah mereka banyak, Ia masih memiliki waktu dan kesempatan untuk berbicara dan melayani mereka secara pribadi.

Siapa yang harus memberi mereka makan? Yesus melibatkan para murid. Yesus berhati peka, dan Ia ingin para murid-Nya pun peka bahkan sedia memberi. Murid-murid hanya memiliki lima roti dan dua ikan. Jelas tidak cukup untuk lebih lima ribu orang (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">21). Masih dibutuhkan sedikitnya 5000 roti dan 5000 ikan. Jumlah yang mustahil. Akan tetapi, di hadapan Yesus bukan jumlah yang membuat mustahil atau tidak. Segala hal yang dipersembahkan kepada-Nya, diterima-Nya, diberkati, dilipatgandakan. Hasilnya? Lima roti dan dua ikan yang telah diberkati Yesus itu membuat semua orang kenyang. Bahkan ada sisa 12 bakul.

Tidak cukup kita memiliki Yesus, kita harus juga membagi keberkatan dalam Yesus itu kepada sesama kita yang berkekurangan. Terlibat dalam berbagai pelayanan rohani memang baik, tetapi itu tidak boleh membuat kita beralasan untuk mengabaikan kebutuhan dalam hal materiil yang dialami banyak orang di sekitar kita. Krisis berkepanjangan di Indonesia menyebabkan banyak saudara-saudara kita kekurangan gizi dan nutrisi. Berilah mereka makan. Caranya? Salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan yang memberdayakan mereka sehingga terbuka kesempatan untuk mencari makanan sendiri. Tanpa pemberdayaan ini mereka akan terus kelaparan.

Renungkan: Masihkah ada potensi dan milik yang Anda genggam sendiri dan tidak rela Anda serahkan untuk Yesus pakai memberkati orang lain?

(0.10) (Mat 19:1) (sh: Menikah atau selibat? (Kamis, 17 Februari 2005))
Menikah atau selibat?

Pertanyaan jebakan orang Farisi kepada Yesus menyiratkan bahwa perceraian telah juga menjadi suatu dilema pada masa itu (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">3). Di antara masyarakat Yahudi ada yang menyetujui perceraian karena Musa, nabi besar Israel, mengizinkannya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">7). Lalu, bagaimana pandangan Tuhan Yesus tentang perceraian? Pertama, jawaban Tuhan Yesus menyiratkan ketidaksetujuan atas dasar tujuan Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Juga Ia menekankan bahwa Allah merestui adanya lembaga pernikahan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">5-7). Kedua, Tuhan Yesus menyatakan bahwa suami atau istri yang telah bercerai kemudian menikah kembali dianggap telah melakukan perzinaan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">9). Hanya pernikahan kedua kali karena alasan kematian salah satu pasangan yang diperbolehkan.

Bagi murid-murid, syarat Tuhan Yesus itu terlalu berat, sehingga kemungkinan selibat pun terpikirkan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">10). Selibat berarti tidak menikah yang disebabkan beragam motivasi, seperti: ingin melayani Tuhan, pernah merasakan patah hati, takut terhadap perceraian, dsb. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa hidup selibat itu hanya berlaku bagi sebagian orang saja, yakni mereka yang dikaruniai (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">11-12). Konsep Kristen tentang pernikahan jelas, yaitu apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak bisa dipisahkan oleh manusia, hanya kematianlah yang menceraikan suami-istri.

Itulah sebabnya, orang Kristen tidak boleh gegabah memilih pasangan hidup. Pertimbangan duniawi harus kita singkirkan. Pertimbangan lahiriah, material dlsb. jangan menjadi prioritas. Pertimbangkan juga segi kesamaan iman dalam Yesus Kristus, kedewasaan iman dan kesamaan visi kehidupan. Menikah atau selibat adalah pilihan. Keduanya mengandung resiko yang berbeda. Menikah berarti siap membagi waktu, kepentingan, prioritas dan diri kita dengan keluarga.

Ingatlah: Pernikahan adalah komitmen bersatu dalam Tuhan. Perceraian bagaikan pisau yang mencabik kesatuan nikah di hadapan Tuhan.

(0.10) (Mat 21:28) (sh: Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran (Kamis, 1 Maret 2001))
Menganggap diri 'benar' justru akan kehilangan kebenaran

Seorang pengembara asing begitu yakin dengan pengamatannya sendiri yang dianggapnya paling benar, sehingga ia tidak lagi mempedulikan nasihat orang-orang yang mengatakan bahwa ada seekor singa yang telah menelan banyak korban dalam hutan tersebut. Betapa terkejutnya ketika ia benar-benar berhadapan dengan seekor singa, suatu kebenaran yang tidak pernah dianggapnya benar. Selama ini ia mengandalkan kebenarannya sendiri, sehingga ia tidak mempercayai kebenaran yang sesungguhnya benar.

Perumpamaan dua orang anak (28-32) menggambarkan perbedaan sikap anak sulung (orang Yahudi) dan anak bungsu (orang tersisih) dalam menyambut Yesus. Orang Yahudi menganggap bahwa ritual agama yang dipertahankan sudah cukup membawa mereka kepada kebenaran. Inilah kebenaran yang mereka pertahankan sehingga mereka tidak percaya dan tidak mau menyambut Sang Kebenaran, yakni Yesus Kristus. Berbeda dengan orang-orang yang tersisih di mata orang beragama, karena mereka menyadari ketidakbenaran diri dan akhirnya menyambut kebenaran itu. Sesungguhnya orang yang merasa diri benar justru kehilangan kebenaran sejati dan orang yang merasa salah akan bertemu Kristus karena menyesali dan menyatakan kebutuhannya akan kebenaran.

Perumpamaan kedua tentang sikap para penggarap terhadap para utusan tuan tanah (33-48) menunjukkan betapa tertutupnya mereka terhadap segala cara pendekatan yang diusahakan tuan tanah, sampai anak kandung tuan tanahnya pun menjadi korban pembunuhan. Semua cara tidak dapat menembus kekerasan dan kebebalan hati mereka terhadap kebenaran. Mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah benar dan tidak perlu menanggapi pendekatan tuan tanah. Pilihan mereka menolak kebenaran berakibat fatal (43). Di akhir bacaan, kita melihat betapa ironisnya ketika para pemuka agama yang mengerti perumpamaan ini, namun mereka tetap pada kebenaran sendiri dan berusaha membungkam kebenaran (45-46).

Renungkan: Kebenaran yang terus diperdengarkan akan singgah dan menetap di hati yang penuh penyesalan dosa dan mau menyatakan kerinduan hadirnya Sang Kebenaran dalam hidupnya. Sudah saatnya menganggap sampah kebenaran diri yang berakibat hancur dan binasa.

(0.10) (Mat 22:15) (sh: Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati (Sabtu, 3 Maret 2001))
Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati

Kristen di Indonesia memiliki dua kewarganegaraan: Indonesia dan Sorga, dua kewajiban: terhadap pemerintah RI dan Tuhan, tetapi keduanya ini harus diwujudnyatakan dalam kebulatan dan keutuhan hati, karena keduanya memang satu keutuhan pengabdian.

Inilah yang dipertegas oleh Yesus ketika menanggapi pertanyaan yang menjerat dari orang-orang Farisi yang mendapatkan dukungan dari orang-orang Herodian, yakni anggota-anggota suatu partai Yahudi yang menghendaki keturunan Herodes Agung yang memerintah atas mereka dan bukan gubernur Romawi. Mereka memperkirakan Yesus akan menjawab dengan 'ya' atau 'tidak' terhadap pertanyaan mereka (17). Yesus tahu maksud pertanyaan ini dan apa risikonya bila menjawab dengan salah satu di antara jawaban di atas. Jawaban 'ya' akan menimbulkan kemarahan mereka karena mengalami penderitaan di bawah jajahan Romawi, sedangkan jawaban 'tidak' akan memancing kemarahan pemerintah Romawi. Yesus menegur keras kejahatan dan kemunafikan hati mereka, serta dengan bijaksana menjawab pertanyaan mereka (18-21). Jawaban Yesus telah menggagalkan niat hati mereka yang jahat dan menelanjangi kemunafikan mereka (22).

