(0.12549008888889) | (2Sam 6:1) |
(sh: Menyekat kehidupan (Minggu, 10 Agustus 2003)) Menyekat kehidupanMenyekat kehidupan. Daud, raja Israel yang baru naik takhta, ingin menegakkan sebuah orde baru yang penuh pengharapan. Ada beberapa hal yang Daud lakukan berkenaan dengan pengokohan dinasti barunya. Pertama, Daud ingin membuat Yerusalem menjadi pusat kegiatan pemerintahan sekaligus keagamaan. Ia membutuhkan sokongan dari berbagai pihak. Cara yang dipikirkannya begitu brilian: ia membawa tabut Allah sebagai simbol keagamaan teragung yang telah lebih dari 20 tahun ditaruh di rumah Abinadab (ayat 1Sam. 7:1-2) ke Yerusalem. Siasat Daud "menggunakan" tabut Allah untuk maksud politik bisa membuatnya meremehkan kekudusan Allah. Karena itulah peristiwa kematian Uza menjadi penting di sini: Daud tidak boleh memanipulasi agama dan Allah untuk kepentingan politik. Tiga bulan setelah peristiwa kematian Uza, Daud membawa tabut masuk ke Yerusalem dengan sebuah liturgi perayaan yang penuh sukacita. Ia menari-nari bagi Allah. Kedua, tarian dan nyanyian merupakan pernyataan bahwa Allah telah hadir di kota Daud dan mengesahkan pemerintahannya. Terakhir, ia memutuskan ikatan dengan orde yang lama, yang diwakili Mikhal sebagai keturunan Saul. Sikap Mikhal yang cenderung sombong pada akhirnya dicemooh dengan fakta yang diungkapkan di akhir pasal ini: Mikhal mandul -- dan Daud siap untuk memerintah dalam masa-masa puncak kejayaannya! Renungkan: Mulailah hidup yang baru dengan takut akan Allah, penuh ucapan syukur, dan pemutusan mutlak dari semua dosa dan kelemahan Anda!
I Raja-raja 3:5-12; Roma 8:26-30; Matius 13:44-52; Mazmur 119:129-136 Lagu KJ 314 |
(0.12549008888889) | (2Sam 7:18) |
(sh: Tentang berdoa (Selasa, 12 Agustus 2003)) Tentang berdoaTentang berdoa. Temperatur rohani seorang Kristen dapat diukur melalui kehidupan doanya. Yang dimaksud di sini bagaimana doa itu dipanjatkan, sungguh-sungguh berkualitas dan diperkenan oleh Tuhan. Dalam bacaan kita hari ini, kita akan melihat doa Daud dan belajar untuk meningkatkan kualitas doa kita. Pertama, doa Daud mengandung unsur kontras (ayat 18-21). Ia membedakan dirinya yang begitu kecil dengan Yahweh yang begitu agung. Setelah mendengar perkataan-perkataan Natan sebelumnya, Daud tidak dapat menahan diri untuk merasa kagum karena Daud mengakui bahwa ia tidak berjasa sedikit pun untuk mendapatkan posisinya yang sekarang. Semuanya adalah belas kasihan Allah. Kedua, doa Daud mengandung unsur doksologi atau pujian yang memuliakan Allah (ayat 22-24). Kesadaran Daud tidak membuatnya menjadi kelu dan bisu, namun justru membuatnya mengagungkan Allah, bahwa Yahweh tidak bisa dibandingkan dengan allah-allah lainnya. Hal ini sekaligus juga membuat Israel sebagai bangsa yang khusus karena Allahnya khusus. Bangsa Israel perlu juga berdoa seperti Daud berdoa, merayakan kebesaran dan kebaikan Yahweh.
Ketiga, sikap Daud tidak minder atau malu di hadapan Allah. Setelah
ia menaikkan pujiannya, Daud meneruskan dengan permohonan (ayat
25-29). Yahweh memang tidak perlu memberikan anugerah-Nya yang
begitu besar kepada Daud. Namun, Daud berharap agar janji Yahweh
tersebut ditepati selama-lamanya. Doa yang berani ini adalah
respons yang pantas setelah ia mendengarkan firman Tuhan yang
disampaikan Natan sebelumnya. Seperti leluhurnya, Yakub ( Renungkan: Belajarlah hari ini untuk mengontraskan diri Anda dengan Allah, memuji kebesaran dan kasih-Nya, dan memohon dengan berani agar janji pemeliharaan-Nya bagi hidup Anda terwujud. |
(0.12549008888889) | (2Sam 22:31) |
(sh: Dilindungi dan ditempa. (Minggu, 19 Juli 1998)) Dilindungi dan ditempa.Dilindungi dan ditempa. Tuhan yang berperang. Bukan saja kekuatan dan kemenangan yang Daud peroleh dari Tuhan tetapi Tuhan telah membuat musuh-musuhnya kalah sebelum berperang. Itulah yang pada akhirnya membuat Daud berkata, "Tuhan itu hidup". Mata jasmani kita memang hanya dapat menangkap persoalan hidup, tetapi Tuhan telah mengaruniakan mata iman supaya kita dapat memandang-Nya di balik persoalan kita, mendengar sapaan-Nya yang menghibur, di tengah gemuruhnya badai kehidupan. Puncak keajaiban bersama Allah yang Daud alami, meyakinkan kita bahwa ternyata kekuatan dan kemenangan melawan kuasa kegelapan dan pengaruh besar telah kita terima dari Allah. Harus kita sadari bahwa ternyata pengaruh kehadiran Allah itu memampukan kita melewati masa-masa sengsara yang dialami dalam gelombang kehidupan. Itulah fakta bahwa kita menyembah Allah yang hidup. Sebab itu tak cukup kita bersaksi tentang dia, tetapi haruslah kita menaikkan puja dan sembah pada Allah yang hidup. Itulah intisari pujian umat kepada Allah. Renungkan: Jangan berlagak tidak tahu apa-apa tentang karya pemeliharaan Tuhan karena itu akan memadamkan mata iman yang telah dikaruniakan Allah kepada Anda. Sebaliknya sadarlah dengan sedalam-dalamnya akan kehadiran Allah. Doa: Terima kasih untuk mata iman yang Kauberikan kepadaku. |
(0.12549008888889) | (1Raj 2:13) |
(sh: Ancaman dari dalam (Senin, 26 Juli 2004)) Ancaman dari dalamAncaman dari dalam. Ancaman roboh bagi sebuah rumah tidak hanya dari faktor luar, seperti bencana alam. Ancaman yang tidak kalah bahayanya adalah ancaman dari dalam yang tidak disadari, misalnya rayap. Adonia menghadap Batsyeba dan meminta agar Batsyeba memohonkan kepada Salomo agar Abisag diperbolehkan menjadi istrinya. Permintaan Adonia disampaikan oleh Batsyeba ke Salomo. Reaksi Salomo adalah menghukum Adonia dengan menyerahkannya kepada Benaya bin Yoyada agar Adonia di pancung hingga mati (ayat 22-25). Mengapa Salomo menghukum mati Adonia? Permohonan Adonia agar Abisag menjadi istrinya sama saja mengklaim takhta kerajaan. Ini suatu ancaman yang sangat serius yang dapat menggoyahkan takhta Salomo. Berarti sudah dua kali Adonia berupaya mengkudeta raja. Tidak hanya itu, Salomo juga melihat ancaman yang datang dari musuh-musuh yang ingin menggoyahkan takhtanya. Sehingga ia menghukum mati Yoab yang memihak kepada Adonia (ayat 28-34), Simei yang melanggar perintahnya (ayat 46) serta mengangkat imam Zadok menggantikan imam Abyatar (ayat 35). Salomo menegakkan keadilan untuk mencapai kedamaian dengan menyelesaikan pemberontakan di dalam kerajaannya. Dengan bertindak demikian Salomo juga memperbaiki beberapa kegagalan Daud (lihat renungan kemarin). Seperti halnya Salomo menghadapi ancaman dari dalam yang membahayakan kestabilan kerajaan Israel yang dipimpinnya, demikian juga ancaman yang ingin menghancurkan relasi kita dengan Tuhan tidak saja dari luar, tapi juga dari dalam diri kita sendiri. Misalnya, berbagai kelemahan pribadi, keinginan jahat dan perasaan negatif (iri hati, sombong, dengki) itu semua adalah ancaman dari dalam yang menghancurkan relasi kita dengan Tuhan. Renungkan: Serangan iblis terhadap kita tidak selalu dari luar diri kita sendiri, tapi iblis dapat menggunakan hal yang hanya diketahui oleh Allah dan kita. Oleh karena itu waspadalah terhadap ancaman dari dalam diri kita. |
(0.12549008888889) | (1Raj 8:1) |
(sh: Menghadap Allah (Selasa, 3 Agustus 2004)) Menghadap AllahMenghadap Allah. Ada baiknya Anda membaca seluruh pasal 8 agar mendapatkan gambaran lengkap. Ayat 1-13 yang melukiskan seluruh umat Israel, Salomo (sang raja), para pemimpin rohani, rakyat, bersatu datang ke hadirat Allah. Lalu Salomo mensarikan sikap Allah terhadap rencana Daud membangun Bait Allah (ayat 14-21). Ayat 22-53 adalah doa Salomo memohon berkat Allah untuk Israel. Di akhir pasal ini, Salomo sebagai pemimpin Israel menyampaikan pesan sesuai firman Allah untuk umat Israel. Baik kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan rohani, tidak mungkin bertumbuh dengan baik apabila tidak ada dua faktor penting ini: kesatuan antara semua unsur dan tekad untuk tumbuh bersama sesuai kehendak dan rencana Allah. Itulah yang kini sedang dilakukan seluruh umat Israel di bawah kepemimpinan Salomo di hadapan Allah. Ada gerak timbal balik antara prakarsa Salomo menghimpun para tua-tua dan seluruh umat Israel dengan sambutan mereka terhadap prakarsa tersebut (ayat 1-4). Namun itu saja belum cukup. Ketika itu juga pengalaman yang pernah terjadi di zaman Musa, terulang kembali. Awan gelap hadirat Allah menyelimuti mereka, menyadarkan Salomo dan seluruh umat bahwa Bait Allah tidak membuat Ia hadir dengan berkat-Nya sebab Ia bebas adanya. Bukan Allah yang harus menyesuaikan diri dengan kehendak manusia, tetapi manusia yang harus takluk kepada kehendak-Nya. Salomo menghubungkan awan gelap itu dengan ucapan Allah kepada Daud. Hanya dengan kesadaran ini, umat Israel termotivasi untuk hidup sepadan dengan kemuliaan Allah. Budaya Indonesia cenderung menganggap Allah dapat diatur, entah dengan sesajen, persembahan atau trik-trik politik. Firman ini menyadarkan kita bahwa penghayatan budaya demikian menyesatkan dan mengundang kehancuran. Dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kerohanian, milikilah kesadaran bahwa kita harus tunduk kepada kebenaran Allah, bukan berusaha mengatur Allah. Camkanlah: Ketika Allah berkenan, itu bukan berarti ijin untuk hidup sembarangan. |
(0.12549008888889) | (1Raj 8:22) |
(sh: Mahahadir yang Intim (Selasa, 7 Juli 2015)) Mahahadir yang IntimJudul: Mahahadir yang Intim Tuhan sangat memerhatikan dan peduli kepada umat-Nya. Sekalipun Dia adalah Allah yang Mahabesar (27) dan seolah-olah nun jauh di sana, tetapi Dia mau berelasi intim dengan umat-Nya. Dia bersedia membuka mata dan telinga-Nya pada permohonan yang dinaikkan oleh umat Israel di dalam Bait Suci (28-30). Kadangkala jarak yang jauh bisa menjadi penghalang untuk membangun relasi yang intim. Namun Tuhan yang seolah-olah jauh di sana, dalam konteks doa ternyata tidak menciptakan jarak. Dia mendekat dan ingin berelasi intim dengan umat-Nya. Sebuah tindakan yang seharusnya menggelitik sikap kita kepada Tuhan. Mengapa kita tidak selalu rindu untuk berelasi intim dengan Tuhan? Bukankah sebuah relasi yang baik dan intim seharusnya dibangun dari dua arah atau dari kedua belah pihak? Tidak bisa searah. Seringkali kali kita mendengar bahwa doa adalah sebuah komunikasi dari kita kepada Tuhan. Namun pernahkah kita berpikir bagaimana cara Tuhan berkomunikasi kepada kita? Jawabannya tidak lain adalah Tuhan berkomunikasi kepada kita melalui Alkitab (lihat Ul. 29:29, bdk. 2 Tim. 3:16). Namun apakah kita punya kerinduan untuk berjumpa dengan Tuhan (Mzm. 63:2) melalui membaca, memahami, dan kemudian melakukan firman Tuhan ke dalam kehidupan dan pergumulan kita sehari-hari? Jika belum, bukankah itu pertanda bahwa relasi kita dengan Tuhan sebenarnya tidak intim atau tidak sehat? Kitalah yang seringkali menciptakan jarak dengan Tuhan. Penyebab utamanya adalah dosa dan kejahatan kita (Yes. 59:2). Kenyamanan dan kenikmatan dunia juga bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Jadi apa yang menyebabkan kita tidak rindu untuk berelasi dengan Tuhan? |
(0.12549008888889) | (1Raj 9:10) |
(sh: Lupa berkat! (Sabtu, 7 Agustus 2004)) Lupa berkat!Lupa berkat! Semua keberhasilan yang kita raih tidak pantas menjadi kebanggaan pribadi saja. Keberhasilan apapun yang kita raih bukan karena usaha kita semata. Mengapa demikian? Ada orang lain di sekitar kita yang berperan baik sedikit maupun banyak untuk keberhasilan kita. Dan jangan lupa, Tuhan berperan di balik kesuksesan kita. Jadi apa yang harus kita lakukan? Salomo sukses. Kesuksesan itu dicatat sejak pasal 4-8, dilanjutkan lagi dengan pasal 10. Kesuksesan Salomo dicapai karena Tuhan yang mengaruniakan berkat hikmat (pasal 3-4), mengaruniakan pekerja yang handal (ayat 7:13-51), bahkan pekerja rodi yang "gratis" (ayat 5:13-18; 9:15-22), mengaruniakan teman-teman dari penjuru dunia untuk menyediakan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan "Rumah Tuhan" (ayat 5:1-12). Hal ini menunjukkan bahwa Salomo sukses karena Tuhan serta karena orang "besar" (=orang yang hebat, berkuasa) dan orang "kecil" (=orang yang tidak penting) di sekelilingnya. Sayang sekali justru di sini Salomo mulai gagal! Ia lupa bahwa Hiram adalah seorang teman dekat yang setia dan sudah menolongnya dalam pembangunan "Rumah Tuhan". Ia tidak menghargai jasa Hiram sepantasnya. Tidak heran Hiram kecewa kepada Salomo (ayat 9:10-14). Kegagalan ini dicatat oleh penulis kitab Raja-raja di tengah-tengah keberhasilan dan kegemilangan Salomo sebagai suatu peringatan bagi pembaca. Kegagalan Salomo ini jika tidak segera disadari akan berakibat buruk, yaitu bukan hanya ia akan kehilangan teman dan orang-orang yang mengasihinya, tetapi juga ia akan kehilangan kepekaan hikmatnya bahwa semua keberhasilannya itu adalah berkat Tuhan. Jika kita sedang mengalami keberhasilan dalam usaha, pelayanan, keluarga, dan dalam banyak hal lainnya, jangan lupa untuk mensyukurinya. Jangan lupa berterima kasih kepada orang-orang yang berperan di balik keberhasilan kita. Camkanlah: Lupa berkat adalah awal dari lupa teman dan lupa saluran berkat. Pada akhirnya kita lupa kepada Tuhan sang pemberi berkat! |
(0.12549008888889) | (1Raj 13:11) |
(sh: Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas (Jumat, 13 Agustus 2004)) Allah memakai hamba-Nya sampai tuntasAllah memakai hamba-Nya sampai tuntas. Tidak sedikit pelayan Tuhan yang gagal di tengah jalan. Ada yang jatuh ke dalam dosa. Ada yang meninggalkan pelayanan di tengah-tengah pekerjaan Tuhan. Meski demikian, Tuhan tetap bisa memakai mereka untuk mencapai maksud-Nya. Justru ini menjadi peringatan agar hamba Tuhan melayani dan hidup benar di hadapan Allah. Kisah abdi Allah ini sungguh tragis. Ia sudah selesai menunaikan tugas utama, yaitu menegur Yerobeam atas dosa-dosanya. Ia tahu bahwa Tuhan memerintahkannya untuk tidak makan roti dan minum air dalam perjalanan tugas. Namun, karena tipuan seorang nabi tua, ia melanggar perintah Tuhan itu. Hukuman pun dijatuhkan, abdi Allah itu dibunuh oleh seekor singa. Kita tidak tahu motivasi si nabi tua membohongi abdi Allah itu. Mungkin ia iri hati melihat si abdi Allah yang berasal dari Selatan masuk ke wilayahnya tanpa permisi untuk bernubuat. Mungkin ia seorang yang "mendukung" pemerintahan Yerobeam sehingga tidak senang melihat abdi Allah ini mencela rajanya. Apapun alasannya, akhirnya ia sadar bahwa penipuannya berakibat fatal bagi abdi Allah itu (ayat 20-22). Kematian abdi Allah itu tidak menghalangi firman Tuhan dinyatakan. Peristiwa aneh setelah abdi Allah itu diterkam singa (ay. 24: yaitu singa dan keledai menjagai mayat abdi Allah itu) pastilah menimbulkan kegemparan di kalangan rakyat. Tuhan memakai peristiwa itu untuk menyadarkan si nabi tua, yang mungkin selama ini sudah kehilangan kepekaan akan firman Allah dan kehilangan keberanian iman (ia tidak pernah mencela Yerobeam). Ini membuktikan Allah berdaulat dalam segala keadaan, menggenapi janji-Nya, atau menghukum yang melanggar. Kalau Ia tidak segan menghukum abdi-Nya yang lalai, apalagi terhadap orang yang mengkhianati-Nya (Yerobeam). Pasti nubuat mengenai penghukuman Yerobeam akan tergenapi (ayat 32). Renungkan: Hidup atau mati, Tuhan bisa memakai kita menjadi saluran firman-Nya. Persoalannya apakah hidup kita layak untuk menjadi berkat, menyatakan keadilan, dan kasih-Nya. |
(0.12549008888889) | (1Raj 14:1) |
(sh: Kemunafikan Yerobeam (Sabtu, 14 Agustus 2004)) Kemunafikan YerobeamKemunafikan Yerobeam. Orang yang pernah mendapat belas kasih Allah, namun dalam hidupnya kemudian melawan Allah adalah orang durhaka. Ketika kesulitan menghadangnya, ia bertindak secara diam-diam meminta pertolongan Allah tanpa benar-benar bertobat, itu adalah kemunafikan! Kemunafikan seperti itu terlihat dalam diri Yerobeam. Ia telah berbuat durhaka kepada Allah dengan perbuatannya mendirikan patung lembu emas dan mezbah untuk menyembah patung itu. Ia sudah membawa Israel ke dalam penyembahan berhala dan mengkhianati ikatan Perjanjian Sinai, sehingga Allah mengirimkan abdi-Nya untuk menubuatkan penghukuman yang memang pantas bagi Yerobeam (ayat 13:1-5). Tetapi, itu tidak membuat Yerobeam sadar. Ketika anaknya sakit, ia mencari Allah, melalui Nabi Ahia. Ia mengutus istrinya berpura-pura menyamar untuk mengelabui Ahia. Memang Ahia secara fisik buta, tetapi mata rohaninya tidak buta. Allah menyatakan muslihat Yerobeam dengan jelas kepada Ahia (ayat 1-5). Mencari pertolongan pada Allah, apa salahnya? Tentu saja tidak salah kalau memang disertai dengan pertobatan, penyesalan akan dosa-dosa, dan bertekad untuk setia kembali melakukan kehendak-Nya. Masalahnya, Yerobeam hanya mencari pertolongan pada Allah, tetapi tidak disertai dengan mencari pengampunan. Yang didapatkan Yerobeam bukan pertolongan Allah melainkan penghukuman. Anaknya tidak akan sembuh (ayat 12-13). Kerajaannya akan jatuh ke tangan orang lain, dinastinya akan berakhir (ayat 14). Israel akan dihukum dengan diserakkan ke seberang sungai Efrat dan diacuhkan oleh Allah karena dosa-dosa mereka (ayat 15-16). Jangan berlaku seperti Yerobeam. Jangan mempermainkan Allah. Kalau Anda tidak benar-benar bertobat, Anda adalah orang munafik. Orang munafik akan dihancurkan Allah, karena ia bukan hanya berdosa terhadap Allah saja tetapi berpotensi besar membawa orang lain berdosa juga. Camkanlah: Orang munafik tidak akan mendapat belas kasih Allah. Orang munafik akan dihukum Allah dengan keras. |
(0.12549008888889) | (1Raj 17:7) |
(sh: Perhatian Allah di waktu perang (Rabu, 1 Maret 2000)) Perhatian Allah di waktu perangPerhatian Allah di waktu perang. Dalam suatu perang dapat dipastikan bahwa para penguasa tidak mungkin lagi memperhatikan dan memberikan perlindungan sepenuhnya terhadap masing-masing individu, karena masing-masing penguasa sibuk dengan rencana dan strateginya untuk memenangkan perang. Bahkan tidak sedikit individu-individu tersebut justru dijadikan perisai oleh para penguasa untuk kepentingannya sendiri. Contohnya Sadam Husein. Ia menggunakan rakyatnya sebagai perisai untuk melindungi kedudukannya. Namun tidak demikian dengan Allah ketika 'sedang dalam peperangan' menghadapi Iblis. Perpecahan antara kerajaan Yehuda - Israel dan peperangan yang terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupakan latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Pasal 17-22 memfokuskan kepada peperangan tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan raja Ahab mewakili kerajaan Iblis. Dalam keadaan yang sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana dan strateginya, sehingga melupakan individu-individu yang terkena dampak dari peperangan tersebut. Allah dengan kuasa-Nya telah menghentikan hujan selama beberapa tahun. Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon. Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat. Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu mati, Allah melalui Elia membangkitkannya. Ini semua memperlihatkan bahwa di dalam "peperangan" melawan kerajaan kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan memelihara individu-individu. Renungkan: Seberapa pun gentingnya situasi dimana Gereja tenggelam dan seberapa sibuknya Gereja menghadapi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara umum, Gereja tidak seharusnya melupakan atau mengabaikan individu-individu yang terkena dampak dari permasalahan atau situasi tersebut. |
(0.12549008888889) | (1Raj 20:1) |
(sh: Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang? (Jumat, 10 Maret 2000)) Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang?Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang? Kalimat ini menggambarkan sebuah kesimpulan berdasarkan kenyataan yang kontradiksi. Seharusnya seorang penyembah berhala seperti Ahab yang kebejatan dan kebobrokan moralnya melebihi Yerobeam, dihukum dan dihancurkan Allah. Tapi dalam peristiwa ini, Ahab justru ditolong oleh Allah secara ajaib. Hanya dengan 7232 orang, ia berhasil mengalahkan Benhadad raja Aram yang dibantu oleh 32 kerajaan lainnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah masih mau terlibat dalam masalah luar negeri Israel walaupun Ahab sudah meninggalkan-Nya. Seringkali kita berpikir mengapa Allah tidak menghukum sebuah negara yang pemimpinnya korup, tak bermoral, dan menindas hak azasi manusia dengan membiarkan bahkan 'mengizinkan' pembakaran gereja dilakukan. Mengapa Allah tidak menunggangbalikkan negara yang demikian? Bahkan Allah membuat keajaiban untuk menolong negara tersebut, walaupun pemimpinnya tetap tidak bertobat, tapi negaranya bisa mulai terlepas dari krisis yang berkepanjangan. Mengapa demikian? Dimanakah kebijakan dan keadilan Allah? Keterlibatan Allah mengalahkan Benhadad mempunyai dua alasan yang kuat. Pertama, berdasarkan peristiwa sebelumnya di Gunung Karmel, didapati bahwa rakyat Israel kembali mengakui Allah adalah TUHAN dan memusnahkan nabi-nabi Baal. Kemudian Allah sendiri yang menyatakan kepada Elia bahwa masih ada 7000 orang Israel yang tidak sujud menyembah Baal. Artinya masih banyak umat-Nya yang setia kepada Allah. Kedua, Allah dengan kasih dan kesabaran-Nya masih memberikan kesempatan kepada Ahab untuk bertobat (ayat 13). Renungkan: Allah selalu memperhitungkan dampak yang akan dialami oleh umat-Nya yang hidup di antara masyarakat Israel yang berdosa, dan juga dampak positif yang mungkin akan muncul setelah Ahab bertobat, yaitu pertobatan seluruh Israel. Peran kita sebagai umat-Nya amat besar bagi kelangsungan berkat Allah bagi bangsa kita. Dan Allah tetap dengan kesetiaan-Nya menunggu pertobatan menyeluruh bangsa kita. |
(0.12549008888889) | (1Raj 20:22) |
(sh: Taat melakukan perintah Tuhan (Rabu, 25 Agustus 2004)) Taat melakukan perintah TuhanTaat melakukan perintah Tuhan. Apa yang kita pilih jika diperhadapkan antara dua pilihan: taat melakukan perintah Tuhan namun tidak memperoleh keuntungan atau memperoleh keuntungan tetapi melanggar perintah Tuhan? Ahab, raja Israel mengambil pilihan yang kedua. Pegawai Benhadad, raja Aram, mengusulkan tiga strategi perang kepadanya untuk menghadapi Ahab, raja Israel. Ketiga strategi perang itu adalah: menyerang di tanah rata (ayat 23), menempatkan bupati sebagai komandan perang (ayat 24), dan mengerahkan tentara dalam jumlah besar (ayat 25). Tetapi, strategi itu tidak dapat mengalahkan Ahab karena Tuhan menolongnya (ayat 28-30). Ketika Benhadad telah kalah dalam peperangan, pegawainya kembali mengusulkan strategi baru yaitu memohon belas kasih Ahab (ayat 31-32). Ahab mempercayai janji Benhadab, sehingga ia melanggar perintah Tuhan. Sebenarnya, Tuhan telah memberitahu Ahab melalui abdi-Nya bahwa Dialah yang menentukan segala sesuatu (ayat 28), tetapi Ahab tidak taat sehingga harus menanggung akibatnya (ayat 42). Penyebab Ahab tidak taat adalah: Pertama, Ahab tidak mencintai Tuhan. Kalau saja, ada cinta kepada Tuhan dalam diri Ahab, dia tidak akan tergiur untuk menukarkan ketaatannya kepada Tuhan dengan keuntungan dari Benhadad (ayat 34). Kedua, Ahab lebih memilih menghormati Benhadab sebagai saudara daripada menghormati Tuhan (ayat 32-33). Ini berarti Ahab lebih mengutamakan manusia dibandingkan Tuhan. Cinta dan hormat kepada Tuhan menyebabkan kita taat melakukan perintah Tuhan. Sikap taat ini dapat diwujudkan dengan melakukan perintah Tuhan tersebut dalam kegiatan setiap hari. Misalnya: ketika mengalami suatu peristiwa yang menyedihkan, carilah perintah Tuhan untuk menghadapi peristiwa itu; ketika bermasalah dengan seseorang yang menyebalkan, carilah perintah Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita dengan orang tersebut. Renungkan: Memilih untuk taat melakukan perintah Tuhan terasa sulit, jika kita melupakan bahwa Tuhan adalah sumber berkat dan Tuhanlah yang menentukan segala sesuatu. |
(0.12549008888889) | (1Raj 20:35) |
(sh: Asahlah kepekaan Anda. Dewasa ini manusia cenderung (Minggu, 12 Maret 2000)) Asahlah kepekaan Anda. Dewasa ini manusia cenderungAsahlah kepekaan Anda. Dewasa ini manusia cenderung menyepelekan persoalan. Ini mungkin merupakan dampak dari kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat. Contohnya, untuk membeli barang di luar negeri tidak perlu ke luar negeri, cukup bertransaksi melalui internet dan memakai kartu kredit. Kemajuan teknologi juga mempengaruhi cara berpikir sehingga cenderung berpikir praktis, matematis, dan ekonomis. Pola berpikir demikian juga ditemui di kalangan Kristen yang mencoba membuat suatu rumusan untuk menemukan dan memberikan arti dari pengalaman hidup secara logis dan sistematis. Misalnya, berkat berkelimpahan dan mukjizat yang diterima, diartikan bahwa Allah berkenan atas hidup kita sehingga Ia memberkati. Sedangkan bencana yang dialami, diartikan bahwa Allah tidak berkenan sehingga Ia menghukum. Apakah benar karya Allah dapat dirumuskan sedemikian sederhana menurut nalar manusia yang sistematis dan logis? Pengalaman Ahab merupakan contoh bahwa cara Allah bekerja dan berhubungan dengan manusia tidak dapat dirumuskan secara demikian. Sebelum nubuatan tentang hukumannya dikomunikasikan, Ahab mengalami mukjizat dan berkat Allah yang luar biasa. Namun, ketiga peristiwa ajaib itu bukan merupakan suatu pertanda bahwa Allah berkenan atas hidupnya. Sebaliknya Allah tidak berkenan dan hanya karena anugerah dan kasih-Nya, Ia membuat mukjizat untuk membawa Ahab berbalik kepada-Nya. Namun Ahab tidak melihat dan mungkin tidak bisa melihat berkat itu dari sudut perspektif panggilan pertobatan Allah kepadanya. Renungkan: Tidak setiap berkat yang kita alami merupakan pertanda bahwa Allah berkenan atas hidup kita. Karena itu asahlah selalu kepekaan kita dengan mengevaluasi hidup kita setiap hari dalam terang dan kuasa firman-Nya. Tuhan memakai banyak cara panggilan pertobatan agar kita kembali kepada-Nya. Bacaan untuk Minggu Sengsara 2: Kejadian 12:1-7 II Timotius 1:8-14 Matius 17:1-9 Mazmur 133:12-22 Lagu: Kidung Jemaat 395 |
(0.12549008888889) | (1Raj 22:1) |
(sh: Agama bagi Ahab dan Yosafat (Selasa, 14 Maret 2000)) Agama bagi Ahab dan YosafatAgama bagi Ahab dan Yosafat. Dalam kondisi zaman ini, agama tidak sekadar suatu kepercayaan pribadi, namun sudah dianggap sebagai suatu kekuatan yang mampu melegitimasi suatu tindakan radikal orang-orang tertentu yang mengatasnamakan agama. Sebagai contoh pembakaran rumah ibadah atau pelenyapan suatu etnis atau suku dalam suatu daerah tertentu, seringkali dibenarkan dengan memakai nama agama. Di satu sisi nampaknya orang-orang yang demikian begitu mengutamakan agama mereka. Namun di sisi lain mereka menggunakan agama untuk mengeksploitasi masyarakat dan sistem pemerintahan yang ada demi ambisi pribadi maupun golongan. Inilah yang terjadi dalam kehidupan Ahab. Tiga tahun lamanya menikmati kedamaian dan ketenteraman dari Allah, tidak membuat Ahab menjadi seorang yang taat dan takut akan Tuhan. Justru perbuatannya semakin menjadi-jadi. Kalau dulu ia menyembah dan mempergunakan Baal bagi keuntungannya sendiri, kini ia berani mempergunakan bagi kepentingan politik dan ambisi pribadi. Ia merasa telah ditipu oleh Benhadad, raja Aram, karena setelah tiga tahun, kota Ramot-Gilead tidak dikembalikan kepadanya (ingat 19:34). Karena itulah ia berniat menyerang dan merebutnya dengan meminta bantuan Yosafat. Ketika Yosafat mengusulkan untuk menanyakan kehendak Allah, Ahab sudah mempersiapkan 400 nabi dalam waktu singkat dan semuanya memberikan jawaban yang mendukung Ahab. Ia nampak begitu rohani, karena rencananya sudah disetujui oleh Allah melalui 400 nabi. Ia mempergunakan agama untuk melegitimasi tindakannya. Yosafat tidak terkecoh dengan tindakan Ahab. Ia sungguh membutuhkan nabi yang dari TUHAN. Muncullah Mikha yang menyatakan kehendak Allah yaitu Ahab akan maju berperang dan akan ditimpa malapetaka. Ahab tidak menyukai Mikha karena ia tidak pernah mendukungnya, justru selalu menubuatkan malapetaka baginya. Jelas sudah bahwa Ahab tidak sungguh mencari kebenaran agama bagi setiap gerak kehidupan pribadinya. Sebaliknya kekuasaan yang ia miliki, membuat dia mempergunakan agama bagi kepentingan pribadi. Renungkan: Hati-hatilah agar tidak tergelincir seperti Ahab. Kita cenderung mempergunakan agama sebagai suatu kedok dan legitimasi setiap tindakan kita, karena kekuasaan materi. |
(0.12549008888889) | (1Raj 22:24) |
(sh: Bagi Allah tidak ada unsur kebetulan (Rabu, 15 Maret 2000)) Bagi Allah tidak ada unsur kebetulanBagi Allah tidak ada unsur kebetulan. Pernahkah Anda mendengar suatu kisah nyata dimana seorang yang karena terlambat bangun, ketinggalan pesawat yang akan membawanya ke luar negeri. Namun pesawat itu tidak pernah sampai ke tujuannya karena telah meledak di udara hingga menewaskan seluruh penumpang dan awaknya. Mungkin Anda berkomentar: 'Kebetulan ia terlambat bangun dan ketinggalan pesawat'. Sedangkan komentar dari orang yang selamat itu adalah 'wah karena kebetulan malam sebelumnya aku bertemu dengan teman lama, jadi kami ngobrol hingga larut malam. Akibatnya aku terlambat bangun'. Berdasarkan komentar-komentar di atas dapat disimpulkan bahwa istilah 'kebetulan' dipergunakan untuk mengekspresikan suatu peristiwa yang kemungkinan terjadinya sangat kecil karena berbagai alasan. Namun tidak terkandung suatu keyakinan bahwa ada suatu kuasa yang mengontrol dan memungkinkan suatu hal yang tidak mungkin terjadi, menjadi kenyataan. Bagaimana tanggapan kita tentang peristiwa kematian Ahab? Apakah suatu kebetulan jika Ahab merencanakan untuk keluar berperang dengan cara menyamar menjadi seorang prajurit? Jika seorang tentara musuh menarik panahnya dan menembak sembarangan, tetapi akhirnya mengenai Ahab tepat di antara sambungan baju zirahnya yang terbuat dari besi? Jawaban untuk pertanyaan- pertanyaan di atas adalah semua rentetan peristiwa yang terjadi hingga tewasnya Ahab, bukanlah suatu kebetulan. Ada suatu kuasa yang begitu berdaulat yang mengontrol segala sesuatu dan mengizinkan segala sesuatu terjadi atau tidak. Allah di belakang semua peristiwa itu. Ia ingin menunjukkan bahwa firman yang Ia ucapkan melalui Mikha adalah benar adanya. Walau Ahab berusaha membuktikan bahwa ramalan Mikha tidak akan pernah terjadi, namun yang terjadi justru sebaliknya. Ia terkena panah musuh tepat di bagian yang sangat tidak mungkin untuk dijadikan sasaran. Allah ingin menunjukkan bahwa kekuasaan Ahab tidak ada artinya. Renungkan: Ahab mungkin berhasil memberangus mulut Mikha dengan jalan memenjarakan Mikha, namun kebenaran tetap akan muncul, dan bukan secara kebetulan. Tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi secara kebetulan, karena Allah yang berdaulat mengendalikan semuanya. |
(0.12549008888889) | (1Raj 22:29) |
(sh: Akibat mendengar nabi palsu (Sabtu, 28 Agustus 2004)) Akibat mendengar nabi palsuAkibat mendengar nabi palsu. Betapapun menyenangkannya nubuat para nabi palsu, kebenaran pasti akan menelanjangi kepalsuan tersebut. Orang yang membiarkan dirinya dirayu kepalsuan akan melihat kebenaran ditegakkan, dan konsekuensi pemilihan yang salah akan diterimanya tanpa bisa dielakkan. Ahab memilih untuk mendengarkan para nabi palsu. Ia meneruskan niat berperang melawan Aram. Namun dalam hati kecil ia tahu Nabi Mikha adalah nabi sejati yang berasal dari Tuhan. Ia tahu bahwa nubuat Mikha jauh lebih tulus dan apa adanya. Oleh sebab itu ia tidak berani terang-terangan menunjukkan diri sebagai raja dalam peperangan itu. Ia meminta supaya Yosafat yang maju sebagai panglima perang (ayat 30). Ahab berpikir dengan cara demikian, nubuat Mikha tidak mungkin tergenapi. Cerita peperangan berakhir tragis. Ahab terkena panah sembarangan yang mengakibatkan kematiannya. Ahab tidak dapat menghindari konsekuensi pemilihannya yang keliru. Ia keliru mendengarkan nubuat dari nabi palsu. Sekarang ia menuai hasilnya sendiri. Kebenaran tidak bisa dibengkokkan (ayat 34-38). Memang pikiran yang sudah bebal akan tertutup bagi kebenaran. Ahab mengira dapat mengendalikan nasibnya sama seperti ia mencoba mengendalikan Mikha. Ia lupa, dibalik Mikha ada Tuhan yang berdaulat. Kita harus belajar dari kisah Ahab yang tragis ini untuk tidak mengulangi kesalahan dan kebodohan yang sama. Jangan pernah berpikir bahwa pilihan yang keliru bisa diperbaiki dengan memanipulasi akibat pilihan tersebut. Hanya ada satu cara memperbaiki kesalahan, yaitu bertobat dan berpaling kembali kepada kebenaran. Walaupun konsekuensi dari keputusan yang diambil tetap harus kita tanggung, tetapi dalam belas kasih Allah, konsekuensi terberat yaitu hukuman kekal telah Allah batalkan di dalam Yesus Kristus. Renungkan: Adakah keputusan salah pilih yang sudah terlanjur kita lakukan? Kita menyesalinya? Belum terlambat. Bertobatlah! Allah sanggup mengubah segala konsekuensi terburuk menjadi kebaikan bagi anak-anak yang mengasihi-Nya demi kemuliaan nama-Nya. |
(0.12549008888889) | (2Raj 1:1) |
(sh: Selalu ada peringatan yang lebih dari cukup (Minggu, 14 Mei 2000)) Selalu ada peringatan yang lebih dari cukupSelalu ada peringatan yang lebih dari cukup. Karena begitu besar kasih Allah akan umat manusia baik sebagai individu maupun kelompok, maka Ia akan menggunakan berbagai cara dan media untuk menegur, memperingatkan, dan menyadarkan seorang manusia agar ia bertobat. Selain keberagaman cara dan media, Allah juga menggunakan keberagaman intensitas dalam menggunakan cara dan media. Itu semua disesuaikan dengan kondisi dan situasi seseorang, khususnya disesuaikan dengan berapa lama lagi manusia itu masih mempunyai kesempatan untuk hidup. Pemahaman ini tergambar jelas dalam kisah Ahazia. Sebagai pengganti Ahab - ayahnya, ia hanya memerintah selama 2 tahun. Waktu yang singkat itu dipenuhi oleh perbuatan jahat, sehingga menimbulkan sakit hati Allah (1Raj. 22:54). Di dalam waktu yang singkat itu pula, terjadi beraneka ragam bencana, baik yang nampaknya alamiah maupun supranatural yang harus ditanggung oleh Ahazia. Di dalam bidang politik, terjadi pemberontakan oleh Moab setelah Ahaz meninggal. Peristiwa ini pasti mempengaruhi kondisi, sosial, ekonomi, dan keamanan negara Israel. Dalam bidang ekonomi, Allah menggagalkan kerjasama ekonominya dengan Yosafat (2Taw. 20:36-37). Hukuman ini adalah cara Allah memperingatkan Ahazia agar bertobat. Ketika Ahazia 'meniadakan' Allah dengan cara mencari petunjuk dari Baal-Zebub dan dilanjutkan dengan rencananya menangkap Elia, Allah masih mau memberikan peringatan yang lebih jelas dan keras melalui hukuman api yang menimpa 2 orang perwira Ahazia dan 50 bawahannya. Hukuman ini dimaksudkan untuk menyatakan dengan lebih tegas lagi bahwa Ia ada dan jauh lebih berkuasa dari Baal. Renungkan: Begitu besar kasih Allah kepada manusia. Itulah sebabnya Allah tetap selalu memperingatkan dosa-dosa kita lebih dari cukup. Bacaan untuk Minggu Paskah 4: Kisah Para Rasul 2:36-41 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Kis/T_Kis2.htm#2:36 1Petrus 2:19-25 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/1Pe/T_1Pe2.htm#2:19 Yohanes 10:1-10 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yoh/T_Yoh10.htm#10:1 Mazmur 23 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz23.htm Lagu: Kidung Jemaat 157 |
(0.12549008888889) | (2Raj 1:1) |
(sh: Akibat bersandar pada yang bukan Tuhan (Minggu, 1 Mei 2005)) Akibat bersandar pada yang bukan TuhanAkibat bersandar pada yang bukan Tuhan.
Ahazia adalah raja yang tidak takut akan Tuhan. Ia hidup dalam dosa penyembahan berhala dan berbagai tindakan lain yang mendukakan hati Tuhan seperti yang diperbuat orangtuanya Ahab dan Izebel (ayat 1Raj. 22:52-54). Ia menolak beribadah kepada Tuhan Allah Israel meski ia mengenal Elia, hamba Allah. Ahazia pasti mengenal Elia dari kisah kemenangannya melawan 450 nabi Baal pendukung Izebel di Gunung Karmel (ayat 18:20-46). Hati Ahazia yang tidak mengandalkan Tuhan, Allah Israel ditunjukkan melalui perbuatannya meminta petunjuk kepada Baal-Zebub ketika ia sakit (ayat 2Raj. 1:2). Dengan berbuat begitu, Ahazia menganggap hanya Baal-Zebub saja yang sanggup menyembuhkan penyakitnya. Sikap Ahazia ini menunjukkan: Pertama, tidak setia kepada Allah dengan menyembah ilah lain. Kedua, tidak menghormati-Nya karena lebih memilih petunjuk Baal-Zebub tentang masa depannya (ayat 3,6,16). Ketiga, tidak mau merendahkan diri mencari petunjuk-Nya melalui hamba-Nya sebaliknya ia mengirim pasukan mencari Elia (ayat 9-14). Sikap sama ditunjukkan oleh anak buahnya yang dengan angkuh memerintah Elia untuk menghadap raja (ayat 9-12). Akibat sikap Ahazia ini, Tuhan menghukumnya dengan kematian (ayat 17). Sikap seperti Ahazia ini banyak ditunjukkan oleh orang Kristen. Saat kesulitan datang kita mengandalkan akal kita sendiri untuk menyelesaikannya, atau bahkan mencari petunjuk pada orang pintar. Sikap demikian adalah pengkhianatan terhadap Tuhan dan akan menuai murka-Nya. Camkan: Mencari pertolongan di luar Tuhan sebagai sumber hidup, sama dengan menolak kehidupan itu sendiri. |
(0.12549008888889) | (2Raj 2:15) |
(sh: Peneguhan hamba Tuhan (Selasa, 3 Mei 2005)) Peneguhan hamba TuhanPeneguhan hamba Tuhan
Nabi Elia sudah terangkat ke surga. Elisa sudah ditetapkan menjadi nabi penggantinya. Semua itu adalah penetapan Allah yang berdaulat dan berhikmat. Namun, para pengikut Nabi Elia belum melihat hal itu. Itulah sebabnya, mereka pun berniat mencarinya. Mereka memuja Nabi Elia dan menganggapnya sebagai nabi besar yang tidak tergantikan. Maka, Elia harus ditemukan agar dapat dikuburkan di Israel. Dengan berbuat demikian berarti mereka meragukan pernyataan Tuhan yang telah mengangkat Nabi Elia ke surga (ayat 11,16-18). Dua peristiwa yang dicatat di perikop hari ini menjadi peneguhan akan kenabian Elisa. Pertama, kuasa dan kasih Allah yang ada pada Elia kini ditunjukkan oleh Elisa. Sebagaimana Elia dulu peduli kepada janda di Sarfat akan bahaya kelaparan yang dialaminya, demikian pun sekarang Elisa peduli kepada rakyat biasa yang mengalami kesulitan hidup sehari-hari (ayat 19-22). Kedua, Tuhan sendiri menyatakan peneguhan-Nya terhadap Elisa dengan menghajar orang-orang yang meragukan bahkan menghina hamba-Nya (ayat 23-25). Orang-orang di sini bukan anak kecil melainkan pemuda-pemuda (bhs. Ibr. naar) yang sudah cukup umur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Bukti seseorang adalah hamba Tuhan bukan penonjolan diri akan kehebatannya, melainkan kehadiran kuasa dan kasih Allah yang nyata di dalam dirinya. Sikap dan tutur kata yang lahir dari karakter ilahi merupakan tanda yang jelas dari orang pilihan-Nya. Renungkan: Hamba Tuhan sejati nyata dari sikap, perkataan, dan pengajarannya yang meneladani hidup Tuhan Yesus. |
(0.12549008888889) | (2Raj 5:15) |
(sh: Iman, aman, atau serakah? (Minggu, 8 Mei 2005)) Iman, aman, atau serakah?Iman, aman, atau serakah?
Sepertinya Naaman percaya pada Tuhan karena Dia telah menyembuhkan penyakitnya. Ia merasa perlu membayar sebagai ungkapan terima kasih (ayat 15). Oleh karena hamba-Nya tidak bersedia dibayar dengan harta maka Naaman akan membayar dengan cara menyembah Tuhan orang Israel di negerinya sendiri (ayat 17). Namun, ia akan tetap menyembah dewa bangsanya karena risiko jabatan (ayat 18). Sikap Naaman ini bukan sikap iman, tetapi sikap mencari aman. Di mata Naaman, Tuhan dan Elisa hanyalah sarana untuk memberikan kesembuhan dari penyakitnya. Naaman menetapkan nilai kesembuhannya itu sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas plus sepuluh potong pakaian atau sekitar Rp 10 Miliar (ayat 6). Sikap Gehazi tidak berbeda dari sikap Naaman. Gehazi melihat uang dan kekayaan sebagai segala-galanya (ayat 20-23). Gehazi bagaikan pengusaha Kristen yang melihat pelayanan tidak lebih dari bisnis jasa yang ujung-ujungnya keuntungan. Oleh sebab itu, Gehazi rela mencoreng ketulusan Elisa demi mendapatkan harta tersebut. Harta ia dapatkan, namun kusta Naaman hinggap padanya (ayat 26-27). Sungguh menyedihkan melihat orang menjual imannya demi rasa aman karena diterima di lingkungannya, atau orang yang menjajakan imannya demi harta yang fana. Gereja yang cepat mengkompromikan nilai-nilai kebenaran agar diterima masyarakat, atau gereja yang memanipulasi pelayanan untuk memperkaya kantong-kantong segelintir orang adalah gereja palsu. Sikap seperti Elisalah yang harus diteladani. Ia melakukan mukjizat bukan untuk keuntungan pribadi melainkan karena dirinya adalah hamba Allah (ayat 16). Camkan: Kalau kesalehan kita tidak lebih daripada kebutuhan rasa aman atau hanya untuk meraup keuntungan duniawi, kita tidak layak menyebut diri anak-anak Tuhan! |