Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 221 - 240 dari 463 ayat untuk hendak mengajar (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Mzm 105:16) (sh: Pujian dan ketaatan (ayat 2) (Senin, 22 April 2002))
Pujian dan ketaatan (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">2)

Kebesaran hikmat, kuasa, dan kasih Allah jauh melampaui baik pertimbangan manusia memahaminya maupun kelayakan manusia menerimanya. Kisah bagaimana Yusuf menjadi besar, menjadi penyelamat keluarganya dan bahkan dunia waktu itu, adalah bukti tentang kebesaran Allah tersebut (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">16-22). Kisah Yusuf ini lebih tepat disarikan sebagai kisah Allah membentuk dan menyiapkannya menjadi orang yang berperanan besar dalam sejarah umat dan dunia waktu itu melalui berbagai penderitaan dan ujian yang harus Yusuf lalui.

Untuk Israel pada umumnya, kisah terbesar dan terpenting bagi mereka sebagai umat adalah kisah Keluaran (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">26-38). Seperti halnya kisah Yusuf, kisah Keluaran pun bisa dilihat dari sisi manusia atau dari sisi Allah. Dari sisi manusia, hanya sedikit unsur heroik dapat kita jumpai baik dari tokoh para pemimpinnya maupun dari perilaku seluruh umat. Di balik latar depan kelemahan manusia itu, tampak jelas kasih, kesetiaan, hikmat, dan kuasa Allah yang mematahkan kekuatan perbudakan Mesir atas Israel, mempermalukan kepercayaan kafir Mesir kepada dewa-dewi mereka, memimpin, memelihara, dan mengajar Israel secara melimpah mulai dari keluar dari Mesir sampai mereka memasuki tanah perjanjian (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">26-42).

Yang indah dari kisah Keluaran bukan saja bahwa Allah mengalahkan rintangan-rintangan yang harus Israel alami, juga bukan saja Allah memelihara mereka dengan makanan dan minuman. Yang indah dan paling penting dari semua kejadian dalam kisah Keluaran itu adalah bahwa Allah sendiri hadir menyertai umat-Nya (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">39). Walau hal tersebut hanya disebut dalam satu ayat, maksud pemazmur jelas adalah menunjukkan seluruh penyertaan Allah sejak dari awal mereka keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan. Kehadiran Allah adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan umat Allah. Melalui kehadiran-Nya, agama atau iman tidak merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi konkret. Kehadiran-Nya tidak saja menjamin pemeliharaan atas kebutuhan, tetapi lebih dari itu menunjukkan bahwa Allah perjanjian sungguh adalah Allah dalam relasi dengan umat-Nya.

Renungkan: Tidak cukup hanya menghitung berkat Allah dalam hidup ini. Penting untuk hidup ibadah kita, mengenali dan merindukan kehadiran Allah secara nyata.

(0.15) (Yeh 42:1) (sh: Bilik-bilik bagi para imam (Sabtu, 24 November 2001))
Bilik-bilik bagi para imam

Sekali lagi Yehezkiel dibawa ke pelataran luar sebelah utara, kali ini ke dekat bangunan di ujung barat (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">1-9a). Berhadapan dengan bangunan di lapangan tertutup di sebelah barat (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">41:12) dan dengan bilik-bilik tempat umat yang beribadah memakan persembahan kurban, terdapat bilik-bilik bagi para imam. Bilik-bilik yang simetris letaknya juga terdapat di bagian selatan dari pelataran luar (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">9b-12). Bilik-bilik ini kudus (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">13), dan di sinilah para imam memakan jatah mereka dari persembahan-persembahan mahakudus. Di bilik ini pula para imam harus menanggalkan pakaian upacara mereka saat akan meninggalkan pelataran untuk masuk ke pelataran luar (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">14). Seperti dalam laporan-laporan sebelumnya, di sini pun perbedaan antara imam dan awam, antara yang kudus dan tidak kudus ditegaskan, guna menjaga dan memelihara kesucian wilayah kudus.

Selesai mengukur bagian dalam, malaikat lalu membawa Yehezkiel keluar, ke pintu gerbang timur, dan mulai mengukur Bait Suci dari luar (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">15-20). Keempat sisi tembok luar Bait Suci berbentuk bujur sangkar berukuran 500 hasta x 500 hasta. Kini fungsi tembok Bait Suci dijelaskan, yakni "untuk memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus" (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">20). Dengan demikian, selesailah pengukuran dan pengamatan seluruh kompleks Bait Suci yang dilihat Yehezkiel.

Beberapa hal dari penglihatan ini memang sulit diuraikan, dan penjelasannya sulit diikuti. Tetapi, ada beberapa hal yang bisa kita renungkan: (a) Kompleks Bait Suci menggambarkan wilayah kesucian milik Tuhan yang dipisahkan dari yang tidak kudus; (b) Dari luar ke dalam ada gradasi kekudusan: bagian luar untuk orang awam yang beribadah, pelataran dalam untuk imam-imam yang melayani, dan paling dalam adalah Bait Suci dengan ruang mahakudus.

Renungkan: Penglihatan mengenai bangunan Bait Suci serta ukuran- ukurannya mengajar kita 2 hal: (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">1) Dalam ibadah, siapa pun tidak boleh sembarangan menghampiri Allah, melainkan selalu harus mengikuti ketentuan dan peraturan yang sudah ditetapkan-Nya; (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">2) Kita harus senantiasa menjaga diri dari pencemaran oleh dosa. Tentu ini berlaku bukan hanya dalam ibadah, tapi juga dalam seluruh aspek kehidupan.

(0.15) (Mi 6:1) (sh: Apa yang Allah tuntut? (Selasa, 19 Desember 2000))
Apa yang Allah tuntut?

Mikha menggambarkan gunung-gunung Israel, saksi-saksi abadi sejarah penebusan umat Allah, sebagai hakim-hakim yang akan mendengarkan pengaduan Allah melawan Israel. Pertanyaan Allah kepada umat-Nya (3) dapat diungkapkan ulang sebagai berikut: `apa yang telah Kulakukan kepadamu sehingga membuat engkau lelah dan bosan untuk taat kepada-Ku?' Apakah berhubungan dengan Allah membuahkan beban berat bagi umat-Nya? Bukankah berhubungan dengan Allah akan mengangkat seluruh beban umat-Nya sebab Ia yang membebaskan, membimbing, melindungi, dan mengajar umat-Nya? Itulah yang dilakukan Allah terhadap Israel. Allah telah menebus Israel dari tanah perbudakan. Ia telah memberikan kepada mereka pemimpin besar seperti Musa, Harun, dan Miryam. Ia juga telah melindungi mereka dari serangan musuh-musuhnya dan menuntun mereka melewati padang belantara menuju tanah perjanjian (4-5).

Apa yang Allah tuntut dari umat-Nya? Mikha, berperan sebagai Israel, menggunakan sebuah sindiran untuk menyimpulkan apa yang Israel rela lakukan bagi-Nya yaitu korban bakaran, ribuan domba jantan, bahkan seperti pengikut agama-agama kafir mereka rela mempersembahkan anak-anak sulung mereka (6-7). Israel meresponi kasih Allah dengan melakukan agama lahiriah dan ritual agama yang kosong. Allah sudah memberitahukan kepada umat-Nya apa yang baik yang Ia kehendaki, yaitu berlaku adil, mencintai kemurahan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah (8). Tiga kebajikan Illahi ini bukan suatu spekulasi atau filosofis belaka namun merupakan nilai-nilai moral yang praktis.

Tuntutan Allah bagi Kristen masih sama. Dia menginginkan kita meresponi kesetiaan-Nya dengan melakukan 3 kebajikan Illahi tadi. Berlaku adil meliputi keadilan dalam berhubungan dengan sesama. Mencintai kemurahan adalah kebajikan yang memotivasi seseorang untuk memperhatikan kebutuhan orang lain dan menolongnya. Kerendahan hati di hadapan-Nya berarti senantiasa responsif terhadap Allah, menyerahkan kehendaknya dengan sukacita di bawah kehendak Allah. Kebajikan Illahi ini menetapkan batas-batas kehidupan Kristen.

Renungkan: Kita tidak dapat bersimpati terhadap orang lain hingga mengorbankan keadilan ataupun kehendak-Nya. Kita tidak dapat menuntut keadilan hingga tidak ada ruang bagi kemurahan dan perhatian.

(0.15) (Luk 2:41) (sh: Sisi lain dari Inkarnasi Kristus (Sabtu, 28 Desember 2002))
Sisi lain dari Inkarnasi Kristus

Sekali lagi, Yusuf dan Maria masih harus menjalani "proses pembelajaran" mengenai siapa diri Yesus. Setelah seharian mereka mencari Yesus akhirnya mereka menemukan Yesus (tiga hari dalam ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">46 termasuk hari pertama perjalanan ke luar Yerusalem, hari kedua kembali ke Yerusalem, hari ketiga mereka sadar bahwa Yesus tidak ikut pulang). Ia ada di Bait Allah, sedang belajar bersama para ahli keagamaan (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">47-48). Cara belajar-mengajar keagamaan Yahudi waktu itu memang lebih banyak melalui saling bertanya dan menjawab. Dari jawaban-jawaban Yesus meskipun secara tersirat, dapat ditarik kesan bahwa seharusnya Yusuf dan Maria tahu kalau Yesus akan ada di rumah Bapa-Nya (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">49). Kata-kata-Nya ini menandakan: pertama, bahwa Yesus telah memiliki kesadaran tentang pentingnya ibadah, bahkan pada usia semuda ini (walaupun pada usia 12 tahunlah seorang anak Yahudi memang bersiap-siap menjalani ujian Taurat sebelum diterima sebagai anggota komunitas keagamaan Yahudi). Hal kedua yang juga terpenting, kata "Bapa-Ku" menunjukkan kesadaran adanya hubungan yang khusus antara diri-Nya dengan Sang Bapa. Rata-rata orang Yahudi yang saleh menggunakan istilah yang lebih hati-hati, "Bapa kami", walaupun dalam doa pribadi.

Sekali lagi, Maria menyimpan semua ini dalam hatinya dan merenungkannya (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">51, bdk. hendak+mengajar&tab=notes" ver="">2:19, juga hendak+mengajar&tab=notes" ver="">1:66). Dari sisi narasi Injil, ini jugalah yang diinginkan Lukas agar dilakukan oleh para pembaca Injil. Merenungkan kembali sejauh mana jati diri Kristus telah ditampilkan, ditunjukkan. Di sini kita melihat pertama kali dari sisi diri Kristus sendiri, kedekatan-Nya dengan Sang Bapa sebagai Sang Anak. Namun, Yesus tetap taat kepada Yusuf dan Maria, dan ikut pulang ke Nazaret. Rupanya Yesus juga menunjukkan bahwa tidak mungkin taat kepada Allah tanpa ketaatan kepada orang tua.

Renungkan:
Syukuri fakta bahwa Kristus sungguh-sungguh menjadi manusia. Kesediaan Kristus untuk menjalani semua implikasi dari kemanusiaan-Nya, termasuk keremajaan, merupakan bukti betapa besar kasih Allah akan dunia ini (Yoh. 3:16).

(0.15) (Luk 6:12) (sh: Misi yang luas dan komprehensif (Sabtu, 8 Januari 2000))
Misi yang luas dan komprehensif

Ketika olah raga sepak bola mulai mendunia dan digandrungi hampir di seluruh benua Eropa, maka para pejabat di salah satu provinsi di Tiongkok memutuskan untuk memperkenalkan permainan itu. Para guru dilatih untuk menguasai buku-buku tentang permainan sepak bola dan kemudian mereka mengajarkan teori tersebut kepada para calon pemain agar mereka menghafalkannya. Namun setelah diadakan test ternyata mereka semua gagal menjawab dengan baik. Akhirnya mereka memutuskan untuk memanggil seorang pelatih sepak bola dari benua Eropa. Ketika pelatih itu datang dan melihat sistem pelatihan mereka, ia berkata: "kalian tidak mungkin berhasil hanya dengan cara ini, kalian harus terjun langsung ke lapangan dan bermain sepak bola". Ternyata teori hanyalah dasar yang harus diterapkan dalam latihan.

Dalam mengemban misi pelayanan yang luas dan komprehensif, Yesus melibatkan para murid-Nya. Ia mengawali dengan doa semalaman kepada Bapa di Sorga. Yesus tidak sembarangan memilih, tetapi dengan sungguh Ia menggumulkan masing-masing pribadi kepada Bapa di sorga. Pelayanan yang akan diembankan kepada para murid-Nya nanti bukanlah pelayanan yang mudah dan selalu lancar, sebaliknya penuh dengan tantangan dan risiko. Oleh karena itu Ia harus memilih orang yang tepat. Kemudian Ia memilih dan memanggil 12 murid ke dalam misi pelayanan-Nya.

Misi pelayanan Yesus yang luas dan komprehensif meliputi: mengajar, menyembuhkan, dan mengusir setan. Luas artinya tidak terbatas oleh tempat/daerah, golongan, usia tingkat sosial, dll. Semua orang dari semua lapisan dan di mana pun mereka berada, menjadi fokus pelayanan-Nya. Melalui pengajaran, Ia menyatakan kebenaran-Nya yang harus dinyatakan kepada setiap orang, agar mereka menyadari kebutuhannya akan Kristus dan menerima keselamatan. Di samping itu, Yesus pun menyatakan kuasa-Nya, yang menyembuhkan dan mengusir setan. Sungguh nyata bahwa ia berkuasa atas segala macam penyakit dan kuasa mana pun jua, termasuk kuasa setan.

Renungkan: Kristen masa kini pun dipanggil, dipilih, dan dipakai untuk mengemban misi Yesus yang luas dan komprehensif ini. Pekerjaan ini belum selesai dan perlu diteruskan. Kebenaran yang diajarkan dan pernyataan kuasa-Nya mampu memotivasi dan menanamkan beban pelayanan dalam diri kita, untuk terlibat dalam misi-Nya.

(0.15) (Luk 9:10) (sh: Memberi bukan karena memiliki (Sabtu, 22 Januari 2000))
Memberi bukan karena memiliki

Minta diperhatikan seringkali menjadi tuntutan kita daripada memberi perhatian kepada sesama. Ada banyak faktor penyebabnya. Pada umumnya sifat manusia egois, diri sendirilah yang menjadi target. Sebab itu berbagai alasan bisa saja muncul tatkala diperhadapkan pada kebutuhan orang lain yang perlu diperhatikan. Tidak ada dana, tidak ada waktu, bisa tetapi harus ada usaha ekstra, sulit penuh tantangan itu yang biasa membuat seseorang berdalih memberi perhatian, bantuan, atau pertolongan kepada sesama.

Yesus mengatakan: "Kamu harus memberi mereka makan!" kepada murid-murid di Betsaida. Siapkah Yesus dengan bekal yang cukup untuk 5000 orang lebih? Tidak! Murid-murid pun tidak. Ketidaksiapan dan kesulitan yang ada pada mereka membuat murid-murid mencari jalan pintas dan mengatakan: "Suruhlah orang banyak itu pergi!" Mereka pun letih dan ingin cepat-cepat beristirahat untuk membeli makanan perlu menempuh jarak yang jauh dan saat itu sudah larut malam. Memang bukan perkara mudah memberi perhatian kepada sesama kala kita tidak siap dan kondisi tidak mendukung. Namun Tuhan Yesus mengajar meski kemampuan terbatas tetap perlu ada usaha. Meski kondisi sepertinya tidak memungkinkan, perlu tetap mencari cara mengatasinya. Murid-murid memberikan apa yang ada pada mereka, lima roti dan dua ikan. Begitu ada upaya dan menyerahkan apa yang ada, Tuhan Yesus meminta murid-murid mengatur ribuan orang agar distribusi dapat dilakukan dengan mudah. Dan terjadilah mujizat. Lima ribu lebih orang makan kenyang dan masih sisa 12 bakul makanan.

Renungkan: Peristiwa ini dicatat di 4 Injil. Tentu suatu pengajaran yang penting bagi setiap murid Tuhan Yesus. Banyak orang di sekitar kita membutuhkan perhatian, pertolongan, dan bantuan kita. Semakin kita memperhatikan diri sendiri, semakin kita tidak peka pada kebutuhan sesama. Semakin kita memfokuskan perhatian pada kesulitan dan masalah diri, semakin kita tak ingin mengambil bagian dalam masalah sesama. Perlu belajar dari Tuhan Yesus yang siap sedia dalam segala keadaan, bersama Dia melayani sesama yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Kita dituntut memberi bukan karena kita sedang dalam keadaaan berlebih, tetapi dari apa yang kita miliki dapat dijadikan-Nya berkat bagi orang lain.

(0.15) (Luk 10:21) (sh: Tiga prinsip penting.   (Selasa, 21 Maret 2000))
Tiga prinsip penting.  

Kristus datang ke dunia membawa ajaran yang kedengarannya aneh dan saling bertentangan satu    dengan yang lain. Namun sesungguhnya ajaran-Nya itu indah, kaya,    dan dinamis. Di dalam ajaran Yesus itu selalu termanifestasikan    bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya dan kasih-Nya selalu sebagai    poros. Ada tiga prinsip penting dalam ajaran-Nya: sikap taat dan    bersyukur, kasih, dan memberikan prioritas yang benar kepada    Allah.

Dalam hal taat dan bersyukur, Yesus sudah memberikan teladan-    Nya ketika Ia bergembira dalam Roh Kudus dan bersyukur kepada    Tuhan Pencipta langit dan bumi. Ia melihat keadaan-Nya dari    perspektif kedaulatan Allah dan rencana-Nya yang agung. Sikap    Yesus memberikan suatu teladan bahwa kedaulatan Allah bukan    untuk dipertanyakan atau diresponi negatif, namun untuk ditaati    dan disyukuri. Dalam hal kasih,  Ia memberikan contoh dalam    bentuk kisah orang Samaria yang baik hati. Padahal sebelumnya,    Ia berpesan secara keras kepada tujuhpuluh murid agar    mengebaskan debu suatu kota yang melekat pada kaki, jika orang-    orang di dalamnya menolak. Namun apabila orang-orang yang telah    memusuhinya membutuhkan bantuannya, maka haruslah ditolong    dengan sepenuh hati seperti yang telah ditunjukkan kisah orang    Samaria.  Kasih harus dinyatakan kepada semua orang walaupun    berbeda agama, namun ini tidak berarti bahwa perbedaan agama    tidak menjadi soal sejauh kita saling mengasihi. Yesus sudah    menunjukkan kasih yang demikian juga.

Yesus kembali mengajar tentang prioritas ketika ia mengoreksi    apa yang tidak tepat dalam diri Marta. Saat itu Ia sedang dalam    perjalanan ke Yerusalem untuk disalibkan dan ini berarti bahwa    Maria dan Marta tidak akan mempunyai banyak waktu lagi untuk    bertemu dengan-Nya. Karena itu Yesus menuntut Maria dan Marta    memberikan waktu yang terbanyak bagi persekutuan mereka bertiga.    Dengan kata lain Marta harus tahu kapan harus melayani dan kapan    harus berdiam diri di hadapan-Nya.

Renungkan: Di zaman ini nampaknya ketiga hal di atas merupakan    nilai-nilai atau sikap yang sudah langka. Karena kekuasaan dan    kekuatan selalu dihubungkan dengan kekayaan, kemewahan, dan    fasilitas. Kasih selalu dihubungkan dengan siapa dan darimana    orang yang akan kita kasihi. Kemudian kesibukan pelayanan    menggantikan jam doa, jam PA, dan mungkin jam ibadah Minggu.

(0.15) (Luk 22:7) (sh: Persiapan yang matang dan waktu yang tepat. (Sabtu, 15 April 2000))
Persiapan yang matang dan waktu yang tepat.

Kristus kembali membuat persiapan untuk memasuki Yerusalem dengan    mengirimkan dua murid-Nya kepada orang yang "tak dikenal" (10-    13).  Ia menyuruh kedua murid itu untuk meminjam ruangan sebagai    tempat jamuan Paskah bersama. Jamuan Paskah itu harus dilakukan    pada waktu malam. Secara manusiawi waktu malam adalah waktu yang    sangat berbahaya bagi-Nya. Selama di Yerusalem, bila malam tiba    dan kerumunan orang banyak yang mengikuti-Nya bubar, Yesus pergi    bermalam di Bukit Zaitun, dan baru siang harinya Ia pergi ke    Bait Allah untuk mengajar (hendak+mengajar&tab=notes" ver="">21:37-38). Hal ini dilakukan untuk    menghindari penangkapan sebelum waktunya tiba. Oleh karena itu    Ia masuk ke Yerusalem pada waktu malam dan tempat di mana Ia    akan makan Paskah harus dirahasiakan. Sebetulnya ini merupakan    kejanggalan besar karena Yerusalem adalah kota Allah, namun    sekarang sudah menjadi pusat pemberontakan manusia terhadap    Allah.  Ketika waktunya tiba, Ia duduk bersama murid-murid-Nya    untuk makan Paskah. Kita bisa melihat betapa semuanya berjalan    tepat sesuai dengan apa yang sudah Allah rencanakan. Ini semua    menunjukkan bahwa jika Mesias harus menderita, ini bukan karena    kecelakaan atau sesuatu yang belum pernah dikatakan sebelumnya.    Sebaliknya ini semua sudah dinubuatkan sebelum dunia dijadikan    (1Ptr. 1:20). Hal itu merupakan waktu yang tepat bagi Allah    untuk menggenapi janji penebusan bagi umat manusia, karena    persiapan akhir sudah dikerjakan dengan serius. Yesus rindu    makan Paskah sebelum janji Paskah itu digenapi. Ini berarti pula    bahwa penetapan Perjanjian yang Baru berdasarkan darah Kristus    dilaksanakan (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">19-20). Umat Allah yang baru akan segera dipilih    dan Iblis dihancurkan.

Dari rencana dan pelaksanaan yang sangat tepat waktu    menunjukkan bahwa si Perencana adalah Pribadi Yang Agung dan    Berdaulat penuh, sehingga tidak ada halangan berarti yang dapat    menggagalkan rencana-Nya. Allah sangat serius terhadap    keselamatan umat manusia.

Renungkan: Karena itu Kristen harus menjalani kehidupan ini    dengan serius dan dengan rencana dan tujuan yang matang agar    hidup yang kita miliki berdasarkan anugerah-Nya, berpadanan    dengan karya penebusan-Nya.

(0.15) (1Tim 3:1) (sh: Syarat bagi penilik jemaat (Selasa, 11 Juni 2002))
Syarat bagi penilik jemaat

Penilik jemaat (episkopos) pada waktu itu adalah tuan rumah dari jemaat yang beribadah di rumahnya, dan karena itu menjadi pengawas/penilik atas pertemuan jemaat di sana (jabatan ini berkembang menjadi penatua seperti yang ada pada gereja masa kini). Namun, harus diingat, jabatan ini adalah jabatan yang diangkat/dipilih. Rasul Paulus menasihatkan Timotius dan jemaat agar tugas ini tidak diberikan kepada sembarang orang. Memang melayani Tuhan adalah suatu panggilan terhormat dan juga indah (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">1). Maka, harus ada syarat atau kriteria yang khusus untuk orang yang dipilih ke dalam pelayanan ini. Syarat-syarat tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok.

Kelompok pertama adalah kesempurnaan moral; "tidak bercacat" (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">2a). Ia harus suami dari satu istri, juga dapat menahan diri/emosi (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">2a). Juga bukan peminum, pemarah, apalagi "hamba uang" (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">3). Kehidupannya pun harus telah menjadi kesaksian yang baik di luar jemaat supaya pelayanan keseluruhan jemaat tidak tercemar karena reputasi penilik jemaat yang cacat (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">7). Yang kedua, ia juga harus mempunyai sifat-sifat positif yang tepat. Ia bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">2), peramah dan pendamai (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">3). Ia juga telah membuktikan kepemimpinannya di dalam keluarganya sendiri (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">4-5) supaya ia betul-betul dapat menjadi pemimpin jemaat, yaitu keluarga Allah. Ketiga adalah kedewasaan rohani. Seseorang yang baru bertobat tidak dapat menjadi pemimpin jemaat, "agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis" (ayat hendak+mengajar&tab=notes" ver="">6).

Renungkan: Jika Anda menganggap syarat-syarat ini terlalu ketat, akan menolong untuk mengingat bahwa beberapa perusahaan menerapkan syarat yang jauh lebih ketat bagi para eksekutifnya. Syarat penilik jemaat ini berasal dari Allah, karena Ia ingin yang terbaik bagi gereja-Nya, dan Roh-Nyalah yang akan mempersiapkan orang yang tepat. Bagi kita, Kristen dipanggil untuk menerapkan disiplin rohani yang murni dalam gereja kita, karena dasar kepemimpinan yang baik akan menghasilkan jemaat yang baik pula, timbal-balik.

(0.14) (Luk 4:16) (ende: Hendak membatja)

Tiap pria dewasa berhak tampil kemuka, dengan idzin kepala sinagoga, untuk membatjakan Kitab Kudus didepan umat didalam sinagoga dan memberi tafsiran.

(0.14) (Luk 17:11) (ende: Antara Samaria dan Galilea.)

Jesus rupanja langsung turun kelembah Jordan dan hendak melalui Jericho ke Jerusalem. Bdl. Luk 18:35.

(0.14) (Luk 22:38) (ende: Sudah tjukup)

Perkataan Jesus ini tentu tidak mengenai dua bilah pedang itu. Diduga, bahwa dengan utjapan itu Jesus hendak mengachiri pembitjaraanNja kepada murid-muridNja.

(0.14) (Yoh 5:17) (ende)

Disini Jesus hendak menandaskan kesatuanNja dengan Allah Bapa. Allah tidak pernah berhenti menjelenggarakan dunia, dan sebab itu Jesuspun berhak berbuat baik pada hari sabat.

(0.14) (Yoh 19:11) (ende: Ketjuali kalau diberikan dari atas)

Dan memang Jesus hendak menginsjafkan Pilatus, bahwa segala kekuasaan para pemerintah dari Allah datangnja dan mereka semua bertanggung djawab kepada Allah.

(0.14) (Rm 11:10) (ende: Punggung bungkuk)

jaitu dibawah suatu kuasa jang kuat. Barangkali Paulus hendak mengingatkan para pembatjanja akan perhambaan Jahudi dibawah kuasa hukum taurat, jang tetap menekan mereka sebelum mereka bertobat.

(0.14) (2Kor 3:1) (ende: Surat pudjian)

Biasanja orang asing jang hendak mengadjar dalam suatu kota atau perkumpulan, harus menundjukkan suatu "surat pudjian" atau "surat kepertjajaan" untuk diperbolehkan berbitjara.

(0.14) (2Kor 11:17) (ende: Hendak kututurkan)

jaitu dalam 2Ko 11:22-30 dan 2Ko 12:1-10 berikut.

(0.14) (2Kor 11:30) (ende: Atas kelemahanku)

Paulus rupanja hendak menekankan, bahwa segala keutamaan jang ditondjolkannja dalam fasal ini tadi, sebenarnja hanja kekuatan Allah jang bekerdja dalam dirinja.

(0.14) (Tit 1:15) (ende: Segala sutji)

Paulus tentu ingat dan hendak mengingatkan akan adjaran palsu mengenai nadjisnja hal kawin dan beberapa djenis makanan dan minuman.

(0.14) (Ibr 2:13) (ende: Aku pertjaja kepadaNja.)

Barangkali Kristus hendak mengakui,bahwa Ia sebagai manusia bergantung pada Allah, sama seperti semua saudara-saudaraNja.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.21 detik
dipersembahkan oleh YLSA