Pelajaran yang kita dapatkan dari perikop ini adalah pengajaran Yesus tentang keberadaan Kristen yang seharusnya dapat menempatkan diri sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar. Benarkah sebagai warganegara Indonesia kita melakukan kewajiban sebagai bentuk pengabdian kita kepada bangsa dan negara, sehingga peran sekecil apa pun yang mampu kita lakukan telah menjadi pemikiran, sikap, sumbangsih, dan peran konkrit kita di tengah masyarakat? Apakah kita melakukan semuanya ini juga dalam rangka pengabdian kita kepada Allah, yang semata- mata tidak terkurung hanya dalam wadah keagamaan?

Renungkan: Peran ganda Kristen dalam dunia memberikan ruang lingkup yang luas untuk menyatakan perannya, baik sebagai warganegara yang memberikan sumbangsih nyata bagi bangsa dan negara maupun sebagai warga jemaat yang memiliki citra Kristen. Firman-Nya akan menuntun kita sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar.

(0.10) (Mat 22:15) (sh: Tidak bercela (Selasa, 1 Maret 2005))
Tidak bercela


Permusuhan para pemuka agama terhadap Tuhan Yesus semakin menjadi-jadi. Mereka menggunakan segala cara untuk menghentikan Dia. Orang Farisi yang anti penjajah Romawi, kini berkomplot dengan orang Herodian sahabat Herodes, boneka kaisar. Mereka bersatu untuk menjebak Tuhan Yesus (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">15-16). Mereka ingin menggiring Yesus ke jalan buntu (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">15). Bila Yesus mengatakan tidak perlu membayar pajak, orang Herodian akan menuduh Yesus memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Sebaliknya, bila Yesus setuju, Ia akan kehilangan popularitas di mata rakyat.

Yesus tidak langsung menjawab, tetapi balik bertanya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">19-20). Pertanyaan itu memaksa mereka mengakui kenyataan tentang kekuasaan Kaisar, juga bahwa mereka sendiri tunduk kepadanya. Semua orang Israel waktu itu pastilah menggunakan mata uang itu untuk kegiatan hidup mereka sehari-hari. Pantaslah mereka membayar pajak kepada pemerintah Romawi. Tidak berhenti di situ, Yesus kemudian menyatakan bahwa ada kuasa lain yang semua manusia harus perhitungkan, yaitu kuasa Allah. Kuasa kaisar terbatas, maka ketundukan kepadanya pun terbatas; kuasa Allah mutlak, maka ketundukan kepada-Nya pun tanpa syarat (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">21b). Jawaban Tuhan Yesus ini mencengangkan semua lawannya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">22). Ia mendesak mereka mengakui kekuasaan terbatas pemerintah sambil taat penuh kepada Allah.

Dalam hidup sehari-hari tidak jarang kita diperhadapkan dengan situasi pelik yang membuat kita serba salah. Beriman kepada Yesus memang berisiko tinggi. Dunia yang tidak tunduk kepada Allah penuh dengan lika-liku kebiasaan yang perlu disikapi dengan tepat. Hikmat dan integritas Tuhan Yesus mengalahkan segala kelicikan lawan-lawan-Nya. Teladanilah Yesus dan kalahkan mereka!

Renungkan: Hidup Kristen harusnya memiliki ciri hidup kualitas Yesus: berintegritas tinggi dan tak terkalahkan lawan sebab Yesus memerintah dan menjadi panutan dalam hidup orang Kristen.

(0.10) (Mat 22:34) (sh: Ketika Tuhannya Daud berbicara (Kamis, 3 Maret 2005))
Ketika Tuhannya Daud berbicara


Semakin kita menelusuri kisah-kisah Yesus, semakin kita takjub terhadap-Nya. Orang Farisi tampil lagi untuk mencoba mengukur ortodoksi iman Yesus. Lagi-lagi jawaban Yesus semakin membuat diri Yesus cemerlang di hadapan mereka dan orang banyak.

Tentang hukum terbesar dalam Taurat Yesus merangkumkan Sepuluh Perintah Allah ke dalam dua hukum kasih, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">37-40; Ul. 6:5; Im. 19:18). Ajaran Yesus selaras dengan Perjanjian Lama. Jawaban Yesus sebenarnya tidak hanya memaparkan kebenaran, tetapi juga menelanjangi kejahatan mereka. Apabila Yesus Putra Allah, mereka sudah melanggar hukum pertama sebab mereka tidak mengasihi, tetapi mencobai Yesus. Apabila Yesus hanya manusia biasa, mereka sudah melanggar hukum kedua sebab tujuan mereka bertanya adalah untuk menjatuhkan.

Kini Yesus mengambil prakarsa membalikkan posisi dan status-Nya. Dari ditanya dan mempertahankan diri, kini Ia berbalik menanya dan mendesak mereka (ayat 42). Pertanyaan-Nya sederhana, yaitu siapa Mesias menurut mereka. Jawab menurut iman ortodoks dan tradisi Farisi, Mesias adalah anak Daud. Muatan di dalamnya bernuansa politis. Lalu Yesus makin menyudutkan mereka. Bagaimana mungkin Daud memanggil Mesias sebagai Tuan jika Mesias hanya anaknya, manusia biasa! Artinya, pengharapan mereka tentang siapa dan apa karya Mesias salah, jika hanya di sekitar konsep manusia belaka. Mesias dan karyanya pastilah ilahi sebab Daud menuankan Mesias jauh di atasnya (ayat 45).

Jangan kita ulangi kesalahan Farisi itu, iman ortodoks dan doktrin tanpa tunduk pada Tuhan tidaklah cukup. Bila iman hanya sebatas persetujuan akali, rohani kita menjadi dangkal dan buta.

Renungkan: Mengasihi Tuhan dan sesama, mempertuhankan Yesus dalam hidup bukan soal teori tetapi soal gerak-gerik dan kelakuan sehari-hari.

(0.10) (Mat 22:41) (sh: Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti (Selasa, 6 Maret 2001))
Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti

Berulang-kali orang-orang Farisi berusaha mencobai Yesus, namun di luar perhitungan mereka ternyata Yesus tidak pernah terjerat oleh tipu muslihat mereka.

Pada kesempatan ini, bukan lagi mereka yang bertanya kepada Yesus tetapi Yesus yang menanyai mereka: bagaimana pemahaman mereka tentang Mesias (42a). Mereka tahu dengan pasti bahwa Mesias yang dinantikan adalah keturunan Daud, seperti yang mereka baca dalam nubuatan nabi-nabi. Mereka memahami secara hurufiah makna nubuatan ini maka penantian mereka pun adalah melihat kepada garis keturunan Daud. Berdasarkan pemahaman inilah maka dengan lantang mereka menjawab pertanyaan Yesus (42b). Pemahaman sepotong ini telah membawa mereka kepada penantian yang sia-sia, karena mereka melupakan bagian Kitab Suci lain seperti yang dikutip oleh Yesus, dimana Daud menyatakan tentang Mesias (43- 44). Ketika mereka mendengar penjelasan Yesus yang berpijak pula dari kebenaran firman Tuhan, maka mereka menjadi mati kutu, tak kuasa lagi mempertahankan argumentasi mereka tentang Mesias anak Daud. Akhir bacaan kita mencatat bahwa sejak saat itu mereka tidak lagi berani menjebak Yesus dengan pertanyaan tipu muslihat mereka, karena mereka benar-benar mati kutu (44).

Betapa mengherankan, orang-orang Farisi yang menguasai Kitab Suci ternyata tidak mampu menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini dikarenakan pemahaman yang sempit dan sepenggal-sepenggal akan firman Tuhan, sehingga mereka hanya terpaku pada apa yang tertera dan tertulis, dan bukan kepada kebenaran yang diungkapkan secara utuh dan berkesinambungan. Kita menyadari betapa berbahayanya pemahaman demikian, karena akan membawa kita kepada pengharapan yang sia-sia. Apabila kita salah memahami firman Tuhan maka akan berakibat: pengenalan yang sempit akan Yesus Kristus, kehidupan rohani yang dangkal, dan pengharapan yang tidak pernah berujung kenyataan. Betapa sia-sianya hidup iman kita!

Renungkan: Jangan mudah puas dengan pemahaman Anda saat ini, teruslah belajar menggali dan memahami firman Tuhan dengan benar dan utuh, sehingga Anda memiliki pemahaman yang benar dan pengharapan yang pasti.

(0.10) (Mat 24:29) (sh: Semesta gonjang-ganjing (Rabu, 9 Maret 2005))
Semesta gonjang-ganjing


Dampak kedatangan Yesus kelak sangat dahsyat. Seluruh kekuatan semesta akan tergoncangkan ke fondasinya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">29). Selain melukiskan apa yang akan terjadi secara fisik, segala sesuatu yang `di atas' sangat boleh jadi adalah objek ibadah manusia yang salah yang pada hari terakhir itu akan dihancurluluhkan karena satu-satunya yang boleh disem-bah, yaitu Tuhan Yesus menyatakan diri (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">30). Di zaman kita banyak orang mengembangkan spiritualitas yang digali dari `kuasa alam', `energi matahari, bulan, bumi', dsb. Ini bukan hal yang baru. Sudah sejak zaman dahulu manusia di luar Tuhan jatuh dalam penyembahan ciptaan yang dianggap sebagai sumber berlangsungnya kehidupan. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa alam bukanlah Tuhan.

Yesus Kristus akan datang kembali pada hari terakhir, bukan lagi sebagai bayi mungil yang serba terbatas, melainkan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan. Dia tidak lagi datang untuk mengampuni manusia berdosa melainkan datang untuk menghakimi. Semua bangsa di bumi akan meratap (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">30). Hari penghakiman sudah datang! Tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat! Namun, mereka yang percaya dalam nama-Nya, yaitu orang-orang pilihan-Nya akan dikumpulkan dari segala tempat untuk masuk ke dalam sukacita kekal bersama Dia (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">31).

Tuhan Yesus mengajarkan agar kita peka untuk membaca tanda zaman. Kita bukan hanya harus membaca Kitab Suci, melainkan perlu juga membaca situasi zaman yang sedang terjadi di sekeliling kita berdasarkan terang firman Tuhan. Waktu yang singkat menyadarkan kita untuk hidup bijaksana. Perkataan Tuhan Yesus adalah lebih pasti daripada eksistensi alam semesta. Justru karena tak seorang pun tahu saat kedatangan-Nya (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">36), maka kita patut semakin waspada dan semakin mendalami kebenaran Alkitab.

Renungkan: Bila Anda ingin siap menyambut kedatangan-Nya, berhentilah menjadi praktisi penyembah segala manifestasi berhala!

(0.10) (Mat 24:37) (sh: Mirip zaman Nuh (Kamis, 10 Maret 2005))
Mirip zaman Nuh


Suasana dunia menjelang kedatangan Yesus Kristus yang kedua disamakan dengan masa nabi Nuh hidup. Nuh adalah seorang yang hidup berkenan di hadapan Allah. Persamaan pertama adalah sikap orang terhadap pewarta firman. Nuh dianggap gila dengan proyek bahtera raksasanya: dianggap fanatik karena percaya penghakiman Allah atas manusia berdosa. Sekarang pun banyak orang berpendapat pemberitaan Yesus Kristus akan datang kembali sebagai Hakim yang menghukum dosa sebagai fanatik. Manusia berdosa lebih suka menciptakan konsep Allah yang Mahakasih yang tidak akan mengirim manusia ke neraka. Sama seperti di zaman Nuh, sedikit yang serius menanggapi penghakiman Allah dengan hidup kudus di hadapan-Nya.

Kedua, sebelum air bah tiba, mereka makan dan minum, kawin dan dikawinkan (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">38). Sepintas sepertinya tidak ada yang salah. Namun, di situlah justru permasalahannya. Manusia hanya melihat kehidupan sebagai urusan yang berkaitan dengan dunia yang sekarang ini, mencari kebahagiaan dan kenikmatan hidup di dunia yang sementara, tidak peduli dengan hari penghakiman dan kehidupan setelah kematian. Hal-hal itu dianggap tidak nyata, tidak kelihatan. Hal ini terus terjadi sampai saat ini. Manusia menjadikan dunia ini sebagai tujuan akhir hidupnya atau bahkan tidak mempedulikan tujuan hidup karena mementingkan kenikmatan.

Ketiga, seperti pada zaman Nuh, ada yang dibawa ada yang akan ditinggal (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">39-40). Ini merupakan peringatan keras bahwa yang ditinggalkan adalah mereka yang tidak percaya. Kedatangan Tuhan Yesus kedua kali kelak akan memisahkan orang benar dari orang jahat. Sikap berjaga-jaga justru merupakan ungkapan iman (ayat menderita+perbuatan+salah+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D&tab=notes" ver="">44). Yang tidak berjaga-jaga adalah yang tidak beriman. Yang kedapatan berjaga-jagalah yang akan disambut Tuhan.

Renungkan: Masuklah ke dalam bahtera keselamatan Tuhan Yesus Kristus sebelum hukuman dahsyat Allah mengakhiri masa anugerah!

(0.10) (Mat 25:14) (sh: Terima beda dituntut sama (Selasa, 3 April 2001))
Terima beda dituntut sama

Saat sang tuan akan pergi dalam kurun waktu yang tidak terbatas, ia memanggil tiga hambanya dan menyerahkan kepada masing-masing sejumlah talenta yang berbeda. Ada yang lima, ada yang dua, dan ada yang satu. Satu talenta seharga kurang lebih 6000 dinar. Satu dinar kira-kira upah buruh dalam sehari. Sang tuan menyerahkan talenta-talenta itu karena ia berkeinginan agar hamba-hambanya mengupayakan apa yang diterima untuk dikaryakan dan dapat berlipat-ganda. Suatu saat ia pasti datang kembali untuk mengadakan perhitungan dan menuntut pertanggungjawaban atas talenta-talenta yang telah dipercayakannya.

Kristen yang telah dipercayakan 'talenta' seharusnya memakai talenta yang ada padanya untuk berkarya bagi Kerajaan Surga. Seperti dua hamba yang melipatgandakan talenta yang dimiliki, demikian pun kita. Kita mau berjerihlelah untuk Tuhan sebab kita menghargai hidup kita, potensi yang kita miliki adalah aset berharga yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Kita mau berupaya keras sebab kita tahu bahwa Sang Tuan sangat menghargai apa yang kita lakukan dengan sungguh- sungguh. Akan tiba saatnya kita diberikan hak masuk dalam kebahagiaan bersama Tuhan Yesus kelak di dalam kerajaan-Nya. Untuk memacu diri dan meningkatkan daya berjerihlelah, kita jangan memiliki sikap seperti hamba ke tiga. Hamba itu meremehkan kesempatan, menanggapi pemberian tuannya dengan sikap yang salah, memiliki praduga dan curiga kepada tuannya, bahkan sempat berpikir bahwa sang tuan kejam dan jahat. Anggapan ini membuat ia takut bertindak sesuatu dan peluang untuk melipatgandakan disia-siakan. Ia menutupi kesalahannya dengan cara menuduh tuannya tidak berbuat benar.

Allah menghargai hamba yang berjerihlelah namun Ia murka pada hamba yang malas dan lalai. Pahala diberikan kepada yang mau mengembangkan talenta, penderitaan akan menjadi bagian bagi yang malas.

Renungkan: Tidak seorang pun yang tidak dikaruniai kemampuan dan kesempatan. Setiap orang dipercayakan potensi yang berbeda tetapi dituntut sama yakni bertanggungjawab dan berjerihlelah untuk melipatgandakan. Gunakan kesempatan dan kemampuan dengan sebaik-baiknya.



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA