(0.088573686363636) | (Mat 28:1) |
(sh: Kuasa kebangkitan Kristus (Minggu, 4 April 2010)) Kuasa kebangkitan KristusJudul: Kuasa kebangkitan Kristus Sama seperti kedahsyatan kuasa Allah dinyatakan saat kematian Kristus, melalui gempa bumi yang hebat dan kebangkitan orang-orang kudus, demikian juga saat kebangkitan Sang Juruselamat terjadi gempa bumi yang hebat (ayat 2). Malaikat Tuhan muncul menggulingkan batu penutup kubur Yesus, sekaligus menjadi saksi kebangkitan-Nya. Melalui malaikat tersebut, para perempuan yang datang ke kubur mendengar kabar baik tersebut dan kemudian menjadi saksi buat para murid lainnya bahwa Yesus benar-benar sudah bangkit (ayat 8). Yesus pun kemudian menampakkan diri kepada para murid-Nya (ayat 9-10) untuk meneguhkan iman mereka karena melalui merekalah dunia harus mendengar pemberitaan akan kebangkitan Kristus. Hal ini terjadi karena tradisi Yahudi waktu itu tidak memperbolehkan seorang perempuan Yahudi menjadi saksi. Zaman sudah berubah, tidak lagi ada pembedaan laki-laki dan perempuan. Setiap orang yang sudah mengalami kuasa kebangkitan Kristus dipanggil untuk menjadi saksi kuasa-Nya yang mengubah manusia berdosa menjadi anak-anak Allah. Sudahkah Anda mengalami kuasa kebangkitan Kristus dalam hidup Anda? Dapatkah orang lain melihat Kristus yang bangkit nyata dalam hidup Anda yang mengubah karakter Anda semakin hari semakin menyerupai Kristus? |
(0.088573686363636) | (Mrk 1:14) |
(sh: Yesus berkhotbah dan memanggil murid-murid (Rabu, 15 Januari 2003)) Yesus berkhotbah dan memanggil murid-muridYesus berkhotbah dan memanggil murid-murid. Narasi ini menceritakan dua hal penting yang dilakukan Yesus, yaitu berkhotbah dan memanggil murid-murid. Tertangkapnya Yohanes Pembaptis merupakan awal khotbah Yesus. Isi khotbah Yesus diringkas oleh Markus dengan frasa 'Injil Allah' (ayat 14). Dikatakan bahwa Allah akan memerintah umat-Nya. Ini adalah kabar baik. Namun, sebelum ini terlaksana, persyaratan penting yang harus terlebih dahulu terjadi di tengah-tengah umat Allah - - sebagai syarat menjadi umat-Nya -- yaitu, bertobat dan percaya kepada Yesus (ayat 15). Yesus memanggil empat orang murid dengan cara yang hampir sama. Simon dan Andreas dipanggil ketika mereka sedang bekerja. Tampaknya, mereka segera memberi respons dengan meninggalkan pekerjaan untuk mengikut Yesus (ayat 18). Inisiatif tidak datang dari mereka, melainkan dari Yesus. Hal ini kontras dengan tradisi Yahudi di mana murid-muridlah yang memilih seorang rabi menjadi gurunya. Begitu pula dengan Yakobus dan Yohanes. Mereka pun dipanggil dengan cara yang sama. Keempatnya dipanggil Yesus ketika sedang bekerja (ayat 19). Menarik untuk diperhatikan adalah bahwa murid-murid tersebut masih bersaudara, dan berasal dari kalangan orang-orang "biasa", bukan dari kalangan bangsawan. Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes adalah orang-orang biasa, namun dipanggil oleh Yesus, yang luar biasa untuk tugas yang luar biasa. Dari cara pemanggilan-Nya, ada indikasi bahwa sebelumnya mereka telah mengenal Yesus. Peristiwa inilah yang dicatat oleh Yohanes 1:40. Mereka dipanggil untuk mengikut Yesus (ayat 17,20). Mereka dipanggil untuk tugas membawa orang lain untuk mengikut Yesus. Renungkan: Yesus memanggil orang-orang biasa dan menjadikan mereka luar biasa. Yesus mampu menjadikan orang biasa seperti kita menjadi luar biasa di mata Allah. |
(0.088573686363636) | (Mrk 1:29) |
(sh: Pelayanan dan doa (Jumat, 17 Januari 2003)) Pelayanan dan doaPelayanan dan doa. Dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya mengajar banyak orang. Yesus juga menyembuhkan banyak orang, termasuk ibu mertua Simon, yang menderita sakit demam (ayat 30). Lazimnya orang yang baru sembuh dari sakit, badan terasa lemah, karena itu diperlukan waktu beberapa lama untuk beristirahat dan mengembalikan kondisi tubuh. Tetapi, tampaknya ini tidak berlaku bagi ibu mertua Simon. Segera setelah disembuhkan ia langsung melayani Yesus (ayat 31). Ini memberi indikasi bahwa penyembuhannya segera dan sempurna. Tidak hanya orang sakit, orang-orang yang kerasukan setan pun dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan dan dilepaskan dari cengkeraman setan (ayat 32,34). Menarik untuk dicatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan setan-setan untuk berbicara meski mereka mengenal Yesus. Dalam 1:24, setan bahkan menyapa Yesus sebagai 'Yang Kudus dari Allah'. Tetapi, Yesus membentaknya untuk tidak bicara. Yesus menolak kesaksian setan dan roh-roh jahat, karena kesaksian mereka tidak lahir dari kesadaran dan suka rela. Mereka mengenal siapa Yesus, tetapi mereka tidak mau hidup taat terhadap Yesus. Inilah iman model ala setan (Yak. 2:19): mengenal Yesus bahkan beribadah di rumah ibadat, tetapi tidak mau taat kepada kehendak Yesus; percaya pada Yesus, tetapi hidup menurut kehendak sendiri. Di tengah kesibukan pelayanan, Yesus berdoa (bdk. 6:46 dan 14:35). Mengapa Yesus harus berdoa? Doa adalah komunikasi dengan Allah. Melalui doa, Yesus menyatakan dua hal. Pertama, relasi-Nya dengan Allah sangat intim. Kedua, Yesus menyatakan ketergantungan-Nya kepada Allah. Rahasia kesuksesan pelayanan-Nya terletak pada ketergantungan-Nya pada Allah, dan doa merupakan ekspresi ketergantungan pada Allah. Renungkan: Apakah iman pada Yesus memberi warna terhadap perilaku dan moralitas hidup sehari-hari? Apa hambatannya? |
(0.088573686363636) | (Mrk 2:13) |
(sh: Membenci dosa, mengasihi orang berdosa (Senin, 20 Januari 2003)) Membenci dosa, mengasihi orang berdosaMembenci dosa, mengasihi orang berdosa. Yesus terus mengajar orang banyak. Namun, tampaknya Markus tidak begitu tertarik untuk melaporkan isi pengajaran-Nya (ayat 13). Markus lebih memfokuskan narasinya pada dampak yang dihasilkan atau respons orang terhadap perbuatan Yesus. Di dalam narasi ini, terungkap dua bentuk perbuatan Yesus. Pertama, Yesus memanggil seorang pemungut cukai (ayat 14) yang bernama Lewi. Apakah Lewi ini adalah Matius? Tidak dapat dipastikan. Namun, akhir-akhir ini banyak pakar berpendapat bahwa Lewi dan Matius adalah dua orang yang berbeda. Jika murid-murid yang dipanggil Yesus dalam 1:16-20 segera meninggalkan pekerjaan mereka, maka Lewi hanya dikatakan 'bangkit dan mengikut Dia' (ayat 14). Namun, respons yang diberikan sama, yaitu ketika mendengar panggilan Yesus, Lewi segera mengikut-Nya, meninggalkan profesinya sebagai pemungut cukai. Kesegeraan respons Lewi memberi indikasi bahwa Lewi telah mengenal Yesus sebelumnya. Kedua, Yesus makan bersama dengan orang-orang berdosa (ayat 15). Lewi sekarang memiliki status baru yaitu sebagai pengikut Yesus. Lewi bersukacita. Ia lantas mengekspresikan sukacita ini dalam sebuah perayaan. Bahkan setiap kali Lewi mengingat perayaan tersebut, sukacita yang mendasari perayaan tersebut pun teringat kembali. Kita mempelajari tentang makna perayaan yang memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yaitu sebagai sarana untuk bersekutu dan berbagi dengan teman-teman. Kedua, fungsi historis, sebagai peringatan. Ketika kita sedih dan kecewa, maka dengan mengenang kembali peringatan sukacita tersebut, kita mengingat kembali kebaikan Allah pada kita. Memang hidup dalam persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus adalah suatu perayaan. Renungkan: Membenci dosa dan membenci orang berdosa adalah dua hal yang berbeda. Kita harus seperti Yesus, membenci dosa, tetapi mengasihi orang berdosa. |
(0.088573686363636) | (Mrk 3:1) |
(sh: Yesus, Tuhan atas Sabat (Kamis, 23 Januari 2003)) Yesus, Tuhan atas SabatYesus, Tuhan atas Sabat. Tradisi yang berlaku di agama Yahudi, hari Sabat adalah hari ketika umat berada di rumah ibadat untuk beribadah pada Allah (ayat 1). Sebagai orang Yahudi, Yesus pun beribadah pada hari Sabat di sinagoge. Bagi Yesus ini adalah suatu kebiasaan baik, ketika umat mengekspresikan rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta ini. Namun, ternyata tidak semua orang berpikiran yang sama dengan Yesus. Ada sekelompok orang yang datang ke sinagoge bukan untuk bersekutu dan beribadah, tetapi untuk mempersalahkan Yesus (ayat 2). Mereka adalah para pemimpin agama Yahudi (ayat 6; bdk. 2:24-28). Keberadaan seorang yang tangannya mati sebelah dijadikan objek oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka berharap agar Yesus menyembuhkannya, sehingga Yesus dipersalahkan karena melanggar hukum Sabat. Meski tidak diutarakan, Yesus tahu pikiran mereka. Yesus meminta orang yang tangannya mati sebelah untuk berdiri di tengah-tengah (ayat 3). Meskipun orang tersebut tidak menunjukkan indikasi bahwa ia sedang sekarat, tetapi Yesus menyembuhkannya. Melalui tindakan ini, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat. Apa yang harus dilakukan pada hari Sabat: berbuat baik dan menyelamatkan orang atau berbuat jahat dan membunuh orang? Para pemimpin agama itu tahu pilihan yang tidak melanggar Sabat. Tetapi, karena tidak mau percaya pada Yesus, mereka tetap diam. Yesus marah -- kemarahan yang mengungkapkan bahwa Yesus adalah manusia sejati -- tetapi bukan kemarahan yang tanpa alasan. Yesus marah karena kedegilan orang yang tidak mau percaya pada- Nya. Marah yang timbul karena ingin mendamaikan manusia dan Allah. Amarah Yesus adalah amarah damai. Penolakan terhadap damai inilah yang membangkitkan amarah-Nya. Renungkan: Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat adalah hari ibadah dan bukan hari mencari musuh. |
(0.088573686363636) | (Mrk 4:35) |
(sh: Anda mengenal Kristus? Bagi beberapa orang murid yang berprofesi (Selasa, 4 Maret 2003)) Anda mengenal Kristus? Bagi beberapa orang murid yang berprofesiAnda mengenal Kristus? Bagi beberapa orang murid yang berprofesi sebagai nelayan, menghadapi topan adalah hal biasa. Tetapi kali ini mereka berhadapan dengan topan yang teramat dahsyat. Mereka dicekam rasa takut. Saat itu Yesus ada bersama sama dengan mereka di dalam perahu. Apakah Yesus memahami ketakutan mereka dan tidak peduli ? Masalahnya bukan Yesus tidak peduli, tetapi karena para murid tidak menyadari bahwa Yesus bersama mereka. Dalam persahabatan atau dalam hubungan keluarga, orang selalu mengalami proses pertumbuhan pengenalan. Demikian juga halnya dalam hubungan para murid dengan Yesus, pun kita dengan Yesus. Meski sudah cukup lama mereka mengikut Yesus, ternyata mereka belum mengenal siapa Yesus yang sesungguhnya. Baru setelah Yesus bertindak mereka berseru takjub (ayat 41). Pertumbuhan rohani dan pengenalan kita akan Yesus memang tidak jadi dengan sekejap mata. Ketika Tuhan seolah surut tak terlibat, kita diuji untuk menghayati nyata bahwa sesungguhnya Dia peduli dan terlibat penuh. Seandainya Tuhan tidak tidur, tetapi langsung bertindak menolong setiap masalah yang dialami para pengikut-Nya, apa dampaknya pada pembentukan iman mereka? Jika Dia surut sesaat, di saat itulah kita memiliki dua kesempatan: [1] kesempatan untuk menyadari pentingnya Dia bagi kita, [2] kesempatan bagi kita untuk mengungkapkan ketergantungan kita kepada-Nya. Untuk mewujudkan kesempatan tersebut ada anugerah Tuhan yang akan membimbing kita melangkahi tahap-tahap pengenalan kita akan Tuhan, dan tersedianya berbagai alat pembentukan Tuhan bagi kita yang harus siap kita terima dan responi. Inilah saat bagi kita untuk bertumbuh dalam iman! Renungkan: Dia yang berkuasa atas angin dan laut adalah Yesus yang sama, yang mau dan bersedia menolong kita. |
(0.088573686363636) | (Mrk 5:1) |
(sh: Akibat berjumpa Yesus (Rabu, 5 Maret 2003)) Akibat berjumpa YesusAkibat berjumpa Yesus. Hampir seluruh stasiun tv di Indonesia saat ini menyuguhkan tontonan seram yang dikemas sedemikian rupa kepada para pemirsa. Dari tontonan tersebut diketahui bagaimana keadaan orang yang selalu berhubungan dengan roh-roh setan: liar, tak terkendali, bahkan membahayakan orang lain. Karena itu kita dapat memahami alasan mengapa masyarakat di Gerasa menjauhi orang yang dirasuk setan. Tidak ada usaha mereka untuk menolong atau mengendalikannya. Digambarkan bahwa orang yang dirasuk selegion roh jahat itu telanjang, berkeliaran di kubur-kubur, tidak dapat dikendalikan, dan membahayakan keselamatan orang lain (ayat 3,4). Keadaan seperti ini hanya akan dialami oleh orang-orang yang "bergaul akrab" dengan kuasa kegelapan seperti mempercayai dukun, ramalan, dlsb. Apakah begitu berkuasanya setan sehingga tidak ada kuasa apa pun yang dapat mengendalikan dan menguasainya? Anggapan seperti itu tidak boleh ada dalam iman orang Kristen, sebab roh-roh jahat itu ternyata tidak tahan menghadapi Yesus. Di hadapan Tuhan Yesus yang penuh kuasa dan kekudusan Allah, roh-roh jahat itu segera membongkar nasib akhir mereka: dihukum Tuhan dan binasa (ayat 7). Cukup dengan hardikan, Tuhan Yesus mengusir mereka. Orang yang dilepaskan dari kuasa roh jahat itu berubah, kembali menjadi waras, berpakaian, duduk di kaki Yesus, dan memuliakan Allah. Yesus menginginkan agar melalui perubahan yang terjadi atas dirinya ia menjadi saksi kemuliaan Allah, memberitakannya kepada orang-orang lain. Dia yang dulu hidup dikuasai iblis, telah diubahkan menjadi manusia baru oleh Yesus. Tidak ada kuasa apa pun yang tak dapat tidak dikuasai Yesus. Tak ada hidup yang serusak apa pun yang tak dapat ditata ulang oleh Yesus. Renungkan: Orang Kristen harus memiliki sikap tegas untuk menolak semua bentuk kejahatan dan keterlibatan dengan kuasa-kuasa kegelapan. |
(0.088573686363636) | (Mrk 5:21) |
(sh: Tidak ada masyarakat kelas dua (Kamis, 6 Maret 2003)) Tidak ada masyarakat kelas duaTidak ada masyarakat kelas dua. Masyarakat Yahudi menganggap perempuan adalah masyarakat kelas dua. Bagi perempuan normal (=sehat) keadaan ini sudah merupakan siksaan, apalagi bagi perempuan yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun. Direndahkan, dianggap najis dan dikucilkan dari masyarakat karena setiap orang yang menyentuhnya juga menjadi najis. Markus mengisahkan kepada jemaat saat itu, juga kita saat ini, bagaimana Yesus mendobrak tradisi itu. Yesus membiarkan diri-Nya disentuh oleh perempuan yang dianggap najis dan dikucilkan setelah perempuan itu berhasil menerobos kerumunan orang banyak hanya untuk menyentuh jubah-Nya. Ajaibnya, perempuan itu menjadi sembuh. Tidak ada seorang pun yang menyadari peristiwa ajaib tersebut -- selain Yesus dan perempuan itu -- kalau Yesus tidak mengklarifikasinya. Dalam klarifikasi itu Yesus menyatakan sekaligus menegaskan bahwa perempuan yang mereka anggap "najis" itu telah menjadi tahir, suci sehingga harus diterima di ingkungan sosialnya; dan bahwa kesembuhan itu terjadi karena ia beriman kepada Yesus. Dengan imannya perempuan itu tidak menyerah pada kendala yang dihadapinya untuk memperoleh jamahan kuasa Allah. Melalui peristiwa ini Markus mengajak jemaat, juga kita untuk melihat tiga hal: pertama, bahwa perempuan bukan masyarakat kelas dua, yang dapat diperlakukan seenaknya. Yesus melakukan ini sebagai upaya mendobrak tradisi waktu itu. Kedua, bahwa diri-Nya adalah Mesias. Dialah yang berkuasa atas segala penyakit. Ketiga, kesembuhan dan keselamatan dikerjakan oleh Firman dan iman kepada Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Renungkan: Yesus bisa memakai berbagai cara untuk menolong kita mengatasi berbagai pergumulan hidup, selama kita percaya dan berkeyakinan sungguh pada kuasa-Nya. |
(0.088573686363636) | (Mrk 6:45) |
(sh: Menyedihkan dan ironis (Selasa, 11 Maret 2003)) Menyedihkan dan ironisMenyedihkan dan ironis. Tindakan para murid Yesus ini memang menyedihkan, bahkan patut ditertawakan. Mereka baru kembali dengan penuh percaya diri atas keberhasilan mereka mengusir setan-setan (ayat 6:12-13, 30), dan telah menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus yang luar biasa. Tetapi sekarang, mereka kembali bertindak seperti orang yang tidak pernah melihat kuasa Yesus (ayat 49). Kuasa yang bahkan setelah peristiwa ini nyata kembali melalui mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus di Genesaret (ayat 53-56). Seharusnya setelah segala yang telah mereka alami sampai pada momen waktu itu, para murid menunjukkan respons yang lebih dewasa dan lebih percaya. Karena kuasa-Nya telah mereka saksikan, pengutusan-Nya mereka terima, dan bahkan dalam nama-Nya mereka melakukan perbuatan ajaib. Seharusnya mereka dapat mulai mengerti siapa Dia yang menjadi Guru mereka, dan seperti apa kuasa yang dipunyai-Nya. Sepatutnya kita tersenyum ketika membaca nas ini; tersenyum kecut dan dengan penuh rasa maklum, juga menertawakan diri. Pesan yang disampaikan Markus melalui nas ini jelas sekali. Tindakan dan kepercayaan mereka belum memadai, tidak seperti apa yang seharusnya sudah mereka tunjukkan. Komentar Markus tegas dan pedas: hati mereka masih degil (ayat 52). Sepatutnya tindakan dan kepercayaan para murid sepadan dengan pengajaran yang mereka terima dan pelayanan yang mereka lakukan. Hal ini pula yang selalu harus tampak pada hidup tiap Kristen. Sumbangnya kesaksian gereja sering kali karena iman dan tindakan Kristen tidak sepadan dengan pengajaran yang mereka pegang. Pertanyaannya kini, masihkah kita menjadi murid yang degil? Renungkan: Tiap Kristen punya momen kegagalan. Tugas kita adalah agar perjalanan kehidupan iman kita tidak lagi menyedihkan dan ironis, melalui tindakan-tindakan iman. |
(0.088573686363636) | (Mrk 7:24) |
(sh: Menjadi seperti anak anjing (Jumat, 14 Maret 2003)) Menjadi seperti anak anjingMenjadi seperti anak anjing. Yesus menarik diri dari kerumunan. Ia pergi ke Tirus untuk menyendiri, masuk ke dalam sebuah rumah, dan tak mau diganggu. Sebenarnya dalam waktu-waktu melayani Tuhan, sama seperti Yesus, kita pun perlu mengambil waktu beristirahat. Mengasihi diri sendiri tidak selalu sama dengan egoisme. Jika kita gagal mengasihi diri sendiri, kita pun akan gagal mengasihi orang lain (Mat. 22:39). Orang-orang Yahudi telah berkeras hati menolak Yesus. Maka, para pembaca Markus yang nonyahudi akan tertarik membaca bagian ini. Jelaslah bahwa wanita yang datang kepada Yesus berada di luar sistem Yahudi. Kesohoran Yesus membawanya datang -- kasih seorang ibu kepada anak yang kuat, melawan segala halangan sekalipun. Yesus kelihatannya dengan kasar menolak untuk menerima permintaan sang ibu. Kemungkinan ini disebabkan karena pada waktu itu juga banyak pembuat mukjizat dan banyak orang mencari Yesus bukan untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan tunduk kepada otoritas- Nya, melainkan hanya karena ingin disembuhkan. Yesus dengan demikian ingin menguji mengapa sang ibu datang kepada-Nya. Yesus memakai istilah "anjing", suatu penghinaan yang besar di dunia Mediterania pada waktu itu. Wanita Samaria itu bersedia diumpamakan seperti anak anjing yang menerima remah-remah yang jatuh dari meja tuannya -- demi anaknya, dan tentu karena kepercayaannya yang sungguh bahwa Yesus bisa menyembuhkan. Kerendahhatiannya dan kepercayaannya tidak sia-sia. Ia mendapatkan apa yang dipohonkannya dengan amat sangat -- suatu kontras dengan orang-orang Farisi yang bebal dan sombong. Renungkan: Ada tiga hal yang harus orang Kristen pelajari dalam kehidupan ini: [1] kerendahan hati, [2] kerendahan hati, [3] kerendahan hati. |
(0.088573686363636) | (Mrk 8:14) |
(sh: Belajar dari kehidupan (Senin, 17 Maret 2003)) Belajar dari kehidupanBelajar dari kehidupan. Dunia Mediterania secara tradisional memikirkan manusia dengan apa yang disebut para antropolog sebagai "zona-zona interaksi" dengan dunia sekitarnya. Tiga zona itu membentuk pribadi manusia, dan ketiganya muncul dalam Injil-injil: [1] Zona emosi yang mencakup kehendak, intelek, penilaian, kepribadian, dan perasaan. [2] Zona ekspresi-diri, mencakup komunikasi, khususnya pengungkapan diri. Ini adalah aktivitas mulut, telinga, lidah, bibir, tenggorokan, dan gigi (berbicara, mendengar, bernyanyi, mengutuk, menyumpah, bernyanyi, menangis, dst.). [3] Zona tindakan yang bertujuan adalah zona tingkah laku eksternal atau interaksi dengan lingkungan. Ini adalah aktivitas tangan, kaki, dan jari (berjalan, duduk, berdiri, menyentuh, dst.).
Dalam bacaan kita hari ini, ketiga zona tersebut muncul (ayat Dalam ayat 17, Yesus berbicara tentang "hati yang degil", yaitu, ketidakmampuan untuk berpikir dan memahami dan menilai secara benar, biasanya disebabkan karena kehendak yang keliru. Dalam ayat 18, Yesus berkata-kata tentang mata yang memberikan informasi kepada hati, telinga yang belajar dari orang lain, dan hati yang seharusnya mengingat. Ayat 19 menunjuk ke zona tindakan tangan-kaki. Ketika Markus menulis tentang ketiga zona ini, ia berbicara tentang pengalaman manusia secara keseluruhan. Belajar dari kehidupan berarti melibatkan seluruh bagian diri kita untuk menjadi wadah anugerah Allah. Renungkan: Seluruh kehidupan adalah sebuah sekolah untuk mempelajari tanda anugerah Allah. |
(0.088573686363636) | (Mrk 10:13) |
(sh: Anak berhak atas kabar keselamatan (Rabu, 26 Maret 2003)) Anak berhak atas kabar keselamatanAnak berhak atas kabar keselamatan. Di tengah perbincangan Yesus dengan para murid tentang ketidakmengertian mereka terhadap topik perceraian, para murid merasa terganggu dan marah. Mengapa? Karena ada orang-orang yang secara spontan membawa anak-anak mereka untuk Yesus jamah. Kemungkinan besar kemarahan mereka ini didasarkan pada tiga hal. Pertama, konsentrasi mereka terganggu; kedua, mereka tidak ingin Guru mereka direpotkan oleh anak-anak, dan ketiga, tradisi. Dalam agama Yahudi anak-anak sama sekali tidak ada harganya, termasuk tidak memiliki hak untuk menjadi anak-anak Allah. Pemahaman poin ketiga inilah yang Yesus jadikan senjata untuk mengubah pandangan tersebut. Jika para murid marah melihat orang-orang yang mengantarkan anak- anak mereka, Yesus pun marah. Namun kemarahan Yesus tertuju pada tindakan para murid. Dia menolak tindakan tersebut. Jika masyarakat Yahudi menganggap bahwa anak-anak hina, tak berguna apalagi memiliki hak untuk menjadi warga Kerajaan Allah, Yesus bersikap sebaliknya. Ia membiarkan anak-anak itu datang kepada- Nya. Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Allah justru tersedia bagi yang kecil, yang terhina dan yang tidak berguna (ayat 14)! Ucapan Yesus ini bernada anti-Farisi, artinya Yesus ingin menunjukkan kepada mereka yang beranggapan bahwa hanya orang- orang yang telah melaksanakan hukum menurut pemahaman Farisi sajalah yang berhak masuk ke Kerajaan Allah. Tidak dipungkiri bahwa pemahaman seperti ini masih ada yang meyakini. Yesus menggunakan keberadaan anak-anak untuk menjelaskan tentang prinsip atau sikap spiritual yang harus orang-orang Kristen laksanakan. Yesus mengajak kita agar belajar dari kepolosan, kesederhanaan, dan kesetiaan yang dimiliki oleh anak-anak ketika kita menyambut Kerajaan Allah. Renungkan: Hanya dengan keberadaan yang kecil, rendah, dan hina itulah kita tertunduk dan takluk kepada Allah. |
(0.088573686363636) | (Mrk 11:20) |
(sh: Memindahkan gunung (Selasa, 1 April 2003)) Memindahkan gunungMemindahkan gunung. Bagi orang Kristen, ini mungkin sudah biasa. Iman yang sanggup memindahkan gunung adalah slogan dari banyak orang Kristen. Sayang, kadang iman dimengerti secara sangat simpel, "percaya saja!" Nas ini mengajak kita untuk merenungkan, iman seperti apa yang sanggup memindahkan gunung. Pohon ara yang mengering karena kutukan Yesus menjadi batu loncatan bagi diskusi tentang apa arti dari kepercayaan kepada Allah. Pertama tentu saja adalah kepercayaan penuh kepada kuasa Allah. Bahkan, iman ini (Yun.: pistis) dapat memindahkan gunung ke dalam laut. Tidak ada yang tidak mungkin untuk terjadi bagi orang yang meminta dan berdoa kepada Allah. Tetapi ada hal penting lain yang tidak boleh dilupakan. Seseorang yang beriman kepada Allah juga harus mempunyai hubungan yang baik pula dengan sesamanya. Iman yang dapat memindahkan gunung tidak terpisahkan dari perbuatan yang dapat meruntuhkan tembok- tembok pemisah. Yesus dengan spesifik menunjuk kepada mengampuni kesalahan sesama. Di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi ini, kadang sungguh-sungguh lebih mudah memindahkan sebuah bukit ke dalam laut untuk menguruk sebuah teluk ketimbang meruntuhkan tembok maya berupa kebencian antara sesama manusia. Karena itu, pengampunan kepada sesama sebenarnya merupakan salah satu tanda iman yang penting. Bahkan bisa dikatakan, seseorang belum benar- benar beriman kepada Allah, dan kepada karya pengampunan-Nya, bila ia belum dapat mengampuni sesamanya. Ingin memindahkan gunung, dan melakukan hal-hal besar lain bagi Allah dalam iman dan ketaatan kepada kehendak-Nya? Saling mengampunilah karena Allah. Renungkan: Hal terpenting bukan bahwa gunung pindah, tetapi demi rencana kasih dan kemuliaan Siapa sang gunung pindah karena iman? |
(0.088573686363636) | (Mrk 12:13) |
(sh: Kejujuran dan Kaisar (Jumat, 4 April 2003)) Kejujuran dan KaisarKejujuran dan Kaisar. Tahun 6 Masehi adalah tahun kelam bagi penduduk Palestina. Tributum capitis, pajak per kepala penduduk yang opresif, mulai diberlakukan pada tahun tersebut. Dari sisi ini, wajar bila pertanyaan seperti pada ayat 14 ditanyakan kepada seorang guru seperti Yesus (+ 30 M). Tetapi Yesus mendeteksi sesuatu yang lain, sebuah pertanyaan jebakan yang munafik. Jika Yesus menjawab "ya, umat harus membayar pajak," maka Ia dapat dicaci sebagai kolaborator penjajah. Jika Ia menjawab "tidak," biro intelijen Kekaisaran Roma pasti tertarik dengan informasi ini. Yesus, yang digombali para calon penjebak dengan sebutan "orang jujur", menjawab dengan jujur pula: definisikan sendiri apa hak Allah dan apa hak Kaisar, dan berikan hak masing-masing (ayat 17). Jawaban Yesus pada ayat 17 bukanlah sekadar tangkisan verbal terhadap pertanyaan para penjebak. Tiap orang dari berbagai latar belakang bisa memunculkan daftar yang berbeda mengenai apa yang wajib diberikan kepada Allah dan kepada Kaisar. Sebagai pengajar Yahudi yang berpegang kepada PL, Yesus berpegang pada prinsip bahwa Allah selalu mengatasi siapa pun termasuk Sri Paduka Kaisar. Kesetiaan kepada pemahaman ini menentukan apa saja yang menjadi hak Kaisar. Ia tidak menjawab pertanyaan para calon penjebak-Nya secara langsung dan sesimpel "boleh/tidak." Jawaban-Nya mengedepankan prinsip di atas, dengan pertanyaan ikutan yang implisit: apakah pajak menyebabkan Anda tidak memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah (mis. penghormatan, integritas dan kekudusan diri, ketaatan)? Pajak, ketaatan kepada pemerintah/ otoritas lain, dll. Kristen penuhi selama itu tidak menghalangi pengabdiannya kepada Allah dan menjadi bagian dari pengabdian kepada Allah yang mengasihinya. Renungkan: Hanya Allah yang layak menerima pengabdian tertinggi kita karena Ia telah memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi kita. |
(0.088573686363636) | (Mrk 13:14) |
(sh: O Yerusalem, riwayatmu dulu (Rabu, 9 April 2003)) O Yerusalem, riwayatmu duluO Yerusalem, riwayatmu dulu. Plesetan lirik lagu karya Gesang ini juga cocok dengan sejarah Yerusalem. Apalagi bila diteruskan dengan: "sedari dulu jadi rebutan bangsa-bangsa." Kota ini telah kenyang menjadi korban dari pusaran politik antar-bangsa. Tetapi, kota ini juga telah kenyang menjadi korban dari dosa-dosa penghuninya sendiri. Bagian 13:14-23 khusus menubuatkan apa yang telah terjadi di Yerusalem antara 66-70 M. Saat itu orang Yahudi memberontak melawan Roma, yang berakhir pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M oleh pasukan Romawi. Perintah Yesus pada nas ini adalah: lari bila melihat kekejian yang tak terkatakan hadir di Bait Allah (ayat 14). "Pembinasa keji" di sini tidak menunjuk kepada kehadiran Roma di sana, tetapi kepada kaum zelot yang menguasai Bait Allah dan melakukan hal-hal cemar di sana pada + 67-68 M. Sedemikian parahnya tindakan mereka, sehingga mantan Imam Besar Ananus sambil menangis berkata: "Seandainya saya mati ketimbang hidup melihat Bait Allah dipenuhi kekejian seperti ini dan ruang-ruang kudusnya dipenuhi oleh kaki para pembunuh." Juga muncul beberapa orang yang dianggap sebagai Mesias. Menurut tradisi gereja, karena inilah orang Kristen di Yerusalem dan Yudea mengungsi ke daerah Pella di pegunungan, mengikuti kata- kata Yesus, dan luput dari malapetaka 70 M. Mengapa para murid harus lari? Supaya mereka tidak terkena penghukuman. Sebenarnya, penghukuman itu tidak ditujukan kepada para murid. Jemaat-jemaat mula-mula di Yerusalem dan Yudea memberikan sebuah teladan, ketika mereka tetap mengingat nubuat Yesus ini dan peka terhadap apa yang terjadi. Inilah salah satu bentuk dari sikap berjaga-jaga dan waspada dalam ketaatan kepada Yesus Kristus. Renungkan: Ketidaktaatan kepada Allah adalah kekonyolan sejarah, baik sejarah pribadi maupun sejarah pada skala makro. |
(0.088573686363636) | (Mrk 14:12) |
(sh: Pengkhianatan seorang murid (Sabtu, 12 April 2003)) Pengkhianatan seorang muridPengkhianatan seorang murid. "Musuh dalam selimut!" Perkataan ini mengena pada kelompok Yesus dan murid-murid-Nya. Yudas Iskariot, salah seorang dari murid Yesus telah berketetapan hati untuk menyerahkan Yesus kepada para pemimpin Yahudi di Yerusalem dengan imbalan tiga puluh keping perak. Dan ternyata Yesus tahu rencana itu. Namun, sebelum peristiwa itu terjadi, Yesus membuat perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya, ternyata Yesus mengetahui rencana jahat tersebut. Karenanya dalam perjamuan itu, Yesus memberitahukan bahwa di antara mereka ada yang akan menyerahkan Dia. Pemberitahuan itu membuat para murid terkejut karena orang yang menyerahkan Yesus itu justru "orang dalam" sendiri. Yudas Iskariot memang pandai bersandiwara di hadapan Yesus dan teman-temannya. Di hadapan Yesus, ia berlaku sebagai sahabat bahkan seorang murid, tetapi di belakang ia siap menikam Yesus. Mungkin tepat bila kita katakan Yudas Iskariot adalah serigala berbulu domba. Sikap ini membuktikan bahwa sesungguhnya Yudas itu berwajah ganda. Sikap Yudas ini dicela oleh banyak orang. Tetapi sikap yang demikian juga tercermin dari orang-orang Kristen pada masa kini. Memang banyak orang telah menjadi Kristen, dibaptis dan mengikuti perjamuan kudus, sebagai tanda persekutuan dengan Tuhan. Tetapi masih melakukan perbuatan-perbuatan yang menikam Yesus dari belakang. Sikap ganda ini membuat kita menjadi orang munafik dan harus disingkirkan. Tuhan menghendaki agar kita sungguh-sungguh menyerahkan seluruh eksistensi diri kita kepada-Nya. Apakah kita dengan sungguh-sungguh telah menyerahkan diri kepada Kristus? Renungkan: Penyerahan diri yang mutlak kepada Tuhan merupakan sikap seorang murid yang sejati. |
(0.088573686363636) | (Mrk 15:20) |
(sh: Jeritan Anak Manusia (Jumat, 18 April 2003)) Jeritan Anak ManusiaJeritan Anak Manusia. Dalam perjalanan hidup kita tidak hanya bertemu dengan saat-saat yang menggembirakan, tetapi juga saat-saat yang mencekam dan menyedihkan. Biasanya di saat-saat seperti itu tidak jarang kita bertanya kepada Allah mengapa Ia membiarkan kita mengalami penderitaan ini? Dari pembacaan ini, kita juga melihat bagaimana Yesus merintih dan berteriak dalam penderitaan-Nya yang amat sangat kepada Allah, ""Eloi, Eloi, lema sabakhtani?", yang berarti: Allah-Ku, Allah- Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Anak Manusia harus menderita di atas kayu salib bukan karena kesalahan-Nya, tetapi karena Ia menggantikan kita karena menanggung kesalahan kita. Seruan Yesus itu membuktikan bahwa Allah sungguh-sungguh meninggalkan Yesus dalam penderitaan-Nya. Sang Bapa meninggalkan Anak-Nya bukan karena Ia membenci-Nya, tetapi karena Allah membenci dosa yang ditanggung oleh Anak-Nya, sebab Allah itu kudus. Kekudusan-Nya menuntut untuk tidak berkompromi dengan dosa. Allah meninggalkan Anak-Nya supaya kita diselamatkan. Sebab jika Allah membela Anak-Nya maka kita pasti binasa. Dalam perkataan lain, Allah meninggalkan Yesus dan berdiri di pihak kita supaya kita diselamatkan. Itu berarti bagi Yesus, salib merupakan suatu pergumulan yang paling pahit dan mengerikan dalam hidup-Nya tetapi bagi manusia, salib Yesus merupakan berita sukacita, karena melalui kematian-Nya kita dibebaskan. Berita sukacita itulah yang mendorong umat beriman agar kita merayakan hari kematian Yesus bukan dengan sedih dan putus asa, tetapi dengan iman dan pengharapan bahwa kematian Yesus merupakan jaminan keselamatan kita. Renungkan: Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya ketika mengalami penderitaan. Sebab Ia bergumul bersama kita mencari jalan keluar dari segala penderitaan. Ia adalah Allah Imanuel, Allah beserta kita. |
(0.088573686363636) | (Luk 1:1) |
(sh: Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran? (Sabtu, 21 Desember 2002)) Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran?
Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran? Pada akhirnya memang perbuatan Tuhanlah yang menjadi penentu bagaimana manusia dapat mengetahui, dan karenanya bersukacita karena (ayat 14) kebenaran. Ini tampak pertama-tama di dalam nas ini melalui pengutusan malaikat Gabriel kepada Zakharia untuk memberitahukan rencana Allah bagi anak mereka Yohanes. Yang kedua dan yang terpenting adalah persiapan inkarnasi Kristus melalui pengutusan Yohanes Pembaptis. Yohanes dikhususkan Allah dalam cara mirip seorang nazir walaupun ia bukan nazir (ayat 15, bdk. Bil. 6:3). Ia juga memiliki misi khusus: mempersiapkan umat seperti yang dinubuatkan PL (ayat 16-17, bdk. Mal. 4:5-6) bagi inkarnasi Kristus, yang adalah kabar gembira dan kebenaran terakbar.
Renungkan: |
(0.088573686363636) | (Luk 1:1) |
(sh: Mempersiapkan calon pemimpin (Senin, 22 Desember 2003)) Mempersiapkan calon pemimpinMempersiapkan calon pemimpin. Catatan akurat Lukas menempatkan dirinya dalam jajaran sejarawan handal pada zamannya. Apalagi tujuannya kalau bukan menyajikan sejarah Kristen awal yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sekaligus meneguhkan iman kepada tokoh sejarah itu, Tuhan Yesus. Lukas memulai kisahnya dengan kelahiran seorang penyiap jalan bagi tokoh terbesar sepanjang sejarah besar yaitu kelahiran Yohanes. Kelahirannya unik walaupun tidak tanpa preseden dalam sejarah Alkitab. Ia dikandung oleh ibu yang secara biologis mustahil mengandung. Namun, kelahirannya dinubuatkan malaikat. Itu sebabnya sejak dalam kandungan ia telah dipenuhi oleh Roh Kudus. Bahkan Lukas menonjolkan perannya yang lain, yaitu bahwa ia akan membuat orang lain bersukacita, membawa orang kembali kepada Tuhan, dan mendamaikan hubungan di dalam keluarga, pendek kata mempersiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan.
Sehubungan dengan tugasnya, maka sejak kecil ia harus dikuduskan,
ditahirkan. Ia sejak kecil sudah dinazirkan, demikian istilahnya
pada masa itu. Berarti kehidupannya dibedakan secara sengaja,
karena memang diperuntukkan sepenuhnya melayani Tuhan. Salah
satu kriteria nazir ialah tidak boleh minum minuman keras ( Calon-calon pemimpin macam apa yang kita persiapkan? Adakah sejak dini, mereka sudah dibekali dengan doa dan firman agar Roh Tuhan sendiri menguduskannya? Sudahkah kita bekali anak-anak kita dengan takut akan Tuhan dan menjauhi hal-hal dosa? Renungkan: Generasi muda yang kita didik dan besarkan, suatu hari akan menjadi pemimpin dalam berbagai bidang kehidupan. Apakah yang sudah kita lakukan untuk mempersiapkan mereka? |
(0.088573686363636) | (Luk 1:26) |
(sh: Tidak mengerti namun percaya (Rabu, 24 Desember 2003)) Tidak mengerti namun percayaTidak mengerti namun percaya. Bangsa Yahudi hidup di bawah ketentuan tradisi atau budaya yang sangat ketat dan ekstrim. Salah satunya adalah tidak diperkenankannya hubungan seks di luar nikah, dengan alasan apa pun. Jika itu terjadi maka perempuan yang mengandung akan diusir, bahkan dibuang untuk diasingkan. Ironisnya lagi, perempuan itu dikeluarkan dari ikatan keluarga. Kenyataan ini sempat membuat Maria kuatir karena ia mengandung tanpa pernah berhubungan seks dengan tunangannya. Sekali lagi, berbeda dengan respons Zakharia. Maria dengan penuh hormat menerima kenyataan tersebut. Itu dikarenakan utusan Tuhan, malaikat Gabriel yang mengunjungi dirinya. Tujuan Gabriel adalah mempersiapkan Maria menjadi alat Allah untuk kelahiran Juruselamat, Yesus. Sebenarnya bagi Maria itu adalah kehormatan besar, karena pada masanya ada kerinduan besar bagi para perempuan di Israel untuk menjadi ibu bagi Mesias (bdk. 1:42). Allah menjatuhkan pilihan-Nya kepada perempuan Maria. Hal itu dinyatakan dengan terus terang oleh Gabriel melalui salamnya “Salam, engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (ayat 28). Hanya saja pemilihan itu memakai cara yang sulit dimengerti dan bahkan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di kalangan Yahudi yang sangat memperhatikan kesucian keluarga. Potensi itu digambarkan di Injil Matius, justru oleh sikap calon suaminya sendiri, Yusuf (Mat. 1:19). Namun, berbeda dari Zakharia yang ketidakmengertiannya itu membuahkan sikap tidak percaya, Maria justru belajar menerima hal yang sulit itu. Dikarenakan imannya kepada Tuhan ia menerima risiko kehancuran hubungannya dengan Yusuf. Lagipula, Elisabet isteri Zakharia yang juga mengalami kuasa Allah yang ajaib itu, memberikan kekuatan kepada Maria untuk menerima hal sulit itu. Renungkan: Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Maka orang-orang yang dipilih-Nya dan dipakai-Nya juga harus berani mengatakan, “Ya Tuhan ku percaya, jadilah padaku sekehendak-Mu!” |