Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 2421 - 2440 dari 2686 ayat untuk Ke (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10) (Yoh 11:17) (sh: Akulah kebangkitan dan hidup (Minggu, 3 Maret 2002))
Akulah kebangkitan dan hidup

Lazarus telah mati selama 4 hari ketika Yesus tiba. Tentu mayatnya sudah membusuk. Ketika Ia tiba di sana, baik Marta maupun Maria menyayangkan keterlambatan Yesus (ayat 21,32). Marta percaya akan kebangkitan orang mati di akhir zaman (ayat 24) dan bahwa permintaan Yesus akan dikabulkan Allah (ayat 22). Namun, iman Marta tetap tidak jelas sebab kata “minta” yang dipakainya sama dengan kata yang dipakai secara umum untuk doa orang banyak, bukan kata “doa” yang dipakai Yesus dalam doa-Nya. Meski demikian, ada iman sejati dalam mereka. Yesus memimpin mereka agar memahami bahwa Ia sendirilah kebangkitan dan hidup. Ia tidak saja berbicara bahwa Ia bisa membangkitkan orang mati atau tentang kebangkitan di akhir zaman. Ia menyatakan diri-Nya sebagai pembangkit rohani dan jasmani, kini dan kelak.

Di depan kubur Lazarus, Yesus menjadi masygul. Arti kata itu secara harfiah dalam Yunaninya adalah marah. Jadi, Yesus bukan sekadar sedih seperti manusia biasa. Memang ia menangis sebab ia bersimpati dengan kesedihan Marta dan Maria. Tetapi, mengingat pusat perhatian kisah ini adalah pada hidup, arti paling tepat adalah Yesus marah terhadap “maut”, musuh hidup yang terdahsyat. Itu sebabnya Yesus marah karena maut telah mencengkeram Lazarus. Ia pun bersedih bersama mereka yang menangis karena kasih-Nya. Yang Yesus buat kemudian adalah puncak dari mukjizat-mukjizat- Nya. Dengan firman-Nya, Yesus bukan saja menghidupkan Lazarus, namun juga memulihkan jasad yang busuk itu. Ini menyatakan bahwa Ia tidak sekadar berbuat mukjizat. Ia menciptakan yang baru dari hidup yang sudah tiada.

Renungkan: Bila firman sang kebangkitan telah berseru ke dalam hidup kita, tiada lagi tanda-tanda kematian mampu bertahan dalam kita.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 4

Yosua 5:9-12

II Korintus 5:16-21

Lukas 15:11-32

Mazmur 34:1-8

Lagu:

Kidung Jemaat 367

(0.10) (Yoh 12:1) (sh: Persiapan penguburan Yesus (Selasa, 5 Maret 2002))
Persiapan penguburan Yesus

Walau tahu bahwa pemimpin Yahudi dan kroni-kroninya merencanakan pembunuhan terhadap diri-Nya, Yesus tetap kembali ke Yerusalem enam hari sebelum hari Paskah. Sebelum sampai di Yerusalem, Ia singgah dahulu di rumah sahabat-sahabat-Nya di Betania, kakak beradik Lazarus, Maria dan Marta. Pesta yang diselenggarakan di Betania (ayat 2) adalah pesta ucapan syukur atas kebangkitan Lazarus dari kematian. Kota Betania dan nama Lazarus ditegaskan sampai dua kali. Hal ini menegaskan bahwa penampilan Lazarus dan peristiwa spektakuler itu sungguh menggemparkan kota Betania.

Marta seperti biasa sangat bersemangat untuk mempersiapkan segala sesuatunya supaya pesta itu terlaksana dengan baik. Dua tokoh yang menjadi pusat perhatian adalah Maria dan Yudas. Kontras di antara keduanya sangat menonjol. Bertentangan dengan peraturan orang Yahudi, Maria duduk di kaki Yesus. Itu menandakan bahwa ia memposisikan dirinya sebagai murid Yesus dan Yesus menerimanya. Lalu Maria mengungkapkan kasihnya kepada Yesus melalui persembahan minyak yang mahal yang dipakainya untuk mengurapi kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Sungguh suatu tanda syukur dan pengagungan kepada Yesus. Perbuatannya itu disebut Yohanes sebagai pengurapan, diartikan oleh Yesus sebagai persiapan bagi penguburan-Nya. Mungkin sekali Maria sendiri tidak menyadari bahwa perbuatannya itu diartikan Yesus sebagai persiapan penguburan-Nya.

Tokoh kedua adalah Yudas. Yudas memandang bahwa pengurapan minyak wangi yang mahal merupakan pemborosan (ayat 5). Yudas sesungguhnya selama ini tidak pernah peduli terhadap orang-orang miskin. Kali ini ia ingin seolah-olah menunjukkan simpatinya terhadap orang-orang miskin. Ia mengritik perbuatan Maria. Tetapi, sebagaimana sikap dan tindakan Kayafas dan Maria mengungkapkan motif mereka yang sesungguhnya, reaksi Yudas ini pun membongkar keserakahan dan kepentingannya sendiri. Yudas sering mencuri uang kas yang dipegangnya (ayat 6). Ini membuat semakin nyata betapa besar pengorbanan kasih Maria.

Renungkan: Iman sejati betapa pun kecilnya akan terungkap dalam perbuatan kasih. Adakah pengorbanan kita terhadap Yesus yang terlalu besar?

(0.10) (Yoh 12:44) (sh: Firman Tuhan yang menghakimi manusia (Minggu, 10 Maret 2002))
Firman Tuhan yang menghakimi manusia

Sabda Yesus yang sangat tajam disampaikan pada penampilan terakhir-Nya di muka umum. Mulai pasal 13, Ia hanya bertemu dan berbicara eksklusif dengan para murid-Nya. Seluruh ucapan terakhir-Nya ini bukan lagi undangan agar percaya, tetapi peringatan akan penghukuman Ilahi bagi mereka yang menolak Dia. Dalam bagian ini, Yesus menelanjangi dua kelompok orang tidak beriman. Pertama, mereka yang mendengar sabda-Nya, namun tidak menaatinya (ayat 47). Contohnya adalah kelompok yang mengizinkan dorongan untuk beriman dikalahkan oleh dorongan untuk diterima manusia (ayat 42-43). Kedua, mereka yang terus-menerus menolak Yesus dan ajaran-Nya (ayat 48). Mereka akan dihakimi oleh firman Yesus sendiri di akhir zaman.

Janji dan firman yang sama yang mengandung hidup adalah juga peringatan dan hakim bagi mereka yang tidak hidup di dalam-Nya. Ucapan ini sebenarnya bukan saja peringatan keras, tetapi juga menegaskan wibawa Ilahi dan kuasa kekal firman yang Yesus ucapkan. Dengan kata lain, kini penegasan akan ke-Allah-an Yesus dinyatakan di dalam peringatan tentang hukuman ini. Di akhir zaman kelak setiap mulut akan mengaku, setiap lutut akan bertelut bahwa Yesus sungguh Tuhan (Flp. 2:10), entah pengakuan itu lahir dari kesukaan iman atau karena ketakutan orang tanpa iman.

Peringatan ini bukan saja berlaku bagi orang-orang bukan Kristen. Wajib kita memeriksa diri apakah kita sudah sungguh hidup sepenuhnya dalam ketaatan pada firman-Nya.

Renungkan: Kesatuan Kristus dengan Allah membuat-Nya memiliki hak dan wibawa mengucapkan firman yang menuntut pengambilan sikap yang jelas oleh para pendengar-Nya.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 5

Yesaya 43:16-21

Filipi 3:8-14

Lukas 22:14-30

Mazmur 28:1-3,6-9

Lagu:

Kidung Jemaat 362

PA 1

Yohanes 12:20-26

Perikop ini adalah kelanjutan dari peristiwa yang menggemparkan saat Yesus masuk kota Yerusalem. Di antara orang-orang yang akan ke Yerusalem untuk beribadah terdapat orang-orang Yunani. Mereka adalah orang-orang non-Yahudi yang sudah memeluk agama Yahudi, percaya kepada Yahweh, Allah yang hidup, dan menaati hukum Taurat. Mereka telah meninggalkan kepercayaannya yang lama, tidak lagi menyembah berhala nenek moyang mereka. Kelompok orang seperti ini dapat ditemui di PB: Kornelius perwira tentara Romawi, yang takut akan Allah (Kis. 10-11) dan Lidia penjual kain ungu yang bertemu rasul Paulus di Filipi (Kis. 16:14). Kelompok orang Yunani ini ingin sekali bertemu dengan Yesus. Mereka tidak berani langsung bertatap muka dengan-Nya. Tetapi, mereka minta pertolongan Filipus karena Filipus adalah nama Yunani. Ternyata harapan mereka tidak salah. Filipus meresponi dan menyampaikan maksud baik itu kepada Andreas. Mereka berdua lalu datang kepada Yesus.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Siapakah orang-orang Yunani yang ingin bertemu dengan Yesus? Mengapa mereka tidak langsung bertemu dengan Yesus, tetapi harus melalui perantara, yaitu Filipus? Mengapa mereka memilih Filipus untuk menjadi penyambung lidah mereka (ayat 21)?

Bagaimana sikap Yesus terhadap permohonan orang Yunani yang disampaikan oleh Filipus dan Andreas (ayat 23-24)? Apa maksud Yesus dengan ucapan-Nya tentang sebiji gandum yang jatuh ke tanah, mati, dan berbuah banyak (ayat 24)? Apa hubungan ucapan itu dengan keberhasilan dan perluasan misi-Nya? Dengan syarat menjadi murid-Nya?

Dengan memperhatikan peristiwa-peristiwa sebelum ini, mengapa orang banyak tetap tidak paham dan tidak mengakui Yesus? Mengapa Yesus tidak memenuhi keinginan mereka agar Dia bicara lebih jelas? Pelajaran apa yang kita lihat di sini tentang prinsip pertumbuhan rohani? Tentang prinsip menghadapi penyoalan orang terhadap Injil?

Kemuliaan macam apakah yang Yesus terima? Jelaskan konsep kemuliaan dari ucapan Yesus dalam bagian ini! Apa dampak memiliki konsep seperti itu ke dalam hidup kita?

(0.10) (Yoh 13:36) (sh: Mewujudkan kasih (Jumat, 15 Maret 2002))
Mewujudkan kasih

Pernyataan Yesus bahwa Ia akan pergi mengganggu pikiran Petrus. Melihat pernyataannya bahwa ia sedia mati bagi Yesus (ayat 37), mungkin motifnya bertanya (ayat 36) adalah karena ia ingin pergi bersama Yesus, sebagai wujud dari kasihnya kepada Yesus. Bukan saja Yesus tidak menjawab pertanyaan tersebut, Yesus malah menyatakan bahwa Petrus tidak dapat pergi bersama-Nya. Tidak bisa atau tidak boleh? Bukan tidak boleh sebab Tuhan tidak melarangnya. Petrus tidak bisa pergi ke tempat Yesus pergi terutama disebabkan oleh ketidaksiapan Petrus sendiri. Yesus sudah tahu bahwa sebaliknya dari setia sampai mati mengikuti Yesus, Petrus kelak akan menyangkali Dia. Tetapi, karena anugerah Allah, ketidakmampuan mewujudkan kasih kepada Tuhan Yesus ini hanya terjadi sementara saja. Akan datang saat ketika Petrus akan bersama-sama dengan Yesus sesudah Yesus bangkit, dan Petrus menerima Roh Kudus memenuhi hidupnya, dan kelak kekal di surga.

Setelah mendengar ucapan Yesus yang membedah keadaan secara radikal, Petrus bukannya menerima, tetapi malah menonjolkan kekuatan kemauannya sendiri. Petrus menegaskan kasih yang berasal dari kekuatan kemauannya sendiri. Kasih sedemikian, meski dalam batas tertentu baik, tidak cukup untuk mengikuti Yesus. Andaikan pun Petrus tidak akan menyangkali Yesus lalu mati bagi Yesus seperti yang diucapkannya waktu itu (ayat 37), itu tidak berasal dari kasih Ilahi, melainkan lahir dari kemauan sendiri untuk membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi murid yang baik. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Petrus dan para murid lainnya mencampuradukkan motif kemuridan dengan keinginan diri masing- masing. Ketaatan dan ketergantungan kepada Tuhan jelas bukan hal yang utama di dalam diri mereka saat itu.

Meski menyakitkan bagi telinga dan hati Petrus, jawaban Yesus adalah anugerah. Memang ucapan itu adalah nubuat tentang kegagalan yang Petrus akan buat, tetapi peringatan itu keluar dari kasih kekal Tuhan yang kelak memulihkan dan memungkinkannya untuk mewujudkan kasih kepada Yesus secara benar.

Renungkan: Sumber kekuatan untuk setia dan mengasihi Tuhan tidak terletak pada sifat kodrati kita, tetapi pada Tuhan yang akan menolong kita tahap demi tahap.

(0.10) (Yoh 18:28) (sh: Penjahat (Rabu, 27 Maret 2002))
Penjahat

Tuhan dianggap penjahat? Begitulah yang terjadi! Bukan karena Dia jahat, tetapi justru karena Dia baik. Orang baik banyak yang masuk ke dalam penjara karena kebaikan mereka. Orang jahat tak senang kepada orang baik karena kehadiran orang baik mengungkap kejahatan mereka. Itulah yang kini terjadi pada Tuhan. Orang banyak itu bahkan adalah orang-orang beragama. Mereka menaati hukum yang mencegah mereka berbuat najis (ayat 28), namun sekaligus malah merencanakan kejahatan terhadap Yesus. Hanya iblis yang bisa menuduh Tuhan jahat. Dengan tuduhan sejahat itu, jelaslah betapa jahatnya iblis dan para pengikutnya.

Raja. “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja,” kata Yesus kepada Pilatus, sang wakil kaisar Roma untuk jajahannya di Yudea (ayat 37). Penjahat menghakimi dengan ukuran kejahatannya, namun seorang raja yang benar menghakimi dengan keadilan. Yesus datang untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Ia adalah raja yang baik dan sempurna atas kerajaan yang surgawi. Tak heran bila dalam dialog tentang raja dan kerajaan itu, kebodohan dan kegelapan hati dan pikiran Pilatus ditelanjangi. Ia tidak tahu apa itu kebenaran, walaupun ia memegang kuasa untuk menjadi hakim. Yesus yang disengsarakan itu yang akan menghakimi semua orang yang berbuat jahat, termasuk Pilatus. Saat itu pun Yesus telah menghakimi Pilatus. Pilatus seharusnya bijak membuat keputusan. Namun, hatinya yang bercabang membuatnya tak berdaya. Keputusan salah boleh diambil hakim dunia ini, namun di tangan Allah semua keputusan harus tunduk pada rencana dan keputusan Ilahi.

Renungkan: Ketika kejahatan semakin meluas, bahkan juga dilakukan oleh para pemimpin, pengikut Kristus harus berani berkorban demi terungkapnya kejahatan dan terpancarnya kebenaran.

(0.10) (Yoh 21:20) (sh: Ikutlah Aku! (Minggu, 7 April 2002))
Ikutlah Aku!

Kalau sebelumnya Tuhan menubuatkan penyangkalan dan pemulihan Petrus (ayat 13:37-38), kini Tuhan menubuatkan bahwa Petrus akan menggenapi ucapan untuk sedia mati bagi Tuhan, tetapi dalam rencana dan anugerah Allah. Kini saatnya Petrus belajar taat dan mengasihi Tuhan secara penuh bahkan dengan risiko mati sekali pun. Tak seorang pun manusia mudah menerima kematian begitu saja. Petrus pun perlu anugerah dan waktu untuk dapat menerima hal tersebut. Gembalanya yang baik telah digiring ke pembantaian untuknya. Petrus pun mendapat kehormatan untuk mati karena Tuhannya. Dalam tradisi Gereja, dituturkan bahwa Petrus mati disalibkan dalam posisi terbalik, kepala di bawah kaki di atas karena merasa tidak layak disalib dalam posisi sama seperti Tuhannya.

Murid yang dikasihi Yesus tidak lain adalah Yohanes sendiri. Bila ditilik dari sejarah, maka Yohanes telah mencapai usia lanjut pada waktu itu dan mati lama kemudian sesudah uzur. Agaknya Petrus ingin tahu apa yang akan dialami oleh Yohanes di masa yang akan datang (ayat 21). Tetapi, jawaban untuk Petrus jelas, “tetapi engkau ikutlah Aku” (ayat 22). Yesus ingin mengingatkan Petrus sesudah ia dipulihkan, bahwa untuk mengikut Yesus orang tak boleh terpengaruh kondisi atau keadaan orang lain. Mungkin ada yang mengalami kehidupan mudah, sementara yang lain harus menderita. Mengikut Yesus haruslah dengan sebulat hati, apa pun risikonya. Orang juga harus setia pada tugas apa pun yang Tuhan percayakan. Petrus dipercaya sebagai ‘gembala domba’ sementara Yohanes menjadi saksi akan karya Yesus.

Renungkan: Kemuliaan kita bukan terletak pada kemudahan dalam ukuran manusia. Entah menderita sampai mati atau hidup sambil ambil bagian dalam derita, kita dipanggil untuk menjalaninya dengan suka dan setia.

Bacaan untuk Minggu Paskah 2

Kisah Para Rasul 5:12-16

Wahyu 1:9-13,17-19

Yohanes 21:1-14

Mazmur 149

Lagu:

Kidung Jemaat 408

PA 5 Yohanes 21:15-25

Tugas terberat yang harus dijalani seorang pemimpin ialah memastikan bahwa estafet kepemimpinan untuk menggenapi misi dan menjalankan tugas-tugas terkait berjalan baik. Kesulitan bisa disebabkan beberapa faktor. Faktor beratnya tugas bisa merupakan sebab pertama. Faktor kekurangmampuan orang adalah sebab lainnya. Faktor kelebihan pemimpin dalam kemampuan dan integritas dirinya pun bisa menjadi sebab sulitnya pengalihtugasan terjadi dengan baik karena kesenjangan dengan kader yang disiapkan terlalu lebar. Ketika Tuhan Yesus memandatkan penyebaran Injil keselamatan kepada para murid-Nya, ketiga faktor tersebut hadir dan dapat menyulitkan kelangsungan misi Yesus di dunia. Namun demikian, di bagian akhir catatan Yohanes, kita menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyingkirkan semua masalah tadi.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Kesenjangan apa saja yang ada antara Yesus dan kondisi para murid? Hal-hal apa dalam diri Yesus yang bisa membuat para murid-Nya sulit untuk meneruskan pola pelayanan-Nya? Hal-hal apa dalam diri para murid yang masih bisa merintangi mereka menerima misi dari Tuhan?

Bagaimana kondisi para murid waktu itu (ps. 20-21)? Pikirkan juga kondisi masing-masing murid seperti Tomas, Petrus, dan Yohanes. Hal apa yang kita pelajari tentang sifat dan cara Yesus meyakinkan mereka tentang Yesus sebagai sumber tak terbatas baik bagi kekurangan mereka maupun dalam tugas mereka kelak? Begitukah juga kita menempatkan Yesus dalam pelayanan kita?

Apa problem Petrus dan apa tugas yang Tuhan ingin percayakan kepadanya? Bagaimana isi dan cara bertanya Tuhan membimbing Petrus menuju pertobatan dan pemulihan sejati? Mengapa Yesus bertanya sampai tiga kali? Apa maksud Yesus mengubah dari kasih Ilahi dalam dua yang pertama ke kasih kodrati dalam yang terakhir? Apa yang Petrus sadari sampai ia menangis?

Bagaimana urutan prioritas yang harus Petrus jalani: mati bagi Tuhan, mengasihi Tuhan, setia mengikut Tuhan, dan menggembalakan menjalani misi dari Tuhan? Bagaimana Anda melihat para pelayan Tuhan kini melihat hal tersebut?

Pengantar Mazmur 93-111

Menurut tradisi orang Yahudi dalam Midrash Tehillim, “Seperti Musa memberi lima kitab taurat untuk Israel, demikian pun Daud memberi lima kitab mazmur untuk Israel.” Kelima bagian tersebut adalah pasal 1-41, 42-72, 73-89, 90-106, dan 107-150. Dengan demikian, bacaan kita kali ini terambil dari bagian akhir kitab IV dan permulaan kitab V. Bila struktur isi kitab I-III menegaskan kegagalan perjanjian dengan garis kerajaan Daud yang berakhir dalam pembuangan, kitab IV-V adalah respons terhadap kegagalan teresebut. Jadi, kitab IV dan V menekankan pemerintahan Allah. Di dalam tema utama inilah kita jumpai mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dalam pasal 93-99, sedangkan pasal 100-111 terdiri dari berbagai mazmur yang juga menekankan berbagai aspek sifat dan tindakan Allah terhadap umat-Nya atau yang menyerukan berbagai respons setimpal umat terhadap sifat-sifat Allah.

Mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menegaskan bahwa yang sesungguhnya Raja adalah Allah. Pasal 94 yang tidak secara eksplisit menyebut Allah sebagai Raja, menekankan sisi Allah sebagai Hakim dan berfungsi mengikat mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dengan Mazmur 90-92. Hal ini penting sebab salah satu tekanan dari ke-Raja-an Allah adalah penegakan keadilan dan kebenaran. Tujuan kitab IV adalah menjawab krisis yang dialami Israel di pembuangan dan mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menjadi pola konsep bagi pembangunan kembali umat yang pulang dari pembuangan.

Allah sang Raja sejati itu memerintah kekal, adil, benar, menaklukkan dan menghukum kejahatan, memerintah bukan saja Israel, tetapi seluruh kosmos dengan serasi. Saat Anda merenungkan mazmur-mazmur tersebut, Anda akan menemukan tema-tema tertentu yang diulang tentang sifat Allah dan sifat pemerintahan-Nya, dengan masing- masing pasal menekankan hal tertentu tentang ke-Raja-an Allah. Dengan Allah sebagai Raja, tidak saja ada harapan bagi dunia ini, tetapi juga ada kehidupan umat yang penuh pujian dan pengabdian. Kita segera sadar bahwa mazmur-mazmur ini menghidupkan pengharapan pada penggenapan eskatologis Kerajaan Allah ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya kelak.

Mazmur-mazmur berikutnya adalah respons terhadap pengakuan bahwa Allah adalah Raja. Karena tema Allah sebagai Raja merupakan poros teologis seluruh mazmur, maka tema tersebut dan respons terhadapnya kita jumpai pula dalam pasal 100-111.

Mazmur 100 menggemakan pasal 2, dan mewakili seluruh mazmur berikutnya yang menyerukan penyembahan sepenuh hati kepada Allah saja. Mazmur 101-102 adalah ratapan agar ketaatan kepada Allah menjadi semangat utama para pemimpin umat. Mazmur 103-106 merefleksi balik pada model kepemimpinan Allah dalam zaman Musa. Mazmur pembuka kitab V, yaitu pasal 107, memaparkan kepada umat tentang kasih setia Allah yang kekal, sebagai tema yang juga bergema dalam sisi lainnya di pasal 108 dan 109.

Pemerintahan Allah itu beroleh wujud di dalam raja mesianis di pasal 110 dan yang diresponi dalam ucapan syukur dalam pasal 111. Respons kepada Allah itu tidak saja menekankan kelayakan Allah dalam kemuliaan dan kebaikan-Nya untuk menerima penyembahan dan pengabdian umat, tetapi sekaligus juga memberi kerangka bagi umat untuk beroleh jati diri yang benar untuk hidup tepat dalam dunia ini (bdk. pasal 103). Respons tersebut bahkan mencerminkan keteraturan dunia yang diatur Allah seperti yang secara puitis diungkapkan dalam bentuk akrostik yang sangat indah dalam pasal 111 dan 112 (baris-baris puisi dalam kedua mazmur ini dimulai dengan abjad-abjad Ibrani dalam urutannya).

Ketika Anda mendalami makna mazmur-mazmur ini, ingatlah untuk selalu mengaitkan perspektif Allah Israel dengan Allah di dalam Yesus Kristus dan kita sebagai Gereja. Ingatlah juga untuk menempatkan mazmur-mazmur ini dalam rentang waktu konteks zaman itu sambil mengikutsertakan kondisi kita kini dan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah kelak.

Di dalam Kristus yang telah mati, bangkit, memerintah di surga, dan kelak akan datang kembali untuk mewujudkan pemerintahan total dan kekal Allah atas segala sesuatu, kita belajar meresponi kenyataan dunia sehari-hari kini dengan takut akan dan kasih kepada Allah, syukur dan percaya kepada-Nya, memiliki pengharapan yang hidup akan kemenangan-Nya yang mengalahkan mutlak semua anasir kejahatan. Dengan demikian, dalam perspektif tema mazmur-mazmur ini, kita sudah mulai menghayati hidup sebagai ibadah yang hidup bagi Sang Raja dalam suasana surgawi.

(0.10) (Kis 2:14) (sh: Argumen pertama (Senin, 9 Juni 2003))
Argumen pertama

Orang-orang Yerusalem bertanya, mengapa para murid dapat melakukan hal-hal seperti itu? (ayat 12, 15). Petrus menjawab pertanyaan ini dengan kutipan dari Yoel 2:28-32. Perlu kita perhatikan bahwa Petrus tidak menggunakan kata "digenapi". Tidak semua hal dalam nas yang dikutipnya terjadi pada hari itu. Tidak ada perubahan pada matahari atau bulan, dan Roh Allah baru dicurahkan ke sejumlah orang saja, belum kepada seluruh manusia. Tetapi yang dinyatakan Petrus adalah bahwa yang terjadi sekarang adalah seperti apa yang dijanjikan Allah melalui nubuat nabi Yoel. Bahwa sekarang mereka, Petrus, para murid lain dan orang- orang Yahudi yang mendengarkan, telah berada pada "hari-hari terakhir" (ayat 17). Bahwa melalui berbagai orang termasuk para budak dan anak-anak, Allah mencurahkan Roh-Nya (ayat 17-18). Ini luar biasa karena di dalam dunia PL, Roh hanya tercurah kepada orang-orang tertentu saja, dan pada saat-saat tertentu. Yang penting di sini adalah bahwa pada saat-saat seperti itu mereka yang berseru kepada Allah akan diselamatkan (ayat 21).

Kata-kata nabi Yoel yang dikutip oleh Petrus di hadapan orang-orang Israel ini mengandung janji, bahwa mereka yang mau berseru kepada Allah akan diselamatkan dan bahkan menerima pencurahan Roh-Nya. Mereka yang mau percaya akan menjadi bagian dari umat Allah yang bertahan dan terus memberitakan pernyataan Allah pada hari-hari yang terakhir. Dengan percaya kepada Yesus Kristus, yang menjadi pokok pembicaraan Petrus selanjutnya, tiap orang akan menjadi bagian dari penggenapan janji yang indah ini. Sesungguhnya, hari-hari terakhir itu adalah sekarang, dan kita hidup di dalamnya. Siapa dan apapun kita, karena iman Roh Kudus kini bekerja di dalam diri kita.

Renungkan: Alasan pertama mengapa seorang Kristen bersaksi adalah karena Roh Kudus hadir dalam hatinya, sesuai dengan janji Allah.

(0.10) (Kis 4:32) (sh: Mengasihi Tuhan, memberi kepada sesama (Selasa, 17 Juni 2003))
Mengasihi Tuhan, memberi kepada sesama

Allah mengasihi kita, manusia berdosa, dan Ia menunjukkan kasih- Nya kepada kita melalui pengurbanan-Nya di kayu salib. Don Richardson utusan Injil ke Papua berhasil mengadaptasi budaya "anak perdamaian" masyarakat Papua untuk mengkomunikasikan kebenaran ini. Don Richardson menyampaikan berita Injil bahwa Tuhan telah memberikan putra tunggal-Nya Yesus Kristus kepada manusia untuk mendamaikan manusia dengan diri-Nya. Pengurbanan Allah yang besar merupakan wujud kasih-Nya kepada kita.

Orang Kristen mula-mula, seperti Barnabas, memiliki kasih yang besar kepada Tuhan dan sesamanya. Itu sebabnya mereka rela membagikan harta milik mereka tanpa pamrih. Tidak mudah untuk menganggap harta milik pribadi sebagai harta milik bersama karena bukankah lebih mudah jika harta bersama diperlakukan sebagai harta pribadi? Inilah sifat dosa yang tersisa dalam diri kita.

Tuhan berwawasan luas sekaligus pribadi. Ia mengasihi dan menjaga kita satu per satu, namun secara pribadi Ia berelasi dengan kita, seakan-akan di dunia ini tidak ada orang lain kecuali kita. Mata-Nya memandang semua umat manusia dan rencana keselamatan-Nya untuk semua, bukan hanya kita. Ia bekerja melalui kita untuk semua dan Ia menginginkan agar kita menjadi saluran berkat, bukan penampung berkat.

Tuhan menyenangi dan mengasihi anak-anak-Nya yang berhati luas; Ia tidak menyukai hati yang sempit. Hati yang luas adalah hati yang memandang kepada Tuhan, bukan manusia. Kadang kita tidak rela memberi sebab kita mengarahkan mata pada calon penerima; ingatlah bahwa penerima akhir pemberian kita adalah Tuhan sendiri.

Renungkan: Tuhan memberi, bukan sekadar menitipkan, namun Ia pun meminta kita untuk memberi, bukan sekadar menitipkan.

(0.10) (Kis 5:12) (sh: Beriman meski tidak melihat (Kamis, 19 Juni 2003))
Beriman meski tidak melihat

Kekristenan bukanlah filsafat manusia; kekristenan adalah iman pada Allah yang hidup yang telah menyatakan diri-Nya melalui Yesus Kristus. Kekristenan adalah respons kepada inisiatif Allah yang menjangkau manusia untuk membebaskannya dari hukuman dosa. Kekristenan adalah persekutuan -- hidup dekat -- dengan Allah hari lepas hari. Kekristenan adalah dari Allah, melalui Allah, dan untuk Allah. Itu sebabnya kekristenan merupakan sebuah fenomena supernatural -- Allah yang supernatural berkarya pada dan melalui manusia.

Apakah kita yang hidup pada abad ke-21 ini, masih percaya pada mukjizat Tuhan? Mungkin ada di antara kita yang pernah memohon mukjizat namun tidak mendapatkannya. Mungkin ada di antara kita yang kecewa karena Tuhan tidak melakukan mukjizat-Nya di saat kita benar-benar membutuhkannya. Mungkin ada di antara kita yang telah menjadi ragu-ragu atau kurang percaya terhadap mukjizat karena letih meminta dan berharap pada Tuhan.

Mudah sekali bagi kita untuk berdalih, "biar kehendak Tuhan yang jadi" daripada sungguh-sungguh bersandar pada Tuhan. Satu prinsip yang perlu kita ketahui ialah, iman tidak bertumbuh dalam kepastian yang kasatmata. Dalam daftar prioritas Tuhan, pertumbuhan iman menduduki tempat teratas, bukan kesembuhan atau pelepasan dari penderitaan. Fakta ini tidak menyejukkan hati sebab kita sesungguhnya memiliki daftar prioritas yang sebaliknya: kesembuhan dan pertolongan dalam kesusahan di tempat teratas, pertumbuhan iman di bawah. Namun demikian, Tuhan tetap menginginkan agar kita berharap kepada-Nya hingga pada saat-Nya yang tidak kita ketahui, Ia akan mengulurkan tangan dan berkarya secara supernatural dalam hidup kita. "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yoh. 20:29).

Renungkan: Berdoalah supaya mukjizat terjadi, berimanlah walaupun mukjizat tidak terjadi.

(0.10) (Kis 5:21) (sh: Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takut (Jumat, 20 Juni 2003))
Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takut

Corrie ten Boom memahami artinya penjara dan ketidakadilan. Beserta dengan keluarganya ia ditangkap dan dijebloskan ke tahanan Nazi karena menyembunyikan orang Yahudi. Ayah dan kakaknya meninggal di penjara, hanya ia yang lolos. Secara ajaib ia dibebaskan karena namanya tertukar dengan nama orang lain. Keluarga ten Boom berani mengambil risiko yang besar itu sebab mereka tahu bahwa mereka melakukan hal yang benar. Para murid Tuhan juga mengenal penjara dan ketidakadilan, dan mereka pun rela menerimanya karena mereka tahu untuk siapakah mereka menderita.

Saya tidak selalu berani, bahkan saya lebih sering takut. Saya takut mengungkapkan kebenaran, saya takut membela yang tertindas, saya takut menolong, saya takut dimusuhi orang, dan daripada mencari masalah, saya menghindar dari masalah. Saya lebih senang hidup tenteram tanpa ketakutan meski untuk itu saya harus membayarnya dengan mahal: saya menulikan telinga nurani saya. Pada akhirnya keberanian tersisa menjadi puing cita-cita belaka yang lebih sering tak terwujud. Keberanian tidak selalu hadir dalam satu warna; di dalam keberanian tersimpan ketakutan pula. Abraham pernah ketakutan dan dua kali ia terpaksa berbohong (Kej. 12:11- 13; 20:1-2). Elia tidak selalu berani dan pernah begitu ketakutan sampai-sampai ia harus lari dari Izebel (ayat 1Raj. 19:3). Petrus pernah ketakutan dan untuk menyelamatkan nyawanya, tiga kali ia menyangkal mengenal Tuhan (Mat. 26:69-75).

Ada tiga hal yang membantu kita untuk menjadi berani. Pertama, tanyakan pada diri kita, untuk siapakah hal ini saya lakukan? Kedua, tenangkan diri. Di dalam kepanikan, ketakutan dan kekalutan bertambah. Ketiga, berserah kepada Tuhan yang mempunyai kendali penuh atas hidup kita.

Renungkan: Ketakutan membuat kita lumpuh; keberanian membuat kita ampuh.

(0.10) (Kis 7:17) (sh: Cara dan waktu Tuhan (Selasa, 24 Juni 2003))
Cara dan waktu Tuhan

Dalam pembelaannya di hadapan Imam Besar, Stefanus mengisahkan kembali perjalanan hidup bangsanya yang harus melewati penderitaan di tangan Firaun. Tujuannya memaparkan fakta ini bukanlah untuk menarik simpati para pendakwanya; tetapi semata- mata menegaskan bahwa Tuhan terus menerus mengunjungi bangsanya. Tuhan memelihara Israel, sebab darinyalah akan bertunas penyelamat dunia, yakni Yesus Kristus. Inilah arah pembelaan Stefanus dan inilah arah yang tidak dikehendaki para imam.

Stefanus menyaksikan kembali apa yang diperbuat Allah bagi nenek moyang Israel, Musa ketika berusia 40 tahun. Keprihatinannya terhadap kehidupan bangsanya membuat ia pada akhirnya bertindak membela kaumnya yang tertindas. Musa berani meskipun untuk itu ia harus meninggalkan Mesir, ditolak oleh bangsanya sendiri, dan hidup sebagai pendatang di Midian. Namun, terlepas dari tindakan Musa yang berani bukanlah bagian dari rencana Tuhan untuk menjadikannya pahlawan saat itu, dan penolakan manusia terhadap Musa, Allah tidak mengubah rencana-Nya untuk mengutus Musa ke tengah-tengah bangsa-Nya (ayat 30-34).

Melalui kehidupan Musa kita belajar tentang beberapa hal: pertama, bahwa Tuhan memiliki cara-Nya sendiri untuk menempa seseorang menjadi alat-Nya. Kedua, bahwa Tuhan tidak menyatakan rencana- Nya secara sembunyi-sembunyi. Musa memanfaatkan kesempatan yang terbuka baginya namun tersembunyi dari pandangan orang (Kej. 2:12). Waktu Tuhan adalah masa di mana pada akhirnya Musa menganggap bahwa tidak ada lagi kesempatan baginya untuk menyelamatkan bangsanya.

Apa pun kesulitan yang kita hadapi bertindaklah bijaksana. Janganlah gunakan cara kita jika itu tidak berkenan pada-Nya.

Renungkan: Andalkan kekuatan Tuhan bukan kekuatan otot kita dalam pergumulan hidup.

(0.10) (Kis 9:10) (sh: Peranan di belakang layar (Selasa, 1 Juli 2003))
Peranan di belakang layar

Peranan Paulus dalam karya pelayanan sangat menentukan terobosan- terobosan yang mengeutkan dengan pengorbanan dan dedikasi yang mengagumkan. Paulus menjangkau tempat-tempat terpencil, dengan semangat yang tidak pernah padam. Mempunyai pikiran yang brilian dan ide-ide cemerlang. Ia memberikan fondasi bagi kekristenan bukan saja di zamannya tetapi juga sampai hari ini. Tuhan telah menemukan alat-Nya yang sangat ampuh sehingga warna dan pertumbuhan kekristenan sangat ditentukan oleh karya pelayan-Nya. Kita tentu saja tidak perlu mengidolakan Paulus sehingga Paulus lebih dari Yesus, tetapi dengan jujur kita harus mengakui bahwa Paulus, Rasul Yesus Kristus itu telah memainkan peranan yang sangat menetukan dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah dan dalam memuliakan Tuhan.

Tetapi tokoh yang menarik untuk direnungkan hari ini bukan Paulus. Ada seorang tokoh yang juga sangat menentukan berada di belakang layar keberhasilan dan kebesaran Paulus. Tokoh itu adalah Ananias. Ia tenggelam dalam kemashuran dan kebesaran dan kebesaran Paulus tetapi ia memainkan peranan yang sangat menentukan untuk membimbing seorang Paulus menjadi Paulus yang besar dan tenar dalam berkarya bagi kristus. Ia menuntun Paulus yang bisa sampai ke alamat yang sebenarnya. Ia adalah seorang tokoh yang sederhana nyaris terlupakan sepanjang sejarah pelayanan. Tetapi ia yang bertanggungjawab sehingga Paulus menjadi Paulus yang saat ini kita kenal, menjadi seorang tokoh yang besar.

Renungkan: Banyak sekali tokoh-tokoh dibelakang layar yang terlupakan. Ibu- ibu sederhana di desa-desa yang pendidikannya tidak seberapa, tetapi menghabiskan hari-hari kehidupannya dengan doa, pengurbanan, kerja keras. Mereka telah menciptakan pemimpin- pemimpin umat atau pemimpin bangsa yang berguna. Apa peranan Anda dalam pemberitaan Injil Kristus?

(0.10) (Kis 9:19) (sh: Dampak masa lampau yang hitam (Rabu, 2 Juli 2003))
Dampak masa lampau yang hitam

Salah satu hambatan yang sangat berat buat pelayanan Paulus ialah masa lampaunya sendiri. Orang-orang Yahudi tidak bisa melupakan apa yang dibuatnya oleh sebab itu mereka sama sekali tidak percaya kalau Paulus sekarang berkhotbah tentang Yesus. Masakan orang bisa berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam waktu yang singkat? Masakan musuh kekristenan yang paling wahid, bisa berubah menjadi anak domba? Oleh sebab itu mereka mau mencelakakan Paulus. Tidak ada orang yang mau percaya kepada Paulus karena masa lampaunya yang hitam. Dengan perkataan lain masa lampaunya sendiri yang menentang pelayanannya. Bahkan di antara orang Kristen, Paulus juga tidak mendapat tempat. Sekali langsung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya.

Itulah yang terjadi saat ini. Ketika perubahan radikal terjadi dalam kehidupan seseorang, orang lain selalu menanggapinya dengan ragu- ragu atau tanda tanya. Apalagi orang yang masa lampaunya sangat hitam. Manusia takut kalau orang seperti itu akan melanjutkan karya masa lampau yang mengerikan itu. Akibatnya orang itu tidak akan pernah diberikan kesempatan. Hanya orang bodoh yang mau jatuh atau terantuk lagi pada batu yang sama untuk kedua kalinya. Siapakah yang mau memberikan kepercayaan kepada orang yang kesetiaannya sudah dapat diukur? Siapakah yang mau memberikan kepercayaan kepada orang yang kredibilitasnya diragukan? Tentu saja manusia harus berhati-hati, sebab semakin sulit kehilangan seorang yang sangat potensial karena kita tidak pernah memberikan kesempatan kepadanya

Renungkan: Banyak sekali kesempatan-kesempatan berharga, panggilan yang menentukan, karya-karya besar yang tidak pernah terjadi karena kita jauh dari pengampunan dan lebih banyak hidup dalam kecurigaan berlebihan dan tidak percaya terhadap orang lain.

(0.10) (Kis 10:23) (sh: Menerobos tembok status quo (Jumat, 4 Juli 2003))
Menerobos tembok status quo

Inilah salah satu babak pertumbuhan Kekristenan. Terkesan dari teks ini bahwa bertumbuh ternyata tidak mudah. Salah satu problem pertumbuhan seseorang ialah bagaimana ia harus meninggalkan rumah, atau menerobos tembok status quo. Orang tidak bisa tinggal dan mengurung diri hanya di dalam benteng kehidupannya untuk selama-lamanya, atau seperti katak di bawah tempurung. Tinggal mengurung diri di dalam rumah lalu beranggapan di luar rumah sama sekali tidak ada kehidupan. Seseorang harus berani meninggalkan rumah seperti burung yang berani meninggalkan sarangnya, tetapi tentu saja ia tidak boleh lupa bahwa ia harus kembali lagi ke sarangnya.

Kekristenan lahir di dalam rumah Yahudi. Kristen harus mengakui sebuah kenyatan bahwa ia sangat berhutang kepada rumah atau tradisi Yahudi. Di sana ia belajar tentang moral dan keagungan Allah. Di sana ia belajar tentang Taurat dan kebenaran dan nilai- nilai kehidupan lain yang sangat dalam, kaya, sarat, dan padat. Tetapi ia harus berani meninggalkan tradisi Yahudi itu. Dampak global kekristenan tidak bisa dibatasi dan dikurung dalam rumah Yahudi. Upaya untuk menerobos tembok status quo itu harus dilaksanakan.

Kristiani tidak ditentukan oleh makanan dan minuman yang halal atau haram. Tetapi identitas Kristiani ditentukan oleh Yesus Kristus Tuhan dan Juruslamat. Dengan perkataan lain, orang Kristen tidak boleh terperangkap dalam formalisme atau legalisme agama. Tetapi jiwa Kristiani ditemukan dalam diri Yesus Kristus di dalam peristiwa inkarnasi. Tuhan meninggalkan kesetaraannya dengan Allah dan menjadi manusia serta menyesuaikan diri dengan manusia, bahkan sampai mati di kayu salib.

Renungkan: Yesus adalah contoh yang jelas dalam menerobos tembok-tembok status quo.

(0.10) (Kis 11:1) (sh: Tuhan tidak membangun tembok (Sabtu, 5 Juli 2003))
Tuhan tidak membangun tembok

Allah tidak membeda-bedakan orang. Perhatian dan cinta kasih-Nya tidak bisa dibatasi hanya di wilayah tertentu. Rahmat dan anugrah-Nya tidak dicurahkan hanya kepada tokoh tertentu, suku tertentu, gender tertentu, atau budaya tertentu saja. Oleh sebab itu Allah tidak boleh dibatasi karya-Nya di kawasan orang Yahudi. Dengan perkataan lain Allah tidak membangun tembok, tetapi Allah justru membangun jembatan.

Di dalam diri Kristus, Allah meninggalkan surga dan masuk ke dalam dunia, bahkan menjadi manusia dan berkomunikasi dengan manusia. Allah juga solider dengan manusia sampai kepada penderitaan manusia yang paling dalam yaitu kematian. Peristiwa salib bisa dipahami oleh orang yang sangat sederhana maupun orang yang paling jenius.

Jalan kehidupan Yesus mengatasi jalan-jalan politik, jalan ekonomi, jalan perdamaian dst., yang sedang dirintis oleh manusia. Kesetiaan yang dibangun umat-Nya mengatasi kesetiaan terhadap bangsa, mengatasi fanatisme suku atau budaya.

Dalam dunia yang penuh dengan pertentangan dan krisis, dan bahkan ketika primordialisme tumbuh subur, Kekristenan harus merangkul dan membangun jembatan-jembatan komunikasi. Injil Kerajaan Allah adalah kabar baik yang harus disampaikan dengan berpedoman kepada Yesus. Fanatisme atau ekslusifisme bertentangan dengan nilai- nilai Kristiani. Memeluk Kristus erat-erat dan merasa diri selamat sementara melihat orang lain dengan penuh kecurigaan sangat bertentangan dengan semangat Yesus atau jiwa inkarnasi.

Renungkan: Bukan saatnya menghindari orang lain tetapi inilah saatnya merangkul orang lain dalam semangat persaudaraan dan semangat cinta kasih. Sebab Yesus bukan milik kita saja, tetapi Yesus adalah milik semua orang.

(0.10) (Kis 12:18) (sh: Akhir kehidupan seorang diktator (Kamis, 10 Juli 2003))
Akhir kehidupan seorang diktator

Kekuasaan ada batasnya. Selama hidup Herodes telah banyak menyebarkan ketakutan dan bencana ketimbang ketentraman dan kedamaian di dalam kerajaannya. Nyawa manusia begitu murah tidak ada harganya apa-apa. Pengawal-pengawal yang menjaga Petrus dibunuh karena Petrus lolos dari penjara. Semua orang harus takluk dan taat kepada sang raja. Bahkan ia diangkat ke atas melampaui tahta yang di dudukinya, karena rakyat menganggap bahwa suara Herodes adalah suara Allah. Tekanan bertubi-tubi membuat manusia tidak lagi mengenal batas. Membuat manusia tidak lagi peka membedakan kekuasaan Allah dan kekuasaan manusia, sehingga tidak lagi memiliki kesadaran tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal tidak boleh dilakukan. Kekuasaan dan sanjungan bertubi-tubi juga membuat manusia berada di tempat yang paling rawan. Herodes menjadi tidak hormat dan tunduk pada Allah. Justru ia ingin merebut wilayah dan kekuasan Allah. Apa yang terjadi? Seketika itu juga malaikat Tuhan menamparnya, dan akhirnya mati dimakan cacing-cacing. Itulah akhir kehidupan seorang diktator.

Besarnya kekuasaan atau pengaruh seseorang dalam gereja tidak akan pernah dapat membatasi kehadiran Allah. Herodes bisa mati, kebesaran manusia harus berakhir, tetapi firman Allah tetap tersebar dan bertumbuh di segala tempat. Firman Allah tidak akan berakhir. Kebesaran dan kejayaan manusia bisa berakhir. Tetapi kejayaan dan kekuasaan firman Allah akan terus bertumbuh, selalu baru, dan aktual.

Renungkan: Ketika Herodes menyebarkan bencana dan ketakutan, maka firman Allah menyebarkan damai dan cinta kasih kemana-mana tempat. Itulah sebuah kebenaran yang memberikan ketenangan hati bagi setiap orang yang di cengkeram oleh tirani dan kesewenangan.

(0.10) (Kis 14:8) (sh: Kedudukan saksi Kristus (Kamis, 19 Mei 2005))
Kedudukan saksi Kristus


Janji penyertaan Tuhan, terutama yang disertai tanda dan mukjizat (lihat Mrk. 16:15-18) akan secara khusus menyertai orang-orang yang setia menyaksikan Injil-Nya. Terlebih apabila kesaksian itu dilakukan di daerah-daerah yang penyembahan kepada berhala-berhala masih sangat kuat. Inilah yang dialami Paulus dan Barnabas dalam pelayanan mereka di Listra.

Mukjizat Tuhan di Listra itu tidak diberikan dengan sistim "obral," tidak juga dengan tanpa mempedulikan respons dalam diri orang yang bermasalah. Seperti halnya semua mukjizat yang dicatat dalam Alkitab, mukjizat penyembuhan orang lumpuh ini pun berakibat kejutan yang membuka kesempatan bagi dialog dan pewartaan Injil. Mukjizat tidak ditujukan sekadar untuk pamer kuasa! Paulus terlebih dahulu melihat bahwa si lumpuh memiliki iman. Iman di sini bukan iman kepada Yesus Kristus sebab Injil baru saja masuk ke Listra. Iman itu adalah semacam kepercayaan orang itu terhadap Allah yang berkuasa menolongnya. Reaksi orang banyak mengejutkan. Dalam kegelapan sistim penyembahan berhala mereka, mereka langsung menganggap Barnabas sebagai Dewa Zeus dan Paulus sebagai Dewa Hermes (ayat 12). Paulus menepis anggapan sesat tersebut dan menjadikan kesempatan itu saat untuk menyaksikan Injil (ayat 15-17).

Saksi-saksi Kristus yang setia kepada Injil dan yang Tuhan urapi pasti mengalami wibawa, pengaruh, dan kuasa dalam berbagai bentuk. Hal-hal tersebut akan dirasakan oleh pihak lain. Namun karena sistim kepercayaan yang berbeda, tafsiran orang yang bukan Kristen tentang kuasa dalam pelayanan para saksi Kristus sangat mungkin salah. Misalnya, si hamba Tuhan itu dianggap orang sakti, beraura dahsyat, memiliki cakra yang kuat, atau dipenuhi roh-roh tertentu.

Doakan: Tempat-tempat di Indonesia yang Anda ketahui memiliki kebiasaan menyembah ilah-ilah lain di luar Kristus. Minta kepada Tuhan agar memerdekakan mereka dari ikatan penyembahan berhala tersebut.

(0.10) (Kis 15:13) (sh: Keselamatan bagi segala bangsa (Senin, 23 Mei 2005))
Keselamatan bagi segala bangsa


Rencana Tuhan untuk membukakan mata para pemimpin gereja akan misi-Nya sungguh indah. Ia telah mengilhami Paulus dan Barnabas untuk pergi ke Yerusalem. Ia telah menyatakan kehendak-Nya bagi bangsa-bangsa lain melalui pendapat Petrus. Kini, Ia pun membimbing Yakobus untuk mengingatkan peserta persidangan itu tentang rencana keselamatan-Nya bagi bangsa nonyahudi.

Yakobus memulai pidatonya dengan menyatakan persetujuannya terhadap khotbah Petrus (ayat 14). Inti pidato Yakobus ini adalah: Pertama, tujuan Allah membangun kembali dinasti Daud melalui Yesus, bukan hanya untuk keselamatan Israel melainkan juga untuk bangsa-bangsa lain (ayat 16-17). Hal ini telah dinubuatkan oleh para nabi PL yang artinya sudah jelas sejak semula (ayat 15,18). Jadi, dengan pernyataan ini, Yakobus menyetujui dan mendukung misi Paulus dan Barnabas (ayat 19). Kedua, keinginan Allah adalah supaya umat-Nya memiliki kehidupan yang kudus dan berkenan pada-Nya sesuai dengan prinsip Hukum Musa (ayat 20-21). Dengan demikian, Yakobus menegaskan bahwa hukum Taurat bukan lagi menjadi syarat keselamatan (misalnya: praktik sunat) melainkan sebagai petunjuk untuk hidup kudus (misalnya: tidak menyantap makanan persembahan berhala).

Apakah ciri yang membedakan antara orang percaya dengan orang kafir? Adanya anugerah keselamatan yang sudah diberikan Allah melalui pribadi Yesus Kristus. Keselamatan itu kita peroleh bukan karena kita telah menjalankan syarat agamawi, peraturan gereja, ataupun perbuatan-perbuatan baik. Seharusnya dasar anugerah Allah inilah yang kita tuangkan dalam perilaku sehari-hari yaitu menjaga diri hidup kudus sesuai dengan kehendak-Nya.

Renungkan: Usaha Iblis untuk memecah Gereja dan membungkam pekabaran Injil akan gagal ketika anak-anak Tuhan peka terhadap kehendak-Nya dan bersehati taat melakukannya.

(0.10) (Kis 15:22) (sh: Bijaksana dan peka (Senin, 12 Juni 2000))
Bijaksana dan peka

Itulah penilaian seorang tokoh kristen tentang surat yang dibuat oleh para rasul di Yerusalem kepada jemaat-jemaat non-Yahudi di luar Yerusalem. Oleh karena itu tidaklah heran bila akhirnya jemaat-jemaat itu mendapat berkat dari surat tersebut (31). Itu juga merupakan kunci sukses dari pengimplementasian keputusan pertemuan di Yerusalem. Para pemimpin sering kali menganggap bahwa setelah kesepakatan dibuat maka selanjutnya adalah tugas bawahan untuk melaksanakannya. Padahal untuk memahami suatu keputusan tidaklah mudah, mereka harus menafsir dan menjabarkan sendiri ke dalam bentuk-bentuk yang lebih praktis. Itulah sebabnya di tingkat bawahan, kesalah-pahaman dan konflik sering terjadi.

Para rasul agaknya memahami hal ini. Karena itulah mereka mengambil berbagai langkah untuk menjamin suksesnya pengimplemen-tasian kesepakatan Yerusalem, agar kesatuan Kristen tidak hanya terjadi di kalangan para rasul, namun juga seluruh Kristen dimana pun mereka berada. Mereka memberikan informasi yang jelas dan tuntas kepada jemaat-jemaat tentang keputusan Yerusalem, secara tertulis dan lisan melalui orang-orang yang berkualitas (22), untuk menjamin kesahihan dan keobyektifan informasi. Kemudian mereka menegaskan posisi mereka tentang tuntutan sunat (24).

Penegasan ini penting bagi Kristen di Antiokhia sebagai suatu konfirmasi dan peneguhan atas doktrin yang sudah mereka yakini selama ini. Dan itu tidak dilakukan hanya dengan pernyataan lisan, namun keputusan Roh Kudus. Allah melegitimasi keputusan itu karena itulah keputusan resmi dan berlaku bagi semua jemaat di sepanjang zaman. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan? Setelah jemaat Antiokhia membaca surat itu dan bertemu dengan para utusan rasul dari Yerusalem, mereka bersuka cita, terhibur, dan dikuatkan (31-32). Ini merupakan bukti bahwa keputusan dan pengimplementasiannya telah dilakukan secara bijak dan sehat. Ini merupakan bukti bahwa gereja mula-mula mempunyai manajemen yang baik.

Renungkan: Manajemen yang sehat sebuah gereja manapun antar gereja memang diperlukan, agar jemaat mengalami penghiburan, sukacita, penguatan, dan tetap dipersatukan dalam menghadapi segala macam tantangan dan ancaman yang semakin meranggas.

(0.10) (Kis 15:35) (sh: Aku beda, boleh kan? (Selasa, 13 Juni 2000))
Aku beda, boleh kan?

Iklan ini begitu akrab di telinga kita menjelang pemilihan umum 1999 kemarin. Iklan ini menegaskan bahwa perbedaan selera, pendapat, dan pilihan itu wajar, dan memang akan selalu ada bila manusia hidup bersama dalam suatu komunitas. Namun harus diingat bahwa keberbedaan itu tidak boleh menghambat jalannya pembangunan nasional dan proses demokratisasi di negara ini.

Perselisihan tajam antara Paulus dan Barnabas dalam masalah Markus harus dipandang juga sebagai kewajaran yang terjadi di antara dua individu. Namun demikian tidak bisa dikatakan bahwa Allah mentolerir/menyetujui perbedaan yang berakhir dengan pecahnya tim pelayanan mereka yang solid. Dimasukkannya peristiwa ini oleh Lukas dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan gereja memberikan manfaat yang sangat besar bagi gereja sepanjang segala abad dan tempat untuk belajar: 'berbeda secara dewasa dan bertanggungjawab'.

Sehubungan dengan kasus Markus (18), Paulus dan Barnabas bukan sekadar salah paham namun sudah berselisih tajam, sudah sampai pada satu titik dimana tidak mungkin dicari jalan tengah, kecuali harus berpisah. Yang menarik untuk diamati adalah bahwa Paulus dan Barnabas mampu melihat pokok permasalahan secara obyektif dan melokalisir perselisihan tajam, sehingga tidak merambah ke pribadi ataupun pelayanan mereka. Secara pribadi Paulus dan Barnabas dan Markus tidak terlibat permasalahan pribadi. Walaupun tidak dicatat di dalam kelanjutan Kisah Para Rasul, Paulus tetap menghargai dan menilai baik Barnabas (1Kor. 9:6). Bahkan setelah itu Paulus begitu memuji dan membutuhkan Markus (Kol. 4:10; Flm. 24; 2Tim. 4:11). Perselisihan yang terjadi di antara mereka tidak menghambat pelayanan mereka dan merugikan jemaat. Sebaliknya pelayanan mereka berdua pun tetap memberikan berkat bagi jemaat-jemaat yang dilayani (40-41). Bahkan dengan berpisahnya Paulus dan Barnabas memungkinkan terbentuknya 2 tim pelayanan yang solid, yang dipimpin oleh orang-orang yang berdedikasi dan bermotivasi tinggi bagi Injil Kristus (26).

Renungkan: Inilah gambaran 'berbeda yang dewasa dan bertanggung jawab'. Berbeda namun dapat tetap memperkaya pelayanan dan memberdayakan jemaat. Tumbuhkembangkanlah semangat untuk berani 'berbeda' yang dewasa dan bertanggungjawab.



TIP #07: Klik ikon untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA