Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 261 - 280 dari 359 ayat untuk batu (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Kol 1:21) (sh: Konsekuensi atas pendamaian Allah (Sabtu, 7 Juli 2001))
Konsekuensi atas pendamaian Allah

Fakta bahwa Allah begitu mengasihi kita tidak berarti kita memperoleh hak penuh untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ada konsekuensi-konsekuensi yang harus kita penuhi sebagai respons atas prakarsa pendamaian Allah tersebut. Hal inilah yang dikatakan Paulus kepada jemaat Kolose. Paulus mengingatkan bahwa kasih Allah itu di satu sisi memberi Kristen rasa aman, mengangkat rasa takut kita akan Dia, dan memastikan bahwa kita bukan lagi musuh Allah. Tetapi di sisi lain pendamaian itu berdampak munculnya banyak pergumulan dan kontradiksi baru karena menempatkan kita pada konsekuensi-konsekuensi iman. Benarkah Kristen mengalami kesulitan untuk menjalankan konsekuensi dari pendamaian Allah?

Sebelum menentukan jawaban seharusnyalah kita memahami dengan benar maksud pendamaian Allah, sehingga kita mengerti mengapa harus ada kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi. (ayat 1) Melalui pendamaian, Allah menginginkan respons manusia untuk berdiri teguh di dalam iman dan tidak melepaskan pengharapan akan Injil; (ayat 2) Melalui pendamaian, Allah memberi keyakinan kepada kita agar tidak pernah kehilangan keyakinan akan kasih-Nya. (ayat 3). Melalui pendamaian, Allah melahirkan kekuatan di dalam diri Kristen untuk memiliki kesetiaan yang tak tergoyahkan dan pengharapan yang tak dapat ditaklukkan.

Kini jelas bahwa seharusnyalah Kristen senantiasa siap menghadapi konsekuensi dari pendamaian yang Allah prakarsai. Memang banyak sekali tantangan, cobaan, dan pergumulan yang terjadi di sekitar kita yang berusaha melunturkan semangat juang iman. Tetapi cobalah untuk menjadikannya bukan sebagai penghalang tetapi sebagai pendorong dan batu uji untuk tetap setia kepada Yesus Kristus, agar kita semakin kudus, tidak bercela, dan tidak bercacat di hadapan-Nya.

Renungkan: Tidak ada alasan bagi Kristen untuk menghindari dan tidak siap menghadapi segala konsekuensi hidup iman kristen, karena di dalam kesetiaan dan ketaatan kita nyata kekuatan dan penyertaan-Nya. Tiada cara lain yang dapat menjadi batu loncatan bagi jemaat untuk menjaga hidupnya semakin layak di hadapan-Nya, kecuali berani meninggalkan segala kenikmatan dosa dan menerima segala risiko ketaatan dan kesetiaan kepada Kristus.

(0.15) (1Tim 2:8) (sh: Hidup dan beribadah dengan layak (Senin, 10 Juni 2002))
Hidup dan beribadah dengan layak

Bertolak dari nasihat Paulus kepada Timotius dan jemaat dalam melakukan tugas menaikkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur (ayat 1), Paulus kini membahas masalah sikap yang pantas dalam ibadah, terutama bagi kaum laki-laki dan perempuan. Semuanya harus dilakukan dengan cara yang tidak mencemarkan kesaksian jemaat.

Ada banyak perdebatan mengenai bagaimana menafsirkan ayat-ayat yang membahas kaum perempuan. Untuk itu, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, 1Tim. 2:8-15 paling baik ditafsirkan sebagai bagian yang ditujukan kepada kondisi khusus yang dialami pada waktu itu oleh jemaat Efesus, dan Timotius sebagai gembala jemaat. Para pengajar sesat (lih. ps. 1) rupanya memanfaatkan ketidaktahuan para jemaat perempuan di Efesus. Akibat pengajaran mereka, tindakan para perempuan ini menjadi batu sandungan bagi lingkungan sekitar (ayat 9-10), dan menimbulkan masalah di dalam jemaat (ayat 11-12). Situasi ini menuntut Paulus bertindak.

Para laki-laki dituntut untuk hidup dalam kasih persaudaraan (ayat 8). Amarah dan perselisihan akan menjadi batu sandungan, dan mencemarkan doa mereka (menadahkan tangan adalah sikap doa yang lazim pada masa itu). Bagi kaum perempuan, mengingat peliknya situasi, Paulus menegaskan beberapa hal. Pertama, perempuan hendaknya berdandan dengan pantas. Ayat ini tidak bermaksud untuk melarang kaum perempuan untuk mengenakan perhiasan apa pun. Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa rincian hiasan di ay. 9, waktu itu di Efesus, biasa mencirikan para pelacur. Kedua, mengingat apa yang telah terjadi, para perempuan diwajibkan untuk belajar kembali dengan patuh (ayat 11). Juga tidak lagi mengajar, apalagi memaksa untuk mengambil alih otoritas pengajaran karena merasa diri benar (ayat 11-12).

Renungkan: Ibadah dan kehidupan jemaat tidak boleh seperti kelas yang bising karena para murid menyanyi dan beraktivitas sesuka hatinya. Tiap-tiap pribadi dalam jemaat haruslah hidup dan beribadah dengan cara yang layak dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga menjadi paduan orkes yang harmonis, indah, dan menarik hati orang yang mendengarkannya.

(0.15) (2Tim 3:10) (sh: Berpegang pada kebenaran (Sabtu, 31 Agustus 2002))
Berpegang pada kebenaran

Kembali Paulus memberikan kontras di sini dengan frasa "Tetapi, engkau ...." Paulus menasihati Timotius agar mengambil rute kehidupan yang bertolak-belakang dengan para pengajar sesat. Timotius didorong untuk mengikuti teladan hidupnya, yang setia dan senantiasa menantikan kedatangan Tuhan Yesus. Timotius perlu meneladani pengajaran dan kesalehannya. Ia juga perlu memiliki cara pikir seperti Paulus, memiliki niat untuk melayani Tuhan dengan daya tahan yang dilandasi kasih. Bukan hanya menasihati secara abstrak, Paulus kemudian mengingatkan Timotius tentang apa yang dialaminya sendiri di Antiokhia ketika ia dan Barnabas diusir, di Ikonium, ketika akan dilempari batu oleh masyarakat, dan di Listra, ketika ia dan Barnabas mula-mula disembah, tetapi lalu dilempari batu sampai hampir mati - namun Allah menyelamatkannya. Semua orang, termasuk Timotius, yang berketetapan untuk menjadi saleh akan mengalami penganiayaan. Mereka harus sadar akan hal itu.

Untuk kedua kalinya muncul frasa "Tetapi, engkau ..." (ayat 14). Timotius sekarang didorong untuk berpegang teguh pada keyakinan yang dimilikinya sejak muda. Ia telah belajar dari Lois dan Eunike tentang iman kepada Kristus. Ia telah belajar dari Paulus. Ia juga telah belajar dari Perjanjian Lama dan Injil. Semua sumber tersebut membawa Timotius kepada pemahaman yang benar tentang keselamatan di dalam Kristus. Paulus menyatakan bahwa "segala tulisan" merupakan embusan nafas Allah, artinya keluar dari mulut Allah sendiri. Yang dimaksud "segala tulisan" di sini adalah PL ditambah dengan pesan-pesan Injil Kristus yang telah Timotius terima, baik secara tulisan maupun tulisan. Segala tulisan itu menolong orang-orang percaya untuk mendapatkan pengajaran yang benar, menghardik ajaran sesat, mengoreksi kehidupan moral yang keliru, dan menolong orang untuk hidup dalam kesalehan. Tujuan Paulus mengemukakan ini adalah agar Timotius setia dalam pelayanannya dan dipersiapkan untuk pekerjaan baik: mengabarkan Injil Kristus dengan tekun.

Renungkan: Teladanilah mereka yang patut diteladani dan berpeganglah pada Alkitab. Itulah rahasia pelayanan yang sukses.

(0.13) (Mat 8:10) (jerusalem: iman) Iman yang oleh Yesus dituntut sejak awal mula karyanya, Mar 1:15+ dan terus menerus dituntut olehNya itu ialah kepercayaan dan penyerahan kepada Allah yang oleh karenanya maupun manusia tidak lagi percaya pada kekuatan dan pikirannya sendiri, tetapi menaklukkan diri kepada firman dan kekuatan yang merupakan milik Dia yang dipercayai, Luk 1:20,45; Mat 21:25 dsj. Khususnya Yesus menuntut iman tersebut bilamana Ia membuat mujizat, Mat 8:13; Mat 9:2 dsj, Mat 22 dsj, Mat 28:20; Mat 15:28; Mar 5:36 dsj; Mar 10:52 dsj; Luk 17:19, sebab mujizat itu bukanlah pertama-tama tindakan belas kasihan, tetapi "tanda" bahwa Yesus benar-benar diutus Allah dan tanda Kerajaan Allah sudah dekat, Mat 8:3+, bdk Yoh 2:11+. Karena itu Yesus tidak dapat mengerjakan mujizat, kecuali kalau iman yang memberi makna kepada mujizat itu terdapat dari manusia, Mat 13:58 dsj; Mat 12:38-39; Mat 16:1-4. Oleh karena menuntut suatu korban rohani dan seluruh manusia maka iman itu adalah sebuah perbuatan kerendahan hati yang sukar, Mat 18:6 dsj. Banyak orang tidak mau mengambil tindakan yang sukar itu, khususnya di antara orang Israel, Mat 8:10 dsj; Mat 15:28; Mat 27:42 dsj; Luk 18:8, atau hanya sampai setengah percaya, Mar 9:24; Luk 8:13. Murid-murid Yesus sendiri lambat dalam percaya, Mat 8:26 dsj; Mat 14:31; Mat 16:8; Mat 17:20 dsj, bahkan sesudah kebangkitan, Mat 28:17; Mar 16:11-14; Luk 24:11,25,41. Iman jujur Kepala mereka, "Sang Batu Karang" Mat 16:16-18 sendiri terantuk pada batu sandungan sengsara Yesus, Mat 26:69-75 dsj, tetapi akhirnya iman mereka akan menang juga, Luk 22:32. Kalau iman itu kuat, ia sanggup mengerjakan keajaiban, Mat 17:20 dsj, Mat 21:21 dsj; Mar 16:17, memperoleh segala sesuatunya, Mat 21:22 dsj; Mar 9:23, teristimewa pengampunan dosa, Mat 9:2 dsj; Luk 7:50, dan keselamatan yang mempunyai sebagai pra-syarat justru iman itu, Luk 8:12; Mar 16:16; bdk Kis 3:16+.
(0.13) (1Raj 5:1) (sh: Menabur angin, menuai badai (Rabu, 2 Februari 2000))
Menabur angin, menuai badai

Persiapan pembangunan Bait Allah dilakukan secara teliti, cermat, dan dengan perhitungan yang matang. Untuk kayu dipilihlah kayu dari pohon aras yang terkenal sangat baik dan untuk dasar rumah dipilih pula batu-batu yang mahal. Untuk pekerja-pekerja utama dipilih orang-orang Sidon yang memang ahli menebang pohon. Persiapan ini juga melibatkan ratusan ribu pekerja termasuk di dalamnya 30.000 orang yang bekerja secara bergilir.

Tampaknya persiapan Salomo begitu sempurna sehingga segala sesuatu berjalan lancar, mulai dari pengadaan material yang dipakai sampai sumber daya manusia yang dibutuhkan. Namun bila kita amati dengan seksama, akan terlihat kekhilafan cukup fatal yang dilakukan Salomo. Untuk mendapatkan pohon aras dari raja Tirus, Salomo melakukan strategi pendekatan yang canggih terutama dalam soal pembayaran sehingga perjanjian kerja dapat disetujui dengan baik. Semua pihak disenangkan. Bahkan raja Hiram sampai memuji Tuhan sebagai pengakuan atas kehebatan Salomo. Sebaliknya ketika ia membutuhkan sumber daya manusia dari bangsanya sendiri, Salomo menggunakan pendekatan pemaksaan yaitu kerja rodi dengan sistem bergilir tanpa bayaran. Mereka tahu bahwa Bait Allah itu adalah untuk kepentingan kehidupan rohani mereka, namun demikian tak satu pun pujian keluar dari mulut bangsa Israel yang terlibat dalam kerja rodi, sebagai respons atas persiapan pembangunan Bait Allah.

Pembedaan dalam pendekatan ini menunjukkan keteledoran yang timbul dari sikap menganggap remeh dan semena-mena dari Salomo terhadap rakyat kecil. Walaupun konsekuensi secara langsung tidak dialami oleh Salomo, tindakannya itu bisa dianggap sebagai menabur suatu biji permasalahan yang nantinya akan berbuah yang menjadi pemicu perpecahan kerajaan Israel (1Raj. 12:4). Salomo sudah menabur suatu biji permasalahan yang tampaknya sepele, namun setelah kematiannya biji itu menjadi pemicu kesulitan besar dan perpecahan.

Renungkan: Dalam melaksanakan tugas pelayanan atau pekerjaan, terutama yang menyangkut manusia, pikirkan secara bijak dan untuk jangka panjang. Keteledoran sepele masa kini merupakan sebuah bom waktu yang sewaktu-waktu dapat meledak, sehingga mengakibatkan kehancuran pelayanan atau pekerjaan yang sedang kita tekuni. Apa yang kita tabur kini, akan kita tuai kelak.

(0.13) (Est 7:1) (sh: Tuhan di balik tragedi orang fasik (Rabu, 27 Juni 2001))
Tuhan di balik tragedi orang fasik

Inilah suatu kisah tragis berawal dari "datanglah raja dan Haman untuk dijamu oleh Ester" (1) dan diakhiri dengan "Haman disulakan pada tiang yang didirikannya bagi Mordekhai. Maka surutlah panas hati raja" (8). Kisah ini berangkat dari permohonan dan pengaduan Ester kepada raja (2-6a) menuju percakapan raja dan Harbona tentang penyulaan Haman (8c-9b), memanas pada saat raja keluar ke taman istana dan menjadi semakin panas pada saat raja kembali ke dalam ruangan minum anggur (7a, 8a). Puncak kisah ini adalah: Haman yang sangat ketakutan berlutut pada katil tempat Ester berbaring untuk mengemis nyawanya (6b, 8b, 7b).

Inilah suatu ironi yang tak mudah dipahami oleh Haman orang Amalek musuh orang Yahudi. Sama seperti rencana terselubungnya berbalik menimpa dirinya, demikian pula permohonan nyawa Ester berbalik menjadi permohonan nyawanya (3-4; 7-8). Berbeda dengan Ester yang mendapat kasih dan pembelaan Raja, dia mendapat tuduhan melecehkan ratu di hadapan raja (5, 8). Sama seperti kegeraman murka raja yang bernyala-nyala terhadap Wasti (1:12; 2:1), demikian pula panas hati Raja terhadap diri Haman. Ia yang ingin membinasakan semua orang Yahudi karena satu diantaranya tidak mau berlutut di hadapannya (3:5-7), kini harus berlutut di hadapan seorang wanita Yahudi (8). Semula ia mendongakkan kepalanya (3:1-2), tak lama kemudian ia harus menyelubungi mukanya karena malu (6:12), dan kini terpaksa diselubungi mukanya karena menanti hukuman mati (7:8). Ia ingin menyulakan Mordekhai (5:14) tapi raja menyulakan dirinya (7:8). Tuhan, Raja segala raja dengan cara yang tak terlihat membuka selubung rencana jahat Haman dan menjatuhkan kejahatan ke atas kepalanya sendiri. Inilah penggenapan nubuat Bileam bin Beor "Yang pertama di antara bangsa-bangsa ialah Amalek, tetapi akhirnya ia akan sampai kepada kebinasaan" (Bil. 24:20). Inilah suatu kisah tentang "siapa menggali lobang akan jatuh kedalamnya, dan siapa menggelindingkan batu, batu itu akan kembali menimpa dia" (Ams. 26:27). Inilah suatu pengharapan bagi kita orang percaya untuk menantikan saat dimana Tuhan menyatakan pembelaan-Nya melalui kemenangan orang benar atas orang fasik.

Renungkan: Bagaimana kesadaran tentang keadilan Allah menolong Anda melewati hari-hari ini?

(0.13) (Why 18:21) (sh: Lalu setelah itu ...? Suatu kontras besar! (Jumat, 15 November 2002))
Lalu setelah itu ...? Suatu kontras besar!

Lalu setelah itu …? Suatu kontras besar!
Kata-kata sang malaikat dalam ayat 21b-24 memperlihatkan dengan grafis perbandingan antara keadaan kota Babel/Roma dan keadaan di sorga. Kontras yang ditonjolkan adalah dalam aspek suara. Tiadanya suara di dalam kota besar itu setelah penghukumannya, berbalikan dengan nyaringnya suara-suara di surga. Tiadanya suara para pemain kecapi, penyanyi dan lainnya (ayat 22a) menunjuk kepada fakta tiadanya lagi perayaan, sukacita dan kegembiraan yang tadinya memenuhi kota besar tersebut. Tiadanya suara kilangan (ayat 22b) di rumah-rumah menunjuk kepada sesuatu yang lebih vital lagi; tiadanya kehidupan, yang biasanya ditandai dengan suara kilangan untuk mempersiapkan gandum untuk dimakan keluarga pemiliknya (bdk. Ul. 24:6). Tiadanya lagi lampu, lampu (ayat 23a) dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan (ayat 23b) juga mengarahkan kita pada pengertian yang sama: tiadanya kegembiraan dan kelangsungan kehidupan. Tindakan simbolis pelemparan batu kilangan ke dalam laut (ayat 21) melengkapi pesan dari sang malaikat: keadaan kota itu tidak akan pulih lagi, sama seperti batu kilangan itu tidak akan muncul lagi dari kedalaman laut. Sementara itu surga penuh dengan sorak-sorai puji-pujian yang memuliakan dan menyembah Allah. "Haleluya!" (ayat 1b,3,4). Peralihan dari kata Ibrani yang berarti "pujilah Yahweh!" ini ditemukan di dalam Wahyu hanya pada nas ini, dan diucapkan oleh tiga pihak: himpunan besar orang banyak di surga (ayat 1,3), keduapuluh empat tua-tua dan keempat makhluk (ayat 4), serta suara dari tahta (ayat 5). Kata ini membuat kita teringat pada mazmur- mazmur pujian yang biasa dilakukan di Bait Allah zaman Israel (mis. Mzm. 146, 149 dll.), yang juga menyinggung mengenai Allah yang dengan adil membalaskan perlakuan musuh-musuh-Nya atas hamba-hamba-Nya.

Renungkan:
Ingatlah firman dari Tuhan ini: "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga"(Mat. 5:10). Respons syukur kita atas anugerah keselamatan dari Allah, yang ditunjukkan melalui kesetiaan dalam pergumulan dan penderitaan saat bersaksi di dunia, tidak akan sia-sia!

(0.13) (2Raj 3:27) (full: ANAKNYA YANG SULUNG ... MEMPERSEMBAHKANNYA SEBAGAI KORBAN. )

Nas : 2Raj 3:27

Raja Moab membunuh putra sulungnya sebagai persembahan kepada dewa Kamos (lih. 1Raj 11:7), dalam usahanya untuk membujuk apa yang dianggap sebagai dewa itu membantu tentaranya dalam perang. Korban manusia ini sebenarnya menjadi persembahan kepada Iblis dan roh-roh jahat

(lihat art. SIFAT PENYEMBAHAN BERHALA);

"persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat" (1Kor 10:20). Para ahli purbakala telah menemukan sebuah batu piagam Moab yang menegaskan bahwa raja Moab memang melakukan perbuatan jahat itu.

(0.13) (Mzm 23:5) (full: MENYEDIAKAN HIDANGAN. )

Nas : Mazm 23:5

Allah digambarkan sebagai memperhatikan semua kebutuhanku di tengah-tengah berbagai kekuatan jahat yang berusaha merusak kehidupan dan jiwaku (lih. Rom 8:31-39).

  1. 1) Hari lepas hari aku dihadapkan pada Iblis dan dikelilingi oleh masyarakat fasik, namun aku dibekali dengan cukup kasih karunia untuk hidup dan bersukacita di hadapan Allah (lih. 2Kor 12:9-10). Aku bisa makan di meja Tuhan dalam iman, ucapan syukur, dan harapan, tenteram dan terlindung oleh darah yang tercurah dan tubuh yang terluka dari Gembala yang Baik ini (lih. 1Kor 11:23).
  2. 2) "Mengurapi kepalaku dengan minyak" mengacu kepada perkenan dan berkat khusus dari Allah melalui urapan Roh Kudus-Nya atas tubuh, pikiran dan rohku

    (lihat cat. --> Ef 5:18).

    [atau ref. Ef 5:18]

  3. 3) "Pialaku penuh melimpah" secara harfiah berarti, "Pialaku memberiku minuman berlimpah." Piala di sini menunjuk kepada piala seorang gembala yang merupakan sebuah batu besar yang dilubangi dan dapat berisi 150-188 liter dan menjadi tempat minum domba-domba.
(0.13) (Mzm 137:9) (full: MEMECAHKAN ANAK-ANAKMU PADA BUKIT BATU. )

Nas : Mazm 137:9

Ketika orang Babel merebut Yerusalem pada tahun 586 SM, mereka mengambil bayi-bayi yang tidak berdaya dari ibunya serta membanting mereka ke tembok. Allah akan menghukum kekejaman mereka dengan membuat mereka menuai apa yang telah mereka taburkan (lih. Yes 13:16; Yer 23:2). Kekerasan kejam yang mereka lakukan kepada orang lain kini akan berbalik menimpa mereka sendiri. Perhatikan dua hal mengenai seruan untuk pembalasan setimpal ini:

  1. 1) Pembalasan ilahi akan lebih banyak menimpa orang dewasa yang kejam; merekalah yang akan paling menderita. Anak-anak tidak bersalah yang mati ketika perang atau hukuman ilahi akan diterima oleh Allah dan tidak akan dihukum. Dosa seseorang tidak diperhitungkan Allah hingga orang tersebut menolak hukum Allah yang tertulis di dalam hati manusia atau di Alkitab

    (lihat cat. --> 1Sam 15:3;

    lihat cat. --> Rom 5:12;

    lihat cat. --> Rom 5:14;

    lihat cat. --> Rom 7:9-11).

    [atau ref. 1Sam 15:3; Rom 5:12,14; Rom 7:9-11]

  2. 2) Sekalipun PB menekankan hal mengampuni musuh serta mendoakan keselamatan mereka (Mat 5:43-48), akan tiba saatnya pada akhir sejarah ketika Roh Kudus akan memimpin umat-Nya untuk berdoa memohon pembalasan ilahi atas orang fasik yang sombong, tidak mau bertobat dan tidak beriman (lih. Wahy 6:10).
(0.13) (Mzm 144:1) (full: TERPUJILAH TUHAN, GUNUNG BATUKU. )

Nas : Mazm 144:1-15

Allah adalah batu karang yang kokoh, kubu pertahanan, perisai dan penyelamat bagi orang yang berlindung pada-Nya (bd. pasal Mazm 140:1-143:12). Ia mengajar tangan orang benar untuk bertempur dan jari-jari mereka untuk berperang di segala bidang pergumulan rohani (lih. catatan berikutnya).

(0.13) (Mat 18:6) (full: BATU KILANGAN ... PADA LEHERNYA. )

Nas : Mat 18:6

Ayat ini berarti bahwa siapa saja yang merusak kerohanian seorang anak atau orang percaya yang masih polos akan membangkitkan murka Kristus yang paling besar.

  1. 1) Para pendeta, pengajar, dan khususnya orang-tua harus secara khusus memperhatikan perkataan Kristus ini. Tanggung jawab orang-tua ialah mengajar anak-anak mereka dalam jalan Allah (lih. Ul 6:1-9; Ef 6:4; 1Tim 4:16;

    lihat cat. --> Luk 1:17;

    [atau ref. Luk 1:17]

    lihat art. ORANG-TUA DAN ANAK-ANAK)

    dan melindungi mereka dari pengaruh Iblis dan dunia (Tit 1:10-11; Tit 2:11-12; 1Yoh 2:15-17).
  2. 2) Orang-tua Kristen sebaiknya tidak memperbolehkan anak mereka dipengaruhi oleh teman-teman yang tidak beriman. Mereka harus sangat berhati-hati mengenai pengaruh dunia yang dapat mempengaruhi pikiran dan hati anak mereka melalui pendidikan umum dan media hiburan (bd. Mazm 101:3; Ef 6:4; Kol 3:21).
(0.13) (Kel 28:6) (jerusalem: Baju efod) Dalam Alkitab disebut tiga macam efod yang berbeda sekali: 1. Ada sebuah efod yang sebagai alat peramal dan penenung dipakai untuk menanyakan Tuhan, 1Sa 2:28+; 1Sa 2. ada efod dari kain lenan yang dipakai para petugas ibadat, 1Sa 2:18+; 1Sa 3. ada efod bagi Imam besar. Ia berupa baju dada yang dililiti sabuk di bagian bawah dan bergantung pada dua slendang. Pada baju dada tsb dipasang "penutup dada pernyataan keputusan", Kel 27:15 dst, dan di dalamnya ada batu undi suci, yaitu Urim dan Tumim, Kel 28:30; Ima 8:7-8; bdk 1Sa 14:41+. Melalui penutup dada itu efod imam besar berdekatan dengan efod sebagai alat penenung, sedangkan nama "efod" mengingatkan pakaian imam dahulu. Tetapi pakaian imam besar seperti digambarkan di sini baru mulai dipakai habis masa pembuangan, sedangkan tentang efod sebagai alat penenung dan undi suci tidak ada berita lagi habis masa raja Daud. Bdk Hak 8:27+.
(0.13) (Hab 1:12) (jerusalem) Keluhan kedua ini melanjutkan yang pertama, Hab 1:2-4: Oleh karena kejayaan orang Kasdim akhirnya disebabkan Tuhan sendiri, Hab 1:5-6, maka Tuhanlah yang perlu diminta keteranganNya. Bagaimana mungkin Dia yang adil dan kudus, penegak tata hukum, memperlakukan bangsa-bangsa lain dan umat terpilih dengan cara demikian, Hab 1:14? Adakah Tuhan membiarkan orang fasik menindas orang benar, Hab 1:13; bdk Hab 1:14 dan Hab 11:15-17?
(0.13) (1Sam 7:2) (sh: Saat untuk bertobat. (Kamis, 27 November 1997))
Saat untuk bertobat.

Kita tidak mengetahui dengan jelas apa yang dibuat Samuel ketika tabut perjanjian ada di tanah Filistin dan di Kiryat-Yearim. Ketika saatnya bangsa Israel mengeluh kepada Tuhan (ayat 2), Samuel tampil ke depan, menegur mereka karena terlalu dalam jatuh di dalam dosa (ayat 3). Mereka berbalik dari ilah-ilah kepada Yahwe (ayat 4). Upacara menimba air dan berpuasa (ayat 6) adalah simbol pertobatan. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Israel secara nasional bertobat kepada Allah.

Tindakan yang tepat. Bangsa yang baru bertobat itu gentar mendengar ancaman Filistin (ayat 7). Filistin menguasai teknologi besi dan memiliki perlengkapan perang unggul. Wajar bila Israel takut. Ungkapan pertobatan mereka terlihat dari tindakan tepat yang diambil. Kepada Samuel mereka mengutarakan ketergantungannya kepada Tuhan (ayat 8). Samuel pun bertindak tepat. Ia mendirikan batu peringatan Eben-Haezer sehingga generasi yang kemudian terus diingatkan akan perbuatan Allah yang luar biasa ini (ayat 12). Israel tetap setia kepada Allah. Terhadap kesetiaan ini, Allah mengganjar kemenangan atas Filistin (ayat 13). Wilayah mereka diperluas (ayat 14) dan terjadilah damai.

Renungkan: Berserah dan taat kepada Allah adalah permulaan hidup dalam naungan pemeliharaan Allah.

(0.13) (Mzm 73:21) (sh: Bersama Tuhan dalam pergumulan. (Sabtu, 08 Agustus 1998))
Bersama Tuhan dalam pergumulan.

Pergumulan iman adalah sesuatu yang serius. Asaf mengalami masa krisis, bahkan hampir kehilangan jati dirinya. Kesan dan kesimpulan salah tentang fakta hidup orang fasik membuatnya pahit hati (ayat 21). Untunglah ia tidak berlarut-larut dalam kepahitan dan kemunduran iman. Sebaliknya menyadari adanya reaksi yang tidak beres itu membuat ia berpaling. Bukan dari Tuhan, tetapi kepada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan baru dari kemuliaan-Nya. Kini pergumulan hidup dengan segala kesulitannya tidak lagi fokus perhatiannya, tetapi Allah menjadi gunung batu kekuatannya.

Iman yang dewasa. Di dalam Tuhan, Asaf bukan saja beroleh kehangatan pelukan Tuhan, tetapi juga pengenalannya akan Tuhan menjadi makin jelas dan dewasa. "Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya" (ayat 26). Iman yang dewasa, iman yang telah dimurnikan, adalah iman yang tidak lagi dikaitkan pada kondisi lahiriah dan berkat-berkat material. Iman itu bersandar penuh pada Allah saja dan menjadikan seluruh hidup baik yang sedang dilalui kini maupun tujuan kekal kelak sepenuhnya dari Tuhan, oleh Tuhan, untuk Tuhan saja.

Doa: Dalam kepahitan dan kekecewaan, Engkaulah perlindunganku.

(0.13) (Mzm 144:1) (sh: Memuji Tuhan dalam segala keadaan (Kamis, 23 September 1999))
Memuji Tuhan dalam segala keadaan

Kita memuji Tuhan bukan ketika keadaan damai dan bahagia. Dalam keadaan apa pun orang percaya pantas memuji Allah (ayat 6,7,11). Menurut pemazmur, orang percaya memuji Tuhan dalam segala keadaan karena kasih dan kemurahan Allah yang ajaib. Kemurahan ajaib itu nampak ketika Allah "prihatin" terhadap manusia yang rapuh dan tidak berarti (ayat 3,4).

Allah andalan satu-satunya. Kemurahan dan kebaikan Allah yang ditujukan kepada manusia telah menempatkan Allah pada unggulan teratas dari apa pun yang ada di alam semesta ini. Itu berarti bahwa tidak ada yang lain selain Allah sendiri yang menjadi gunung batu, kubu pertahanan, kota benteng bagi manusia. Allahlah satu-satunya andalan manusia (ayat 1,2).

Bersandar pada kebaikan Allah adalah berkat. Kesuburan, kemakmuran dan kualitas hidup (ayat 12-15) tidak dilihat sebagai upah bagi mereka yang menerima kebaikan Allah. Tetapi semua itu harus dilihat sebagai bagian dari kebaikan Allah semata-mata.

Renungkan: Kebaikan Allah yang paling hakiki ialah keselamatan kekal dalam Yesus Kristus. Keselamatan itu adalah kenyataan masa kini dan pengharapan masa depan. Karena itu pujilah Allah dengan sepenuh hati dalam segala hal!

(0.13) (Yes 8:1) (sh: Tak perlu takut. (Sabtu, 26 September 1998))
Tak perlu takut.

Damsyik dan Samaria menjadi ancaman bagi Yehuda, sebab Yehuda telah menolak ajakan mereka untuk bergabung melawan Asyur. Ayat 1-4 adalah pesan simbolis Allah melalui tindakan Yesaya. Pesan itu ditulis pada batu tulis besar agar dapat disimak dengan jelas. Tulisan di atasnya yang juga menjadi nama anak Yesaya menegaskan bahwa ancaman mereka hanya sekejap dan segera berlalu. Mengapa? Karena sebelum anak itu dapat berbicara, Aram dan Samaria telah ditaklukkan.

Pengharapan sia-sia. Berharap kepada manusia adalah sia-sia. Tindakan Yehuda berlindung pada Asyur dari ancaman Israel dan Aram, disamakan dengan menolak aliran sungai Allah yang memberi keselamatan. Akibatnya, Asyur malah akan menjadi gelombang yang menenggelamkan Yehuda (ayat 5-8). Memang, bergantung dan berharap kepada Allah memerlukan iman. Dan ini biasanya dianggap orang lebih sulit dibandingkan berharap kepada sesuatu yang terlihat seperti kepada kekuatan militer (Asyur) atau kekuatan gaib (roh-roh). Sebenarnya beriman kepada Allah tidaklah sulit, sebab kita hanya perlu memperhitungkan secara serius semua pesan-pesan-Nya yang "besar", nyata dan gamblang itu!

Renungkan: Ketika kita mengalami berbagai masalah dan tekanan hidup, kemanakah kita mencari petunjuk dan pertolongan? Kepada manusia, kepada orang mati, kepada Allah (ayat 13, 14, 20)?

(0.13) (Yes 26:1) (sh: Tuhan, penjaga dan pelindung. (Selasa, 17 November 1998))
Tuhan, penjaga dan pelindung.

Dengan tegas dan jelas, Yesaya mengatakan, ia melihat Allah diproklamasikan sebagai Gunung Batu yang kekal, Penyelamat dan Pemberi damai sejahtera bagi manusia yang percaya dengan hati teguh, yang lurus jalannya. Gambaran istimewa ini menunjukkan bahwa Allahlah sang Pejuang yang meruntuhkan kubu-kubu benteng musuh. Dia membuka semua ketertutupan menjadi jalan-jalan, pintu-pintu yang terbuka bagi umat-Nya. Kebangkitan pun terbentang di hadapan umat-Nya sebagai karya diri-Nya di tengah kenyataan sejarah dunia.

Titik tolak iman. Gereja berdiri di atas puncak proklamasi karya keselamatan Allah yang dikaryakan dalam diri Yesus Kristus. Kebangkitan-Nya memberi dan mengokohkan titik tolak iman Gereja. Iman yang berpangkal pada keselamatan, dan yang di dalam-Nya ada pengharapan: yang mati dibangkitkan, yang runtuh dibangunkan, yang usang diperbarui, yang hancur dipulihkan. Karena itu gereja harus berani memberitakan pengharapan besar itu. Jangan takut, dan putus asa sebab yang diberitakan bukanlah isapan jempol melainkan karya besar tentang kebenaran yang berlaku sepanjang abad dan masa.

Doa: Terima kasih ya Tuhan, atas nubuatan yang Kau genapi dalam sejarah-Mu.



TIP #21: Untuk mempelajari Sejarah/Latar Belakang kitab/pasal Alkitab, gunakan Boks Temuan pada Tampilan Alkitab. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA