Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 261 - 280 dari 366 ayat untuk kebaikan [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.14473161403509) (Ayb 1:13) (sh: Tetap saleh (Kamis, 25 November 2004))
Tetap saleh

Tetap saleh. Babakan berikut dalam kehidupan Ayub lebih lagi membuat kita tidak percaya bahwa ia bisa demikian. Bukan saja saleh dan takut akan Allah bisa seiring terjadi dengan menjadi kaya dan berhasil; saleh dan tetap memuliakan Allah pun bisa seiring terjadi ketika Ayub tidak lagi punya apa-apa. Padahal bila sedikit saja kesulitan muncul dalam hidup orang lain, entah sudah bagaimana reaksi mereka terhadap Tuhan? Protes, sungutan, ancaman, atau apa lagikah biasanya reaksi Anda terhadap Tuhan ketika susah menyapa Anda?

Satu per satu milik Ayub dirampas Iblis darinya dengan menggunakan alat-alat seperti perampokan (ayat 14-15), kecelakaan (ayat 16), dan bencana alam (ayat 18-19). Menurut sang penutur kisah ini, malapetaka-malapetaka itu dan pelaporannya kepada Ayub tidak terjadi dalam selang waktu yang lama tetapi berturut-turut dalam waktu hampir bersamaan. Jika itu terjadi pada kita, kemungkinan besar kita akan mengalami lumpuh perasaan dan gelap pikiran. Bahkan, jika hanya oleh kesulitan kecil saja kita sudah mencak-mencak di hadapan Allah, kemalangan dahsyat seperti yang Ayub alami ini mungkin sekali akan membuat kita murtad.

Betapa menakjubkan gambaran tentang reaksi Ayub dalam penderitaannya itu. Ayub tidak protes, tidak bersungut, tidak menantang Allah, tetapi mengucapkan suatu pengakuan iman dan pujian yang sangat dalam kebenarannya. "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (ayat 21). Bagaimana mungkin terjadi pengakuan dan pujian demikian dalam kemalangan, seandainya Ayub menganggap harta dan anak-anaknya itu adalah miliknya? Bagaimana ia dapat tetap benar merespons kemalangan andaikata ia selama ini menjalani hidup yang tidak benar? Bagaimana mungkin ia bersyukur dalam kesulitan apabila ia tidak pernah mensyukuri kebaikan Allah sepanjang hidupnya? Bagaimana semua ini mungkin bila ia tidak terus menerus belajar meninggikan Tuhan dan tahu diri di hadapan-Nya?

Renungkan: Jangan kaitkan kerohanian dengan kondisi tertentu. Jadikan Allah pusat hidup entah bagaimana pun kondisi Anda.

(0.14473161403509) (Ayb 34:1) (sh: Orang pandai yang bodoh (Selasa, 13 Agustus 2002))
Orang pandai yang bodoh

Orang pandai yang bodoh. Walau Elihu menjamin ingin membela Ayub (ayat 33:32), dalam pasal ini jelas bahwa ia memihak teman-teman Ayub. Masalahnya jelas: dengan mengaku dirinya bersih, Ayub menuduh Allah tidak adil. Karena itu, Ayub harus memohon belas kasihan Allah. Elihu berbicara di muka orang-orang berhikmat yang akan menentukan kebenaran (ayat 1-4).

Ia mulai mengajukan kasusnya dengan mengutip tuduhan Ayub kepada Allah (ayat 5-6). Namun, dia menyerang Ayub dengan menyatakan bahwa Ayub hidup tak bermoral (ayat 7-8), sebuah tuduhan yang tidak adil karena tanpa bukti. Ayat 9 menunjukkan keraguan Ayub bahwa hidup dikenan Allah tidak menjamin keadaan akan seperti demikian terus. Maka, Elihu melihat bahwa Ayub bukan hanya menuduh Allah tidak adil, tetapi sedang menghujat Dia. Karena itu, ia mengimbau agar orang-orang (maksudnya Ayub) menjadi berhikmat (ayat 10). Dengan berbagai argumen Elihu menegaskan bahwa Allah tidak mungkin salah dan bahwa manusia mutlak tergantung pada-Nya (ayat 11-15).

Setelah itu, Elihu berkata-kata kepada Ayub (ayat 16-37). Bukankah Allah tidak mungkin memerintah bumi kalau Ia jahat (ayat 17)? Allah memakai kekuasaan-Nya untuk kebaikan, menunjukkan Allah yang tidak pilih kasih (ayat 18-20). Ayub, yang sedang kesusahan dan terpuruk dalam debu, sulit mengerti argumen ini. Ucapan Elihu seterusnya tentang penghakiman Allah secara tidak langsung menyindir Ayub. Orang jahat tidak bisa lari dari Allah karena Allah mahatahu dan kesalahan pasti dihukum, dan sebenarnya Elihu menuduh bahwa Ayub menindas orang miskin (ayat 21-30).

Bagian ini ditutup dengan keputusan tentang Ayub (ayat 31-37). Ayub telah melakukan dosa kebodohan dan ia harus mengaku dosa dan meminta hikmat kepada Allah. Elihu mengharapkan agar Ayub menerima usulannya agar tidak dihukum. Elihu juga meminta para pendengar lain mendukung pikirannya: Ayub bodoh dan kekerasan hatinya menambah kesalahannya.

Renungkan: Orang yang pandai selalu menyadari keterbatasannya. Orang bodoh selalu merasa pandai dan menganggap orang lain bodoh.

(0.14473161403509) (Mzm 16:1) (sh: Iman dan kesehatan manusia (Minggu, 14 Januari 2001))
Iman dan kesehatan manusia

Iman dan kesehatan manusia. Berbicara tentang iman seringkali membawa kita kepada konsep-konsep yang abstrak, seakan tak ada hubungannya dengan realita kehidupan sehari-hari. Mazmur 16 mengajarkan kepada kita realita iman, manifestasi iman, dan peran iman bagi kebahagiaan manusia.

Doa pemazmur (ayat 1) mengungkapkan imannya terhadap Allah. Imannya senantiasa menyadarkannya akan realita kehidupan yang sering tidak bersahabat. Iman yang ia miliki juga terungkap di dalam kepuasannya terhadap Allah (ayat 2, 5). Apa pun yang ia alami, ia tetap yakin bahwa Allah yang terbaik dan akan selalu menjadi yang terbaik. Pemazmur mengungkapkan bahwa orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang selalu rindu untuk bersekutu dengan saudara lainnya yang seiman, dan berbuat kebaikan kepada mereka (ayat 3). Perbedaan antara orang beriman dan yang tidak, dapat diidentifikasikan dengan melihat perbuatan dan perkataan mereka (ayat 4).

Di samping membuat orang puas dengan Allah, iman juga membuat orang puas dengan kehidupannya (ayat 6). Ini tidak berarti bahwa iman membuat orang menjadi cepat puas sehingga tidak ada niat dan kerja keras untuk terus memperbaiki taraf hidupnya. Namun kepuasan ini yang memampukan orang beriman untuk mensyukuri setiap yang dimiliki dan tidak iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain. Iman juga akan menjauhkan Kristen dari rasa kuatir dan gentar menghadapi masa depan, sebab masa depan terletak dalam genggaman tangan Tuhan dan Ia senantiasa menyertainya (ayat 8, 11). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iman berhubungan erat dengan kesehatan jiwa dan fisik seseorang (ayat 9).

Renungkan: Seorang yang merasa puas, hatinya akan bersukacita dan tentram. Jika Anda mengalami stress, depresi, tekanan darah tinggi, sakit maag, jantung, dll., evaluasilah kehidupan iman Anda.

Bacaan untuk Minggu Epifania 2

I Samuel 3:1-10

I Korintus 6:12-20

Yohanes 1:35-42

Mazmur 67

Lagu: Kidung Jemaat 379

PA 2 Mazmur 14

Melihat apa yang terjadi di masyarakat, kita seringkali bertanya mengapa ada orang yang begitu tega dan jahat menyakiti bahkan menghabisi orang lain. Dan bila kita amati lebih jauh, nampaknya kekejaman dan kejahatan yang terjadi cenderung meningkat. Bagaimana kita memandang hal ini? Bagaimana respons kita? Apa yang dapat kita lakukan? Itulah yang akan kita pelajari dari Mazmur ratapan ini.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Keyakinan apa yang dimiliki oleh orang bebal (ayat 1)? Seberapa parahkah keyakinannya itu? Bagaimanakah hubungan antara keyakinan dengan perbuatannya? Apa pun pasti membutuhkan proses untuk menjadi busuk dan menjijikkan. Apakah kebenaran ini berlaku juga bagi perbuatan seseorang? Lalu apa yang mempercepat pembusukan dari perbuatan seseorang? Apakah proses ini dapat dicegah dan dihentikan?

2. Keyakinan yang tercela (ayat 1) dimanifestasikan oleh tindakan dan pikiran yang tercela. Temukan itu satu-persatu dan beri penjelasan (ayat 3,4)! Bila dihubungkan dengan keyakinan orang bebal, menurut Anda mengapa umat Allah digambarkan sebagai korban kejahatan yang paling mengenaskan? Jelaskan!

3. Ratapan pemazmur diselingi dengan ungkapan keyakinannya akan tindakan Allah (ayat 1-3). Teladan apa yang Anda dapatkan? Keyakinan apa lagi yang dimiliki oleh pemazmur dalam kondisi masyarakat yang demikian (ayat 5-6)? Apa yang memampukan pemazmur untuk tetap dapat mempunyai keyakinan kepada Allah walaupun ancaman dan serangan siap melumatnya?

4. Usaha apa yang dilakukan pemazmur untuk memperbaiki masyarakat yang sudah tercela keyakinan dan perbuatannya (ayat 7)? Katakan kembali ayat ini dengan kata-kata Anda sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini di Indonesia!

5. Berdasarkan kebenaran-kebenaran di atas, bagaimana Anda menilai masyarakat kita sekarang? Bagaimana Anda memandang pembakaran gereja dan penganiayaan yang dialami oleh Kristen di Indonesia? Apa yang harus kita lakukan secara konkrit untuk memperlambat proses pembusukan dalam masyarakat?

(0.14473161403509) (Mzm 25:1) (sh: Petunjuk hidup baru (Selasa, 25 Februari 2003))
Petunjuk hidup baru

Petunjuk hidup baru. Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah.

Sikap pemazmur yang merupakan sikap iman tersebut mencakup tiga hal: [1] seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan, {2] ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, [3] ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Allah -- seperti yang pernah di lakukan Musa di padang gurun -- agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat 4-5, bdk. 1:6). Sama seperti orang tua yang membesarkan dan melatih anak-anaknya, Allah mengajarkan dan menunjukkan jalan itu, dan bertindak sebagai navigator dalam perjalanan hidup umat.

Sejak zaman dahulu kala, kasih setia Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan umat-Nya. Sekalipun pemazmur menyadari hal ini, tetapi ia juga meminta agar Tuhan mengampuni perbuatan dosa masa mudanya. Akankah Tuhan memberikan pengampunan kepadanya? Jika kasih setia yang diingat Tuhan, maka nasib orang berdosa itu ditentukan menurut kebaikan Tuhan (ayat 6-10). Tuhan penuh kasih dan kesabaran. Kita acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Renungkan: Setiap kali pengampunan dinyatakan, petunjuk hidup baru diberikan. Sekarang hiduplah senantiasa dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah berikan dalam kehidupan Anda!

(0.14473161403509) (Mzm 37:21) (sh: Kebahagiaan orang benar (ayat 2) (Senin, 2 Juni 2003))
Kebahagiaan orang benar (ayat 2)

Kebahagiaan orang benar (ayat 2). Di dua bagian terdahulu kita telah melihat bagaimana pemazmur mengajar orang benar untuk tidak marah karena kesuksesan dan kemakmuran orang fasik. Bagian ketiga (ayat 23-29) masih meneruskan pokok-pokok pikiran dari dua bagian sebelumnya, tetapi dengan fokus yang agak berbeda. Kalau bagian pertama didominasi oleh panggilan kepada orang benar untuk bersandar dan berlindung kepada Tuhan, dan bagian kedua menitikberatkan pada kesia-siaan usaha orang fasik, bagian ketiga sekarang memusatkan perhatian pada Tuhan dan perlindungan-Nya atas orang benar.

Tuhan menjaga orang benar sehingga walaupun mereka dapat "jatuh" mereka tidak akan sampai tergeletak (ayat 23-24). Tuhan juga mencukupi kebutuhan mereka dan bahkan dari kecukupan itu mereka dapat memberi dengan murah hati (ayat 25-26). Bagian ini ditutup dengan panggilan ajakan untuk menjauhi kejahatan dan melakukan kebaikan karena Tuhan adalah Tuhan yang "mencintai hukum". Juga terdapat penegasan tentang orang benar yaitu bahwa mereka akan mewarisi negeri (ayat 27-29). Siapa saja orang benar yang akan mewarisi negeri? Orang-orang yang mulutnya mengucapkan hikmat, yang lidahnya mengatakan hukum, yang hatinya dituntun oleh Taurat Allah (ayat 31), dan yang hidupnya senantiasa menantikan Tuhan dan mengikuti jalan-Nya meskipun berada di tengah-tengah ancaman orang fasik (ayat 32-34).

Jika Anda tergoda oleh suatu pencobaan, bandingkanlah hasil akhir orang benar dan orang fasik. Orang yang jatuh ke dalam dosa, sering kali disebabkan oleh kemalasan untuk tidak berpikir panjang. Mata gelap, pikiran pendek, membuat orang begitu saja membiarkan dirinya melakukan dosa.

Renungkan: Pikiran dan pemahaman firman adalah hal utama dalam kehidupan. Bangunlah kebiasaan baik mempelajari firman bila Anda ingin memiliki ketahanan dan ketangguhan rohani.

(0.14473161403509) (Mzm 50:1) (sh: Persembahan syukur (Jumat, 4 Juni 2004))
Persembahan syukur

Persembahan syukur. Tiap orang, tak terkecuali umat Tuhan, cenderung beranggapan bahwa Tuhan dapat dibuat berkenan dengan berbagai pemberian untuk-Nya. Ternyata tidak demikian! Dalam mazmur ini, seisi bumi (ayat 1-6), baik umat-Nya (ayat 7-15) maupun yang bukan (ayat 16-23) diperingatkan tentang kebenaran itu. Perkenan Tuhan tidak dapat dibeli dengan apa pun sebab segala sesuatu adalah milik-Nya dan Ia tidak memerlukan apa pun (ayat 9-13). Sebaliknya, Ia menganugerahkan perjanjian melalui korban sembelihan (ayat 4-5).

Karena itu, tidak ada korban lain yang Allah minta kecuali korban syukur (ayat 14). Hal ini lebih penting daripada korban binatang. Korban syukur adalah respons umat terhadap kebaikan Allah. Korban syukur itu harus diwujudkan melalui sikap hidup sehari-hari. Allah dengan keras mengecam kehidupan orang Israel secara khusus para hamba-Nya yang selalu giat menyelidiki firman-Nya dan berbicara tentang perjanjian-Nya tetapi membenci teguran dan mengesampingkan firman TUHAN (ayat 16-17). Bahkan lebih serius lagi mereka berkawan dengan pencuri dan orang berzinah artinya para rohaniwan itu sudah melebur dengan orang-orang yang melakukan perbuatan yang dibenci Allah (ayat 18-20). Itu sebabnya Allah menggolongkan mereka sama dengan orang kafir yang tidak mengenal Allah.

Firman ini menegaskan bahwa Allah menuntut umat-Nya untuk hidup serasi dengan kegiatan ibadah. Amat mudah orang berlaku munafik seperti yang ditegur Tuhan dalam mazmur ini. Berbagai kegiatan kerohanian boleh jadi tidak murni. Bisa saja hal-hal itu adalah untuk menipu hati nurani sendiri, atau menipu orang lain. Namun Allah tidak dapat ditipu. Allah akan menghukum orang yang meski beribadah namun tetap saja melanggar perintah-Nya dan hidup tidak beda dengan orang kafir (ayat 22-23).

Renungkan: Sikap dan tindakan kita tiap hari, entah adalah korban syukur bagi Allah atau objek kemarahan-Nya.

(0.14473161403509) (Mzm 53:1) (sh: Keselamatan hanya untuk umat-Nya (Senin, 7 Juni 2004))
Keselamatan hanya untuk umat-Nya

Keselamatan hanya untuk umat-Nya. Sejak Daud diurapi menjadi raja, Roh TUHAN berkuasa atasnya (ayat 1Sam 16:13) sehingga selalu menang dalam setiap pertempuran. Melihat prestasi Daud yang luar biasa dan sambutan umat yang antusias terhadapnya Saul ketakutan. Ia takut kalau akhirnya kuasa atas kerajaan jatuh ke tangan Daud. Saul sebenarnya menyadari bahwa Roh TUHAN telah undur daripadanya dan beralih kepada Daud. Namun sama seperti kebanyakan pemimpin di masa kini, Saul sulit menerima kenyataan bahwa ia sudah tidak populer dan harus turun. Akibatnya ia menghalalkan segala cara demi mempertahankan status quo dan kelangsungan dinasti yang sedang dirintisnya. Akhirnya Daud pun harus menyingkir. Bahkan delapan puluh lima orang imam telah dibunuh oleh Saul hanya karena bertemu dengan Daud. Bukankah sikap dan tindakan demikian menandakan bahwa Saul adalah seorang bebal yang dalam hatinya menganggap: "Tidak ada Allah!" (ayat 2).

Daud pernah mendapatkan kesempatan baik untuk membunuh Saul tetapi ia justru melarikan diri. Ia sadar bahwa orang yang diurapi TUHAN tidak boleh disentuh oleh siapapun. Hal itu adalah sama dengan menentang TUHAN. Allah mencegah Daud menghabisi Nabal yang menghina dirinya (ayat 1Sam. 25:10-13) melalui Abigail (ayat 1Sam. 25:23-26). Pembalasan adalah hak Allah. Allah sendiri akhirnya menjatuhkan Saul, demikian pula dengan Nabal.

Umat TUHAN telah menjadi ejekan sejak mereka ditawan dan dibuang. Hati mereka pilu dan putus asa. Tetapi pemazmur menghibur dan meyakinkan mereka bahwa TUHAN akan menolong mereka sebagaimana halnya Daud di masa lampau. Maka Yakub, yakni Israel akan bersorak-sorai dan bersukacita (ayat 7).

Renungkan: Untuk sementara waktu orang bebal bersukacita tetapi keselamatan yang dari Tuhan pasti datang atas umatnya. Karena itu janganlah membalas kejahatan, tetapi lakukanlah kebaikan bagi semua orang (Rm. 12:17-21).

(0.14473161403509) (Mzm 54:1) (sh: Persembahkanlah korban kepada TUHAN! (Selasa, 8 Juni 2004))
Persembahkanlah korban kepada TUHAN!

Persembahkanlah korban kepada TUHAN! Dalam Mazmur 51 dikatakan, "bukan korban sembelihan atau korban bakaran, tetapi korban syukur dan hati yang hancur". Akan tetapi Mazmur 54 ternyata tidak berhenti di situ saja melainkan maju selangkah lagi. Korban syukur dan hati hancur semestinya diikuti oleh korban sembelihan dan korban bakaran. Artinya, setelah melakukan yang satu (pertobatan kepada TUHAN), maka yang lainnya harus menyusul (korban). Dan korban di sini bukan lagi sebagai kewajiban kepada Allah tetapi sebagai ungkapan syukur yang dilakukan dengan kerelaan (ayat 8).

Dengan demikian akan menjadi nyata bahwa hubungan kita dengan TUHAN tidak seperti tuan dan hamba, tetapi seorang bapak dan anak. Hubungan bapak dengan anak pada dasarnya diwujudkan dalam sikap yang akrab dan mesra. Seorang bapak yang baik pastilah selalu merindukan anak-anaknya. Demikian sebaliknya anak-anak terhadap bapaknya. Dapatkah seorang bapak dikatakan baik jika ia hanya menuntut dari anak-anaknya? Atau seorang anak, jika ia hanya menuntut dari bapaknya?

Allah Bapa kita sudah demikian baik terhadap kita. Bahkan kebaikan-Nya ditunjukkan dengan mempersembahkan Anak-Nya yang tunggal untuk keselamatan kita. Apakah kita masih berani mengatakan kita mengasihi Allah sementara persembahan yang kita berikan adalah sisa-sisa uang kita. Mungkin seseorang sudah merasa memberi banyak dengan persembahan uang puluhan juta. Namun, jumlah itu masih terlalu kecil dibanding dengan puluhan kali lipat yang sudah kita terima. Bukan jumlah yang Tuhan lihat, tetapi kerelaan hati kita memberikan yang terbaik kepada-Nya itu yang menyenangkan-Nya.

Tekadku: Aku tidak akan lagi bersikap sebagai orang yang berjasa apalagi penguasa di gereja Tuhan. Sebab dengan demikian saya telah menghina Tuhan.

(0.14473161403509) (Mzm 73:1) (sh: Grafik Kehidupan (Minggu, 3 Juli 2016))
Grafik Kehidupan

Seperti apakah grafik perjalanan kehidupan kita selama ini?

Mazmur 73 ini memaparkan satu grafik kehidupan yang sangat dinamis. Ada 3 titik simpul kecil di sepanjang mazmur ini, yang ditandai dengan kata "sesungguhnya". Titik simpul ke-1 (2-12) adalah puncak pergumulan pemazmur (12). Kata Ibrani yang dipakai "hinneh" (behold) artinya "lihatlah, sesungguhnya". Hidup orang fasik penuh kemujuran, sedangkan aku yang berusaha hidup tulus dan bersih hati justru kena tulah sepanjang hari. Pemazmur merasa cemburu dan sakit hati melihat kehidupan para pembual dan orang fasik yang nyaman, sehat, mapan sehingga dapat menyombongkan diri, bahkan melawan TUHAN. Simpul ke-2 (13-15) kata"hinneh" (sesungguhnya 15b) kembali muncul diawali dengan kata sia-sia (13). Perhatikan, grafik kehidupan pemazmur pada simpul ke-2 ini mencapai titik nadir, ia amat menderita dalam pergumulan batin ini.

Pada simpul ke-3 (16-20) pemazmur mengalami pencerahan ketika ia masuk dalam hadirat Tuhan. Terjadi perubahan kata "sesungguhnya" yang digunakan bukan lagi "hinneh" tetapi "ak", surely yang berarti "pasti, tentu, sesungguhnya". Inilah titik balik iman pemazmur. Ia sampai pada satu pengertian bahwa cara pandang Allah terhadap kekinian hidup didasarkan pada perspektif kekekalan. Ia menyadari bahwa Allah tidak membiarkan orang fasik dan para pembual bersenang-senang dalam kejahatannya. Akhirnya, Allah menjatuhkan hukuman dan membinasakan mereka dalam sekejap. Itu sebabnya pemazmur memproklamasi imannya secara gamblang: "sesungguhnya ALLAH itu baik bagi mereka yang tulus dan bersih hati (1)".

Sekalipun situasi hidup kita tidak seperti yang kita harapkan, kita berduka dan kecewa melihat keberhasilan orang-orang yang hidup dalam kejahatan, percayalah bahwa Allah tidak tinggal diam. Lihatlah kebaikan dan keadilan TUHAN dalam perspektif kekekalan. DIA tetap baik bagi kita! [SC]

(0.14473161403509) (Mzm 75:1) (sh: Keadilan Allah sumber harapan kita (Jumat, 22 April 2005))
Keadilan Allah sumber harapan kita

Keadilan Allah sumber harapan kita
Mengeluh, mencurahkan gejolak hati saat mengalami kesulitan hidup (pasal 74), adalah wajar. Memuji Tuhan, bersaksi tentang kebesaran-Nya dalam situasi hidup sulit yang sama, wajarkah? Bila Anda menjawab tidak, bersiaplah untuk berubah sesudah merenungkan Mazmur ini!

Situasi dan kondisi boleh sama sukar dan muskil, namun orang beriman bisa maju lebih daripada sekadar bersikap jujur mencurahkan isi hati di hadapan Tuhan. Doa adalah perjumpaan riil dengan Allah. Selain mengakui keberadaan diri secara jujur, doa juga menjumpai dan mengakui keberadaan Allah secara jujur. Bila itu terjadi, firman yang Allah ucapkan akan terdengar ulang secara baru (ayat 3). Prinsip kebenaran dan penghakiman Allah atas orang berdosa dan kenyataan bahwa Allah tak akan membiarkan dunia yang dikasihi-Nya diluluhlantakkan oleh para pelaku kejahatan, bukan lagi teori. Dalam perjumpaan nyata dengan Allah, kebenaran itu akan menjadi kenyataan seturut waktu Allah (ayat 3a). Dari perjumpaan itu, mengalirlah syukur dan kesaksian akan kedahsyatan Allah dan keajaiban karya-karya-Nya (ayat 2).

Sumber harapan kita bukan beberapa aspek diri dan sifat Allah, tetapi keseluruhan-Nya. Kita cenderung hanya menekankan sifat pemurah dan kasih Allah. Padahal Allah menyatakan banyak lagi sifat diri-Nya yang harus kita kenali dan imani penuh. Apabila kita hanya mengimani kebaikan-Nya dan tidak percaya pada keadilan dan penghakiman-Nya, bagaimana kita beroleh penghiburan dan pengharapan menghadapi berbagai kejahatan dalam hidup ini? PeMazmur mampu bersyukur dan bersaksi kendati kesulitan masih menekannya, sebab ia menatap kepada kedaulatan dan keadilan Allah. Kekuatan sejahat sedahsyat apa pun, tunduk ke bawah perintah Allah (ayat 7-8). Kejahatan merajalela segila apa pun, pasti harus menenggak cawan murka Allah (ayat 9).

Renungkan: Perhitungkan Allah sepenuh yang Ia nyatakan dalam firman-Nya, baru Anda dapat memperlakukan kondisi hidup macam apa pun sebagai seorang pemenang.

(0.14473161403509) (Mzm 78:1) (sh: Mengingat dan merespons karya-Nya (Minggu, 1 November 2009))
Mengingat dan merespons karya-Nya

Judul: Mengingat dan merespons karya-Nya Apa inti seluruh penyataan Allah di Perjanjian Lama? Allah yang berkarya di dalam dunia, dan secara khusus pada dan melalui umat-Nya, Israel. Mazmur-mazmur adalah respons umat Tuhan atas karya Allah dalam berbagai aspek-nya. Mazmur 78 merespons Allah yang bertindak dalam sejarah umat-Nya.

Pemazmur mengajak pembacanya untuk mendengar dengan sungguh-sungguh dan belajar baik-baik dari sejarah nenek moyang mereka (ayat 1-4). Sejarah bukan semata-mata catatan aktivitas manusia, tetapi terutama tindakan dan karya Allah yang agung. Umat Israel, khususnya generasi masa datang belajar mengenal Allah, belajar dari nenek moyang mereka cara merespons Allah yang tepat.

Sejarah umat Tuhan memperlihatkan dua hal. Pertama, kesetiaan Allah yang menyertai, memberkati, dan memelihara umat-Nya. Allah setia terbukti dari Dia memberikan Taurat sebagai pedoman hidup umat (ayat 5-7). Tuhan sendiri menuntun umat-Nya dengan berbagai penyertaan-Nya (ayat 12-16). Kesetiaan Tuhan terbukti dari Zoan (ayat 12) sampai Sion (ayat 65). Zoan adalah nama tempat di Mesir. Sion adalah nama lain dari Yerusalem. Sejarah Israel adalah sejarah kasih setia dan penyertaan Tuhan mulai dari pembebasan dari perbudakan di Mesir sampai merdeka berdaulat sebagai bangsa di tanah Perjanjian. Kedua, yang patut disayangkan, ketidak-setiaan umat yang diwujudkan dengan ketidakpercayaan, pemberontakan, dan pengkhianatan (ayat 8-11).

Dapatkah Anda mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan pemazmur ini? Tuhan telah menyatakan kasih setia-Nya sepanjang hidupku. Dia telah membebaskanku dari perbudakan dosa dan sedang menghantarku ke tanah pusaka, surga yang mulia kelak? Bagaimana Anda merespons kesetiaan-Nya dalam hidup Anda sehari-hari? Dengan ketaatan pada firman-Nya dan kepercayaan penuh pada pengaturan-Nya? Atau seperti Israel, yang terus menerus hidup mendurhaka pada-Nya dan menyakiti hati-Nya?

(0.14473161403509) (Mzm 85:1) (sh: Anjing yang kembali ke muntahannya (Minggu, 4 November 2001))
Anjing yang kembali ke muntahannya

Anjing yang kembali ke muntahannya. Kehidupan orang percaya seringkali masih jatuh bangun di dalam dosa. Memang proses penyucian merupakan lorong yang sempit dan sulit dilewati.

Mazmur 85 adalah doa bangsa Israel untuk kembali meminta belas kasihan Allah. Mereka mengingat pemulihan yang Allah lakukan setelah mereka dihukum akibat dosa-dosa mereka (ayat 2-4). Mungkin hal ini mengacu pada peristiwa pascapembuangan Babilonia. Kini mereka memohon lagi pada Allah agar Ia menyingkirkan murka-Nya berdasarkan kasih setia-Nya (ayat 5- 8). Secara tersirat, dapat disimpulkan bahwa mereka menyeleweng lagi, sehingga Allah kembali menghukum mereka.

Bangsa Israel tidak memberikan contoh yang baik ketika menyia- nyiakan pengampunan Tuhan. Namun demikian, mereka tidak tenggelam dalam rasa bersalah dan penghukuman. Mereka menyadari dosa mereka dan berbalik pada Tuhan. Tentu mereka malu ketika sekali lagi harus meminta pertolongan Allah yang mereka sakiti hati-Nya. Mereka tahu bahwa Allah akan memberikan keselamatan-Nya pada orang-orang yang takut akan Dia (ayat 10). Kini mereka harus mendengarkan firman Tuhan agar tidak bebal seperti anjing yang kembali ke muntahannya (ayat 9).

Pada akhirnya, doa dan harapan dalam ayat 5-8 akan dijawab dengan kondisi shalom, sebagaimana diimani bangsa Israel (ayat 11- 14). Kasih, kesetiaan, kebaikan, keadilan, dan damai sejahtera akan memerintah Israel. Inilah tanda bahwa Allah kembali menyertai mereka.

Renungkan: Ketika Anda kembali jatuh ke dalam dosa, beranilah berharap pada kasih setia dan keselamatan dari Allah. Berbaliklah pada-Nya, dan dengan anugerah Tuhan, jangan berbuat dosa lagi!

(0.14473161403509) (Mzm 90:1) (sh: Mawas diri (Selasa, 4 Oktober 2005))
Mawas diri

Mawas diri Mazmur-mazmur dalam jilid III (ps. 73-89) hampir sepenuhnya didominasi oleh pergumulan umat pascapembuangan. Jilid IV yang diawali oleh mazmur ps. 90 ini berjudul "Doa Musa." Sesudah ps. 89 mengungkapkan Allah telah menolak perjanjian Daud maka peralihan ke Musa menegaskan suatu makna teologis yang penting. Mazmur ini menyadari bahwa hanya Allah Raja sejati, dan penghayatan sebagai umat perjanjian Allah harus diisi oleh komitmen penuh kepada hukum-hukum perjanjian-Nya yang telah Ia berikan melalui Musa. Mazmur ini juga mengajak kita merenungkan problem dalam hidup Musa. Musa yang menjadi tokoh pembebas Israel tidak mendapat kesempatan masuk Tanah Perjanjian. Kelemahan dan dosa Musa membuat ia kurang layak dan akibatnya ia tidak mendapat kesempatan untuk mengalami penggenapan janji Allah.

Dalam masa sesudah pembuangan, pengalaman Musa ini menjadi kerangka supaya umat mawas diri dan merenungkan hal-hal prinsip yang harus mereka hayati ulang. Prinsip terpenting adalah menempatkan Allah sebagai tempat perlindungan umat untuk selama-lamanya (ayat 1-2). Kekekalan Allah akan membangkitkan kesadaran tentang kefanaan dan keterbatasan umat, sebaliknya kefanaan dan keterbatasan umat akan membangkitkan kesadaran bahwa umat mutlak memerlukan Allah (ayat 3-6). Hidup yang singkat ini menuju pada satu tujuan entah hidup bermakna kekal ataupun sia-sia menuju kebinasaan. Untuk itu, umat perlu hikmat agar tahu bagaimana mengisi hidup ini dengan hal-hal yang bermakna kekal (ayat 12), dan topangan kasih setia Allah terus-menerus sepanjang kehidupan (ayat 13-17).

Renungkan: Hari-hari kehidupan kita bukan sekadar kegiatan bangun tidur, makan, kerja, belajar, istirahat, hiburan, olahraga, dst. Setiap saat dalam kehidupan kita adalah kesempatan untuk akrab dengan Tuhan, untuk mensyukuri kebaikan-Nya, dan untuk mewujudnyatakan kehendak-Nya dalam hidup kita.

(0.14473161403509) (Mzm 106:34) (sh: Sama bobrok dengan dunia! (Senin, 24 Oktober 2005))
Sama bobrok dengan dunia!

Sama bobrok dengan dunia! Dosa demi dosa yang dilakukan Israel menunjukkan kebebalannya dan ketidakpekaannya akan kenajisan yang mereka sudah perbuat. Semua kebiasaan jahat dan menjijikkan dari bangsa-bangsa kafir, mereka perlakukan dan lakukan menjadi hal yang biasa (ayat 36-39). Akibatnya Tuhan merasa jijik terhadap mereka (ayat 40).

Apakah sebabnya mereka sampai terjerat dalam dosa-dosa yang begitu mengerikan? Karena mereka tidak taat kepada perintah Allah untuk membasmi semua penduduk Kanaan (ayat 34). Akibatnya, mereka tercemar dan rusak oleh kebiasaan buruk bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah tersebut. Hukuman Tuhan pun tidak tanggung-tanggung. Oleh karena, mereka memilih mengikuti pola hidup bangsa-bangsa kafir daripada mengikut jalan Tuhan yang kudus maka Tuhan menyerahkan mereka ke tangan bangsa-bangsa kafir itu (ayat 41-42). Tujuan Tuhan adalah mempertobatkan mereka melalui penderitaan akibat penjajahan. Sayang sekali, Israel tidak menghiraukan-Nya, mereka bangsa yang tegar tengkuk (ayat 43).

Hanya anugerah saja yang mencegah kebinasaan tuntas Israel. Dalam kasih-Nya, Allah mengingat umat-Nya yang Ia telah ciptakan dan Ia pilih melalui perjanjian kekal (ayat 45). Ia tidak sampai hati membiarkan anak-anak-Nya musnah. Pemazmur menyadari benar akan hal ini, oleh karena itu ia berani berseru mewakili Israel agar sekali lagi Allah mengampuni mereka dan menyelamatkan mereka dari cengkeraman bangsa-bangsa. Tidak lupa pemazmur mengucap syukur untuk kebaikan Tuhan (ayat 47-48).

Apabila kita mengetahui sesama kita yang seiman kom-promi dengan gaya hidup yang berdosa dari dunia ini, janganlah bersikap masa bodoh. Ingatkan mereka dua hal: hal tersebut mendukakan hati Tuhan, dan Tuhan masih mengasihi dan menginginkan mereka kembali bertobat.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.14473161403509) (Mzm 115:1) (sh: Tujuan ibadah (Sabtu, 4 Mei 2002))
Tujuan ibadah

Tujuan ibadah. Sebagaimana gong besar dipukul berulang-ulang untuk menentukan nada lagu, demikian mazmur ini dibuka dengan perkataan, “Bukan kepada kami …”. Pemazmur mengemukakan tentang tujuan dari ibadah umat yang sebenarnya ialah memberikan kemuliaan kepada Tuhan karena kasih dan kesetiaan Allah. Ini amat berbeda dari bangsa-bangsa kafir yang bertanya dengan nada menghina, merendahkan kemuliaan Allah dan melukai hati orang beriman, “Di mana Allah mereka?” (bdk. Mzm. 42:4). Terhadap ejekan bangsa–bangsa lain, bangsa Israel menyatakan imannya bahwa Allahnyalah yang berkuasa sedang dewa-dewa bangsa lain hanyalah buatan tangan manusia dan sama sekali tidak berdaya (ayat 3-8).

Karenanya, pemazmur mengajak umat Israel, para imam keturunan Harun, dan orang-orang yang takut akan Tuhan untuk “Percayalah pada Tuhan”. Ajakan pemazmur ini diresponi dengan ucapan bersama , “Dialah pertolongan dan perisai mereka”. Sebagai perisai, Allah menyelamatkan, melindungi dan menolong sedemikian rupa sehingga orang-orang-Nya yang terjatuh, dan tertunduk lemah dapat mengangkat kepalanya kembali. Orang-orang yang percaya akan Tuhan itu pun aman karena dikelilingi kasih setia Allah (lih. Mzm. 32:10). Mereka juga tahu dengan pasti bahwa Tuhan akan bertindak (lih. Mzm. 37:3,5) sehingga mereka dapat menghadapi beragam tantangan dengan tenang.

Bila Tuhan Allah mengingat umat-Nya, Ia bertindak sesuai dengan perjanjian-Nya dan memberi berkat kepada umat Israel. Berkat Tuhan ini menyeluruh baik terhadap orang-orang kecil maupun besar. Karena langit kepunyaan Tuhan dan bumi telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia (ayat 16), maka selama umat Allah masih hidup, dalam kesempatan apa pun mereka patut memuji Allah selama-lamanya (ayat 18). Pujian harus terus dikumandangkan oleh angkatan yang akan datang. Jangan menunda memuji Allah, karena orang-orang mati tidak dapat lagi melakukannya (ayat 17).

Renungkan: Manusia memiliki hati dan otak yang dapat merenungkan kebesaran dan kebaikan Allah sehingga mendorong mulut memuji Dia dengan tulus.

(0.14473161403509) (Mzm 119:17) (sh: Kuat menghadapi penindasan (Minggu, 27 Oktober 2013))
Kuat menghadapi penindasan

Judul: Kuat menghadapi penindasan
Peraturan yang berkekuatan hukum merupakan suatu kepastian untuk suatu kegiatan yang sah. Kenyataannya, masih bergantung dengan bagaimana penegakan hukum itu sendiri, yaitu oknum di baliknya apakah dapat dibeli atau dikibuli.

Dua bait berikut Mazmur 119 memaparkan pergumulan pemazmur dalam menjalani hidup ini, di mana sepertinya tidak ada penegakan hukum. Yang ada ialah orang-orang kurang ajar, yang menyimpang dari firman Tuhan (21) dan para pemuka yang melawan hukum dengan menyerang si pemazmur (23). Hukum dijungkirbalikkan. Orang benar ditindas dan dipersalahkan. Pejabat menyalahgunakan kuasa untuk kepentingan mereka sendiri. Hal inilah yang dirasakan pemazmur.

Di tengah rasa terasing (19), berduka (25, 28), dan tergoda untuk melawan ketidakadilan dengan dusta (29), pemazmur tetap bergeming melekat pada Taurat Tuhan. Malah pemazmur berdoa meminta agar ia lebih lagi menyadari keajaiban Taurat (18) dan lebih lagi merindukan (20) dan tetap menggemarinya (24). Pemazmur juga berdoa agar dirinya tetap teguh dalam menekuni Taurat dan sepenuhnya taat melakukan kehendak Tuhan. Dalam doanya pemazmur memohon Tuhan melindunginya dari dipermalukan para musuhnya justru karena kesetiaannya pada Taurat.

Memang dalam dunia yang bengkok dan kacau balau ini, yang lurus, yang teratur sesuai kebenaran terlihat bukan hanya langka tetapi aneh. Tidak heran sindiran seperti, sok suci, katro, munafik, mudah dilabelkan kepada kita yang mau konsisten menjalankan kehendak Allah. Belum lagi penindasan yang terang-terangan atas kegiatan iman kita. Jangan lupa bahwa dunia ini tetap milik Allah. Dia berdaulat atas segala isinya, termasuk mereka yang memusuhi-Nya, umat-Nya. Setialah pada-Nya, tetap konsisten melakukan firman-Nya. Tuhan akan menganugerahkan kekuatan dan kemenangan pada hamba-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.14473161403509) (Mzm 119:33) (sh: Taurat adalah segala-galanya (Selasa, 28 Mei 2002))
Taurat adalah segala-galanya

Taurat adalah segala-galanya. Pemazmur masih terus mengumandangkan keyakinannya yang mendalam pada Taurat Tuhan. Keyakinannya pada Taurat tidak hanya tiba pada kerinduan untuk mengerti dan memelihara, tetapi juga kerinduan untuk memeliharanya dengan segenap hati (ayat 33,34). Hati yang dimaksudkan di sini bukan liver, tetapi pusat hidup yang mengendalikan seluruh gerak dan tingkah laku manusia, sehingga bisa juga berarti akal budi. Pemazmur menyadari bahwa yang mengendalikan seluruh tingkah laku dan gerak hidup manusia adalah hati atau “akal budi”. Itu sebabnya jika hati dikuasai oleh dosa, maka seluruh tingkah laku, gerak, dan perbuatan manusia adalah kejahatan. Sebaliknya, jika hati manusia dipenuhi oleh Allah dan kebenaran-Nya, maka seluruh tingkah laku, gerak, dan perbuatannya adalah kebaikan. Karenanya, pemazmur meminta agar Tuhan membuat hatinya condong kepada Taurat-Nya, melakukan perintah-peri ntah- Nya, dan tidak kepada laba atau keuntungan (ayat 36). Jelas bahwa pemazmur menyadari tentang adanya kecenderungan dalam diri manusia untuk mengejar laba, harta dunia, atau keuntungan dalam berbagai cara. Orang sepertinya semata-mata bertujuan memajukan diri sendiri, kalau perlu mengurbankan, menindas, bahkan merampas kepentingan dan hak orang lain. Tindakan ini tentu saja menumpulkan kepekaan akan kebenaran dan kehendak Allah.

Pemazmur telah menunjukkan kepada kita bagaimana bersikap terhadap firman Tuhan. Firman Tuhan itu harus dipegang sampai akhir, dipelihara dengan segenap hati, bergantung dan berharap pada, mencintai, merenungkan-Nya, dan melakukan-Nya. Sikap seperti ini hanya muncul dalam diri seseorang yang sungguh mengalami dan mendalami keindahan firman Tuhan. Ini juga berarti bahwa Taurat tidak hanya untuk dimiliki seorang saja. Semua orang harus tahu tentang Taurat Tuhan.

Renungkan: Jika Anda ingin berakar dan bertumbuh dalam firman-Nya, seperti pemazmur, milikilah sikap terhadap firman Tuhan seperti yang pemazmur miliki. “Hiduplah menurut Taurat Tuhan, maka kamu akan hidup” (bdk. Luk. 10:25-28).

(0.14473161403509) (Mzm 119:81) (sh: Kesetiaan kepada Tuhan dan Taurat-Nya (Jumat, 31 Mei 2002))
Kesetiaan kepada Tuhan dan Taurat-Nya

Kesetiaan kepada Tuhan dan Taurat-Nya tidak hanya menghasilkan kebahagiaan, tetapi bisa juga penderitaan. Bagian ini menggambarkan tentang keadaan pemazmur yang begitu menderita karena perbuatan orang-orang yang tidak berpegang pada Taurat. Mereka tidak mendukungnya bahkan menginginkan kecelakaan dirinya yang tetap setia dan berpegang pada Taurat Tuhan (ayat 84,85,95). Dalam kenyataannya, orang-orang jahat tidak menyukai kebaikan pemazmur yang bersumber pada Tuhan dan Taurat-Nya. Dalam keadaan seperti itu, pemazmur sungguh-sungguh menyadari bahwa ia sama sekali tidak mampu menahan penderitaannya sendiri. Karena itu, ia memohon kepada Tuhan agar menolongnya (ayat 81-84) sehingga ia tetap setia berpegang pada Tuhan dan Taurat-Nya. Keteguhan pemazmur ini didasari oleh keyakinan bahwa segala sesuatu telah diciptakan oleh Tuhan menurut hukum-hukum-Nya (ayat 90,91), termasuk hukum alam. Karena itu, apa pun d i bumi ini tidak ada yang dapat menggoyahkan Taurat Tuhan di surga (ayat 89). Bahkan segala sesuatu yang Tuhan adakan, khususnya mereka yang terhimpun dalam komunitas umat Allah, wajib melayani Tuhan (ayat 91). Keterpilihan umat menempatkan umat pada posisi yang istimewa; dan keistimewaan itu tampak dalam pelayanannya kepada Tuhan melalui ketaatan melaksanakan hukum-hukum-Nya. Dengan demikian, siapa pun yang terhisab dalam komunitas umat Allah memiliki panggilan untuk mengerjakan kehendak Allah sebagaimana yang terjabar dalam berbagai ketetapan dan peraturan hukum Taurat.

Sering kali orang percaya memiliki pemahaman yang salah tentang posisi istimewa mereka. Misalnya, lebih sering menekankan hak istimewa untuk memperoleh berkat materi dan rohani yang membahagiakan dari Allah ketimbang menderita karena menjalankan kehendak Allah. Karena itu, tidak jarang orang menilai penderitaan sebagai akibat ketidaktaatan. Padahal penderitaan pun bisa terjadi karena kesetiaan dan ketaatan seseorang kepada Allah.

Renungkan: Yesus disalibkan karena ketaatan-Nya yang sempurna kepada Allah, Bapa-Nya. Maukah kita menerima risiko penderitaan karena ketaatan kepada kebenaran dan keadilan Allah?

(0.14473161403509) (Mzm 119:97) (sh: Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan (Sabtu, 1 Juni 2002))
Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan

Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan. Cinta kepada Tuhan adalah dasar yang membuat seseorang tetap berpegang, memelihara, dan melaksanakan Taurat Tuhan dalam keadaan apa pun (ayat 97,107,109), bahkan juga menghadirkan rasa suka, kemauan, dan kerinduan yang luar biasa untuk mengerti dan menjalaninya. Jelas bahwa kondisi tersebut telah mendatangkan berbagai manfaat bagi kualitas hidup seseorang.

Secara terang-terangan pemazmur mengatakan bahwa, pertama, Taurat telah membuatnya lebih bijaksana daripada musuh-musuhnya (ayat 98). Kata bijaksana (= hikmat) berasal dari bahasa Ibrani "khokhma" yang dapat diartikan sebagai kepandaian untuk membedakan yang baik dari yang jahat, yang adil dari yang tidak adil, yang benar dari yang tidak benar. Karena berhikmat, seseorang dapat melakukan yang baik, yang adil, dan yang benar (bdk. 1Raj. 3). Kedua, Taurat telah membuatnya lebih berakal budi daripada gurunya (ayat 99). Mungkin secara intelektual guru lebih berilmu, tetapi belum tentu lebih berakal budi daripada seseorang yang hidupnya bergantung kepada Allah dan Taurat-Nya. Ketiga, Taurat membuatnya lebih mengerti daripada orang-orang tua (ayat 100). Masalah kualitas pengertian akan Taurat tidak ditentukan oleh umur, tetapi oleh cinta kepada Taurat-Nya. Mengerti Taurat tidak terbatas hanya pada mengerti saja, tetapi harus sampai pada tahap menjalankan apa yang dimengerti.

Pengalaman kita memperlihatkan bahwa banyak orang yang mengerti kebaikan Allah, tetapi tidak menuangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Taurat Tuhan adalah pelita yang menuntun seseorang untuk berjalan dalam terang Allah. Jelas bahwa orang yang setia terhadap Taurat tidak akan berjalan dalam kegelapan karena Terang itu selalu menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang suci, bersih, dan benar di hadapan Allah.

Renungkan: Firman mampu memberikan terang dalam langkah-langkah kehidupan kita. Firman berkuasa memperbarui hidup dan memberikan kekuatan baru di dalamnya. Apa yang terjadi dalam hidup kita seandainya tidak ada firman yang menuntun dan menerangi hidup kita?

(0.14473161403509) (Mzm 119:145) (sh: Tuhan penolong satu-satunya (Selasa, 4 Juni 2002))
Tuhan penolong satu-satunya

Tuhan penolong satu-satunya. Seperti halnya orang-orang yang berusaha melakukan segala sesuatu dengan tulus dan jujur mengalami berbagai tekanan, agaknya pemazmur pun mengalami hal yang sama. Penderitaan pemazmur karena melakukan yang benar, makin berat dan memuncak. Tetapi, keadaan ini tidak membuatnya menjauhi Allah, justru dengan konsentrasi penuh, dan dengan segala kekuatan yang ada padanya, ia berteriak minta tolong kepada Allah (ayat 145). Ia tidak menyisakan lagi tenaga dan pikirannya ketika berseru kepada Allah. Hal itu dilakukan bukan karena Tuhan tuli atau tidak mau mendengarkan seruannya, tetapi karena kepasrahan yang utuh dan penuh kepada Tuhan.

Kita melihat dua hal penting dalam sikap pemazmur ini. Pertama, ia sadar bahwa tiada sesuatu pun di dunia yang dapat menolongnya dari penderitaan ini, kecuali Tuhan. Kedua, ia juga tahu bahwa melepaskan dan melupakan Taurat hanyalah menambah beban penderitaannya, dan itu bukan jalan keluar sebab jalan keluar hanya ada pada Allah sebagai satu-satunya sumber kebaikan.

Semakin beratnya beban penderitaan pemazmur disebabkan semakin banyak orang-orang yang menjauhkan diri dari Taurat Tuhan yang mengejar pemazmur dengan maksud jahat (ayat 150). Namun, ia mengetahui cara untuk dapat bertahan, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhannya tidak pernah menjauhkan diri dari orang-orang yang mencintai Dia dan Taurat-Nya (ayat 147,148). Dari pemazmur kita belajar hal penting tentang kedekatan hubungannya dengan Allah, yaitu pemazmur merasa bahwa di dalam Taurat-Nya ia berjumpa dengan perkataan Allah yang menguatkan iman.

Renungkan: Banyak orang menjauhkan diri dari Allah karena menganggap bahwa Allah juga menjauhkan diri darinya sebab penderitaan yang dialaminya. Anggapan ini sangat salah karena Allah tidak pernah menjauhkan diri dari manusia. Bahkan ketika manusia kehilangan harapan karena pemberontakannya sendiri, karena dosa, Tuhanlah yang berinisiatif datang dan menebus manusia melalui Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal.



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA