Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 241 - 260 dari 6560 ayat untuk bagi orang itu AND book:[1 TO 39] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.52) (Yeh 4:6) (jerusalem: empat puluh hari) Dengan percuma saja orang berusaha mengartikan jumlah hari yang disebut dalam Yeh 4:5-6 ini sebagai nubuat mengenai lamanya masa pembuangan orang Israel (Samaria) dan orang Yehuda. tetapi yang dimaksud ialah pengepungan itu merupakan hukuman.
(0.52) (Yeh 21:3) (jerusalem: orang benar dan orang fasik) Di sini nabi Yehezkiel masih juga mengungkapkan prinsip lama mengenai kesetiakawanan semua orang dalam hukuman meskipun nabi sendiri menolak prinsip itu, Yeh 14:12+, dengan menekankan pertanggungjawab perorangan.
(0.52) (2Raj 4:1) (sh: Hamba Tuhan bagi semua orang (Kamis, 5 Mei 2005))
Hamba Tuhan bagi semua orang

Hamba Tuhan bagi semua orang
Tidak mudah bagi seseorang untuk menjaga diri tetap rendah hati ketika ia sedang populer. Kecenderungan untuk memegahkan diri dan merendahkan orang lain adalah godaan besar baginya. Apalagi bila pergaulannya di kalangan elit, sulit baginya memberi perhatian kepada orang kecil.

Nama Elisa makin populer di Israel. Ia dianggap sebagai pemimpin para nabi di Israel. Ia adalah hamba Allah yang dikenal dan dihormati di kalangan raja. Namun, Elisa tidak menjadi sombong. Ia tetap dapat didekati oleh orang-orang kecil seperti janda miskin dari kelompok para nabi ini. Kepedulian Elisa itu nampak pada sikapnya yang memberi perhatian khusus terhadap masalah janda tersebut. Pertama, ia menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan janda ini (ayat 1). Kedua, ia tidak sekadar memberi pertolongan, tetapi mencoba mengerti situasi dan kondisi si janda itu (ayat 2). Tujuan sikap Elisa adalah supaya ia dapat memberikan pertolongan yang tepat sasaran, sekaligus mendorong si janda untuk memanfaatkan apa yang masih ada padanya (ayat bagi+orang+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3-4). Pertolongan yang dilakukan Elisa kepada janda itu bersifat memberikan kail dan bukan sekadar menyediakan ikan. Ketiga, pertolongan yang diberikan Elisa tidak hanya untuk menyelesaikan persoalan sesaat, tetapi untuk mendatangkan masa depan yang lebih baik (ayat 7).

Kepedulian seperti yang diteladankan Elisa, kini sulit ditemui. Banyak hamba Tuhan yang melayani dengan motivasi kepentingan diri sendiri. Kalau yang mengundang gereja besar atau persekutuan orang-orang berada, acara apa pun bisa dibatalkan demi memenuhi undangan itu. Akan tetapi, siapa yang peduli kepada persekutuan-persekutuan mahasiswa dan jemaat-jemat kecil. Sebagai hamba-hamba Allah, kita dipanggil untuk menyalurkan berkat Tuhan kepada siapa saja yang memerlukannya.

Renungkan: Orang yang sudah mengalami anugerah Tuhan tidak mungkin menutup mata terhadap mereka yang membutuhkannya.

(0.52) (Mzm 40:1) (sh: Penantian belum berakhir (Kamis, 5 Juni 2003))
Penantian belum berakhir

Penantian belum berakhir. Bagi sebagian orang, menanti adalah pekerjaan yang sulit dan membosankan karena menuntut kesabaran dan disiplin diri yang besar. Bagi orang beriman menanti berhubungan erat dengan kedewasaan mental spiritual. Sehubungan dengan "menanti", umat Tuhan dikenal sebagai orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan. Orang beriman yang belajar menanti, tidak akan diperbudak oleh hal-hal yang mendesak sebab tahu apa yang hakiki dan penting. Iman, harap, dan kasihlah yang membuat kita mampu menempatkan semua hal dalam hidup ini dalam nilai dan perspektif ilahi.

Dalam Mazmur ini, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya ketika ia jatuh ke dalam jerat dosa, dan menanti-nantikan Tuhan. Bagi pemazmur dosa seumpama lumpur hidup yang menghisap orang yang jatuh ke dalamnya untuk mati terbenam hidup-hidup. Semakin keras orang itu meronta berusaha melepaskan diri, semakin ia akan tersedot oleh lumpur itu. Hanya jika ada pertolongan dari luar sajalah, orang itu dapat diselamatkan. Inilah penantian yang sekaligus menunjukkan bahwa usaha manusia jelas tak mampu menyelesaikan masalah dosa. Allah tidak hanya mendengar teriakan pemazmur minta tolong. Ia bahkan menjenguk dan mengangkat si pemazmur dari lubang kebinasaan.

Banyak sekali kebaikan dan perbuatan Allah untuk kita, orang beriman. Kebaikan Allah mencapai klimaksnya pada kedatangan pertama sang Juruselamat. Ini menunjukkan bahwa Allah menggenapi janji keselamatan yang dinantikan manusia. Penggenapan janji Allah ini tidak berhenti sampai di sini, karena penggenapan pertama ini justru memasukkan kita pada penantian yang terbesar yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali.

Renungkan: Belajarlah hidup dalam penantian kedatangan Tuhan sebab itu akan membuat kita mengutamakan kasih, kesucian, keadilan dan kebenaran.

(0.52) (Ul 15:1) (ende)

Mula-mula setiap tudjuh tahun sekali panenan diserahkan kepada kaum miskin (lih. Kel 23:11). Kebiasaan itu kini lebih disesuaikan lagi. Ketetapan inipun mentjakup pengakuan bahwa negeri dan kemakmuran merupakan anugerah Allah, jang harus mendatangkan manfaat bagi semua orang Israel (aj. bagi+orang+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="ende">4)(Kel 15:4). Hal itu terdjadi dengan mengichlaskan hutang-hutang dan dengan membebaskan hamba sahaja, jang terpaksa memperbudakkan diri karena mereka tidak dapat membajar hutangnja (aj. bagi+orang+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="ende">12 sld)(Kel 15:12 sld).

(0.52) (Kel 26:33) (jerusalem: pemisah) Tabir itu menutup bagi pandangan orang bagian kemah yang disebut "yang mahakudus", tempat kediaman Tuhan. Hanya imam besar saja boleh memasuki bagian itu pada Hari Raya Pendamaian, Ima 16 (bdk Ibr 9:6-14) Pemisah yang sama antara yang kudus dan yang mahakudus ada dalam bait Allah bangunan Salomo, 1Ra 6:16, dan juga dalam bait Allah yang dipugar raja Herodes, Mat 27:51dsj.
(0.52) (Ayb 21:19) (jerusalem: bagi anak-anaknya) Ajaran kuno dan resmi ini, Kel 34:7; Ula 5:9, kemudian diperbaiki. Ula 24:16; Yer 31:29; Yeh 18; bdk Yoh 9:1-3. Ayubpun menegaskan bahwa pendapat itu tidak dapat dipertahankan, sebab hukuman yang menimpa anak-anak orang fasik tidak menyangkut dia sendiri, yang bahkan tidak tahu-menahu tentang hukuman itu, bdk Ayu 14:21-22.
(0.52) (Ul 33:1) (sh: Berkat Tuhan (Selasa, 20 Juli 2004))
Berkat Tuhan

Berkat Tuhan. Berkat adalah pemberian Allah kepada anak-anak-Nya yang taat kepada-Nya. Allah memberikan yang terbaik meskipun kadang kita tidak mengerti. Kita diharapkan untuk percaya bahwa pemberian-Nya itu selalu yang terbaik.

Ucapan berkat Musa kepada suku bangsa Israel untuk terakhir kalinya menjadi bahan perenungan kita sekarang ini. Tuhan memerintahkan kepada Musa untuk memberikan berkat kepada Ruben yakni hidup dengan jumlah orang-orangnya yang sedikit (ayat 6); kepada Yehuda: akan menjadi pemimpin bagi bangsa Israel (ayat 7); kepada Lewi: akan menjadi imam karena kesetiaan kepada Allah Yahweh (ayat 8-11); kepada Benyamin: Allah akan melindungi secara terus menerus (ayat 12).

Allah memberi berkat yang berbeda kepada setiap suku Israel yang ada. Apakah ini berarti ada berkat yang lebih baik bagi satu suku tertentu dibandingkan dengan suku lainnya? Tidak. Hal ini bukan seperti pepatah "rumput tetangga selalu lebih hijau" yang memberikan indikasi bahwa apa yang kita miliki jika dibandingkan dengan milik orang lain, selalu kalah baik. Berkat yang Allah berikan kepada suku-suku bangsa Israel selalu yang terbaik. Bahkan di dalam setiap berkat yang Allah berikan, terdapat tugas dan tanggung jawab yang harus mereka pertanggungjawabkan kembali kepada Allah. Allah memberkati suku-suku Israel supaya mereka dapat menjadi berkat bagi sesama.

Prinsip ini bukan hanya berlaku saat itu dan hanya bagi bangsa Israel saja, tapi tetap berlaku sampai dengan saat ini dan berlaku bagi setiap orang percaya. Masing-masing orang percaya menerima berkat tersendiri dari Tuhan. Kita tidak berhak bertanya mengapa aku tidak mendapatkan seperti yang orang lain dapatkan dari Allah? Oleh karena itu, bersyukurlah atas berkat Tuhan yang Anda terima dan jadilah berkat untuk orang lain.

Renungkan: Jangan bandingkan berkat yang Anda terima dengan berkat orang lain. Jangan gunakan pertimbangan Anda yang terbatas untuk menilai berkat dari Allah. Setiap berkat dari Tuhan selalu yang terbaik bagi Anda dan untuk kebaikan sesama Anda.

(0.52) (Mzm 50:1) (sh: Persembahan syukur (Jumat, 4 Juni 2004))
Persembahan syukur

Persembahan syukur. Tiap orang, tak terkecuali umat Tuhan, cenderung beranggapan bahwa Tuhan dapat dibuat berkenan dengan berbagai pemberian untuk-Nya. Ternyata tidak demikian! Dalam mazmur ini, seisi bumi (ayat 1-6), baik umat-Nya (ayat 7-15) maupun yang bukan (ayat 16-23) diperingatkan tentang kebenaran itu. Perkenan Tuhan tidak dapat dibeli dengan apa pun sebab segala sesuatu adalah milik-Nya dan Ia tidak memerlukan apa pun (ayat 9-13). Sebaliknya, Ia menganugerahkan perjanjian melalui korban sembelihan (ayat 4-5).

Karena itu, tidak ada korban lain yang Allah minta kecuali korban syukur (ayat 14). Hal ini lebih penting daripada korban binatang. Korban syukur adalah respons umat terhadap kebaikan Allah. Korban syukur itu harus diwujudkan melalui sikap hidup sehari-hari. Allah dengan keras mengecam kehidupan orang Israel secara khusus para hamba-Nya yang selalu giat menyelidiki firman-Nya dan berbicara tentang perjanjian-Nya tetapi membenci teguran dan mengesampingkan firman TUHAN (ayat 16-17). Bahkan lebih serius lagi mereka berkawan dengan pencuri dan orang berzinah artinya para rohaniwan itu sudah melebur dengan orang-orang yang melakukan perbuatan yang dibenci Allah (ayat 18-20). Itu sebabnya Allah menggolongkan mereka sama dengan orang kafir yang tidak mengenal Allah.

Firman ini menegaskan bahwa Allah menuntut umat-Nya untuk hidup serasi dengan kegiatan ibadah. Amat mudah orang berlaku munafik seperti yang ditegur Tuhan dalam mazmur ini. Berbagai kegiatan kerohanian boleh jadi tidak murni. Bisa saja hal-hal itu adalah untuk menipu hati nurani sendiri, atau menipu orang lain. Namun Allah tidak dapat ditipu. Allah akan menghukum orang yang meski beribadah namun tetap saja melanggar perintah-Nya dan hidup tidak beda dengan orang kafir (ayat 22-23).

Renungkan: Sikap dan tindakan kita tiap hari, entah adalah korban syukur bagi Allah atau objek kemarahan-Nya.

(0.52) (Ob 1:10) (sh: Menari di atas penderitaan orang lain (Selasa, 18 Desember 2001))
Menari di atas penderitaan orang lain

Menari di atas penderitaan orang lain. Selain keangkuhan, dosa kedua Edom adalah menari di atas penderitaan orang lain. Ketika Israel, saudara kandungnya, sekarat dan berada di ambang kehancuran karena serangan bangsa asing, Edom tidak bergeming sedikit pun untuk membantu. Edom menghina dan bahkan memanfaatkan kehancuran Israel untuk merampok harta kekayaan Israel (ayat 13-14). Hanya orang yang kejam dan tak berperikemanusiaan sajalah yang dapat "menari di atas penderitaan orang lain". Dan bagi Tuhan, hal yang paling pantas diberlakukan atas Edom adalah hukuman.

Namun, sikap seperti Edom bukanlah sikap yang asing dalam kehidupan kita. Kita pun seringkali menemukan orang di sekitar kita, bahkan mungkin kita sendiri, bersikap demikian. Kekejaman dapat terwujud baik dalam sikap pasif maupun tindakan aktif. Secara pasif, kita bisa bersikap kejam tatkala kita melihat orang menderita, tetapi kita menutup mata hati dan mendiamkan orang tersebut walaupun sebenarnya kita bisa melakukan sesuatu untuk menolongnya. Secara aktif, kita bertindak kejam ketika kita "bersukacita" di atas penderitaan orang. Betapa kejamnya orang yang merasa senang jika dapat melipatgandakan penderitaan orang lain.

Kekejaman hanya akan mendatangkan murka-Nya. Sebaliknya, perkenanan-Nya hanya kepada orang yang berbelaskasihan dan melakukan sesuatu untuk mengurangi penderitaannya. Mungkin orang itu menderita karena memang selayaknya menerima hukuman dari Tuhan. Namun, janganlah bersukacita atau menambah penderitaannya. Kepada Edom dan orang-orang yang kejam Tuhan berjanji, "... perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri" (ayat bagi+orang+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">15b).

Renungkan: Tuhan berkenan pada orang yang melakukan kebaikan dan mencerca orang yang berlaku kejam kepada sesama (bdk. Mat. 7:12; 25:31-46). Marilah kita lebih banyak melakukan kebenaran dan kebaikan kepada sesama kita seperti yang diperintahkan Tuhan. Ingatlah bahwa sebelum hari Tuhan itu datang, kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah cara hidup dan konsep hidup yang tidak sesuai firman Tuhan.

(0.52) (Yos 17:13) (full: TIDAKLAH SAMA SEKALI MEREKA ITU DIHALAUNYA. )

Nas : Yos 17:13

Israel gagal memiliki negeri itu sepenuhnya dan mengusir sama sekali orang Kanaan karena dua alasan.

  1. 1) Mereka menginginkan keuntungan dan kemakmuran yang diperoleh dari kerja paksa dan upeti orang-orang Kanaan. Berkompromi dalam kehendak Allah demi kemudahan dan uang berarti menabur benih-benih kemurtadan bagi masa depan (bd. Hak 1:21,27-29; 2:11-13).
  2. 2) Beberapa orang Kanaan dengan "kereta besi" mereka (ayat Yos 17:16-18; Hak 1:19) memiliki perlengkapan senjata yang lebih unggul dari orang Israel yang tidak dapat mereka kalahkan dengan kekuatan sendiri. Mereka mulai kehilangan kepercayaan kepada kuasa Allah mereka untuk mengalahkan musuh mereka (bd. Mazm 20:7-9).
(0.52) (Ayb 17:1) (sh: Bolehkah membela diri? (Minggu, 12 Desember 2004))
Bolehkah membela diri?

Bolehkah membela diri? Kepada siapa anak Tuhan yang menderita boleh berpaling? Tentu kepada Allah, apalagi jika penderitaan itu terjadi bukan karena dosa-dosanya.

Ayub yakin bahwa penderitaannya itu diakibatkan Tuhan menekan dirinya, bukan karena kesalahannya. Sementara para sahabatnya terus menyalahkan dan memojokkan dia. Sekarang Ayub melanjutkan lagi keluhannya terhadap para sahabatnya seraya meminta pembelaan Allah. Ayub percaya Ia akan membela dirinya karena yang dikatakan teman-temannya itu salah. Ayub berani meminta Tuhan menjamin kebenaran dirinya dan menyatakan para sahabatnya bersalah, sebab mereka telah memfitnah dia (ayat 3-5). Di sini Ayub meminta kepada Tuhan agar tudingan dosa itu dibalikkan kepada mereka. Oleh karena, tuduhan itu tidak terbukti, maka merekalah yang harus ganti dituduh! Jadi, walaupun keadaan Ayub yang dituding berdosa itu membuat orang lain menganggap dia hina (ayat 6), bahkan orang jujur tidak dapat mengerti dirinya (ayat bagi+orang+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">8), namun sebagai orang benar, Ayub tak tergoyahkan (ayat 9). Maka Ayub mengajukan argumentasi ke sahabatnya yang berubah menjadi lawannya itu (ayat 10).

Bagi Ayub, kalau ia menyerah kepada tuduhan, itu sama dengan menyerahkan harapannya kepada dunia orang mati, maka ia akan tenggelam dan habis (ayat 13). Sebaliknya, karena Ayub yakin akan ketidakbersalahannya dalam penderitaan, dan percaya akan keadilan Tuhan, maka ia berjuang membela dirinya.

Renungkan: Anak Tuhan tidak perlu membela diri ketika dituduh, karena Kristus sudah membelanya.

(0.52) (Hak 17:7) (jerusalem: dari kaum Yehuda) Kecuali kalau "orang Lewi" di sini nama tugas dan tidak menunjuk orang sebagai anggota suku para imam (dalam Hak 16:30 jelas dikatakan bahwa keturunan orang itu termasuk suku para imam). tidak mungkin orang muda dari Betlehem itu adalah baik orang Lewi maupun "dari kaum Yehuda". Tetapi ia dapat berkediaman di Betlehem sebagai "orang asing yang menetap", Kel 12:48+.
(0.52) (Mzm 15:4) (jerusalem: orang yang tersingkir) Ialah orang fasik yang disingkirkan, dibuang oleh Tuhan
(0.52) (Ayb 8:1) (sh: Logis tetapi salah (Jumat, 3 Desember 2004))
Logis tetapi salah

Logis tetapi salah. Bildad kini ganti berbicara, tajam dan terus terang, langsung memojokkan Ayub. Penderitaan itu tak lain adalah hukuman Allah atas dosa-dosa Ayub. Karena itu, anjurannya sederhana sekali. Bertobat, Allah akan mengampuni dan memulihkan bahkan jauh melebihi kondisi sebelumnya. Alur pemikiran Bildad sederhana, logis, dan tampaknya teologis juga. Begini: Allah tidak mungkin menghukum semena-mena, hanya kepada orang berdosa hukuman itu Ia jatuhkan. Penderitaan adalah wujud hukuman Tuhan. Karena Ayub sedang menderita, berarti Ayub dihukum Tuhan. Jadi jelas bahwa Ayub berdosa.

Ada dua kesalahan Bildad dalam pemikiran itu. Pertama, bila hukuman membuat orang menderita, tidak harus berarti bahwa semua penderitaan adalah hukuman. Bildad tidak memberi tempat bagi tindakan Tuhan yang memang memberatkan hidup manusia namun, bukan sebagai hukuman melainkan alat atau proses pemurnian untuk orang yang dikasihi-Nya. Kedua, menyimpulkan kondisi moral-spiritual seseorang dari kondisi lahiriah yang sedang dialaminya adalah hal keliru (ayat 6). Kondisi moral-spiritual seseorang seharusnya dinilai dari fakta konkret kehidupan moral-spiritualnya bukan dari kondisi lahiriahnya. Bildad jelas menolak evaluasi dari penutur dan dari Allah sendiri tentang integritas Ayub sebab telah meragukan kesucian dan kejujuran Ayub (ayat 6).

Ada tuduhan lain lagi yang dilecutkan Bildad kepada Ayub. Ia menuduh Ayub sombong dan tidak mau merendahkan diri untuk belajar dari orang-orang yang lebih tua dan berpengalaman. Bildad menuduh Ayub sebagai semacam orang muda yang menolak wibawa orangtua, tradisi, guru-guru, orang-orang berhikmat (ayat 8-10). Ini adalah falsafah yang mirip falsafah kita di Timur. Pandangan orangtua dan yang dituakan dianggap menyuarakan pendapat Allah sendiri. Dalam wawasan dunia orang Timur, semakin tua semakin berilmu, semakin bertenaga dalam, semakin menyerupai yang ilahi. Jadi kesalahan menolak Allah pada Ayub itu pastilah karena ia mengabaikan nasihat orang-orang tua.

Renungkan: Jangan-jangan kedangkalan pemahaman Alkitab kita membuat ucapan kita menyakiti hati sesama.

(0.52) (Mzm 14:1) (sh: Siapa yang benar? (Selasa, 18 Februari 2003))
Siapa yang benar?

Siapa yang benar? Kata orang, tidak sulit mencari orang baik. Stok orang baik di dunia masih tersedia banyak. Yang sulit adalah mencari orang yang benar, orang yang memperjuangkan kebenaran, dan yang menegakkan kebenaran. Keadaan inilah yang paling tidak sedang kita rasakan sekarang ini di Indonesia. Orang baik, yang suka menyumbang, yang dermawan, yang suka menolong orang lain memang banyak, tetapi kebanyakan juga sarat dengan tujuan/muatan politis kepentingan diri/kelompoknya alias tidak tulus. Pemazmur pun melihat sekeliling dirinya dan menemukan betapa sedikitnya, atau -- di luar dirinya dan orang percaya -- tidak ada orang benar. Tanda-tanda orang benar tidak ada pada dunia ini, yaitu mengakui Allah dalam hati dan perbuatan mereka (ayat 1), berakal budi dan mencari Allah (ayat bagi+orang+itu+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2), hidup setia, bermoral dan berbuat baik (ayat 3), berbuat yang benar dan tidak menindas umat Tuhan (ayat 4) serta tidak menghina orang yang tertindas (ayat 6). Namun, pemazmur tidak pesimis melihat semuanya ini karena ia mengetahui bahwa Allah beserta dengan orang benar, betapa pun jumlah mereka sedikit, dan hukuman akan menimpa orang bebal (julukan bagi orang yang 'tidak benar') dengan kejutan yang besar (ayat 5). Juga, Tuhan akan memulihkan umat Tuhan yang tertindas, dan mendatangkan keselamatan bagi mereka (ayat 7).

Mazmur ini menuturkan kepada kita bahwa kebebalan menjadi dosa asal segala kejahatan dan penindasan oleh yang berkuasa dan kuat atas yang lemah dan miskin, penyangkalan atas kekuasaan Tuhan dan kehadiran-Nya yang menuntut dan mengadili perbuatan kita. Oleh sebab itu, apabila kita menganggap diri kita "tuan", maka dengan segera akan terjadi penindasan terhadap sesama kita.

Renungkan: "Apakah yang kuat dan berkuasa akan terus menindas yang lemah dan miskin?" Tidak, karena Allah menyertai angkatan "orang benar". Jawaban Allah ini tidak akan menumbuhkan iman kita apabila kita terlibat dalam permainan penindasan ini.

(0.52) (Ams 18:1) (sh: Ingin batu atau roti? (Senin, 7 Agustus 2000))
Ingin batu atau roti?

Ingin batu atau roti? Permasalahan tentang kata-kata kembali diperhadapkan kepada kita oleh Amsal, walau kali ini penulis Amsal tidak menyebutkan secara langsung tapi lebih banyak menyebut bibir dan mulut sebagai organ manusia yang dipakai untuk berkata-kata.

Bila dalam bagian yang lalu, perkataan dihubungkan dengan dampaknya terhadap orang lain, kini perkataan lebih banyak dihubungkan dengan orang yang mengeluarkan perkataan tersebut. Penulis berusaha menyadarkan dan meyakinkan pembacanya bahwa mereka tidak bisa sembarangan berkata-kata. Sebab dalam kegagalan atau kesuksesan, kemalangan atau keuntungan, bahkan kehidupan atau kematian, perkataan seseorang mempunyai andil. Dengan kata lain berhati-hatilah, pertimbangkan masak-masak, pahami permasalahan dengan benar dan teliti sebelum berkata-kata (13). Ingatlah bahwa salah berkata-kata dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan antar manusia atau gejolak sosial dalam masyarakat (6). Dan bagi orang yang salah berkata-kata, risiko yang harus ia tanggung sangat berat yaitu nyawanya sendiri. (7). Namun kenyataannya, banyak orang yang tidak memahami pengajaran tentang berbahayanya lidah. Sehingga mereka senang berbicara berdasarkan perasaannya saja dan tidak berdasarkan pengertian. Ia tidak peduli apakah yang dikatakan itu ada maknanya atau tidak bagi orang lain (2). Dengan kata lain ia hanya senang mendengar perkataannya sendiri.

Pelajaran apa yang kita dapatkan dari uraian di atas? Seorang yang berkata-kata adalah seperti seseorang yang melemparkan sebuah benda yang diikat dengan karet panjang dan ujung karet itu diikatkan pada lehernya. Ketika benda itu dilempar, karet akan teregang hingga maksimal, setelah itu karena kelenturannya, karet itu akan menarik kembali benda itu dan pasti benda itu akan mengenai orang itu sendiri. Jika orang itu berhikmat, maka benda yang dilempar itu bukanlah batu ataupun potongan besi, melainkan roti, buah, atau hal-hal yang lain yang tidak akan menyakitinya namun memberikan kesenangan dan kenikmatan. Dengan kata lain, perkataan seseorang bersifat mengikat orang itu (7), ia tidak akan dapat melepaskan diri dari apa yang pernah ia ucapkan, entah itu perkataan baik atau buruk.

Renungkan: Apakah Anda akan terhantam oleh batu atau roti yang berbalik? Anda yang tahu!

(0.52) (Yos 7:11) (ende)

Njatalah, bahwa beberapa orang melanggar haram itu. Itu harus dipulihkan kembali dengan "menjutjikan diri" (Yos 7:13), termasuk mengembalikan barang haram itu. lalu satu orang dari antara jang bersalah (Yos 7:20) dengan segala miliknja harus dibinasakan (Yos 7:15) akan pemulihan dosa itu.

(0.52) (Mzm 92:1) (sh: Syukur bagi Tuhan. (Jumat, 6 November 1998))
Syukur bagi Tuhan.

Syukur bagi Tuhan.
Menyanyikan syukur dan mazmur serta memberitakan kasih setia Allah dari pagi sampai malam wajib dilakukan setiap orang percaya. Inilah respons orang percaya terhadap inisiatif Allah yang menghadirkan sukacita dan damai sejahtera melalui pekerjaan-pekerjaan ajaib tangan-Nya. Apa yang telah Allah wujudkan adalah kesukaan yang memberikan kita kekuatan untuk mengatasi berbagai problema hidup, kedukaan, putus asa, ketakutan, kebimbangan, dlsb. Orang yang mengerti karya besar Allah dalam hidupnya tanpa dikomando, akan menaikkan puji-pujian terus-menerus kepada Allah.

Manfaat menyanyikan syukur dan mazmur bagi Tuhan. Disadari atau tidak sering orang menganggap seolah-olah kehidupan ini berjalan dengan sendirinya. Kebiasaan ini tanpa terasa telah menarik orang bersikap terhadap Allah tanpa penghayatan mengakui dan mensyukuri bahwa Tuhanlah sebenarnya yang memberi kesempatan kepada manusia untuk berusaha dan bekerja memenuhi kebutuhannya. Orang seperti itu tidak mengerti makna terdalam bersyukur dan bermazmur bagi Tuhan.

Renungkan: Bersyukur dan bermazmur bagi Tuhan merupakan suatu kewajiban orang percaya. Dengan memuji Tuhan kita belajar memikirkan fakta-fakta keagungan dan kebesaran Allah, dan melihat dalam diri kita terang kemuliaan-Nya.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA