Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 281 - 300 dari 1651 ayat untuk melalui (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.25254749714286) (Kel 2:1) (sh: Penyiapan sang pembebas Israel (Selasa, 29 Maret 2005))
Penyiapan sang pembebas Israel

Penyiapan sang pembebas Israel
Kondisi mustahil yang dialami Israel di pasal 1 kini dialami oleh bayi dari pasangan suku Lewi (ayat 1-3). Secara manusiawi, bayi yang baru dilahirkan tersebut pasti akan mati. Ia hanya ditempatkan di sebuah keranjang yang terbuat dari dedaunan dan dibuang ke Sungai Nil yang besar dan dalam. Tak dinyana, puteri Firaun menemukan bayi orang Israel di keranjang itu (ayat 5-6). Seharusnya ia tahu adanya perintah dari ayahnya untuk membunuh bayi laki-laki Israel, tetapi kini ia menjadi alat Tuhan menyelamatkan Musa. Bahkan ia membuka kesempatan untuk Musa mendapatkan pendidikan kepemimpinan dalam istana Firaun. Musa masuk di sarang musuh. Inilah pemeliharaan Tuhan bagi Musa dan Israel. Rencana Tuhan mengalahkan siasat jahat Firaun.

Yang lebih mengherankan lagi secara fisik Musa dibesarkan di istana Firaun, tetapi puteri Firaun menyerahkan Musa untuk dirawat oleh inang penyusu yang ternyata ibunya sendiri (ayat 7-9). Akibatnya hubungan batin Musa dengan keluarganya tetap terpelihara. Oleh karena itu, walaupun setelah besar ia adalah pangeran Mesir, hati Musa berpaut kepada bangsanya sendiri. Hal itu terungkap ketika ia membunuh seorang Mesir yang sedang menyiksa seorang Ibrani (ayat 11-12). Hanya saja sifat dan tindakan patriotik Musa saat itu belum dapat dipakai Tuhan untuk membebaskan umat-Nya dari Mesir. Ada penggemblengan yang harus dilalui Musa di Padang Midian, yaitu Kawah Candradimukanya Musa. Musa disiapkan Tuhan menjadi pemimpin melalui belajar dipimpin Tuhan (ayat 15b-22).

Tuhan menyiapkan hamba-hamba-Nya melalui banyak cara dan tahapan. Anugerah Tuhan tidak saja menyelamatkan dan memelihara, tetapi juga membentuk karakter kita agar layak dipakai-Nya. Pembentukan Tuhan itu terjadi melalui proses belajar, menanti, menaati, dsb. Yang penting bagaimanapun Tuhan memproses kita, kita harus siap menerima dan responsif terhadap semua cara pembentukan-Nya.

Doaku: Tuhan, bentuk dan persiapkan aku jadi laskar-Mu.

(0.25254749714286) (Kel 19:14) (sh: Bertemu yang Mahakudus (Selasa, 13 September 2005))
Bertemu yang Mahakudus

Bertemu yang Mahakudus Ada dua cara seorang raja berkunjung ke wilayah kekuasaannya untuk bertemu dengan rakyatnya. Secara incognito, yaitu ia datang tanpa upacara dan pakaian resmi agar ia dapat langsung membaur dengan rakyatnya. Atau, dengan segala kemegahan dan kebesaran seorang raja untuk menyatakan status dirinya sebagai pemilik dan penguasa.

Kepada Israel yang sudah menyatakan komitmen mereka untuk mengikatkan diri mereka kepada-Nya dalam Perjan-jian Sinai (ayat 9), Allah datang dengan kedahsyatan hadirat-Nya. Allah menyatakan kedahsyatan diri-Nya melalui berbagai gejala alam, seperti gempa bumi, petir, dan awan pekat yang menggentarkan Israel. Melalui kejadian-kejadian itu, Israel sadar diri sebagai makhluk fana yang gentar menghadap Allah Sang Penguasa bumi dan segala isinya (ayat 16-18). Suasana surgawi karena suara sangkakala yang keras menyatakan bukti bahwa Allah adalah Sang Raja surga dan bumi. Sebagai raja, Allah berhak menuntut umat-Nya taat melakukan kehendak-Nya. Sebagai umat-Nya, Israel tunduk mengikuti perintah-Nya. Melalui Musa, Allah terus-menerus mengingatkan Israel agar mempertahankan kekudusan sebab itulah syarat untuk layak menyambut Allah (ayat 10-15; 21-22).

Mengapa Allah datang dengan segala kemegahan-Nya? Karena Ia ingin umat-Nya melihat dan menyadari kebesaran Allah sehingga tidak sembarangan bersikap saat mereka menghampiri Dia. Kekudusan Allah menyebabkan tidak seorang pun yang mampu bertahan berhadapan langsung dengan-Nya. Itu sebabnya Musa dijadikan Allah perantara agar umat-Nya dapat mendengar dan mendekat kepada-Nya (ayat 9). Bagi kita pengantara satu-satunya adalah Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus, kita didekatkan dengan Allah dan dilayakkan masuk ke hadirat-Nya. Di dalam Kristus Yesus kita dikuduskan.

Camkan: Tanpa pengudusan Kristus tidak seorang pun dapat melihat Allah (Mat. 5:8).

(0.25254749714286) (Im 17:1) (sh: Cara yang kudus sebagai cerminan kekudusan Allah (Rabu, 18 September 2002))
Cara yang kudus sebagai cerminan kekudusan Allah

Cara yang kudus sebagai cerminan kekudusan Allah. Permainan politik yang kotor ternyata bukan hanya monopoli politikus negara, karena sering kali juga menjadi bagian dari kehidupan gereja dan pelayanan Kristen. Memang kedengarannya ganjil, namun sudah dimaklumi selama ribuan tahun sejarah gereja.

Tuhan memanggil Israel untuk mencerminkan kekudusan Allah pada setiap aspekdan kebiasaan hidup mereka sehari-hari. Gaya hidup Israel bukanlah ditentukan oleh selera dan keinginan mereka masing-masing, melainkan ditetapkan, diatur dan disesuaikan dengan hukum Tuhan. Tuhan menetapkan waktu dan tempat yang spesifik bagi perngorbanan, serta mengatur tata cara penyembelihan hewan selama mereka dipadang gurun. Baik untuk keperluan kurban ataupun konsumsi ruma tangga, Israel hanya diperbolehkan menyembelih hewan di kemah suci. Tujuan dari semuanya ini adalah untuk menghindarkan Israel dari praktek –praktek penyembahan dan pengobarnan yang dilakukan bagi dewa-dewa asing dengan cara yang tersembunyi (ayat 7).

Melalui pemahaman diatas, kita dapat mempelajari bahwa untuk mencerminkan kehidupan yang kudus di hadapan Allah, maka motivasi yang baik saja belumlah mencukupi. Tidaklah cukup jikalau seseorang dengan motivasi yang baik mencurahkan darah korban di luar Kemah suci, karena hal ini bukannya membuktikan penghormatan kepada Tuhan melainkan sebaiknya suatu perzinahan rohani. Itu merupakan suatu pelanggaran yang menyedihkan, karena selain diperhitungkan sebagai hutang darah (ayat 4), juga memiliki konsekwensi yang berat yaitu hukuman mati (ayat 9).

Tuhan menuntut kita untuk mencerminkan kekudusanNya dalam kehidupan sehari, bukan hanya melalui motivasi yang kudus, melainkan juga melalui cara yang kudus. Di hadapan Tuhan, tidak ada motivasi yang kudus tanpa penerapan cara-cara yang kudus.

Renungkan: Untuk membangun jemaatNya yang kudus, Tuhan tidak membutuhkan intrik-intrik dan cara-cara cemar. Singkirkanlah berbagai strategi kotor, kehidupan yang tidak sepadan dengan Tuhan dan penggunaan uang haram dari gereja dan pelayanan Anda !

(0.25254749714286) (Bil 3:14) (sh: Kehidupan rohani umat-Nya (Minggu, 8 Agustus 1999))
Kehidupan rohani umat-Nya

Kehidupan rohani umat-Nya Pemilihan dan penetapan orang Lewi. Melalui pemilihan dan penetapan orang Lewi sebagai imam, Allah memperlihatkan bahwa kehidupan rohani bangsa Israel adalah prioritas utama Allah. Pencatatan berdasarkan "puak" mempunyai beberapa pengertian: (1) bukan berarti bani Israel yang lain tidak dipakai oleh Tuhan; (2) setiap anak Tuhan bertanggungjawab sesuai dengan kepercayaan yang telah Tuhan berikan kepadanya. Orang-orang yang telah dipilih Tuhan itu harus mampu mencerminkan kekudusan bukan saja dalam tindakan moral, tetapi juga dalam kegiatan praktis. Kekudusan Allah tampak dalam sikap disiplin dan keteraturan kerja.

Dikhususkan dan diberi hak istimewa. Orang Lewi dipilih untuk dikhususkan bagi Tuhan. Hidup mereka pun harus kudus dan berkenan di hadapan Tuhan. Tugas orang Lewi tidak dapat digantikan oleh suku lain. Hal ini bukan berarti orang Lewi memiliki kedudukan lebih tinggi dari suku lain. Sama sekali tidak! Pengkhususan ini menyatakan bahwa Tuhan mengutamakan ibadah yang serius, maka harus ada yang khusus menangani pelayanan ini. Tuhan juga menginginkan ibadah Gereja saat ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, di mana jemaat dapat merasakan kehadiran dan kuasa-Nya.

Kualitas kehidupan rohani. Melalui tindakan Allah di atas, kita dapat melihat bahwa Allah rindu umat-Nya memiliki pengertian yang benar tentang ibadah dan bertumbuh dalam kualitas kehidupan rohani yang sehat. Allah tahu benar kebebalan hati umat-Nya, tetapi dalam anugerah kasih-Nya, Ia memakai orang Lewi sebagai imam, pengantara antara Dia dan umat-Nya. Kristen adalah umat-Nya yang telah dipilih dan ditebus-Nya. Bagaimana kehidupan ibadah dan kualitas rohani umat-Nya kini? Melalui para hamba-Nya, Tuhan senantiasa menyatakan diri sebagai Allah yang layak disembah. Pengenalan akan Allah menolong kita sebagai umat-Nya untuk hidup beribadah dan memiliki kualitas rohani yang bertumbuh.

Doa: Ya Tuhan, jadikan Kristen umat-Mu yang beribadah dan memiliki kualitas rohani.

(0.25254749714286) (2Raj 1:1) (sh: Akibat bersandar pada yang bukan Tuhan (Minggu, 1 Mei 2005))
Akibat bersandar pada yang bukan Tuhan

Akibat bersandar pada yang bukan Tuhan.
Tuhan tak henti-hentinya mengasihi Israel. Melalui Elia, hamba-Nya Tuhan mengingatkan dan menegur berbagai dosa yang dilakukan umat-Nya. Namun, umat Tuhan tetap tidak mau berpaling pada-Nya bahkan semakin tenggelam dalam dosa yang justru dipimpin oleh para raja yang tidak takut akan Tuhan.

Ahazia adalah raja yang tidak takut akan Tuhan. Ia hidup dalam dosa penyembahan berhala dan berbagai tindakan lain yang mendukakan hati Tuhan seperti yang diperbuat orangtuanya Ahab dan Izebel (ayat 1Raj. 22:52-54). Ia menolak beribadah kepada Tuhan Allah Israel meski ia mengenal Elia, hamba Allah. Ahazia pasti mengenal Elia dari kisah kemenangannya melawan 450 nabi Baal pendukung Izebel di Gunung Karmel (ayat 18:20-46).

Hati Ahazia yang tidak mengandalkan Tuhan, Allah Israel ditunjukkan melalui perbuatannya meminta petunjuk kepada Baal-Zebub ketika ia sakit (ayat 2Raj. 1:2). Dengan berbuat begitu, Ahazia menganggap hanya Baal-Zebub saja yang sanggup menyembuhkan penyakitnya. Sikap Ahazia ini menunjukkan: Pertama, tidak setia kepada Allah dengan menyembah ilah lain. Kedua, tidak menghormati-Nya karena lebih memilih petunjuk Baal-Zebub tentang masa depannya (ayat 3,6,16). Ketiga, tidak mau merendahkan diri mencari petunjuk-Nya melalui hamba-Nya sebaliknya ia mengirim pasukan mencari Elia (ayat 9-14). Sikap sama ditunjukkan oleh anak buahnya yang dengan angkuh memerintah Elia untuk menghadap raja (ayat 9-12). Akibat sikap Ahazia ini, Tuhan menghukumnya dengan kematian (ayat 17).

Sikap seperti Ahazia ini banyak ditunjukkan oleh orang Kristen. Saat kesulitan datang kita mengandalkan akal kita sendiri untuk menyelesaikannya, atau bahkan mencari petunjuk pada orang pintar. Sikap demikian adalah pengkhianatan terhadap Tuhan dan akan menuai murka-Nya.

Camkan: Mencari pertolongan di luar Tuhan sebagai sumber hidup, sama dengan menolak kehidupan itu sendiri.

(0.25254749714286) (2Raj 2:19) (sh: Pelayanan Allah dalam pelayanan Elisa (Selasa, 16 Mei 2000))
Pelayanan Allah dalam pelayanan Elisa

Pelayanan Allah dalam pelayanan Elisa. Seringkali di kalangan aktivis gereja muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Apa hakikat pelayanan Kristen? Atau berita apa yang seharusnya kita sampaikan melalui pelayanan Kristen? Dua pertanyaan itu sebetulnya mengarah kepada karakteristik pelayanan yang sejalan dengan pelayanan Allah. Melalui 2 mukjizat yang dilakukan dalam pelayanan pertamanya, Elisa memperlihatkan karakteristik pelayanan yang sesuai dengan-Nya.

Karakteristik pelayanan Elisa yang pertama tergambar jelas ketika ia menyehatkan air di Yerikho. Kota Yerikho memang sudah dibangun kembali oleh Ahab (1Raj. 16:34), namun tetap menjadi kota yang tidak produktif. Nampaknya kota ini masih terikat oleh hukuman yang pernah dijatuhkan Allah melalui Yosua (Yos. 6:26), sehingga penduduk dan tanahnya mengalami penderitaan. Mukjizat yang dilakukan Elisa membebaskan kota dan penduduk Yerikho dari penghukuman dan membawa mereka pada era yang baru. Dengan kata lain, karakteristik pertama pelayanan Elisa adalah menyatakan anugerah Allah kepada manusia yang membutuhkannya. Sedangkan karakteristik kedua pelayanan Elisa berbanding terbalik dengan yang pertama. Karakteristik kedua ini bersifat menyatakan penghukuman bagi mereka yang tidak hormat kepada Allah. Ini nampak dari peristiwa dimana Elisa mengutuk anak-anak yang mengolok-olok dirinya. Anak-anak ini tidak sekadar menghina Elisa namun sesungguhnya mereka telah menghina Allah yang diwakilinya di depan umum. Penghukuman ini merupakan peringatan kepada seluruh bangsa Israel yang tidak taat dan percaya kepada-Nya bahwa penghujatan terhadap nama Allah tidak bisa ditolerir.

Kedua karakteristik pelayanan Elisa merupakan satu koin dengan 2 sisi yang tidak dapat dipisahkan. Bukankah ini juga merupakan karakteristik pelayanan Allah. Di satu sisi Allah memberikan anugerah-Nya kepada umat-Nya, namun di sisi lain Allah juga menyatakan penghukuman kepada mereka yang menolak anugerah-Nya.

Renungkan: Demikian pula seharusnya Kristen di dalam setiap aktivitas pelayanannya. Apakah itu pelayanan diakonia, koinonia, maupun marturia, anugerah Allah yang membebaskan manusia dari hukuman kekal harus terus dikumandangkan dan penghukuman Allah kepada mereka yang menolak anugerah-Nya pun harus ditegaskan.

(0.25254749714286) (2Taw 33:1) (sh: Belajar dari masa lalu (Rabu, 10 Juli 2002))
Belajar dari masa lalu

Belajar dari masa lalu. Dapat dikatakan bahwa judul ini meringkaskan tujuan yang ingin dicapai penulis Tawarikh bagi para pembacanya, komunitas Yehuda pascapembuangan. Penulis Tawarikh menggunakan kesejajaran-kesejajaran yang tampak antara sejarah beberapa tokoh raja tertentu dengan pengalaman mereka.

Kesejajaran ini juga tampak pada catatan tentang raja Manasye. Raja Manasye telah berdosa dan "melakukan apa yang jahat di mata TUHAN" (ayat 2). Kemudian, sebagai penghukuman Tuhan, Manasye dibuang dan dibawa tentara Asyur ke Babel (ibu kota taklukkan Asyur lainnya waktu itu) dalam cara yang sangat mempermalukan Manasye, dengan hidung ditusuk kaitan yang disambungkan ke rantai dan kaki serta tangan terbelenggu (ayat 11). Penghukuman ini membuat Manasye merendahkan diri di hadapan Allah dan berdoa kepada-Nya (ayat 12). Pertobatan Manasye itu pun mewujud secara nyata melalui tindakan penyingkiran ibadah-ibadah penyembahan berhala (ayat 14-17). Allah pun menjawab dengan memulangkan Manasye, dan memulihkan kedudukan Manasye (ayat 13).

Rangkaian peristiwa dosa, penghukuman melalui pembuangan, pertobatan, pemulangan/pemulihan ini juga telah dialami oleh orang-orang Yehuda pascapembuangan. Melalui kisah raja Manasye, tampil janji Tuhan bahwa jika mereka mau bertobat dan tetap setia seperti Manasye, maka Tuhan akan memberkati kehidupan bangsa mereka. Tetapi, pelajaran sebaliknya hadir dalam kisah raja Amon (ayat 21-25). Walaupun Yehuda telah bertobat pada zaman Manasye, tetapi kemurtadan Amon membuat Allah kembali menghukum Yehuda. Dari sudut pandang penulis Tawarikh, penghukuman ini terlihat dalam peristiwa pembunuhan Amon yang menyebabkan singkatnya masa pemerintahannya (ayat 21,24-25). Pelajaran bagi orang Yehuda adalah, walaupun mereka sudah dikembalikan ke tanah perjanjian dan dipulihkan, penghukuman tetap akan datang bila mereka kembali berbuat dosa di hadapan Tuhan.

Renungkan: Hukuman Allah atas dosa umat-Nya bertujuan agar umat bertobat, dan kembali hidup dalam kekudusan, sukacita dan damai sejahtera Allah. Kebenaran ini adalah peringatan sekaligus janji bagi tiap-tiap kita orang percaya.

(0.25254749714286) (Mzm 21:1) (sh: Dan pemenangnya adalah...? (Kamis, 29 Mei 2003))
Dan pemenangnya adalah...?

Dan pemenangnya adalah...? Kalimat semacam ini banyak kita dengar dalam berbagai perlombaan. Dunia kita yang kompetitif bergerak antara dua kutub: menang dan kalah, dan selalu dengan semangat dan tujuan bahwa "mereka" harus kalah dan "kami" harus menang. Inilah, kata banyak orang, yang membuat dunia berputar.

Melalui mazmur ini, tampak bahwa umat Israel dulu juga punya konsep kalah-menang. Namun ada beberapa kekhususan yang harus diperhatikan sebagai kekhasan dari pandangan Israel: Pertama, bukan Baal, Asytoret atau dewa-dewi kafir yang menentukan kalah atau menang tetapi TUHAN perjanjian. Kedua, kemenangan pemimpin bangsa ditujukan agar menjadi saluran berkat bagi umat. Maksud Allah memberkati umat-Nya diwujudkan melalui para pemimpin yang disertai-Nya. Ketiga, yang dikedepankan adalah kedahsyatan karya Allah, bukan karya raja (ayat 9-14). Allahlah yang akbar, kemenangan sang raja pun adalah pemberian Allah (ayat 6). Puji- pujian akhirpun diberikan kepada Allah, sebagai penguasa sejati Israel dan alam semesta yang perkasa (ayat 14).

Hari ini kita mengingat kembali peristiwa dan makna dari kenaikan Tuhan kita Yesus Kristus ke surga. Kristus naik ke surga, sebagai lanjutan dari kemenangan-Nya atas maut, dan persiapan atas kemenangan akbar-Nya pada saat Ia datang kembali. Kristuslah Raja kita yang jaya. Kemenangan Kristus sang Raja sejati, terjadi karena Ia menaklukkan diri kepada rencana Allah untuk menyelamatkan umat. Biarlah kenaikan Yesus ini mendorong kita untuk tidak menaklukkan ambisi pribadi yang angkuh dan egosentris demi mengutamakan pewujudan rencana Allah yang global terjelma melalui kita.

Renungkan: Jika Anda akan menggubah suatu mazmur, keperkasaan Allah dalam hidup Anda yang mana yang akan Anda mazmurkan?

(0.25254749714286) (Mzm 74:1) (sh: Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman (Senin, 22 Oktober 2001))
Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman

Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman. Adakalanya untuk menghasilkan pertumbuhan iman yang mampu menerobos cangkang-cangkang pembatasnya dibutuhkan suatu proses perombakan yang radikal. Proses ini tidaklah terjadi secara otomatis, melainkan dikerjakan Tuhan dengan cara yang menggoncangkan. Inilah saatnya Tuhan menghancurkan keyakinan lama kita dan membentuknya kembali menjadi iman yang bertumbuh semakin sempurna.

Proses seperti inilah yang dialami bangsa Israel ketika mereka menyaksikan hancurnya Bait Allah, yang telah menyatu dengan kehidupan keagamaan dan sosial mereka. Bagi bangsa Israel, seluruh identitas dan pusat kehidupan mereka tergantung pada Bait Allah, sehingga dengan hancurnya Bait Allah hancurlah seluruh identitas, pegangan, pusat dan arah hidup mereka. Melalui proses seperti inilah Tuhan menuntun iman mereka hingga bertumbuh melampaui batasan-batasan pemahaman yang membelenggu mereka.

Bangsa Israel melantunkan nyanyian ratapan untuk mengungkapkan ketidakmengertian mereka mengapa Tuhan membiarkan Bait Allah dihancurkan (ayat 1, 10, 11). Namun melalui peristiwa ini mereka dituntun untuk: [1] keluar dari keterbatasan cangkang iman mereka. Melalui peristiwa ini mereka menyadari bahwa Tuhan tidaklah dibatasi, tersimpan, dan terikat oleh Bait Allah. Sebab Ia lebih besar dari Bait Allah.

Lenyapnya Bait Allah tidaklah berarti lenyapnya Tuhan di antara mereka; [2] memiliki fokus iman yang tepat, yakni iman yang tidak lagi berpusat pada Bait Allah di Yerusalem, melainkan kepada Tuhan (ayat 18, 22, 23) yang melampaui kemampuan kapak dan beliung untuk menghancurkan-Nya; [3] memahami bahwa Tuhan berkuasa menaklukkan kekacauan. Ia menaklukkan kekacauan pada masa yang lampau (ayat 13-17), dan hancurnya Bait Allah adalah sama seperti kekacauan pada masa yang lampau. Berdasarkan hal inilah mereka menemukan pengharapan bagi pemulihan Bait Allah dan pertolongan mereka (ayat 18-23).

Renungkan: Keadaan yang menggoyahkan Anda dapat menjadi sarana untuk menyelami kuasa Allah yang menaklukkan kekacauan, serta memiliki iman yang terarah pada fokus yang benar. Belajar menerima apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup Anda sebelum Anda belajar mengerti maksud-Nya adalah cara yang bijaksana.

(0.25254749714286) (Yeh 43:1) (sh: Kemuliaan Allah kembali ke Bait Suci (Minggu, 25 November 2001))
Kemuliaan Allah kembali ke Bait Suci

Kemuliaan Allah kembali ke Bait Suci. Inilah klimaks dari seluruh penglihatan yang diterima Yehezkiel yaitu bahwa kemuliaan Allah yang meninggalkan Bait Suci akibat dosa umat-Nya (ayat 10:18-20) kini kembali ke Bait Suci yang baru. Melalui pintu gerbang timur kemuliaan Allah meninggalkan Bait Suci yang lama (ayat 10:19). Melalui pintu gerbang timur pula kemuliaan Allah kembali (ayat 43:2, 4). Karenanya,penglihatan ini menyatakan pengampunan Allah yang akan memulihkan kembali umat-Nya.

Allah sendiri menyatakan bahwa Bait Suci adalah tempat takhta dan tapak kaki-Nya (ayat 7). Dalam gambaran Kemah Suci, ruang mahakudus adalah tempat Allah bersemayam dengan tutup pendamaian dan tabut perjanjian sebagai takhta serta tempat meletakkan tapak kaki-Nya. Jelas di sini Allah menyatakan perkenanan-Nya untuk kembali menjadi raja atas Israel.

Segala kenajisan Israel akan disingkirkan karena raja mereka adalah Allah yang kudus. Dinding yang melingkupi kompleks Bait Suci memisahkan segala kenajisan tersebut dari kesucian Allah yang hadir dalam hidup mereka (ayat 7b-9). Yehezkiel disuruh menggambarkan rancangan Bait Allah yang baru agar umat Israel yang sudah sadar akan keberdosaan mereka, melalui gambar itu, diingatkan akan dan diajar tentang kekudusan Allah yang mereka sembah. Mereka diingatkan untuk melakukan dengan setia segala hukum Allah. Sungguh suatu hal yang indah karena Allah tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka, dan dengan penuh kasih membimbing mereka ke kehidupan yang baru.

Renungkan: Allah tetap mengasihi umat-Nya yang sering gagal dan berdosa. Sebuah rencana agung untuk menyelamatkan manusia dari dosa telah digenapi-Nya di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

PA 3: Yehezkiel 39:11-29

Nubuat tentang penyerangan Gog atas Israel yang sedang melakukan pembaharuan merupakan suatu pukulan yang sangat mengejutkan bagi mereka. Nubuat ini merupakan bunyi peringatan yang sungguh menakutkan. Namun demikian, nubuat ini juga memberikan jaminan kepada Israel bahwa mereka akan bertahan dan mampu melewati berbagai tantangan berat yang menyertai proses pemulihan mereka. Melalui peristiwa ini, Tuhan memperkenalkan Diri-Nya sebagai pribadi yang kudus dan mengendalikan sejarah bangsa-bangsa. Suatu saat Tuhan akan menyatakan kemenangan-Nya yang final terhadap yang jahat.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa yang akan terjadi pada Gog dan khalayak ramai (ayat 11- 16)? Bagaimana kekalahan mereka digambarkan (ayat 17-20)?

2. Apakah yang dilakukan Israel terhadap mereka (ayat 11-16)? Apakah tujuan dari tindakan masyarakat Yahudi ini (ayat 12, 14, 16)? Berkaitan dengan sifat Tuhan yang seperti apakah hal ini perlu dilakukan (ayat 38:16, 23; 39:7, 25, 27)?

3. Apakah yang dinyatakan Tuhan kepada Israel melalui kekalahan Gog (ayat 22, 28)? Apakah yang dinyatakan Tuhan kepada bangsa-bangsa dalam peristiwa ini (ayat 21, 23, 24)? Apakah alasan Tuhan membawa Israel ke pembuangan dan memulihkannya kembali?

4. Apakah yang dilakukan Tuhan kepada Israel ketika mereka berubah setia terhadap Tuhan (ayat 23)? Selaras dengan apakah hal ini dilakukan (ayat 24)? Apakah yang dikerjakan Tuhan dalam proses pemulihan umat-Nya (ayat 29)?

5. Sifat-sifat Tuhan apakah yang dinyatakan melalui pembuangan dan pemulihan Israel, serta kekalahan Gog (ayat 38:16, 23; 39:7, 12, 21, 25, 27)?

6. Melalui pelajaran hari ini kita dapat melihat bahwa kekudusan Tuhan harus dipelihara dalam kehidupan umat-Nya (ayat 11-16); Allah mendatangkan penghukuman bagi mereka yang meremehkan- Nya (ayat 17-20) dan memukul serta menyembuhkan umat yang dikasihi-Nya (ayat 21-24, 25-29). Bagaimanakah seharusnya Anda menghormati kekudusan Tuhan dalam rumah tangga, pekerjaan, pelayanan, pergaulan, dan hobby Anda?

(0.25254749714286) (Hos 1:1) (sh: Dihukum dan diampuni (Rabu, 3 November 2004))
Dihukum dan diampuni

Dihukum dan diampuni. Apa yang akan seorang suami lakukan terhadap istri yang berselingkuh? Menurut Hukum Taurat, suami boleh menuntut mati istrinya. Di zaman modern ini, biasanya tuntutan cerai.

Tindakan Allah menyuruh Hosea menikahi perempuan sun-dal, menunjukkan sikap Allah terhadap Israel yang melacurkan diri. Allah ingin mengampuni, namun terlebih dahulu dosa harus dihukum. Itu dinyatakan-Nya melalui pemberian nama-nama anak Hosea dari hasil pernikahannya itu. Yizreel berarti Israel akan kalah dan berakhirnya kekuasaan Raja Yehu (ayat 4-5)(Yehu merebut kekuasaan melalui kudeta berdarah). Lo Ruhama berarti Allah tidak akan menyayangi umat Israel (ayat 6). Akan tetapi, Allah masih berbelas kasihan terhadap umat Yehuda, yang pada masa Hosea menunjukkan kesetiaan kepada Allah (ayat 7). Sedangkan, Lo Ami berarti Tuhan telah menolak umat Israel sebagai umat-Nya (ayat 8-9). Nama Lo Ami adalah puncak kemarahan Allah kepada Israel, karena Israel telah berselingkuh dengan ilah lain. Murka Allah menandakan bahwa Israel bukan lagi umat-Nya dan Ia bukan lagi Allah Israel.

Dengan demikian, perjanjian dengan Allah telah hancur. Hubungan simbolis Allah sebagai suami dengan umat sebagai istri telah terputus. Sebenarnya, Allah menghukum agar Israel menyadari dosanya dan bertobat. Setelah itu, Allah akan memulihkan mereka, berupa sisa umat Israel yang sedikit akan dibuat menjadi banyak kembali (ayat 10); Israel kembali menjadi umat Allah, dan Ia akan menjadi Allahnya (ayat 11). Perubahan nama anak Hosea merupakan simbol Allah bagi pemulihan Israel yaitu: dari Lo Ruhama menjadi Ruhama (Allah mengampuni), Lo Ami menjadi Ami (umat Allah).

Bukankah kita juga sama seperti Israel, sering meninggalkan Tuhan untuk mengejar uang, harta, kekuasaan, dan berbagai kesenangan duniawi? Namun, oleh kasih-Nya Allah telah mengampuni kita dan menjadikan kita umat-Nya di dalam Kristus Yesus. Oleh karena itu, kita harus menjadi umat Tuhan yang setia, sepadan dengan kasih karunia-Nya yang penuh pengorbanan.

Bersyukurlah: Allah telah mengampuni kita melalui Tuhan Yesus, sehingga kita layak disebut umat-Nya.

(0.25254749714286) (Hos 9:10) (sh: Kau bukan yang dulu lagi (Jumat, 12 November 2004))
Kau bukan yang dulu lagi

Kau bukan yang dulu lagi. Kasih Allah tidak terbatas, dan tidak pernah berubah walaupun anak-anak-Nya sering mengecewakan-Nya. Kita meyakini hal tersebut sebagai kebenaran karena firman Tuhan menyatakannya. Ini dibuktikan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, demi keselamatan kita. Akan tetapi, kalau sampai Allah berkata dalam kepedihan hati, "Aku tidak akan mengasihi mereka lagi!" (ayat 15b), itu berarti kedurhakaan umat-Nya sungguh-sungguh keterlaluan.

Buah anggur tidak pernah tumbuh di padang gurun. Berarti menemukan anggur di tempat yang gersang itu sungguh suatu berkat yang luar biasa. Demikian juga, memperoleh buah sulung ara merupakan suatu santapan yang lezat. Itulah dulu gambaran keadaan Israel di mata Allah (ayat 10a). Namun, sekarang Israel telah berubah, tidak seperti yang dulu lagi. Ketika itu Israel masih suci dan bersih, menjadi kesayangan dan kesukaan Allah. Mengapa Israel bisa berubah? Karena mereka telah berkhianat dengan menyembah Baal-peor. Mereka telah berkali-kali menajiskan diri dengan ilah lain, dan diulangi kembali di nas ini. Hal ini menyebabkan Allah kembali harus menghukum Israel. Dan ini menyedihkan hati Allah ketika Ia menimpakan hukuman-Nya kepada umat-Nya. Kedudukan Israel tidak lagi mulia dan anak-anak mereka tidak lagi diberkati. Kejahatan mereka sendirilah yang membuat Allah tidak mungkin mengampuni mereka lagi. Israel bukan hanya dihajar dan diserahkan ke tangan musuh, melainkan Allah sendiri akan membuang mereka (ayat 15-17). Beratnya hukuman Allah ini menyiratkan Allah sudah patah arang dengan mereka. Semua ini menyatakan betapa sakit hati-Nya Allah dikhianati oleh kekasih-kekasih-Nya sendiri.

Syukur kepada Tuhan, belas kasihan dan kasih-Nya jauh melampaui rasa sakit hati-Nya terhadap umat-Nya. Penghukuman Allah yang begitu dahsyat tidak pernah dimaksudkan untuk memusnahkan umat-Nya.

Bersyukurlah: Kasih dan pengampunan Tuhan lebih besar dari sakit hati-Nya akibat pengkhianatan kita. Nyatakan syukur Anda tidak saja melalui bibir tetapi terutama melalui kelakuan.

(0.25254749714286) (Mat 3:13) (sh: Diteguhkan melalui baptisan (Rabu, 29 Desember 2004))
Diteguhkan melalui baptisan

Diteguhkan melalui baptisan. Apa makna sakramen baptisan dalam tradisi orang Yahudi zaman Yesus? Zaman itu, menerima baptisan adalah tanda orang bersedia meninggalkan dosa-dosanya dan bertobat kepada Tuhan.

Untuk apa Tuhan Yesus dibaptis? Yohanes merasa tidak pantas membaptis Yesus. Yesus tidak berdosa. Ia tidak memerlukan pertobatan. Bahkan, sebelumnya Yohanes sudah memberitakan bahwa baptisan air yang ia lakukan itu menunjuk kepada baptisan Roh Kudus yang akan Yesus berikan kepada orang yang sungguh bertobat (ayat 11).

Mengapa Yesus meminta Yohanes membaptis diri-Nya? Pertama, sebagai tanda pengidentifikasian-Nya dengan orang berdosa. Yesus tidak berdosa tetapi Ia datang untuk menjadi Juruselamat orang berdosa. Untuk itu Ia perlu menempatkan diri-Nya di posisi orang berdosa. Ia dibaptis untuk mewakili orang berdosa (ayat 15). Sebagai bukti bahwa Ia telah menjadi sama dengan manusia lainnya, kita melihat perikop sesudah ini Yesus bisa dicobai (ayat 4:1-11). Kedua, pembaptisan Yesus merupakan peneguhan diri-Nya dari Allah Tritunggal bahwa Dialah Yang Diperkenan Bapa, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (ayat 16b). Dialah Yang Diurapi Roh untuk melaksanakan misi penebusan (ayat 16a). Bagi Tuhan Yesus peneguhan itu penting karena Ia sadar pelayanan-Nya sebagai Juruselamat manusia bukan pelayanan biasa. Pelayanan itu adalah pelayanan yang menuntut pengorbanan hidup-Nya. Ia harus mati agar umat manusia memperoleh hidup. Oleh sebab itu perkenan Allah dan pengurapan Roh menjadi kekuatan bagi Yesus memulai pelayanan-Nya.

Melalui baptisan Tuhan Yesus, kita beroleh jaminan sekaligus teladan. Jaminan bahwa Yesus sungguh datang dari Allah dan telah menyetarakan diri dengan manusia agar dapat menjadi Juruselamat yang sejati. Teladan bahwa kita memiliki Tuhan yang taat kepada Allah dan karena itu kita pun harus taat.

Renungkan: Tuhan tidak membiarkan anak-anak-Nya melayani sendirian. Dia menyertai dan Roh-Nya mengurapi kita supaya kita kuat, setia, dan berhasil.

(0.25254749714286) (Mrk 5:35) (sh: Percaya adalah kekuatan (Jumat, 7 Maret 2003))
Percaya adalah kekuatan

Percaya adalah kekuatan. Manusia masa kini kadang membayangkan dunianya bagaikan dunia agen-agen rahasia yang punya semboyan "jangan percaya siapapun kecuali dirimu sendiri." Mengapa? Karena hanya diri sendiri yang dapat sungguh-sungguh diandalkan. Pihak lain dapat gagal, berkhianat, atau menimbulkan hal-hal yang tak terduga. Percaya begitu saja kepada orang lain adalah kelemahan.

Untunglah Yairus bukan agen 007. Keinginan Yairus semula adalah supaya anaknya sembuh dan tidak mati (ayat 5:22). Namun tiba kabar bahwa anaknya telah mati, dan tidak ada permintaan lain yang keluar dari mulut Yairus. Yang ada hanyalah perintah Yesus: "percaya saja!" (ayat 36). Yairus kini berada dalam situasi yang baru, yang pilihan-pilihannya belum ia pikirkan. Malah, ada dua hal yang perlu ia pertimbangkan. Pertama, statusnya sebagai pejabat sinagoge. Akan lebih berwibawa bila ia menunjukkan sikap menerima keadaan dengan besar hati dengan melanjutkan upacara kedukaan, menjadi teladan bagi jemaatnya, daripada membiarkan seorang eksentrik seperti Yesus mengusir semua pelayat. Kedua, publik menertawakan pendapat-Nya (ayat 40), Dia yang memberi perintah "percaya saja!" Namun ternyata sangat jelas bahwa Yairus mau percaya, karena Yesus membangkitkan anaknya.

Kepercayaan Yairus yang implisit ini penting untuk digaris-bawahi. Nas ini (dan 5:21-34) kontras dengan 6:1-6a. Kontrasnya adalah bahwa Yesus melakukan mukjizat karena Yairus dan sang perempuan percaya, sementara di Nazaret Yesus tidak melakukan mukjizat karena ketidakpercayaan mereka di sana (ayat 6:6a). Percaya kepada Tuhan dan kepada kehendak-Nya (bukan kehendak kita) adalah kekuatan Kristen. Hanya dengan demikian Kerajaan Allah diberitakan dan diberlakukan melalui hidup dan kesaksian kita.

Renungkan: Kekuatan sejati adalah iman kepada Allah melalui Yesus, yang terwujud melalui sikap hati dan tindakan.

(0.25254749714286) (Mrk 6:45) (sh: Menyedihkan dan ironis (Selasa, 11 Maret 2003))
Menyedihkan dan ironis

Menyedihkan dan ironis. Tindakan para murid Yesus ini memang menyedihkan, bahkan patut ditertawakan. Mereka baru kembali dengan penuh percaya diri atas keberhasilan mereka mengusir setan-setan (ayat 6:12-13, 30), dan telah menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus yang luar biasa. Tetapi sekarang, mereka kembali bertindak seperti orang yang tidak pernah melihat kuasa Yesus (ayat 49). Kuasa yang bahkan setelah peristiwa ini nyata kembali melalui mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus di Genesaret (ayat 53-56). Seharusnya setelah segala yang telah mereka alami sampai pada momen waktu itu, para murid menunjukkan respons yang lebih dewasa dan lebih percaya. Karena kuasa-Nya telah mereka saksikan, pengutusan-Nya mereka terima, dan bahkan dalam nama-Nya mereka melakukan perbuatan ajaib. Seharusnya mereka dapat mulai mengerti siapa Dia yang menjadi Guru mereka, dan seperti apa kuasa yang dipunyai-Nya.

Sepatutnya kita tersenyum ketika membaca nas ini; tersenyum kecut dan dengan penuh rasa maklum, juga menertawakan diri. Pesan yang disampaikan Markus melalui nas ini jelas sekali. Tindakan dan kepercayaan mereka belum memadai, tidak seperti apa yang seharusnya sudah mereka tunjukkan. Komentar Markus tegas dan pedas: hati mereka masih degil (ayat 52).

Sepatutnya tindakan dan kepercayaan para murid sepadan dengan pengajaran yang mereka terima dan pelayanan yang mereka lakukan. Hal ini pula yang selalu harus tampak pada hidup tiap Kristen. Sumbangnya kesaksian gereja sering kali karena iman dan tindakan Kristen tidak sepadan dengan pengajaran yang mereka pegang. Pertanyaannya kini, masihkah kita menjadi murid yang degil?

Renungkan: Tiap Kristen punya momen kegagalan. Tugas kita adalah agar perjalanan kehidupan iman kita tidak lagi menyedihkan dan ironis, melalui tindakan-tindakan iman.

(0.25254749714286) (Luk 2:1) (sh: Allah turut bekerja (Sabtu, 25 Desember 2010))
Allah turut bekerja

Judul: Allah turut bekerja
Bagaimana saudara menghadapi Natal tahun ini? Penuh masalah dan ketidaklancaran? Mungkin saudara bertanya mengapa Tuhan mengizinkan semua itu terjadi. Mari belajar dari peristiwa Natal pertama bagaimana Tuhan berkarya di dalamnya.

Allah berkarya memakai dekrit Kaisar Agustus dalam menetapkan sensus di seluruh daerah kekuasaannya, untuk tujuan militer maupun pajak. Dengan jalan demikian, nubuat dan janji-Nya dalam Perjanjian Lama, bahwa Anak-Nya akan lahir di kota Betlehem, (Mi. 5:1) digenapi. Maria dan Yusuf mungkin tidak menyadari hal tersebut saat menaati pemerintah dengan pulang ke kampung halaman untuk mengikuti sensus. Padahal perjalanan dari Nazaret di Galilea ke kota Betlehem (kira-kira 120 km) merupakan perjalanan yang jauh dan melelahkan mengingat saat itu Maria sedang hamil tua.

Ternyata, perjalanan yang melelahkan bagi seorang wanita yang hamil tua, menghadapi penolakan dari tuan rumah untuk kamar tempat berteduh dan melahirkan, sampai harus melahirkan di kandang binatang pun ada di dalam pengaturan Allah. Maria harus melahirkan di kandang binatang, bayinya dibungkus dengan lampin kasar, dan diletakkan di palungan yang kotor dan hina. Semua ini melambangkan Anak Allah yang mulia dan agung, tetapi rela mengosongkan diri-Nya dengan datang menjadi manusia bahkan lahir di tempat yang hina. Kasih-Nya membuat Ia rela menjadi miskin, supaya kita boleh menjadi kaya dalam segala hal. Ia memang tidak memiliki tempat di dunia karena dunia menolak Dia. Tempat yang layak bagi Dia hanya di atas kayu salib. Ia rindu lahir di dalam hati setiap orang yang mau membuka hati untuk menyambut Dia. Namun sayang, orang-orang menolak Dia karena lebih tertarik pada hiruk pikuk dunia dan kenikmatannya.

Mari kita belajar bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal dalam kehidupan serta untuk kebaikan setiap orang yang berkenan kepada-Nya. Marilah kita belajar memercayai Dia serta menaati kehendak-Nya dan mempersilakan Tuhan Yesus lahir dalam hidup kita agar Ia bebas memimpin hidup kita. Selamat merayakan Natal.

(0.25254749714286) (Yoh 11:45) (sh: Sidang agama merencanakan pembunuhan (Senin, 4 Maret 2002))
Sidang agama merencanakan pembunuhan

Sidang agama merencanakan pembunuhan. Perikop ini merupakan kelanjutan peristiwa penampakan kuasa Yesus memberi hidup dengan membangkitkan Lazarus dari kubur. Para pelayat yang menjadi saksi mata sebagian menjadi percaya kepada Yesus (ayat 45). Tetapi, ketika sebagian mereka melaporkan peristiwa itu kepada orang-orang Farisi, Sanhedrin bersidang. Sanhedrin adalah mahkamah agama tertinggi untuk orang Yahudi, terdiri dari orang Farisi dan Saduki, para imam, dan pemuka umat. Sidang perlu diadakan sebab mereka melihat bahwa situasi yang Yesus akibatkan melalui membangkitkan Lazarus sudah menjadi krisis. Yesus semakin tenar dan semakin memiliki banyak pengikut. Hal tersebut dapat mengundang bahaya bagi keamanan apabila penjajah Roma mengetahuinya. Dua kali mereka menunjukkan keprihatinan tentang “bait Allah kita” dan “bangsa kita”. Tetapi, sebenarnya yang sedang mereka pikirkan adalah status dan popularitas mereka sendiri.

Di tengah persidangan itu Kayafas bicara. Ucapannya jelas sekali menunjukkan sikap ingin menyingkirkan semua hal yang mengganggu kekuasaan mereka, termasuk Yesus sekalipun (ayat 50-52). Tetapi, ucapannya itu sekaligus bernilai nubuat sebab dalam pengertian Yohanes, Kayafas telah menyampaikan hal tentang penyelamatan. Maksud Kayafas, membunuh Yesus berarti menyelamatkan orang Yahudi dari hukuman Roma bila gerakan para pengikut Yesus semakin besar dan diartikan sebagai pemberontakan. Tetapi, dalam sudut pandang Yohanes, yang Kayafas katakan menyangkut cara Allah menyelamatkan manusia melalui kematian Yesus. Untuk Yohanes, salib Yesus bukan saja penyataan Allah, tetapi juga penyelamatan dari Allah (bdk. 1:29). Ucapan Kayafas tentang keselamatan itu dalam catatan Yohanes menggunakan kata bangsa, bukan umat. “Umat” adalah kata untuk Israel sebagai umat pilihan Allah. Dengan tidak menggunakan istilah ini, Yohanes ingin menegaskan bahwa pikiran Kayafas politis saja sifatnya dan dengan itu, Israel memang telah berhenti dari kedudukan sebagai umat Allah.

Melalui itu, upaya memburu dan membunuh Yesus menjadi resmi dijalankan.

Renungkan: Kita perlu belajar melihat pertarungan antara kuasa Allah dan kuasa kejahatan dalam perspektif kedaulatan Allah dan kemenangan Kristus.

(0.25254749714286) (Kis 5:12) (sh: Makin Dihambat, Makin Merambat (Selasa, 29 Mei 2018))
Makin Dihambat, Makin Merambat

Allah tiada hentinya berkarya dengan kuasa-Nya dalam perluasan Injil dan perkembangan gereja-Nya. Hal itu tampak pada pertambahan jumlah petobat baru yang percaya kepada Yesus. Jika dilihat secara statistik, angka pertumbuhan orang percaya sangat fantastis, dimulai dari tiga ribu orang menjadi lima ribu orang (lih. Kis. 2:41-47; 4:4). Semua ini membuktikan kuasa Yesus tidak dapat dibendung oleh manusia.

Di satu sisi, jemaat perdana mengalami kebangunan rohani. Tetapi di sisi lain, kekuataan Si Jahat pun makin gencar melancarkan serangannya untuk menghambat laju tumbuh Kerajaan Allah. Hal itu terlihat bagaimana para rasul sangat antusias dan semangat memberikan kesaksian tentang Kristus, namun pihak Mahkamah Agama juga berupaya keras melarang dan mengancam mereka. Sekalipun dihambat, para rasul tetap gigih dalam pewartaan Injil Kristus. Bahkan keteladanan, kesaksian, dan cara hidup bersama membuat banyak orang menghormati mereka (14).

Selain itu, Allah juga memperluas cakupan Injil kepada orang-orang yang tinggal di sekitar Yerusalem. Allah mengurapi dan memakai Petrus untuk melakukan mukjizat penyembuhan. Banyak orang sakit, kerasukan roh jahat, dan sebagainya disembuhkan Allah (16). Disadari atau tidak, pengaruh Petrus semakin meluas dan hal itu membuat orang-orang yang berkuasa di Yerusalem iri hati. Mereka merasa terganggu karena pengaruh Petrus sudah mengusik popularitas dan mengganggu wilayah kekuasan mereka. Penguasa pun menangkap para rasul (18). Namun, Allah melepaskan dan memerintahkan para rasul itu untuk berani bersaksi tentang Kristus tanpa rasa takut. Perintah itu merupakan bentuk peneguhan atas pelayanan mereka (19-21a).

Dalam pelayanan terkadang kita mengalami hambatan, tantangan, dan ancaman. Tetapi, iman kepada Yesus harus tetap tumbuh dan mekar. Ketaatan kita kepada firman Allah hendaknya menjadi kesaksian kepada dunia bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat dunia. [JMN]

(0.25254749714286) (Kis 15:13) (sh: Keselamatan bagi segala bangsa (Senin, 23 Mei 2005))
Keselamatan bagi segala bangsa

Keselamatan bagi segala bangsa
Rencana Tuhan untuk membukakan mata para pemimpin gereja akan misi-Nya sungguh indah. Ia telah mengilhami Paulus dan Barnabas untuk pergi ke Yerusalem. Ia telah menyatakan kehendak-Nya bagi bangsa-bangsa lain melalui pendapat Petrus. Kini, Ia pun membimbing Yakobus untuk mengingatkan peserta persidangan itu tentang rencana keselamatan-Nya bagi bangsa nonyahudi.

Yakobus memulai pidatonya dengan menyatakan persetujuannya terhadap khotbah Petrus (ayat 14). Inti pidato Yakobus ini adalah: Pertama, tujuan Allah membangun kembali dinasti Daud melalui Yesus, bukan hanya untuk keselamatan Israel melainkan juga untuk bangsa-bangsa lain (ayat 16-17). Hal ini telah dinubuatkan oleh para nabi PL yang artinya sudah jelas sejak semula (ayat 15,18). Jadi, dengan pernyataan ini, Yakobus menyetujui dan mendukung misi Paulus dan Barnabas (ayat 19). Kedua, keinginan Allah adalah supaya umat-Nya memiliki kehidupan yang kudus dan berkenan pada-Nya sesuai dengan prinsip Hukum Musa (ayat 20-21). Dengan demikian, Yakobus menegaskan bahwa hukum Taurat bukan lagi menjadi syarat keselamatan (misalnya: praktik sunat) melainkan sebagai petunjuk untuk hidup kudus (misalnya: tidak menyantap makanan persembahan berhala).

Apakah ciri yang membedakan antara orang percaya dengan orang kafir? Adanya anugerah keselamatan yang sudah diberikan Allah melalui pribadi Yesus Kristus. Keselamatan itu kita peroleh bukan karena kita telah menjalankan syarat agamawi, peraturan gereja, ataupun perbuatan-perbuatan baik. Seharusnya dasar anugerah Allah inilah yang kita tuangkan dalam perilaku sehari-hari yaitu menjaga diri hidup kudus sesuai dengan kehendak-Nya.

Renungkan: Usaha Iblis untuk memecah Gereja dan membungkam pekabaran Injil akan gagal ketika anak-anak Tuhan peka terhadap kehendak-Nya dan bersehati taat melakukannya.

(0.25254749714286) (Kis 28:1) (sh: Kepedulian Allah kepada kesehatan (Selasa, 22 Agustus 2000))
Kepedulian Allah kepada kesehatan

Kepedulian Allah kepada kesehatan. Allah tidak hanya mampu menyembuhkan penyakit namun juga peduli dan menjaga kesehatan manusia dengan cara-cara yang mungkin tidak kita sadari. Apa yang terjadi terhadap Paulus, teman seperjalanan, dan penduduk asli, merupakan bukti bahwa Allah memang peduli kepada kesehatan manusia.

Paulus dan teman-teman berhasil mencapai daratan pulau Malta yang kecil dan terpencil dengan selamat. Walau demikian, masih ada kemungkinan mereka akan menghadapi kematian atau perbudakan jika mereka bertemu dengan penduduk asli yang mungkin masih primitif dan menganut kepercayaan animisme (4-6), dan bahaya lainnya karena keganasan alam. Namun ternyata penduduk primitif itu sangat ramah terhadap mereka. Bahkan ketika hujan mulai turun dan hawa dingin mulai menyerang, mereka memanggil Paulus dan teman-teman untuk berteduh di dekat api yang besar yang sengaja mereka nyalakan untuk menghangatkan badan. Besar kemungkinan mereka juga menyediakan makanan dan minuman buat mereka. Inilah salah satu bukti kepedulian Allah akan keselamatan dan kesehatan mereka.

Kepeduliaan Allah terus berlanjut. Ketika Paulus digigit ular beludak, ia tidak menderita kesakitan sedikit pun seperti sangkaan penduduk setempat (4-6). Kepedulian Allah ini merupakan kesaksian yang berkuasa (4-6). Allah pun sangat peduli kepada kesehatan penduduk setempat yang belum mengenal Kristus. Ketika ayah Publius menderita demam dan disentri, melalui Paulus Allah menyembuhkannya. Bahkan akhirnya penduduk setempat juga merasakan kepedulian Allah melalui pelayanan Paulus. Pelayanan Allah melalui Paulus ini menghasilkan hubungan antar manusia yang saling menghormati, menghargai, dan membantu dengan sangat tulus walaupun mereka baru saling mengenal selama 3 hari (10). Hubungan yang demikian merupakan kesempatan yang indah untuk menaburkan benih Injil.

Renungkan: Kristen perlu mengevaluasi bagaimanakah selama ini pelayanan kesehatan kepada masyarakat dikerjakan: apakah sudah menyatakan Allah yang peduli kepada setiap manusia atau sebaliknya Allah hanya peduli jika sang pasien punya uang cukup? Salah satu ujiannya adalah apakah pelayanan kesehatan yang kita lakukan berbuahkan hubungan antar manusia yang harmonis?



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA