(0.10943883958333) | (Yoh 13:1) |
(sh: Praktek pembasuhan kaki (Minggu, 28 Februari 1999)) Praktek pembasuhan kakiPraktek pembasuhan kaki Pada masa itu, tindakan pembasuhan kaki merupakan tindakan penyambutan terhadap tamu yang datang. Tuan rumah menyediakan air dan mempersilahkan tamu untuk membasuh sendiri kaki mereka. Sesekali kegiatan pembasuhan kaki para tamu itu dilakukan oleh para pelayan. Namun keadaan ini tidak berlaku bagi Yesus. Artinya, Yesus adalah tamu, Dia juga berlaku sebagai Pelayan, dan sekaligus sebagai tuan rumah. Ia mengambil air, membasuh dan mengeringkan kaki murid-murid-Nya satu demi satu. Para pemimpin gereja selayaknyalah meneladani perbuatan Yesus. Peran kepemimpinan-Nya tidak menghalangi Dia untuk bertindak sebagai pelayan. Pola dasar pelayanan Kristen. Mengapa Yesus harus membasuh kaki murid-murid-Nya? Bukankah itu melanggar aturan dan tradisi? Yesus telah mempertontonkan suatu sikap yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin gereja. Inilah pola dasar pelayanan Kristen. Melayani bukan karena tuntutan jabatan, melainkan karena kerelaan mengutamakan orang lain, merendahkan diri sendiri dan membangun orang yang dilayani dalam kasih dan persekutuan. Saling memulihkan, itulah tujuan pelayanan kita. Dari kerendahan, pengosongan dan penghambaan diri itu, mengalir pemulihan, pemersatuan dan pembangunan tubuh Kristus. Teladan Kristus. Kristus telah memberikan pengajaran yang memiliki kekuatan atau pengaruh untuk mengubah hidup orang lain. Kristus memberikan teladan nyata. Pengajaran-Nya itu mendorong, menuntut dan merombak pola hidup pelayanan kita. Karena itu kita wajib memperhamba diri satu kepada yang lain. Bila para pelayan Kristus, pemimpin gereja, sedia meniru teladan Tuhan Yesus, barulah mereka sepenuhnya layak menjadi utusan atau wakil Kristus dalam dunia ini. Renungkan: Dasar dari pelayanan adalah kasih. Karena itu, atas dasar kasih pulalah kita dipanggil untuk melayani Tuhan dan sesama. |
(0.10943883958333) | (Kis 5:21) |
(sh: Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takut (Jumat, 20 Juni 2003)) Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takutTidak selalu berani tetapi tidak selalu takut. Corrie ten Boom memahami artinya penjara dan ketidakadilan. Beserta dengan keluarganya ia ditangkap dan dijebloskan ke tahanan Nazi karena menyembunyikan orang Yahudi. Ayah dan kakaknya meninggal di penjara, hanya ia yang lolos. Secara ajaib ia dibebaskan karena namanya tertukar dengan nama orang lain. Keluarga ten Boom berani mengambil risiko yang besar itu sebab mereka tahu bahwa mereka melakukan hal yang benar. Para murid Tuhan juga mengenal penjara dan ketidakadilan, dan mereka pun rela menerimanya karena mereka tahu untuk siapakah mereka menderita.
Saya tidak selalu berani, bahkan saya lebih sering takut. Saya takut
mengungkapkan kebenaran, saya takut membela yang tertindas, saya
takut menolong, saya takut dimusuhi orang, dan daripada mencari
masalah, saya menghindar dari masalah. Saya lebih senang hidup
tenteram tanpa ketakutan meski untuk itu saya harus membayarnya
dengan mahal: saya menulikan telinga nurani saya. Pada akhirnya
keberanian tersisa menjadi puing cita-cita belaka yang lebih
sering tak terwujud. Keberanian tidak selalu hadir dalam satu
warna; di dalam keberanian tersimpan ketakutan pula. Abraham
pernah ketakutan dan dua kali ia terpaksa berbohong ( Ada tiga hal yang membantu kita untuk menjadi berani. Pertama, tanyakan pada diri kita, untuk siapakah hal ini saya lakukan? Kedua, tenangkan diri. Di dalam kepanikan, ketakutan dan kekalutan bertambah. Ketiga, berserah kepada Tuhan yang mempunyai kendali penuh atas hidup kita. Renungkan: Ketakutan membuat kita lumpuh; keberanian membuat kita ampuh. |
(0.10943883958333) | (Kis 7:30) |
(sh: Melepaskan takhta (Rabu, 25 Juni 2003)) Melepaskan takhtaMelepaskan takhta. Jika berbicara soal utang, mungkin bangsa Israel berutang paling besar kepada Musa. Tidak ada seorang nabi pun yang pernah mendampingi dan memimpin Israel di padang gurun selama 40 tahun. Bukan waktu yang singkat dan bukan tugas yang mudah. Namun, pada masa hidupnya, Musa tidak menerima penghargaan atas jerih payahnya, ia malah sering menerima ancaman dan celaan dari umatnya. Bukannya kepatuhan, melainkan penolakan yang acapkali diterimanya. Bangsa Israel tidak merasa berutang, baik kepada Musa maupun kepada Tuhan yang telah membebaskan mereka dari penindasan Mesir. Dari mulut Musalah keluar nubuat tentang kedatangan Mesias, "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan" (Ul. 18:15). Namun, perkataan nabi Tuhan ini seperti angin lalu di telinga orang Israel. Alih-alih mendengarkan nubuat Musa untuk masa yang akan datang, mendengarkan perkataan Musa untuk masa itu saja sudah sulit. Kecenderungan mereka adalah menolak Allah dan kesenangan mereka ialah menyembah dewa-dewa lain. Mengapakah sukar bagi mereka, mungkin juga bagi kita untuk mematuhi Allah? Kuncinya terletak pada kata "menyembah" yang berarti menundukkan diri di bawah kuasa dan kehendak obyek yang kita sembah. Menyembah mengandung makna mengosongkan diri dan menyerahkan hak atas diri kepada obyek yang kita sembah sehingga pada akhirnya kita berubah menjadi obyek dan Ia menjadi subyek. Kita sering tergoda untuk lebih percaya pada pertimbangan sendiri. Tuhan meminta kita untuk mempercayai-Nya dan menyerahkan takhta hidup kita kembali kepada-Nya. Di sinilah penyembahan menemukan makna sejatinya. Renungkan: Percaya dan patuh tetap merupakan resep yang tidak pernah usang untuk hidup bahagia dalam Kristus. |
(0.10943883958333) | (Kis 9:19) |
(sh: Dampak masa lampau yang hitam (Rabu, 2 Juli 2003)) Dampak masa lampau yang hitamDampak masa lampau yang hitam. Salah satu hambatan yang sangat berat buat pelayanan Paulus ialah masa lampaunya sendiri. Orang-orang Yahudi tidak bisa melupakan apa yang dibuatnya oleh sebab itu mereka sama sekali tidak percaya kalau Paulus sekarang berkhotbah tentang Yesus. Masakan orang bisa berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam waktu yang singkat? Masakan musuh kekristenan yang paling wahid, bisa berubah menjadi anak domba? Oleh sebab itu mereka mau mencelakakan Paulus. Tidak ada orang yang mau percaya kepada Paulus karena masa lampaunya yang hitam. Dengan perkataan lain masa lampaunya sendiri yang menentang pelayanannya. Bahkan di antara orang Kristen, Paulus juga tidak mendapat tempat. Sekali langsung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya. Itulah yang terjadi saat ini. Ketika perubahan radikal terjadi dalam kehidupan seseorang, orang lain selalu menanggapinya dengan ragu- ragu atau tanda tanya. Apalagi orang yang masa lampaunya sangat hitam. Manusia takut kalau orang seperti itu akan melanjutkan karya masa lampau yang mengerikan itu. Akibatnya orang itu tidak akan pernah diberikan kesempatan. Hanya orang bodoh yang mau jatuh atau terantuk lagi pada batu yang sama untuk kedua kalinya. Siapakah yang mau memberikan kepercayaan kepada orang yang kesetiaannya sudah dapat diukur? Siapakah yang mau memberikan kepercayaan kepada orang yang kredibilitasnya diragukan? Tentu saja manusia harus berhati-hati, sebab semakin sulit kehilangan seorang yang sangat potensial karena kita tidak pernah memberikan kesempatan kepadanya Renungkan: Banyak sekali kesempatan-kesempatan berharga, panggilan yang menentukan, karya-karya besar yang tidak pernah terjadi karena kita jauh dari pengampunan dan lebih banyak hidup dalam kecurigaan berlebihan dan tidak percaya terhadap orang lain. |
(0.10943883958333) | (Kis 13:42) |
(sh: Hasil baik-buruk (Selasa, 17 Mei 2005)) Hasil baik-burukHasil baik-buruk
Seperti halnya kesaksian Injil sekaligus memiliki sisi baik dan buruk demikian pula hasil kesaksian. Bukankah justru ketika kesaksian Injil disampaikan di dalamnya terkandung kabar buruk. Yaitu, peringatan keras Tuhan terhadap mereka yang mendengar, namun mengeraskan hati? Kedua hasil itu terjadi dalam penginjilan yang dilakukan Paulus. Sebagian orang yang takut akan Allah, baik Yahudi maupun bukan merespons Injil (ayat 43). Dengan demikian, mereka menjadi bagian dari umat Allah sejati. Paulus dan Barnabas memperlakukan mereka sebagai kawanan domba Allah. Kedua rasul itu menggembalakan mereka dengan pengajaran dan nasihat agar mereka hidup dalam anugerah. Hasil buruk ternyata tidak kalah banyak. Mereka yang iri melihat penerimaan orang banyak terhadap Injil yang Paulus beritakan tidak saja menolak, tetapi juga menghujat dan membantah (ayat 45). Sikap penolakan mereka terhadap kebaikan Allah ini, berarti mereka lebih mencintai maut kekal daripada hidup kekal (ayat 46). Orang Kristen dan gereja di Indonesia mengemban panggilan untuk bersaksi. Kita perlu belajar bersaksi yang memperhatikan konteks dan dengan cara yang dialogis bukan konfrontatif. Namun, jika semua faktor itu sudah kita pertimbangkan dan tetap terjadi penolakan bahkan perlawanan, terimalah itu sebagai sifat Injil yang memang selalu membawa akibat positif dan negatif. Jangan merasa gagal, takut, dan malu bila ditolak. Kita harus terus bersaksi kepada lebih banyak orang yang belum berkesempatan mendengar Injil. Ingat: Tuhan tetap diperkenan oleh kesaksian Injil yang benar terlepas dari bagaimana reaksi orang terhadap pemberitaan tentang-Nya. |
(0.10943883958333) | (Kis 15:13) |
(sh: Keselamatan bagi segala bangsa (Senin, 23 Mei 2005)) Keselamatan bagi segala bangsaKeselamatan bagi segala bangsa
Yakobus memulai pidatonya dengan menyatakan persetujuannya terhadap khotbah Petrus (ayat 14). Inti pidato Yakobus ini adalah: Pertama, tujuan Allah membangun kembali dinasti Daud melalui Yesus, bukan hanya untuk keselamatan Israel melainkan juga untuk bangsa-bangsa lain (ayat 16-17). Hal ini telah dinubuatkan oleh para nabi PL yang artinya sudah jelas sejak semula (ayat 15,18). Jadi, dengan pernyataan ini, Yakobus menyetujui dan mendukung misi Paulus dan Barnabas (ayat 19). Kedua, keinginan Allah adalah supaya umat-Nya memiliki kehidupan yang kudus dan berkenan pada-Nya sesuai dengan prinsip Hukum Musa (ayat 20-21). Dengan demikian, Yakobus menegaskan bahwa hukum Taurat bukan lagi menjadi syarat keselamatan (misalnya: praktik sunat) melainkan sebagai petunjuk untuk hidup kudus (misalnya: tidak menyantap makanan persembahan berhala). Apakah ciri yang membedakan antara orang percaya dengan orang kafir? Adanya anugerah keselamatan yang sudah diberikan Allah melalui pribadi Yesus Kristus. Keselamatan itu kita peroleh bukan karena kita telah menjalankan syarat agamawi, peraturan gereja, ataupun perbuatan-perbuatan baik. Seharusnya dasar anugerah Allah inilah yang kita tuangkan dalam perilaku sehari-hari yaitu menjaga diri hidup kudus sesuai dengan kehendak-Nya. Renungkan: Usaha Iblis untuk memecah Gereja dan membungkam pekabaran Injil akan gagal ketika anak-anak Tuhan peka terhadap kehendak-Nya dan bersehati taat melakukannya. |
(0.10943883958333) | (Kis 22:30) |
(sh: Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda (Senin, 3 Juli 2000)) Kebangkitan Kristus membuat Kristen berbedaKebangkitan Kristus membuat Kristen berbeda. Paulus yang telah melalui saat-saat yang sulit dan genting, mengalami kemerosotan fisik dan psikis. Karena itulah ia sempat kehilangan kontrol emosi setelah mendapat tamparan pada mulutnya, sehingga ia membalas tamparan itu dengan kutukan. Pernyataan Paulus (1) adalah hujatan kepada Allah, karena menurut Yudaisme, jika seorang yang mengaku Yahudi namun mengikuti ajaran Yesus, ia adalah seorang pendosa besar di hadapan Allah. Hanya sesaat Paulus kehilangan kontrol. Begitu menyadari bahwa ia berhadapan dengan Imam Besar, ia pun mengakui kesalahannya. Tindakan ini mempunyai dua implikasi sebab-akibat yang dalam. Pertama, Paulus masih mentaati tradisi Yahudi yang begitu menghormati seorang pemimpin bangsanya. Kedua, ini merupakan penegasan tidak langsung dari Paulus bahwa persengketaan yang terjadi antara dia dan orang-orang Yahudi bukanlah permasalahan tradisi, kebudayaan, ataupun etnis. Ada persoalan yang lebih hakiki. Karena itulah, tanpa membuang waktu, Paulus segera mengungkapkan alasan utama penangkapan dirinya. Paulus hanya melihat bahwa hadirnya 2 partai besar (Farisi dan Saduki) ditambah dengan wakil pemerintah Romawi dalam satu sidang merupakan kesempatan berharga bagi Paulus untuk menyatakan kebenaran fundamental Kekristenan yaitu kebangkitan Kristus yang menjadi dasar bagi kebangkitan orang mati. Sebab Saduki mempunyai pengaruh yang cukup dominan di dalam Mahkamah Agama. Sedangkan Farisi mempunyai suara yang lebih dominan di masyarakat. Bahkan bagi Paulus kebangkitan Kristus bukan sekadar kebenaran yang ia yakini namun kebenaran yang ia alami sebab kuasa kebangkitan Kristus senantiasa hadir dan menguatkannya. Setelah diselamatkan untuk yang kedua kalinya oleh tentara Romawi, adalah wajar jika dia cemas dan bertanya-tanya tentang masa depannya. Harapan untuk meninggalkan Yerusalem hidup-hidup apalagi kesempatan untuk pergi ke Roma sangat kecil. Renungkan: Kristen berbeda dengan orang lain bukan karena perbedaan etnis, ras, ataupun latar belakang budaya. Kristen beda karena Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya yang senantiasa hadir di dalam kita, apa yang perlu kita takutkan? |
(0.10943883958333) | (Kis 28:17) |
(sh: Jangan lakukan kristenisasi! (Kamis, 24 Agustus 2000)) Jangan lakukan kristenisasi!Jangan lakukan kristenisasi! Kemiskinan yang dialami non-Kristen, dipandang sebagai sarana efektif untuk menyampaikan Injil dan membuat mereka `percaya' kepada Kristus. Sehingga menimbulkan kesan bahwa banyak orang menjadi Kristen hanya supaya mendapatkan perawatan kesehatan, sesuap nasi, pendidikan, dan penghidupan yang lebih layak. Dengan kata lain mereka sebetulnya belum siap menjadi Kristen. Mereka `diperdayai' agar mengambil keputusan. Paulus tidak pernah memanipulasi orang untuk menjadi Kristen, walau ia mempunyai semangat yang tidak pernah padam untuk mengabarkan Injil. Masa 2 tahun yang ia punyai ketika menunggu panggilan dari Kaisar di Roma, Paulus gunakan sebaik-baiknya untuk memberitakan Firman Hidup (31), seperti yang pernah terjadi di Efesus dan Kaisarea. Dia meyakini sepenuhnya bahwa ia adalah seorang prajurit yang selalu siap melaksanakan kewajiban dimana dan kapan saja yaitu berbicara atas nama Allah. Ia pun sangat peduli kepada saudara sebangsanya yaitu orang-orang Yahudi. Ia melakukan berbagai usaha untuk mengundang mereka dan menghabiskan banyak waktu untuk menginjili mereka (17, 23). Namun, sekali lagi, Paulus tidak pernah memanipulasi mereka untuk segera mengambil keputusan menjadi pengikut Kristus. Paulus mengadakan pertemuan dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di Roma. Mereka ada yang hidup sebagai budak maupun sebagai orang merdeka. Ia memberitakan Injil dengan ketulusan dan kemurnian hati kepada mereka. Walaupun demikian, tidak semua menerima Injil. Bahkan yang menolak Injil nampaknya lebih banyak. Namun Paulus tidak memaksa atau memanipulasi dengan menggunakan kelemahan/kekurangan mereka karena sebagian dari mereka adalah budak, agar mereka segera mengambil keputusan yang mereka sendiri belum siap. Renungkan: Program penginjilan yang selama ini kita lakukan perlu dievaluasi. Karena banyak yang dilakukan hanya dengan menyebut Yesus sebagai Penyembuh, Pemberi damai sejahtera, Pemberi berkat, dlsb. Namun mereka tidak pernah menyebut karya penebusan Kristus atas dosa manusia. Sehingga banyak orang yang mau menjadi Kristen semata-mata supaya ada perbaikan kondisi sosial dan ekonomi. Ini merupakan salah satu bentuk kristenisasi. Yang sangat tragis dari kristenisasi ini adalah usaha ini tidak akan pernah mengantar jiwa ke surga. **Pengantar Kitab Yeremia** Yeremia adalah seorang pribadi yang sangat peka, amat terluka karena penolakan yang dilakukan oleh teman-teman sezamannya (11:21). Ia dilahirkan dari keluarga imam, keturunan Abyatar (1Raj. 2:26) dan tinggal di Anatot (32:8). Ia dilahirkan kira-kira menjelang akhir pemerintahan Manasye. Masa pelayanannya kira-kira 40 tahun, dimulai kira-kira tahun 627 sM pada tahun ke-13 pemerintahan Yosia dan berlanjut hingga melewati masa kejatuhan Yerusalem karena serangan Nebukadnezar di tahun 586 sM. Ketika Yehuda di bawah pemerintahan Yoyakim dan Zedekia, Yeremia mengalami banyak penderitaan fisik di tangan musuh-musuhnya. Namun nyawanya tetap selamat dan setelah Yerusalem jatuh, Yeremia diizinkan tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang ditinggal di Yerusalem (39:14). Dia kemudian diangkut bersama-sama mereka ke Mesir (43:4-7). Sejak pemerintahan Yosia, Yehuda mendapatkan ancaman dari bangsa-bangsa lain sampai akhirnya dikuasai Babel. Misi Yeremia adalah untuk menyerukan kepada Yehuda agar tunduk kepada penguasa asing sebagai disiplin dari Allah. Namun para raja dan rakyat Yehuda dengan sangat keras menentang khotbah Yeremia, bahkan mereka menolak Allah dan berpaling kepada dewa-dewa asing. Puncaknya, penolakan Yehuda untuk tunduk menyebabkan kekuatan Babel yang besar menyerang Yerusalem. Beberapa pasal kitab ini disebut buku harian rohani (11:18-12:6; 15:10-21; 17:5-10,14-18; 18:18-23; 20:7-18), karena Yeremia seringkali membagikan pengalaman rohaninya. Kitab yang dulunya ditujukan kepada bangsa yang memberontak pada saat negaranya dalam bahaya besar, mengundang kita untuk mendengarkan dan menerapkan firman Tuhan ke dalam zaman kita sekarang ini. Kitab ini juga akan mendorong kita untuk meneladani semangat dari seorang hamba Tuhan yang seringkali hampir putus asa namun terus bergumul dengan Allah dalam doa dan dengan gagah berani menentang dosa dan orang-orang berdosa pada zamannya. Penulis dan waktu penulisan. Bukti-bukti kuat yang ada dalam kitab ini mengidentifikasikan Yeremia sebagai penulis buku ini. Hampir semua tulisannya sudah selesai dikumpulkan sesaat sebelum jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 sM. |
(0.10943883958333) | (Rm 4:1) |
(sh: Orang benar Perjanjian Lama. (Minggu, 17 Mei 1998)) Orang benar Perjanjian Lama.Orang benar Perjanjian Lama. Iman dan perbuatan. Seringkali orang mempertentangkan iman dan perbuatan. Seharusnya tidak perlu! Abraham mempercayai Tuhan yang memanggilnya, berjalan menurut perintah Tuhan (Kej. 12:1-3). Ia beriman dulu, lalu berbuat sesuai imannya kepada Tuhan. Ketika ia bimbang tentang keturunannya, ia mempercayai peneguhan janji dari Tuhan. Ia diperhitungkan benar (Kej. 15:6). Daud ditegur oleh Nabi Natan karena dosanya (2Sam. 12), ia menerima teguran itu datang dari Tuhan. Itulah iman. Selanjutnya ia menyesali, mengakui dosanya itu (Mzm. 51). Itulah perbuatan yang didasarkan pada imannya akan pengampunan Tuhan. Pengalaman imannya itu dibagikannya sebagai pengajaran iman bagi umat Tuhan (Mzm. 32:1-2). Isi mendahului tanda. Iman Abraham mendahului sunat. Atas dasar imannya ia menerima sunat sebagai meterai pembenaran dari Allah (ayat 10-11). Abraham disebut, "Bapak segala orang beriman", bukan "bapak segala orang bersunat". Dengan prinsip Abraham inilah Allah membuka pintu bagi orang bersunat maupun tidak untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah. Karena iman segala pelanggaran dan dosa kita tidak diperhitungkan Allah (ayat 7-8). Sebab itu kita disebut berbahagia (ayat 6). Namun kebahagiaan kita harus disertai sikap dan tindakan yang mencerminkan iman itu untuk memuliakan Allah. |
(0.10943883958333) | (Rm 7:13) |
(sh: Perbuatan daging atau Allah? (Minggu, 24 Mei 1998)) Perbuatan daging atau Allah?Perbuatan daging atau Allah? Pengalaman siapa? Pengalaman siapakah yang Paulus tuturkan ini? Paulus memang menggunakan sebutan "aku" dan dalam bentuk waktu sedang berlangsung. Namun itu dipakainya bukan karena ia sedang menyaksikan pengalaman rohaninya, tetapi karena ia sedang menempatkan diri di dalam pengalaman banyak Kristen yang ingin dibimbingnya untuk lepas. Banyak Kristen yang sudah lahir baru (ayat 19: menghendaki yang baik, 22: suka akan hukum Allah) namun masih terus menerus kalah melawan dosa, bahkan "terjual di bawah kuasa dosa" (ayat 15). Artinya Paulus sedang bicara tentang Kristen yang sudah diperbarui Kristus namun kurang menyadari dan bertindak konsisten dengan kebenaran anugerah Injil Yesus Kristus. Maksud Tuhan menebus kita bukan agar kita sekadar diampuni namun jatuh bangun terus dalam dosa. Ia ingin agar kita sepenuhnya menikmati kesukaan hidup Kristen di dalam Yesus Kristus. Bukan seperti Kristen yang masih sebagian berprinsip Taurat dalam kondisi perbudakan tetapi merdeka penuh dalam Kristus. Doa: Aku ingin melayaniMu dan kebenaranMu hanya oleh kuasa kemenanganMu, ya Tuhan Yesus. |
(0.10943883958333) | (1Kor 2:6) |
(sh: Apresiasi diri dan karunia (Senin, 1 September 2003)) Apresiasi diri dan karuniaApresiasi diri dan karunia.
Yesus pernah berkata, jangan berikan mutiara kepada babi ( Jelas, jemaat Korintus bukan sekumpulan babi. Sejak awal surat, Paulus menyebut mereka sebagai orang yang telah dikuduskan dan dipanggil menjadi orang-orang kudus (ayat 1:2). Kepada mereka hikmat keselamatan Allah telah dinyatakan (ayat 10); hikmat tentang karya keselamatan Allah yang tersembunyi bahkan bagi para penguasa, tetapi yang disediakan Allah bagi kemuliaan mereka yang percaya seperti jemaat Korintus (ayat 7). Mereka pun telah menerima Roh-Nya (ayat 12), yang dalam analogi kemanusiaan, bahkan tahu hal-hal terdalam dari Allah (ayat 10-11). Luar biasa. Apa lagi yang kurang? Atas dasar jati diri ini Paulus hendak menampilkan seperti apa itu manusia rohani: pertama, ia adalah seperti Paulus dan rekan sekerjanya, mengajar dan berkata-kata berdasarkan hikmat dan Roh Allah (ayat 6,13). Kedua, ia juga memahami hal-hal rohani, dan menilai segala sesuatu berdasarkan hikmat Allah, tanpa dinilai orang lain (ayat 14-15). Ketiga, ia tidaklah seperti manusia duniawi (Yun. psukhikos) yang tidak menerima hikmat dari Roh Allah, menganggapnya sebagai kebodohan, dan tidak dapat memahaminya (ayat 14). Singkatnya, manusia rohani dapat mengapresiasi hikmat dan penyertaan Roh Allah melalui hidupnya. Jemaat Korintus, bersama semua yang berseru kepada nama Yesus Kristus seperti kita kini (ayat 1:2) punya untaian indah mutiara karunia ilahi. Sekarang, tinggal bagaimana kita mengapresiasinya. Renungkan: Merasa ada yang kurang dari hidup Anda? Kadang, hal terpenting yang kurang justru adalah apresiasi dan respons yang nyata dalam hidup kita atas karunia-karunia-Nya yang besar itu. |
(0.10943883958333) | (1Kor 3:10) |
(sh: Jangan pakai akar bila rotan tak ada (Rabu, 3 September 2003)) Jangan pakai akar bila rotan tak adaJangan pakai akar bila rotan tak ada. Mengapa? Menurut beberapa orang, karena dalam peribahasa "tak ada rotan akar pun jadi" tersirat bahwa kualitas adalah nomor dua. Seharusnya, bila tak ada rotan langkah yang diambil adalah entah cari rotan ke sumber lain atau rekayasakan bahan alternatif yang sebaik rotan, atau bahkan lebih baik, supaya mutu produk hasil tidak berkurang. Kini Paulus menggunakan metafora pendirian suatu bangunan (mulai dari 9, "bangunan Allah"). Dalam konteks jemaat Korintus, Paulus menjelaskan bahwa dengan karunia Allah, dirinya telah meletakkan dasar jemaat (ayat 10) yang adalah Kristus (ayat 11). Karena itu, Paulus memperingatkan mereka yang sedang membangun jemaat Korintus (tidak termasuk Apolos, bdk. 16:12) di atas dasar itu untuk berhati-hati: jangan membangun jemaat dengan hal-hal yang tidak tahan uji oleh api (ayat 12). Atau, dengan mengikuti nas sebelumnya, jangan dengan pengajaran dan tindakan jerami hikmat manusia (ayat 2:4-5,13), tetapi dengan pemberitaan hikmat Allah. Ketahanujian inilah yang akan menentukan upah seorang pelayan (ayat 14,15; tetapi bukan keselamatannya!). Sebagai penegasan, Paulus juga menyatakan bahwa jemaat setempat di Korintus adalah bait Allah dan Allah akan membinasakan orang yang membinasakan bait-Nya (ayat 16,17). Keprihatinan Paulus adalah jemaat lokal harus dibangun konsisten dengan dasarnya yang adalah Kristus. Kehidupan jemaat harus rohani, yaitu berbeda radikal dengan dunia. Perselisihan dan arogansi adalah tanda dari hikmat duniawi; tanda bahwa kontribusi Kristen kepada bangunan kehidupan jemaat tidak tahan uji. Bahkan, kekeraskepalaan untuk terus hidup duniawi dapat bermuara pada penghakiman karena meniadakan fungsi jemaat sebagai bait Allah: menghadirkan kesaksian Roh akan kasih karunia Allah bagi sekitar. Renungkan: Doakan dan gumulkan terus jemaat tempat Anda bergereja, agar terus bertumbuh dan hidup tahan uji sebagai representasi Allah di sekitar jemaat Anda. |
(0.10943883958333) | (1Kor 4:6) |
(sh: Raja atau hamba? Tuan atau jongos? (Jumat, 5 September 2003)) Raja atau hamba? Tuan atau jongos?Raja atau hamba? Tuan atau jongos? Ini dapat dijawab dengan melihat siapa saja yang ada dalam lingkaran terdekat seseorang. Manusia cenderung untuk berusaha akrab dengan mereka yang secara sosial sejajar, atau kalau mungkin, lebih tinggi. Biasanya, pertemanan akrab dengan mereka yang secara sosial lebih "rendah", apalagi "sampah", dihindari karena berisiko menjatuhkan pamor. Faktor sosial seperti ini adalah salah satu penyebab konflik yang terjadi antara sebagian jemaat Korintus dengan Paulus. Mereka menganggap Paulus yang kerap menderita (ayat 11-13), punya kelemahan fisik ("lemah", 10; bdk. 2Kor. 12:7), dan menghidupi diri dari pekerjaan yang relatif kasar (ayat 12) itu tidak layak untuk tetap dekat dan melayani Korintus, jemaat yang kaya dalam karunia dan berkat. "Tidakkah akan terasa lucu bila Injil berkat melimpah yang jaya itu diberitakan oleh seorang malang, rendah, lemah dan hina (ayat 9-10)?" Paulus mengkoreksi pandangan yang salah ini dengan ironi yang menyindir: mereka mulia sementara Paulus dan rekan-rekannya hina, dan seterusnya (ayat 8-10). Ironi ini bertujuan menyadarkan jemaat Korintus bahwa manusia yang rohani, menerima Roh Allah, memiliki hikmat-Nya, dan bermegah dalam-Nya, justru adalah manusia yang menjadi hamba. Paulus menunjukkan bahwa dalam penderitaan dirinya dan kawan-kawannya justru lebih dekat kepada keadaan Tuhan (bdk. 9-13 dengan Yes. 53:2b-3). Dalam keadaan seperti yang Paulus alami, justru nyata kebenaran bahwa sungguh- sungguh hikmat dan karya Allah adalah kebodohan bagi dunia (bdk. dengan 1:26-29). Karena itu, seperti pada Paulus, panggilan agar kita hidup menjadi orang-orang kudus (ayat 1:2) berarti hidup sedemikian rupa sebagai seorang hamba dengan konsekuensi dianggap bodoh serta hina oleh dunia. Renungkan: Anda juga tidak dapat melayani dua tuan, Allah dan diri Anda ataupun kepentingan pribadi Anda. Tundukkan diri Anda sebagai hamba, supaya Anda dapat melayani Allah dalam dunia. |
(0.10943883958333) | (1Kor 13:1) |
(sh: Untuk keutuhan gereja (Sabtu, 28 November 2009)) Untuk keutuhan gerejaJudul: Untuk keutuhan gereja Untuk apa mengejar karunia rohani? Apa sebenarnya maksud Allah dengan karunia-karunia rohani? Pertanyaan yang seolah mudah dijawab ini ternyata tidak mudah untuk dipraktikkan. Sebab, terbukti dari kasus gereja di Korintus, motivasi, gairah, praktik mereka tentang karunia-karunia ternyata menyimpang dari yang sebenarnya Allah maksudkan. Karunia-karunia seharusnya dikejar karena alasan kasih. Kasih Allah kepada dunia ini, kasih Allah untuk gereja, membuat Ia memberikan berbagai karunia rohani. Yaitu untuk menjangkau orang dengan Injil, dan membangun gereja menjadi utuh. Karena itu, alasan kita berdoa, meminta, mengejar, atau mencari karunia apa pun tidak boleh demi kasih diri sendiri tetapi demi kasih kepada sesama. Karunia-karunia seharusnya dipraktikkan di dalam kasih. Karunia bisa saja dipraktikkan dalam suasana lain misalnya suasana memamerkan kerohanian diri sendiri, atau suasana merendahkan karunia orang lain, atau suasana bersaing-saingan, atau bahkan suasana bertikai rohani. Suasana demikian tentu tidak membangun keutuhan melainkan menimbulkan perpecahan. Akhirnya maksud Allah menganugerahkan karunia justru batal. Tujuan utama pemberian karunia-karunia rohani adalah agar gereja mampu menohok tajam dalam pelayanan di dunia ini, dan gereja menjadi suatu kenyataan yang memancarkan kesejatian Yesus Kristus serta karya-karya-Nya (lih. Yoh. 17: 23). Maka gambaran tubuh adalah hal yang sangat tepat melukiskan apa tujuan atau maksud akhir perolehan dan penggunaan karunia-karunia rohani. Gereja adalah tubuh Kristus. Seperti tubuh terdiri dari banyak anggota, dan tiap anggota memiliki kapasitas khasnya dalam tubuh, demikian juga kita harus memandang berbagai karunia berbeda. Dalam konteks seluruh tubuh, tidak ada anggota tubuh yang tidak penting. Dalam konteks keutuhan tubuh, tidak ada peran anggota tubuh yang tidak diperlukan. Semua penting karena kekhasan dan karena kontribusinya bagi keutuhan tubuh. Karena kapasitas dan kontribusi rohani Anda penting bagi gereja, bagaimana Anda menggunakannya dalam gereja Anda? |
(0.10943883958333) | (1Kor 15:51) |
(sh: Persekutuan kekal (Sabtu, 4 Oktober 2003)) Persekutuan kekalPersekutuan kekal. Bersekutu dengan Tuhan sering diartikan sempit, karena dibatasi ruang dan waktu. Artinya, persekutuan dengan Tuhan hanya ada jika ada kegiatan bersama memuji Tuhan, doa dan baca firman. Sebaliknya jika tidak, meski sedang berkumpul bersama, tidaklah menunjukkan adanya persekutuan dengan Tuhan. Benarkah demikian? Paulus menunjukkan suatu dimensi baru dalam memandang persekutuan dengan Tuhan. Dimensi kekekalan. Paulus mendorong Kristen memegang kebenaran akan kebangkitan dan hidup benar dalam hubungannya dengan aspek persekutuan kekal dengan Tuhan. Usaha Paulus ini tentu saja dibarengi dengan alasan-alasan logis. Pertama, orang mati dalam Tuhan akan dibangkitkan pada waktu bunyi nafiri terakhir dalam keadaan tidak binasa dan telah diubahkan (ayat 51-53). Nabi-nabi Perjanjian Lama seringkali memiliki bayangan tentang terompet, yang digunakan untuk mengumpulkan umat untuk perang; di sini merujuk kepada kumpulan umat Allah pada zaman akhir (bdk. Yes. 27:13). Paulus mengambil bayangan dari khotbah Yesus tentang akhir zaman (Mat. 24:31). Kedua, peristiwa itu merupakan penggenapan firman Tuhan: (Hos. 13:14; Yes. 25:8) bahwa maut telah dilenyapkan oleh kebangkitan Yesus Kristus (ayat 54-56). Paulus mengutip Yesaya yang merujuk ke kemenangan Allah atas kematian zaman akhir, pada pemulihan terakhir Israel. Ulasan Paulus mengenai persekutuan kekal, memberikan kepada kita, orang-orang Kristen pada masa kini dua pelajaran penting pertama, bahwa umat yang gigih mempertahankan persekutuan dengan Tuhan tidak akan sia-sia; kedua, bahwa selain dipertahankan dengan kegigihan, persekutuan dengan Tuhan harus dipelihara agar tidak goyah dan tetap berdiri teguh (ayat 57-58). Renungkan: Tidak ada cara lain untuk memperoleh hidup dalam persekutuan kekal dengan-Nya selain dari persekutuan kita dengan-Nya tetap terjalin baik sampai akhir hayat kita. |
(0.10943883958333) | (Gal 6:11) |
(sh: Mana yang penting: iman atau tanda? (Minggu, 19 Juni 2005)) Mana yang penting: iman atau tanda?Mana yang penting: iman atau tanda?
Pada bagian akhir suratnya, Paulus menyimpulkan bahwa orang-orang
yang memaksa jemaat Galatia untuk disunat adalah orang-orang
yang memegahkan hal-hal lahiriah sebagai tanda kesalehan. Pada
hakikatnya orang sedemikian sebenarnya mengingkari iman Kristen
sejati (ayat 12). Mereka adalah orang-orang munafik yang
menuntut orang lain menaati ajaran mereka sementara mereka
sendiri menghindar semua beban berat itu (ayat 13; bandingkan
dengan teguran Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi di Ketika kekristenan hanya berhenti sebatas tanda lahiriah maka ada begitu banyak kerugian yang akan dialami oleh orang Kristen. Imannya akan mandek bahkan dalam bahaya mati karena tidak lagi menjadi dasar hidup kekristenannya. Yang muncul adalah sejenis kemunafikan. Dari luar kelihatan saleh, tetapi di dalam imannya keropos. Bagaimana mungkin kekristenan seperti itu bisa bertahan menghadapi badai pencobaan? Semudah orang menyembunyikan kalung salib agar tidak ketahuan sebagai orang Kristen, segampang itulah orang menyangkali Tuhannya kalau kualitas kekristenannya hanya sebatas "kulit". Renungkan: Iman sejati akan mewujud dalam kesaksian hidup yang memberkati orang lain. |
(0.10943883958333) | (Ef 1:7) |
(sh: Hak dan tanggung jawab anak-anak Allah (Sabtu, 1 November 2003)) Hak dan tanggung jawab anak-anak AllahHak dan tanggung jawab anak-anak Allah. Diangkatnya kita menjadi anak-anak Allah adalah dampak dari keputusan Allah memilih kita. Sebagai anak, ada hak yang harus kita terima dan ada kewajiban yang harus kita jalankan. Pernyataan Paulus ini, merupakan adaptasi dari hukum Romawi saat itu yang menetapkan bahwa anak yang diadopsi juga harus memiliki dan menikmati hak yang sama dengan anak kandung.Pertanyaan buat kita adalah siapa saja anak-anak Allah itu? Paulus menegaskan bahwa anak-anak Allah tidak hanya terdiri dari etnis Yahudi saja, tetapi juga etnis non Yahudi. Hal ini jelas melalui kata “kami” (ayat 11,12), dan kata “kamu juga” (ayat 13). Kedua etnis ini sekarang tidak hanya memiliki dasar yang sama yaitu Yesus Kristus (ayat 11,13), tetapi juga sama-sama berada dalam Kristus, memiliki warisan yang sama dan dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai tanda bahwa mereka adalah sah milik Kristus (ayat 13-14). Kita adalah orang-orang Kristen yang juga anak-anak pilihan Allah di dalam Kristus. Kita sudah mengalami penebusan,pengampunan dosa oleh pengurbanan Kristus. Langkah selanjutnya yang harus kita lakukan, sebagai tanggung jawab kita adalah: Pertama, hidup kudus dan tanpa cela. Dalam hal ini kita bertanggung jawab untuk meninggalkan perilaku cemar kita dan memasuki proses penyucian yang dilakukan oleh Roh Kudus. Kedua, bergandengan tangan dengan seluruh umat percaya membawa kasih Kristus yang telah kita terima dan alami kepada orang yang belum mengenal-Nya agar mereka pun dapat dipersatukan dalam karya penebusan-Nya. Renungkan: Pancarkan kemuliaan Tuhan yang telah memilih dan memiliki kita secara utuh dan penuh melalui sikap hidup kita, sehingga dunia dapat melihat tanda bahwa kita adalah sah milik Allah. |
(0.10943883958333) | (Ef 2:13) |
(sh: Apa yang Kristus lakukan bagi kita? (Kamis, 10 Oktober 2002)) Apa yang Kristus lakukan bagi kita?Apa yang Kristus lakukan bagi kita? Sekarang Paulus menjelaskan bagaimana Allah telah mendekatkan mereka dengan-Nya dan menjadikan mereka satu umat. Perseteruan Allah dengan mereka dan antara mereka dengan Israel telah dirubuhkan oleh kurban darah Kristus yang tercurah di kayu salib. Perseteruan telah didamaikan. Kristulah kurban damai perseteruan antara manusia dan Allah dan sesama (ayat 14). Tidak hanya tembok pemisah antara manusia dan Allah yang rubuh, tetapi tembok pemisah antara etnis Yahudi dan etnis-etnis nonYahudi pun dihancurkan. Bagaimana Kristus melakukannya? Paulus menjelaskan tiga hal yang dikerjakan Kristus di kayu salib (ayat 15-16). [1]. Yesus membatalkan hukum Taurat (ayat 15). Selain membatalkan hukum-hukum yang memisahkan Yahudi dan nonYahudi seperti hukum sunat dan makanan halal/haram, Yesus juga membatalkan fungsi Taurat sebagai jalan keselamatan. Tetapi fungsi Taurat sebagai hukum bagi umat Allah tetap berlaku sebagai petunjuk hidup baru. [2]. Tuhan Yesus menciptakan satu umat yang baru (ayat 15). Semua etnis Yahudi atau nonYahudi dipersatukan menjadi satu umat di dalam dan oleh Yesus. Namun ini tidak berarti bahwa Yahudi dan nonYahudi bersatu membentuk etnis ketiga atau hilangnya etnis Yahudi dan nonYahudi. Etnis Yahudi tetap Yahudi, etnis nonYahudi tetap nonYahudi. Yang dibatalkan adalah ketidaksetaraan di hadirat Allah. [3].Yesus mendamaikan etnis Yahudi dan nonYahudi dengan Allah (ayat 16). Sekarang umat yang telah didamaikan Kristus disebut sebagai kawan sewarga (ayat 19), dan anggota kerajaan Allah yang hidup di bawah pimpinan dan hukum-hukum Allah. Umat yang didamaikan ini juga disebut keluarga Allah (ayat 19). Sebagai anggota keluarga Allah secara otomatis, relasi antaretnis pun diungkapkan dengan istilah ‘saudara’. Selanjutnya, umat yang didamaikan itu juga disebut sebagai tempat kediaman Allah (ayat 21-22). Renungkan: Jika ada perintang yang kita biarkan menghalangi penghayatan kita sebagai warga kerajaan Allah, sebagai suatu keluarga Allah, kita sedang menghinakan kurban kematian Kristus. |
(0.10943883958333) | (Ef 4:1) |
(sh: Disatukan oleh Kristus (Jumat, 7 November 2003)) Disatukan oleh KristusDisatukan oleh Kristus. Bhinneka tunggal jika adalah asas yang dianut bangsa kita sebagai upaya untuk mempersatukan keragaman budaya di negeri ini. Jika negara kita disatukan oleh satu asas, apakah yang mempersatukan orang-orang Kristen yang jumlahnya milyaran dengan beragam karakter? Melalui tulisan ini, kita mendapatkan jawaban menarik bahwa orang Kristen dipersatukan oleh panggilan Allah yang dialaskan pada satu tubuh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa (ayat 4-6). Semua faktor internal dalam kehidupan orang-orang Kristen mengimplikasikan bahwa manusia yang harkat kemanusiaannya yang lama telah rusak, kini berada dalam pendamaian dan penyatuan di dalam Kristus. Jelas bahwa seharusnya tidak ada perpecahan dalam gereja karena itu bertentangan dengan panggilan Allah. Allah memanggil kita untuk menjadi satu, dan kesatuan itu harus dinyatakan dalam praktik hidup kita sehari-hari (ayat 1-3). Namun, dalam kenyataannya sulit sekali mencegah terjadinya perpecahan di dalam gereja. Sebenarnya, pemicu perpecahan tersebut adalah ketidakseriusan kita memahami arti panggilan Allah. Berbagai perbedaan karakter dan kepentingan dalam jemaat tidak dilihat sebagai “kekayaan umat” yang mempersatukan tetapi dilihat sebagai “kekayaan pribadi” yang mengancam. Paulus mengingatkan dan mengimbau supaya setiap orang Kristen memiliki kehidupan yang berpadanan dengan panggilan-Nya (ayat 1). Artinya, orang Kristen harus menerapkan sikap rendah hati, lemah lembut, sabar, serta menunjukkan kasihnya terhadap sesama dalam menjalankan kehidupannya baik di tengah-tengah persekutuan gereja maupun di tengah-tengah masyarakat (ayat 2). Bisa dibayangkan betapa indahnya kehidupan seperti ini bila terjadi di dalam gereja. Renungkan: Sudahkah hidup kita mencerminkan perpadanan serasi dengan panggilan Allah sehingga Kristus terlihat nyata di dalamnya? |
(0.10943883958333) | (Ef 4:25) |
(sh: Berani tampil beda (Senin, 10 November 2003)) Berani tampil bedaBerani tampil beda. Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatikan atribut yang dipakai mulai dari baju, pernak-pernik sampai tingkah lakunya. Kita akan menyimpulkan bahwa atribut itu merupakan upaya mereka untuk mempublikasi identitas dirinya dengan harapan orang memahami siapa dirinya. Mereka mencari identitas dengan ikut “tren”. Paulus menginginkan agar jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Tujuannya adalah agar mereka menjadi berbeda dengan orang di luar Kristus. Oleh karena itu Paulus memberikan beberapa penekanan, yaitu: [1] moralitas bagi kehidupan orang Kristen, di antaranya tidak berkata dusta, mampu mengendalikan diri dalam keadaan marah, tidak emosional, dan menjaga tutur kata sehingga tidak berkata kotor (ayat 25-31); [2] landasan kehidupan yang telah diletakkan oleh Kristus, yaitu kasih-Nya yang dalam untuk umat-Nya sehingga Ia rela menyerahkan diri sebagai persembahan kurban yang harum bagi Allah (ayat 5:2). Paulus menegaskan agar jemaat mempraktikkan pola kasih Kristus ini dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan dalam kehidupan Kristen. Di zaman sekarang ini, sulit menemukan orang atau keluarga Kristen yang memiliki pola hidup seperti ini. Artinya, tidak semua orang Kristen dapat mempraktikkan prinsip mengasihi dan mengampuni seperti anjuran Paulus. Akan tetapi jangan kita mengartikan kesulitan itu sama dengan tidak mungkin. Yesus Kristus telah mencontohkan hal tersebut, dan Ia mampu. Karena Kristus telah melakukannya untuk kita, maka hal-hal yang tidak mungkin bagi kebanyakan orang menjadi mungkin bagi kita. Renungkan: Maukah Anda mendasarkan hidup Anda pada semangat untuk saling mengasihi dan saling mengampuni, sehingga keunikan kita nyata dalam dunia ini? |