(0.12334396551724) | (Flp 2:1) |
(sh: Belajar merendahkan diri (Sabtu, 1 September 2012)) Belajar merendahkan diriJudul: Belajar merendahkan diri Paulus melihat adanya ancaman internal yang berpotensi mengoyak kesatuan jemaat Filipi, yaitu sikap yang mementingkan diri sendiri sehingga menganggap orang lain tidak penting. Sikap ini merupakan wujud kesombongan karena menganggap diri lebih baik dan lebih hebat daripada orang lain. Sikap sombong ini dapat menghancurkan hubungan antar pribadi dan berpotensi menghambat kemajuan dalam komunitas orang percaya. Orang dengan sikap seperti ini senang mendapatkan pujian bagi dirinya sendiri (3). Ia menganggap dirinya yang paling hebat dan menginginkan orang lain pun menganggap dia demikian. Orang seperti ini biasanya sulit untuk bekerja sama dengan orang lain. Bagi orang tersebut keutuhan komunitas bukanlah prioritasnya. Menanggapi ancaman tersebut, Paulus mengajak segenap jemaat Filipi untuk menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus (5). Yesus sendiri rela melepaskan identitas dengan segala hak-Nya walaupun Ia adalah Allah. Ia rela mengosongkan diri-Nya supaya orang berdosa dapat diselamatkan. Ia mengabaikan kemuliaan diri-Nya dengan membiarkan diri dihina, direndahkan, disiksa, bahkan dibunuh. Perhatikanlah bagaimana Yesus telah merendahkan diri-Nya. Merendahkan diri memang bukan perkara mudah, sebab itu kita perlu melatih diri untuk bersikap demikian dalam relasi kita dengan sesama, khususnya di antara orang percaya. Itu bisa ditunjukkan dengan kesediaan mengalah saat berbeda pendapat untuk hal-hal yang tidak prinsipiel. Dalam kehidupan berjemaat pun kiranya kita belajar untuk tidak menonjolkan diri sendiri saja, tetapi juga memberi kesempatan kepada orang lain untuk maju. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.12334396551724) | (Kol 1:1) |
(sh: Bukan sekadar salam pembuka (Minggu, 1 Juli 2001)) Bukan sekadar salam pembukaBukan sekadar salam pembuka. Ketika kita membaca sebuah surat, bagian manakah yang menjadi perhatian utama: salam pembuka, isi surat, ataukah salam penutup? Kita cenderung mengabaikan salam pembuka dan penutup karena seringkali hanya berfungsi sebagai pelengkap surat. Berbeda halnya dengan salam pembuka surat Paulus kepada jemaat Kolose. Bagian ini penting kita simak untuk mengenal siapa pengirim dan penerima surat. Paulus tidak mengenal dekat jemaat Kolose, namun ia ingin menjalin relasi persaudaraan kristen dengan mereka. Seperti biasanya, ia mengawali suratnya dengan memperkenalkan dirinya (ayat 1) dan bagaimana pengenalannya akan jemaat Kolose (ayat 2). Melalui identitasnya Paulus ingin menegaskan bahwa ia tidak memiliki otoritas atas dirinya sendiri tetapi Allah yang telah memanggilnya menjadi rasul. Ia melayani-Nya karena ia jelas akan panggilan Allah. Demikianlah seharusnya setiap Kristen dalam kehidupan kekristenannya, meneladani Paulus yang menggumuli panggilan hidupnya sebagai hamba Allah pada masing-masing profesinya. Paulus menyebut jemaat sebagai saudara-saudara yang kudus untuk menunjukkan adanya suatu relasi persahabatan dan persaudaraan yang terjalin dalam komunitas Kristen, karena relasi ini hanya mungkin terjadi di dalam jemaat yang telah percaya dan diperbaharui di dalam Yesus Kristus. Relasi persaudaraan di dalam Tuhan tidak terbatas pada pertemuan fisik, tetapi bagaimana setiap anak Tuhan dipersatukan oleh kasih Kristus, di mana pun masing-masing berada. Renungkan: Relasi antar Kristen sedemikian indah karena tidak terbatas pada keterbatasan fisik manusia, tetapi berakar dari kasih Kristus yang mempersatukan. Marilah kita mempererat persaudaraan dengan saudara seiman yang kita kenal saat ini! Bacaan untuk Minggu Ke-4 sesudah Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 448 |
(0.12334396551724) | (Kol 1:1) |
(sh: Pengucapan syukur (Rabu, 14 April 2004)) Pengucapan syukurPengucapan syukur. Rasul Paulus dan teman-teman sepelayanan tidak hanya sekali mengucap syukur tetapi selalu. Hal ini dilakukan mengingat Allah patut menerima hormat dan pujian atas karya-Nya yang menarik mereka dari kegelapan ke dalam terang-Nya. Itu adalah pekerjaan Tuhan yang sangat istimewa bukan hasil usaha manusia. Ia menyadari bahwa kenyataan akan penyebaran injil dan pertumbuhan iman jemaat Kolose itu berpusat pada karya Yesus Kristus. Maka patutlah ia bersyukur. Pertama, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang mau menerima Injil Yesus Kristus. Jemaat Kolose telah menyambut kasih karunia dan damai sejahtera Allah Bapa di dalam Yesus Kristus yang diberitakan oleh Epafras; dan Epafras mendengar berita Injil dari Rasul Paulus di Efesus (Kis. 19:10). Ciri-ciri Injil: berpusat kepada pribadi Yesus Kristus (ayat 2,4), merupakan 'firman kebenaran' (ayat 5), berita kasih karunia (ayat 6b), dan diperuntukkan bagi seluruh dunia (ayat 6). Kedua, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang imannya ditujukan kepada obyek yang tepat, yaitu Yesus Kristus. Jemaat di Kolose telah menjadi percaya kepada Yesus Kristus (ayat 2). Meskipun banyak ajaran dan guru-guru palsu berkembang di Kolose. Ketiga, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang setia menjadi murid Kristus. Paulus menghargai sikap jemaat untuk menjadi murid Epafras hingga mereka mengenal kasih karunia Allah yang sebenarnya (ayat 6). Tentu saja, dengan penekanan bahwa Epafras adalah hamba Kristus yang setia. Epafras telah menjadi model yang diteladani oleh jemaat (ayat 7). Gereja masa kini hendaknya selalu mensyukuri karya Tuhan dalam pemberitaan Injil dan pertumbuhan iman gereja-Nya. Yang kulakukan: Selalu mensyukuri karya Tuhan Yesus dalam membangun dan memelihara gereja-Nya di seluruh dunia. |
(0.12334396551724) | (Kol 1:21) |
(sh: Jangan memusuhi Allah! (Selasa, 15 Mei 2012)) Jangan memusuhi Allah!Judul: Jangan memusuhi Allah! Banyak orang mengira bahwa kejahatan hanyalah sesuatu yang dikaitkan pada aspek perbuatan saja. Artinya, sesuatu yang benar-benar jahat di mata Allah adalah hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan jahat seperti membunuh, mencuri, merampok, korupsi, dan lain sebagainya. Alkitab dengan jelas mengungkapkan bahwa kejahatan terhadap sesama manusia adalah juga perbuatan yang terkait dengan sikap kita terhadap Allah Pencipta (Mat. 25:40). Memusuhi manusia atau tidak mengasihi sesama adalah sikap yang pada hakikatnya memusuhi Allah juga (21). Namun sebenarnya sikap memusuhi Allah dapat pula terjadi di dalam hati kita, yaitu ketika kita memilih untuk melakukan segala sesuatu yang semata-mata sesuai dengan kehendak hati kita sendiri, tanpa peduli apa yang menjadi kehendak hati Allah. Contohnya, adalah: ketika kita berusaha mengejar keselamatan menurut cara kita sendiri dan bersikeras menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka pada dasarnya kita juga sedang memusuhi Allah. Aspek kejahatan memang begitu luas dan kita pernah memusuhi Allah melalui ketidakpercayaan kita. Namun, syukur pada Allah karena Kristus telah mendamaikan kita dengan Allah (22). Hanya di dalam kuasa dan kasih Kristus itulah sikap memusuhi Allah itu dapat diselesaikan. Titik balik dari keadaan memusuhi Allah menjadi umat yang taat kepada-Nya disebut dengan pertobatan. Kini sebagai orang-orang yang sudah bertobat kita harus berpegang teguh pada pengharapan Injil. Kita memiliki jaminan keselamatan maka kita bisa bergiat mengabarkan kabar pendamaian itu kepada semua orang dan mewujudkan pendamaian itu dengan saling mengasihi. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.12334396551724) | (Kol 1:24) |
(sh: Bersukacita karena penderitaan (Minggu, 8 Juli 2001)) Bersukacita karena penderitaanBersukacita karena penderitaan. Jika pada Anda ditanyakan apakah Anda dapat merasakan sukacita ketika berada dalam penderitaan apalagi ketika Anda sedang bekerja bagi Tuhan? Jujur kita katakan bahwa tidak ada seorang pun yang senang menderita. Tetapi mengapa rasul Paulus berkata demikian? Bila kita melihat kembali keberadaan Paulus sebagai hamba Kristus, kita menemukan tokoh kristen yang dengan sungguh-sungguh membaktikan hidupnya bagi Kristus. Kita juga dapat melihat bahwa karena kesetiaannya inilah banyak orang yang menerima Kristus, tetapi banyak juga yang menolak Kristus bahkan berespons berlebihan, membenci dan menyiksa Paulus. Bagaimana reaksi Paulus terhadap respons orang-orang yang menolaknya? Paulus sama sekali tidak mempedulikan respons tersebut, asal orang-orang mengenal Kristus, beriman teguh pada-Nya, dan bertumbuh dewasa secara rohani. Hal apa yang mendasari semangat Paulus melayani? Yesus Kristus. Paulus menempatkan dirinya secara mutlak di bawah otoritas Kristus sebagai pusat pelayanannya. Karya keselamatan Kristus merupakan bagian utama dari setiap pemberitaannya, dan semua pertumbuhan warga jemaat diarahkan kepada Kristus Melalui sikap Paulus ini Kristen belajar tentang banyak hal yang harus diteladani, yaitu bahwa sebagai seorang pelayan Allah, Paulus tidak melihat pelayanan itu sebagai beban, tetapi melihatnya sebagai suatu peran serta, terlibat dan ambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk jemaat-Nya. Kedua, menderita karena melayani Kristus bukanlah suatu hukuman melainkan hak istimewa karena diperkenankan mengambil bagian dalam karya-Nya. Renungkan: Apabila dalam pelayanan, Anda mengalami kesusahan dan penderitaan, bersukacitalah sebab Anda telah mengambil bagian dalam penderitaan yang Kristus alami. Bacaan untuk Minggu Ke-5 sesudah Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 424 PA 1 Kolose 1:15-23 Ketika Paulus menulis surat ini, Ia tahu bahwa iman dan keyakinan Jemaat Kolose sedang berusaha diguncangkan dan diserang oleh orang-orang yang menyebut dirinya kaum intelektual (kaum Gnostik). Ajaran ini sangat tidak puas dengan pengajaran Kristen yang dinilai sangat sederhana, sehingga mereka ingin mengubahnya menjadi suatu filsafat. Dalam usaha mengubah pemahaman iman jemaat, golongan ini memberikan pengajaran yang menjatuhkan Kristus dari jabatan-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat yang satu- satunya. Berhasilkah upaya mereka? Apa yang Paulus lakukan sebagai upaya untuk memperteguh iman dan keyakinan jemaat Kolose? Kita akan mempelajarinya dalam PA di bawah ini. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Menurut kaum Gnostik, Yesus hanyalah salah satu dari sekian banyak perantara Allah dengan manusia. Apakah pengajaran ini bertentangan dengan pemahaman kristiani? Apakah yang Paulus lakukan untuk menangkis pernyataan tersebut? Sebutkan tujuh hal penting yang Paulus kemukakan tentang Yesus (ayat 15-18)! 2. Dari penjelasan Paulus tentang keutamaan Kristus, dapatkah Anda menjelaskan tentang: (a) Siapa Yesus Kristus di dalam diri-Nya (ayat 15); (b) Siapa Yesus Krsitus bagi penciptaan (ayat 16-17); (c) Siapa Yesus Kristus bagi gereja (ayat 18); (d) Siapa Yesus Kristus bagi segala sesuatu (ayat 19-20); (e) Apakah tujuan kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia (ayat 21-23)! Mengapa manusia tidak dapat mendamaikan dirinya sendiri dengan Allah? Jelaskan! 3. Uraian Paulus tentang keutamaan Kristus selain telah mementahkan ajaran golongan gnostik, juga meneguhkan keyakinan iman Kristen kepada Yesus Kristus. Menurut Anda, bagaimanakah seharusnya Kristen menyikapi pengajaran-pengajaran miring tentang Kristus dari luar, dan dari dalam kekristenan? Apa yang harus Kristen lakukan? Jelaskan! 4. Apakah yang harus Kristen lakukan, dalam tindakan konkret, sebagai konsekuensi dan tanggung jawab terhadap tindakan pendamaian Yesus Kristus? Jelaskan! |
(0.12334396551724) | (Kol 4:2) |
(sh: Bersama menjadi instrumen Allah (Sabtu, 24 April 2004)) Bersama menjadi instrumen AllahBersama menjadi instrumen Allah. Di antara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan tidak jarang kita menjumpai persaingan yang tidak sehat. Para aktivis Kristen senior seringkali dikeluhkan bersikap menghambat kemajuan mereka yang junior. Tidak demikian teladan yang kita temui dalam diri Paulus. Sebagai seorang hamba Tuhan yang sungguh ingin agar rencana Allah mengalami kemajuan, Paulus mengajukan permintaan dan dorongan yang intinya justru mengundang semua orang percaya di Kolose untuk bersama dengannya menjadi instrumen Allah. Paulus meminta agar warga gereja di Kolose melakukan itu dengan berdoa (ayat 2-4). Bahkan Paulus juga meminta mereka tidak saja bersyukur dan berjaga-jaga dalam doa tetapi juga mendukung Paulus dalam doa mereka. Para pelayan Tuhan ada di garis depan dan seringkali menghadapi ketertutupan, tentangan atau godaan untuk mengurangi keutuhan pesan Injil. Paulus tak segan meminta gereja di Kolose berdoa agar Paulus dimampukan mengatasi rintangan-rintangan tersebut (ayat 3b-4). Paulus ingin tidak saja dirinya menjadi pemberita Injil yang handal. Ia ingin setiap warga gereja pun memiliki kerinduan agar mereka yang masih di luar anugerah beroleh kesempatan mengenal anugerah Allah. Kesempatan itu bisa tercipta melalui pemberitaan Injil, bisa juga melalui perbuatan nyata. Paulus mendorong warga gereja agar cerdas melihat bahwa setiap sikap dan tindakan dapat menjadi instrumen melalui mana orang memandang keajaiban anugerah Allah (ayat 5). Kesaksian hidup akan menjadi lengkap bila diiringi oleh kesaksian kata-kata. Orang beriman perlu mengembangkan dua segi kesaksian ini dengan seimbang: kesaksian hidup dan kesaksian kata (ayat 6). Melalui doa, kesaksian hidup dan kata, orang menjadi instrumen anugerah Allah. Untuk dilakukan: Sesama tubuh Kristus sepatutnya tidak saling jegal atau masa bodoh tetapi saling bergantung dan mendukung menjadi instrumen Allah. |
(0.12334396551724) | (Kol 4:5) |
(sh: Relasi dengan Tuhan teraplikasi dalam relasi dengan sesama (Sabtu, 14 Juli 2001)) Relasi dengan Tuhan teraplikasi dalam relasi dengan sesamaRelasi dengan Tuhan teraplikasi dalam relasi dengan sesama. Betapa indahnya kehidupan seorang kristen yang hidupnya transparan baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Siapa pun yang bertemu dan berinteraksi dengannya akan merasakan sentuhan kasih yang tulus dan penuh kekuatan, karena doa merupakan prioritas dalam hidupnya. Relasi Kristen dengan Tuhan dalam doa merupakan sarana yang spesifik dan konkrit. Pertama, berdoa dengan tekun (ayat 2). Ini membutuhkan usaha dan kesabaran dalam menanti jawaban Tuhan. Di dalam doa yang tekun terkandung kesiapsiagaan terhadap musuh-musuh yang seringkali menggoyahkan ketekunan dalam berdoa, sehingga kita cepat menggerutu, mempersalahkan Tuhan, mogok berkomunikasi dengan Tuhan, dan kehilangan kerinduan hati untuk berdoa. Oleh karena itu Paulus mengatakan bahwa doa yang tekun adalah doa yang disertai ucapan syukur, karena apa pun dan kapan pun doanya dijawab, ia yakin bahwa semuanya kehendak Tuhan bagi kebaikannya. Kedua, sehebat apa pun seseorang tetap membutuhkan dukungan doa dari saudara seiman. Paulus menyatakan kebutuhan ini dengan satu permintaan yang spesifik (ayat 3-4). Ada tiga hal penting yang ia mohon didoakan: [1] agar Allah membuka pintu bagi pemberitaan Injil, [2] agar ia memiliki kesempatan untuk memproklamasikan Kristus, dan [3] agar presentasi tentang Injil yang disampaikan dapat dimengerti dengan jelas oleh orang-orang yang dilayaninya. Permohonan ini sangat spesifik dan relevan dengan kondisi Paulus saat itu. Relasi dengan Tuhan akan teraplikasi dalam relasi dengan sesama (ayat 5-6). Kristen memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesama, dapat memanfaatkan waktu dengan baik, dan menjadi seorang komunikator yang baik: perkataannya merefleksikan anugerah Allah, membangun dan memberikan semangat orang lain, serta siap mempertanggungjawabkan hidupnya dalam situasi apa pun kepada siapa pun. Renungkan: Hidup penuh hikmat dan dapat merefleksikan anugerah Allah adalah kehidupan Kristen yang menjaga kualitas hidup rohaninya dalam persekutuan dengan Tuhan melalui doa. Milikilah jam doa dan alami kuasa doa yang mengubahkan hidup Anda, sehingga aplikasi konkrit dalam relasi dengan sesama pun menjadi nyata. |
(0.12334396551724) | (1Tim 5:3) |
(sh: Para janda dalam kehidupan jemaat (Senin, 17 Juni 2002)) Para janda dalam kehidupan jemaatPara janda dalam kehidupan jemaat. Perjanjian Lama telah mengajarkan bahwa umat Allah harus memperhatikan para janda (mis. Ul. 24:19). Prinsip itu tetap berlaku pada masa gereja Perjanjian Baru. Gereja waktu itu, walaupun dalam keadaan yang sulit, tetap mempunyai kewajiban untuk memperhatikan kesejahteraan mereka yang hidup berkekurangan. Tetapi, masalah timbul. Tidak semua janda layak menerima bantuan jemaat yang jumlahnya terbatas itu. Beberapa janda masih mempunyai sanak saudara yang sebenarnya masih mampu untuk menanggung mereka (ayat 4-8). Lainnya masih cukup muda dan masih dapat menghidupi diri, entah secara mandiri ataupun dengan kembali berkeluarga (ayat 11-14). Lainnya lagi cukup kaya (ayat 6). Jika mereka tetap ikut menerima bantuan, maka banyak janda lain yang "benar-benar janda" (ayat 1), yang "ditinggalkan seorang diri" (ayat 5) dan betul-betul hidup berkekurangan, malah tidak menerima bantuan. Selain masalah ini, Timotius juga harus membereskan masalah dari keteraturan hidup berjemaat karena beberapa dari antara para janda itu hidup tidak disiplin (ayat 12-14), dan beberapa bahkan telah "tersesat mengikuti Iblis" (ayat 15). Tuntunan yang diberikan Paulus kepada Timotius ini memberikan beberapa pengajaran penting tentang kehidupan berjemaat. Pertama, suatu jemaat/komunitas Kristen harus memperhatikan sesama saudara/i yang hidup berkekurangan (mis. para janda). Harus ada kebijakan dan langkah yang jelas dan dapat dilaksanakan. Kedua, tidak teraturnya perhatian jemaat terhadap pelayanan diakonia seperti ini akan memberikan "alasan bagi lawan untuk memburuk-burukkan nama kita" (ayat 14). Ini akan berpengaruh pada kesaksian jemaat bagi orang-orang lain. Terakhir, Paulus menunjukkan bahwa mereka yang berkekurangan juga punya kontribusi bagi kehidupan jemaat sebagaimana yang lainnya. Walaupun mereka dibantu, mereka tetap punya peranan dalam kehidupan jemaat yang saling melayani (ayat 9). Renungkan: Beri penilaian secara jujur tentang keterlibatan Anda di jemaat Anda dengan dan bagi sesama anggota lain yang berkekurangan. |
(0.12334396551724) | (Ibr 10:19) |
(sh: Kekudusan dalam Kekristenan (Rabu, 3 Mei 2000)) Kekudusan dalam KekristenanKekudusan dalam Kekristenan. Kekristenan bukanlah suatu teori namun kebenaran yang aplikatif. Karena itu iman kristen dipraktekkan dan diekspresikan secara verbal. Kebenaran itu harus dihidupi bukan hanya secara apa yang nampak namun juga secara apa yang tidak nampak, yaitu kehidupan batin manusia. Demikian juga kekudusan Kristen bukanlah bersifat mistis ataupun magis, atau yang membuat Kristen menjadi manusia yang hidup dengan dirinya sendiri dan terpisah dari dunia, atau kekudusan yang menekankan kepada manusia batiniah saja, namun kekudusan yang komprehensif meliputi seluruh kehidupan manusia, dinamis, dan kooperatif. Karya penebusan Kristus yang menguduskan manusia harus dihidupi dan diwujudnyatakan dalam kehidupan Kristen secara individu maupun komunitas. Oleh karena darah Kristus, Kristen mempunyai hak istimewa untuk menghampiri takhta Allah dengan penuh keberanian. Tidak ada lagi dosa yang menghambat. Tidak diperlukan lagi prosesi ataupun upacara yang bertele-tele untuk menghadap Allah, karena Kristen adalah umat yang kudus di hadapan Allah. Kekudusan itu harus dimanifestasikan melalui hati yang tulus dan keyakinan iman yang teguh ketika menghadap takhta Allah. Ini berarti kekudusan Kristen meliputi hati dan pikiran, ketulusan dan iman, perasaan dan logika. Di samping itu, Kristen yang kudus harus berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan Kristen. Kristen harus selalu memandang kepada Kristus yang berdiri di sebelah kanan Allah, sebagai Imam Besar. Kristen janganlah mudah terombang-ambing oleh berbagai isu yang seringkali menggoncangkan imannya. Ia yang menjanjikan adalah setia sehingga apa pun yang terjadi dalam kehidupan Kristen di dunia, yakinlah bahwa Kristen akan tetap sampai kepada takhta Allah yang kudus. Berarti kekudusan meliputi ketekunan dan kesetiaan. Setelah kehidupan yang tidak kasat mata secara individual, Kristen harus menghidupi kebenaran Kristen secara komunitas, melawan dosa, Iblis, dan pencobaan. Kekudusan Kristen termanifestasikan ketika mereka berbagi hidup dengan yang lain, memberi, dan menerima dorongan, mendorong satu dengan yang lain dalam kasih dan perbuatan baik (24). Renungkan: Janganlah mencoba menjadi Kristen yang individual. Allah memberikan gereja untuk saling mendukung dan saling membantu. |
(0.12334396551724) | (Ibr 13:20) |
(sh: Maha Karya Kristus (Sabtu, 13 Mei 2000)) Maha Karya KristusMaha Karya Kristus. Penutupan surat Ibrani ini mengandung makna yang indah dan dalam tentang iman dan kehidupan kristen. Di dalamnya, penulis mengingatkan kita sekali lagi apa yang sudah dilakukan oleh komitmen Allah untuk kekudusan kita. Jika kita harus dikuduskan maka kita membutuhkan Seorang Gembala Agung yang sudah bangkit dari kematian, untuk menuntun langkah kita di jalan kebenaran. Dengan demikian kita dapat yakin sepenuhnya bahwa melalui-Nya, Allah akan memenuhi setiap janji yang pernah diucapkan. Penulis juga berpesan kepada jemaat bahwa Timotius 'saudara kita' akan datang. Menarik sekali untuk disimak perkataan 'Timotius saudara kita'. Timotius sudah menjadi seorang saudara bagi jemaat Ibrani dan penulis surat. Tidak perlu diragukan lagi, mereka sudah memperlakukan pelayanan Timotius sebagai pelayanan mereka sendiri. Mereka tentunya berdoa senantiasa untuknya. Kedatangannya merupakan sumber kesukacitaan mereka. Ini semua membuktikan bahwa iman yang benar di dalam Kristus memperluas wawasan Kristen. Iman yang benar akan mengangkat Kristen keluar dari perhatiannya terhadap masalah yang sempit, pribadi, dan egois atau keluar dari masalah nasional sekalipun. Iman yang benar akan membawa Kristen memperhatikan masalah internasional yang berhubungan dengan pelayanan Kristus dan para pekerja-Nya di seluruh dunia. Pada akhirnya semua ini akan memampukan kita untuk melihat bagian-bagian yang tak dapat dipisahkan dari 'perusahaan raksasa-Nya'. Tidak hanya itu, iman yang benar akan memimpin Kristen kepada suatu realita yang sangat mengagumkan dari keluarga Allah (24). Sebab selain mungkin terjadinya percekcokan dalam keluarga itu, Kristen akan mengalami dan merasakan kasih yang nyata lahir dari Roh Allah yang akan mempersatukan Kristen di dalam Kristus - Kristen di seluruh dunia dan Kristen di sepanjang segala abad. Renungkan: Karya keselamatan Kristus adalah sebuah Maha Karya. Karena Maha Karya ini tidak hanya menebus dan menguduskan individu namun juga mempersatukan seluruh umat tebusan-Nya. Tidak hanya mereka yang berasal dari satu bangsa atau satu generasi, tetapi dari berbagai bangsa dan sepanjang zaman. Maha Karya itu mampu menembus ras, ruang, dan waktu. |
(0.12334396551724) | (Yak 1:12) |
(sh: Jadikan pencobaan yang Anda alami, pasangan kelemahlembutan Anda (Minggu, 3 Juni 2001)) Jadikan pencobaan yang Anda alami, pasangan kelemahlembutan AndaJadikan pencobaan yang Anda alami, pasangan kelemahlembutan Anda. Kecenderungan manusia mencari kambing hitam atas pergumulan hidup yang dialaminya memang tidak pernah berubah dari zaman ke zaman. Sejak manusia jatuh dalam dosa, kecenderungan ini menjadi tidak asing lagi. Tetapi manusia tidak cukup puas mengkambinghitamkan ciptaan lain atau sesamanya, ini yang menyebabkan manusia seringkali menyalahkan Tuhan, Sang Pencipta. Yakobus menegaskan bahwa sikap ini tidak benar. Kristen seharusnya kembali kepada kebenaran bahwa pencobaan tidak pernah datang dari Allah karena Ia senantiasa memikirkan, memberikan, dan menganugerahkan yang terbaik bagi kita (13, 17). Mana mungkin pencobaan yang bertujuan menjatuhkan datang dari Allah? Kita sudah tahu darimana asal pencobaan (14-15), oleh karena itu tidak ada gunanya lagi mengkambinghitamkan pihak lain, karena sikap ini akan memberi peluang bagi pencobaan itu untuk menguasai dan mengalahkan kita. Pencobaan dapat dipakai Allah berpasangan dengan kelemahlembutan kita untuk membongkar dan mengikis karakter, keinginan, pola hidup, dan dosa-dosa yang menghambat pertumbuhan rohani kita. Inilah alasan bagi kita untuk berbahagia (12). Allah adalah sumber segala yang baik dan Pencipta segala hasil dan akibat yang sempurna. Keterbukaan kepada pembentukan Allah yang mengizinkan pencobaan demi pencobaan menguji iman kita, akan memberikan hasil pertumbuhan yang nyata dan rohani yang dewasa. Renungkan: Pencobaan dan pengujian bisa datang bersamaan di dalam kehidupan Kristen, walaupun sumber keduanya saling bertentangan. Keduanya pun dapat berfungsi positif dalam hidup Kristen yang lemahlembut, karena Allah yang sanggup mengubah fungsinya. Bacaan untuk Hari Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 443 |
(0.12334396551724) | (Yak 2:14) |
(sh: Pembuktian iman (Rabu, 6 Juni 2001)) Pembuktian imanPembuktian iman. Tidak ada gunanya bila seseorang mengaku beriman tetapi tidak disertai dengan perbuatan sebagai perwujudan imannya. Ilustrasi yang dipakai Yakobus (15-16) menggambarkan bahwa perkataan tanpa tindakan konkrit selaras perkataan adalah omong kosong, yang tidak akan membawa dampak apa pun bagi orang lain. Betapa pun besarnya bentuk perhatian melalui kata-kata pertolongan tidak akan menolong orang yang sedang kelaparan dan kedinginan, karena yang dibutuhkan adalah makanan dan pakaian. Bagaimana orang lain mengenal kita sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus? Dari KTP, surat baptis, surat sidi, ataukah surat keanggotaan gereja? Semua identitas ini tidak menjamin bila perbuatan baik kita tidak tercermin dalam kehidupan kita (20, 26), inilah iman yang kosong dan mati. Benarkah bahwa iman yang benar seharusnya didasari pemahaman yang benar tentang siapa yang diimani? Dapatkah dibenarkan bilamana iman hanya berhenti sampai tingkat pemahaman saja? Jawaban bagi kedua pertanyaan ini adalah ‘tidak benar’. Mengapa demikian? Karena iman yang hanya muncul dari pengakuan tanpa penghayatan dalam kesehari-harian tidak menyelamatkan. Bukan dasar imannya — Yesus Kristus, yang tidak menyelamatkan, tetapi iman yang tidak terwujud dalam perbuatan merupakan slogan kosong yang hanya enak didengar tanpa membawa perubahan apa pun dalam dirinya, tak bedanya dengan pengakuan setan (19). Kepercayaan dan pengakuan setan bahwa Allah itu baik, Yesus Kristus adalah Anak Allah yang Maha tinggi, tidak membawa pengaruh apa pun baginya. Abraham dibenarkan bukan karena iman yang kosong, namun karena perbuatan yang selaras dengan imannya, sehingga Allah berkenan kepadanya (21-24). Tak ada gunanya bila ia hanya mengaku dan percaya bahwa Allah Maha Kuasa membangkitkan orang mati tetapi tidak sungguh-sungguh melaksanakan kehendak Allah. Julukan baginya: “Bapak orang beriman” dan “sahabat Allah” memang tepat disandangnya sebagai orang yang melakukan imannya. Renungkan: Berapa pun besarnya Anda mengaku memiliki iman kepada Yesus Kristus, namun tanpa perbuatan selaras iman, tidak akan mengubah apa pun dalam hidup Anda sebagai Kristen. |
(0.12334396551724) | (1Ptr 1:22) |
(sh: Mempertahankan hidup kudus (Jumat, 15 Oktober 2004)) Mempertahankan hidup kudusMempertahankan hidup kudus. Sejak Sutinah dibaptis, ia dengan setia bersaat teduh, berdoa dan membaca Alkitab setiap hari. Menurutnya firman Tuhan memberinya petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya setiap hari. Sutinah diubahkan Tuhan dalam kebiasaan jelek mengumpat dan merajuk. Ia tidak lagi berbohong dan memfitnah. Hidupnya berubah menjadi kudus! Hidup kudus adalah anugerah Tuhan. Hidup kudus merupakan akibat perubahan status dari orang belum percaya menjadi anak Tuhan dan menjadi dasar hidup orang percaya. Orang percaya ialah orang yang sudah dilahirkan baru dengan benih kekal, yaitu firman Tuhan yang menguduskannya (ayat 1:23). Namun, kekudusan ini bisa dinodai dengan perbuatan dosa yang sewaktu-waktu dilakukan! Setelah seseorang menjadi anak Tuhan, ia masih bisa jatuh ke dalam dosa karena tidak taat atau tidak waspada. Itu sebabnya, Petrus menasihati umat Tuhan agar mereka lebih bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan sepenuh hati. Kasih Tuhan akan mencegah kita untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingan, kepuasan, dan egosentrisme. Kasih Tuhan seharusnya mendorong kita untuk dengan tegas membuang segala dosa yang menyakiti hati Tuhan maupun sesama (ayat 2:1). Sumber kekuatan untuk dapat tetap hidup kudus adalah firman Tuhan. Firman Tuhan itu kekal sampai selama-lamanya, tidak berubah dan sekaligus menjadi sumber yang tidak habis-habisnya mengisi kehidupan orang-orang percaya (ayat 24-25). Menjadikan firman Tuhan sebagai "minuman rohani" seperti bayi yang membutuhkan susu adalah cara untuk tetap memelihara kemurnian iman dan menumbuhkan kekuatan rohani kita (ayat 2:2). Dengan cara demikian, kita mampu menghadapi segala kejahatan, tipu muslihat, kedengkian dan fitnah (ayat 1). Anak Tuhan yang telah mengecap kebaikan Tuhan pasti memiliki dorongan kuat untuk terus menikmati dan melakukan firman Tuhan sepanjang hidupnya (ayat 3). Ingat: Jika kasih Yesus dan firman kebenaran Tuhan sungguh mendiami hati kita, kita akan bertumbuh menyerupai Yesus. |
(0.12334396551724) | (1Ptr 5:1) |
(sh: Gaya kepemimpinan Kristiani (Minggu, 18 Juli 1999)) Gaya kepemimpinan KristianiGaya kepemimpinan Kristiani Kondisi genting, tantangan berat dari pihak kerajaan Roma yang harus dihadapi jemaat yang tersebar di Asia Kecil saat itu, mendorong Petrus menuliskan nasihat khusus untuk para penatua dan orang muda (anggota jemaat). Petrus yang mengidentifikasikan dirinya sebagai rasul di awal suratnya (1:1), dalam bagian ini menyebut dirinya sebagai teman penatua dari jemaat. Penyamaan status ini untuk menekankan pada penatua jemaat agar serius dan bertanggungjawab penuh dalam menggembalakan jemaat di setiap kota/daerah, seperti yang telah dilakukannya. Pemimpin sebagai "gembala". Petrus menekankan model kepemimpinan yang harus dimiliki oleh para penatua. Meneladani Sang Gembala Agung, Yesus Kristus, begitulah para penatua menjalankan tugas pelayanannya dan menjadi teladan bagi jemaat yang dipimpinnya. Petrus sendiri sebagai seorang saksi penderitaan Kristus menegaskan bahwa kepemimpinan bukan penggunaan kekuasaan kepada yang dipimpin dengan kecongkakan atau untuk mencari keuntungan sendiri. Kepemimpinan tidak pula untuk memaksa. Akan tetapi, pemimpin memimpin dengan merendahkan diri dan melayani serta penundukan diri, dan menempatkan diri sebagai "gembala". Jemaat sebagai "kawanan gembalaan". Penundukan diri adalah tema yang diulang-ulang oleh Petrus dalam surat ini. Petrus mengutip dari kitab Amsal sebagai peringatan tentang sikap dan tindakan Tuhan kepada orang yang meninggikan diri. Kutipan ini mengingatkan bagaimana hubungan timbal balik yang harus ada dalam jemaat: antara penatua dan anggota jemaat. Keduanya harus menundukkan diri dulu di bawah otoritas Tuhan, maka sikap saling menghargai, menghormati, dan melayani akan mewarnai kehidupan jemaat. Siap sedia. Jemaat yang sedang merantau di dunia ini tidak sedang berekreasi atau santai, tetapi sedang dalam arena peperangan. Berbagai cara dipakai iblis untuk menghancurkan. Baik penatua maupun jemaat harus melawan si iblis, menyerahkan kekuatiran dan berharap kepada Tuhan. |
(0.12334396551724) | (Why 1:9) |
(sh: Kristus yang Ilahi (Selasa, 22 Oktober 2002)) Kristus yang IlahiKristus yang Ilahi. Sebagai sastra apokaliptik, Kitab Wahyu sarat dengan simbol alias penanda. Tidak jarang simbol-simbol itu terlihat sangat dahsyat namun juta terkesan ganjil. Tapi, simbol-simbol itu dalam kitab ini tidak dimaksudkan untuk membingungkan umat Allah. Sebagai penanda, simbol bersinggungan dengan suatu realitas yang sangat agung dan bermaksud menuntun kita pada pengenalan dan penghayatan akan realitas tersebut. Ketika bertutur tentang penyataan diri Kristus, simbol-simbol itu bersaksi tentang kemuliaan-Nya dan sikap-Nya yang senantiasa penuh perhatian terhadapnya. Sementara gereja sepanjang masa dan tempat dilambangkan dengan tujuh kaki dian, Kristus dikatakan berjalan di antara ketujuh kaki dian tersebut. Artinya, Kristus kerap kali melawan Gereja-Nya. Kristus, yang disimbolkan sebagai sosok serupa Anak Manusia, yang mengingatkan kita pada otoritas-Nya sebaga Raja sekaligus Hakim (bdk. Dan. 7:13-14; Mrk. 14:62; Mat. 16:27; 24:30; 25:31, dst.), kali ini tampil dalam hubungan yang sangat intens dengan Gereja-Nya. Ia sedang berurusan dengan ketujuh sidang jemaat di Asia Kecil, yang bukan secara kebetulan memiliki ciri-ciri yang bakal terdapat pula pada sidang-sidang jemaat di sepanjang sejarah Gereja. Sosok serupa Anak Manusia, yakni Yesus Kristus itu, nampak sangat dahsyat dalam simbol-simbol yang melukiskan keilahian-Nya (ayat 14-15,16) sekaligus otoritas-Nya atas Gereja (ayat 16) dan kematian (ayat 17-18). Atas dasar semua inilah Yesus Kristus, Tuhan yang bangkit itu berfirman kepada Gereja-Nya. Menghayati keagungan Tuhan yang bangkit, Yohanes tidak menyesali keadaannya sebagai tawanan karena Kristus. Menyebut dirinya sendiri sebagai “saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan, dan dalam ketekunan menantikan Kristus”, rupanya ia juga ingin supaya orang-orang percaya lainnya tetap setia kepada Sang Kristus pada masa-masa sukar itu. Ia juga mengajak mereka, dalam sidang-sidang jemaat yang di dalamnya mereka bernaung, untuk mendengarkan firman Tuhan, Raja Gereja. Renungkan: [kosong] |
(0.12334396551724) | (Why 1:9) |
(sh: Seperti demikianlah Dia! (Minggu, 14 Desember 2003)) Seperti demikianlah Dia!Seperti demikianlah Dia! Nas ini bukan ulasan mode terkini dari penampilan Oknum Surgawi yang agak nyentrik dan sangar. Fokus utamanya bukanlah berbagai detil atribut yang tampak dalam penglihatan ini, tetapi kepada Dia yang berfirman itu. Penampakan sosok dalam penglihatan Yohanes ini mengingatkan kita pada penampakan tokoh-tokoh dalam penglihatan Daniel dan Yehezkiel (ayat 12-15. Mis. “jubahnya ... dan dada... berlilitkan ikat pinggang dari emas” bdk. Dan. 10:5; “kepala dan rambut... putih,” bdk. Dan. 7:9 dst.; lih. cat. kaki pada Alkitab Anda). Sang tokoh dalam penglihatan Yohanes ini lebih dari sekadar utusan Allah. Dia adalah sosok seperti “Anak Manusia” sekaligus “Yang Lanjut Usianya”. Tujuh kaki dian dari emas dalam PL dinyalakan di kemah suci (juga bait Allah) di hadapan Allah (Kel. 27:21; Im. 24:2-4). Dia yang serupa Anak Manusia (ayat 13) itu adalah Kristus, Tuhan sendiri. Ia memegang pedang yang adalah firman-Nya, yang akan digunakan-Nya untuk menghakimi (ayat 2:16; 19:15). Ia hidup, dan “memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (ayat 18). Karena itu, Ia layak ditakuti dengan amat sangat (ayat 17). Akan tetapi, firman-Nya kepada Yohanes “Jangan takut!” Kristus di dalam kuasa dan keagungan-Nya hadir tidak untuk menakut-nakuti Yohanes dan saudara-saudarinya yang dalam kesusahan dan yang tetap bertekun (ayat 9), dulu dan sekarang. Dia memperingatkan, tetapi juga menghibur dan meneguhkan kita. Renungkan: Ia akan datang, dan Ia berkuasa! Biarkan ini menjadi penghiburan Anda dalam perjuangan Anda untuk bertekun hari ini. |
(0.12334396551724) | (Why 2:1) |
(sh: Kehilangan kasih mula-mula (Rabu, 23 Oktober 2002)) Kehilangan kasih mula-mulaKehilangan kasih mula-mula. Apabila ada suatu sidang jemaat yang sangat kokoh berpegang pada ajaran yang benar, tak kenal lelah melayani Tuhan, bahkan sampai harus menderita sengsara karena Tuha, itulah jemaat Efesus. Militansi mereka bagi Tuhan tak diragukan lagi. Kecintaan mereka pada kebenaran Injil tidak kenal kompromi. Bahkanmereka mengritik pengajar-pengajar palsu dan membongkar kesesatan mereka, baik dari segi pengajaran maupun moralitas (ayat 2,6). Sungguh, mereka menjalankan amanat rasuli untuk “menguji roh” (ayat 1Yoh. 4:2, bdk. 1Tes. 5:21) yang pada galibnya berakar dari ajaran Tuhan Yesus sendiri semasa kehidupan bumiah-Nya (Mat. 7:15-20). Tuhan sendiri memuji Jemaat Efesus: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu ...” (Why. 2:2a). Namun, Tuhan juga menegur keras jemaat Efesus karena ada kekurangan, yang menurut pandangan Tuhan, fatal “Engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” (ayat 14). Keseriusan teguran ini diperkuat dengankomentar bahwa hal meninggalkan kasih yang semula merupakan kejatuhan yang sangat dalam, serta seruan bertobat yang dibarengi dengan nubuatan hukuman bagi penolakan untuk bertobat (ayat 5). Dia yang memiliki otoritas mutlak atas Gereja sekaligus sangat menaruh perhatian terhadapnya (ayat 1b) memang tidak main-main. “Meninggalkan kasih mula-mula” atau “kasih menjadi dingin” (Mat. 24:12) bukan menunjuk pada lunturnya kasih kepada Tuhan. Mereka masih tekun melayani, mempertahankan kebenaran Injil. Bahkan menderita aniaya, sebagai rutinitas dan bukan kecintaan mereka kepada Tuhan. Juga, sering kali kecintaan kepada kebenaran, melunturkan kasih kepada sesama, dan memandangnya dari segi benar-salah semata. Suasana persekutuan yang pada mulanya begitu indah, kini berubah menjadi suasana dingan dan kaku, yang setiap saat bisa meletus dalam silang sengketa yang mengarah pada perpecahan. Renungkan: Berpegang pada kebenaran dalam kasih (Ef. 4:15) memang tidak mudah. Kita cenderung memilih salah satu. Tapi Tuan menghendaki keduanya ada dalam diri kita dan nyata dalam Gereja. |
(0.12334396551724) | (Why 2:8) |
(sh: Alfa dan Omega (Selasa, 16 Desember 2003)) Alfa dan OmegaAlfa dan Omega. Kemungkinan jemaat Smirna didirikan oleh Paulus selama perjalanannya yang ketiga, tahun 53-56 (Kis. 19:10). Jemaat di Smirna adalah jemaat yang menderita. Penderitaan yang meliputi beberapa hal: [1] menderita kemiskinan dan dikucilkan dari kehidupan masyarakat umumnya. Ini terjadi karena orang Kristen di kota ini menolak untuk menyembah Kaisar di kuil; [2] korban fitnah. Orang Kristen yang tidak menyembah Kaisar difitnah dan dipojokkan oleh orang-orang Yahudi sebagai orang-orang yang melanggar peraturan. Firman Tuhan menyebut orang-orang Yahudi ini sebagai “jemaah Iblis”, karena pekerjaan yang mereka lakukan adalah pekerjaan Iblis yang mendakwa dan menuduh orang-orang percaya; [3] menderita di penjara. Penjara adalah suatu hukuman yang biasanya berakhir dengan penderitaan yang keempat yaitu kematian. Istilah kesusahan selama sepuluh hari di sini menunjuk kepada periode yang penuh dan tertentu, namun singkat. Polikarpus adalah seorang teladan yang telah menjadi martir akibat kesetiaannya kepada Kristus. Di kota Smirna keputusan untuk menjadi pengikut Kristus sungguh-sungguh merupakan pengorbanan yang nyata, suatu kehidupan yang berisiko. Namun, di tengah-tengah penderitaan ini Yesus Kristus menyatakan diri-Nya sebagai Yang Awal dan Yang Akhir. Dia bahkan mengetahui segala sesuatu yang dialami jemaat-Nya, dan itu berada di bawah kuasa-Nya (ayat 10). Dia adalah Penguasa kekal, yang sesungguhnya, jauh lebih tinggi daripada Kaisar. Dia telah mati tetapi hidup kembali, dan telah mengalami penderitaan sampai batas kematian namun berkuasa mengalahkan kuasa kematian. Renungkan: Hal terindah yang harus kita syukuri adalah bahwa melalui penderitaan itu kemurnian iman kita diuji dan dinyatakan. Bahkan kepada mereka yang setia kepada-Nya sampai batas ajal, akan dikaruniakan mahkota kehidupan. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk berani menderita bagi-Nya. |
(0.12334396551724) | (Why 2:18) |
(sh: Batas tipis toleransi dan kompromi (Sabtu, 26 Oktober 2002)) Batas tipis toleransi dan kompromiBatas tipis toleransi dan kompromi. Ruhan, Raja Gereja, kali ini mengingatkan sidang jemaat di Tiatira, yang di satu sisi masih memiliki hal-hal yang indah, yakni kasih dan iman sebagaimana terungkap dalam pelayanan dan ketekunan mereka. Istilah ketekunan barangkali menyiratkan adanya rintangan-rintangan dalam pelayanan yang jeaat Tiatira kerjakan. Namun, mereka tidak undur dari pelayanan tersebut. Bahkan, kasih dan iman mereka itu berbuahkan pelayanan yang secara kuntitatif semakin meningkan (ayat 9). Jemaat Tiatira adalah jemaat yang aktif, dan itu berakar pada kasih dan iman mereka. Namun demikian, kelemahan jemaat Tiatira juga tidak luput dari pengamatan Tuhan, Raja Gereja. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres dalam jemaat Tiatira. Ia mencela jemaat tersebut karena membiarkan ketidakberesan tersebut tanpa tindakan penanganan. Persoalannya, seperti halnya di jemaat Pergamus, di jemaat Tiatira berkembang suatu bidat yang sudah pasti “mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku” (ayat 20). Kesesatan itu bermuara pada perzinahan dan kompromi dengan tuntutan dunia yang menganiaya Gereja. ‘Seluk-beluk iblis’ yang dimaksud mungkin semacam ajaran sekaligus praktik ritus misterius yang bermuara pada pemuasan hawa nafsu berikut penyangkalan terhadapnya sebagai dosa dan kecemaran. Anehnya, sidang jemaat Tiatira membiarkan hal itu. Toleransi macam ini, dicela secara tajam oleh Tuhan, Raja Gereja. Ia tidak hanya tidak rela Gereja-Nya dirusak oleh penyimpangan ajaran dan praktik hidup yang tak bermoral, tetapi juga tidak rela Gereja-Nya mendiamkan pembusukan yang terjadi di dalamnya. Dalam keadaan seperti itu, masih ada orang-orang yang tidak rela melihat keadaan tersebut. “Orang-orang lain di Tiatira” (ayat 24). Kelihatannya mereka adalah kelompok minoritas. Mereka mempertahankan diri agar tidak terbawa-bawa ke dalam arus penyesatan. Renungkan: Berusahalah tetap setia pada kebenaran Injil dan hidup dalam kekudusan. Karena Tuhan, Raja Gereja meminta kita untuk tetap untuk memelihara kesetiaan tersebut. |
(0.12334396551724) | (Why 6:1) |
(sh: Allah mengendalikan sejarah manusia (Jumat, 1 November 2002)) Allah mengendalikan sejarah manusia
Allah mengendalikan sejarah manusia. Ada dua hal yang harus kita ingat. Pertama, bahwa Kristus yang mengikhtiarkan keselamatan manusia, dapat menjadi murka dan menghukum. Kedua, bila kini kita harus menanggung kesulitan karena kesetiaan kita kepada Allah, ingatlah bahwa Dia setia.
Renungkan: |