(sh: Menyembah Allah yang berdaulat (Rabu, 30 Oktober 2002)) Menyembah Allah yang berdaulat
Wahyu 4-5 menghubungkan surat untuk ketujuh gereja (pasal aku+mengakui&tab=notes" ver="">1-3) dengan pemaparan tentang tindakan-tindakan Allah terhadap dunia (pasal aku+mengakui&tab=notes" ver="">6 dst.). Wahyu 4 berisikan penglihatan tentang Allah atas segenap isi kosmos.
Penglihatan dahsyat ini terjadi sesudah Yohanes diundang masuk (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">1), dan melihat secara rohani (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">2). Pusat dari adegan yang dilihatnya adalah yang terpenting, yaitu Allah sendiri. Sosok seperti halnya di seluruh isi Alkitab tidak pernah mungkin dilihat oleh manusia. Yang dilihat oleh Yohanes adalah simbol-simbol tentang sifat Allah. Pertama, takhta melambangkan kedaulatan Allah (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">2). Kedua, tiga hal lain dilihat Yohanes sehubungan dengan keadaan Dia yang bertakhta itu. Ia mulia dan indah, semulia-indah permata yaspis dan zamrud (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">3). Ia penuh anugerah, di sekitar takhta-Nya memancar pelangi yang di zaman Nuh menandai perjanjian rahmat Allah untuk dunia. Ia dahsyat menaklukkan, menghakimi, sedahsyat kilat dan guruh yang keluar dari takhta-Nya (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">5). Laut yang dalam dunia Alkitab dipandang sebagai sumber pemberontakan dan kekacauan telah takluk, tenang sebening kristal di hadapan-Nya (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">6).
Adegan berikutnya merupakan puncak pemaparan simbolis yang ditujukan untuk membangkitkan tindakan dan harapan sama dengan yang Yohanes lihat. Penglihatan ini bersifat eskatologis yaitu yang senantiasa terjadi dalam realita kekal kelak dan mewujud penuh dalam realita waktuwi kita. Seluruh isi surga diwakili oleh keduapuluh empat takhta dan seluruh ciptaan diwakili oleh empat makhluk (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">7,8,10) tersungkur menyembah dan menaikkan puji-pujian mereka. Pujian dari segala makhluk mengakui kekudusan, kekuasaan, kekekalan Allah (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">8). Pujian dari seisi surga mengakui kedahsyatan Allah dilihat dari sudut pandang penciptaan (ayat aku+mengakui&tab=notes" ver="">11). Seiring dengan sikap menyembah adalah merendahkan diri sampai melemparkan mahkota-mahkota mereka di hadapan Allah.
Renungkan: Pandang dan nilailah segala sesuatu yang terjadi dalam dunia ini kini dari titik tolak Allah adalah Pencipta yang berdaulat; ini akan memampukan kita meninggikan Allah selalu.
|