(0.11847190967742) | (Kel 25:18) | (jerusalem: kerub) Kata (Ibrani) kerub ini bersesuaian dengan kata karibu dalam bahasa Babel. Karibu itu ialah makhluk gaib, setengah manusia dan setengah binatang, yang menjaga kuil-kuil dan istana-istana. Menurut apa yang dikatakan Alkitab tentang kerub itu dan sesuai dengan gambarnya yang masih tersedia, maka kerub itu berupa "sfinks" bersayap. Dalam bait Allah di Yerusalem kerub-kerub melingkupi tabut perjanjian, 1Ra 6:23-28. Dalam ibadah kepada Tuhan kerub-kerub itu (dengan pasti) baru mulai berperan semenjak tabut perjanjian itu ada di Silo. Sebab tentang Silo dikatakan bahwa di sana "Tuhan bersemayam di atas para kerub", 1Sa 4:4; 2Sa 6:2; bdk 2Ra 19:15; Maz 80:2; 99:1 atau "mengendarai kerub", 2Sa 22:11; bdk Maz 18:11. Menurut Yeh 1 dan Yeh 10 kerub-kerub menarik kereta Allah. Selama Israel di gurun kerub-kerub belum berperan dalam ibadatnya. Kerub-kerub yang ada dalam bait Allah bangunan Salomo, hilang lenyap bersama-sama dengan tabut perjanjian. Dalam bait Allah yang didirikan sesudah pembuangan ada dua kerub kecil pada tutup pendamaian, bdk catatan Kel 25:7 |
(0.11847190967742) | (Kel 30:22) | (jerusalem) Peraturan-peraturan mengenai pemakaian minyak urapan ini (dan juga yang mengenai ukupan, Kel 30:34-38) berasal dari zaman agak belakangan. Semua imam diurapi dengan minyak kudus itu, sedangkan kaum awam tidak boleh diurapi dengannya. Dalam nas-nas tua mengenai sejarah bangsa Israel pengurapan dengan minyak (zaitun) khusus teruntuk bagi raja, 1Sa 10:1 dst; Kel 16:1 dst; 1Ra 1:39; 2Ra 9:6; 11:12. Pengurapan itu memberi raja ciri kekudusan, sehingga ia menjadi "orang yang diurapi Tuhan", 1Sa 24:7; 26:9,11,23; 2Sa 1:14-16; 2Sa 19:21. Dalam bahasa Ibrani "yang diurapi" ialah "Mesias", yang diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dengan "Kristos". Mazmur-mazmur kerap kali menyebut raja Daud serta keturunannya sebagai "Mesias". Gelar itu lalu menjadi gelar khusus bagi Raja di masa mendatang, yang pra-lambangnya ialah Daud. Perjanjian Baru memberi gelar itu kepada Yesus Kristus. Adapun para imam mereka rupanya baru diurapi di zaman penjajahan oleh orang Persia. nas-nas tua dari tradisi Para Imam berkata bahwa hanya imam besar diurapi dengan minyak kudus, Kel 29:7,29; Ima 4:3,5,16; 8:12. Baru kemudian juga imam-imam biasa diurapi secara demikian, Kel 30; 28:41; 40:15; Ima 7:36; 10:7; Bil 3:3. |
(0.11847190967742) | (Bil 13:1) | (jerusalem) Bab 13-14 berasal dari berbagai tradisi. Apa yang berasal dari tradisi Para Imam mudah dapat dipisahkan, yaitu: daftar para pengintai, Bil 13:1-16; 13:21 (yang bertentangan dengan Bil 13:18 dan Bil 13:22 memberitahukan bahwa para pengintai penyuluh seluruh negeri); Bil 13:25-26,32-33; 14:1-5,5-10 Yosua tampil di samping Kaleb, bdk Bil 13:30); Bil 13:26-33. Ayat-ayat lain berasal dari tradisi lebih tua, yaitu tradisi Yahwista dan tradisi Elohista. Nas-nas Kitab Suci lain yang membicarakan pengintaian negeri Kanaan oleh Kaleb (saja), Bil 32:6-15; Ula 1:19-46; Yos 14:6-14 (bdk Bil 6:1+) bergantung pada tradisi lebih tua itu. Dalam tradisi itu terpelihara berita tentang masuknya kaum Kaleb ke dalam negeri Kanaan dengan tidak melalui daerah di seberang sungai Yordan. Mengenai Bil 14:39-45 bdk Bil 14:39+. |
(0.11847190967742) | (Bil 24:21) | (jerusalem: sarangmu) Kata ini (Ibraninya:ken) menyinggung nama suku Keni. Suku ini adalah sebuah suku Badui (bdk 1Ta 2:55) yang bersaudara dengan kaum Rekhab dan berhubungan erat dengan suku Midian (bdk Bil 10:29 dan Hak 1:16). Suku Keni itu terdesak oleh bangsa Edom (Beor yang mungkin disebut dalam Bil 24:22, adalah sama dengan yang tampil dalam Kej 36:32), lalu pergi ke daerah suku Amalek, Hak 1:16; 1Sa 15:4-6; dan 1Sa 27:10 dan 1Sa 30:29 dan bahkan memasuki dataran Esdralon, Hak 4:11,17; 5:24. Adapun nama Kain bersangkutan dengan Kenas, nama ayah Otniel, sedangkan Otniel adalah saudara (atau kemenakan?) Kaleb, orang Kenas (yang kadang-kadang dianggap termasuk suku Yehuda), Bil 32:12; Yos 14:6,14; 15:17; Hak 1:13; 3:9-11; 1Ta 4:13. Dalam Kej 15:19 Kenas adalah anak cucu Esau dan saudara seayah dengan Amalek. Ini lebih-lebih mengungkapkan kesamaan tempat kediaman dari pada keturunan. |
(0.11847190967742) | (Bil 32:1) | (jerusalem) Bab ini bergaya bahasa kitab Ulangan tetapi disadur oleh Para Imam. Di dalamnya dimanfaatkan sebuah sumber tua, Bil 32:1-4,16-19. Tanah Yaezer, Bil 32:1, terletak di sebelah utara kerajaan Sihon. Gilead seperti mula-mula ada dan dimaksudkan di sini terletak antara tanah Yaezer dan anak sungai Yabok. Setelah Israel memasuki bagian negeri Kanaan lebih ke utara, Gilead diperluas sehingga mencakup daerah sampai ke anak sungai Yarmuk, Yos 13:10-12. Karena itu orang berkata tentang dua bagian daerah Gilead, Ula 3:12-13; Yos 12:2,5; 13:31. Bagian utara daerah itu menjadi wilayah setengah suku Manasye, Bil 32:39-40. Ayat-ayat ini berkata bahwa daerah itu direbut. Bagian ini memang berupa sebuah sisipan yang berbicara tentang hal-hal yang terjadi setelah Israel menetap di Kanaan. Sebagian suku Manasye berpindah tempat dari bagian barat dan merebut sebuah wilayah di bagian utara daerah seberang sungai Yordan, Yos 13:8 dst; mereka itulah setengah suku Manasye yang disebut dalam Bil 32:33. Sebaliknya, suku-suku Ruben dan Gad secara damai menetap di daerah seberang sungai Yordan. |
(0.11847190967742) | (Bil 33:1) | (jerusalem) Bab ini berasal dari kalangan Para Imam, tetapi baru kemudian ditambahkan pada tradisi Para Imam yang lebih tua usianya. Dalam menyusun bab ini penggubah memanfaatkan berbagai keterangan yang ditemukan dalam Keluaran, Bilangan dan Ulangan. Tetapi separuh lebih dari nama-nama yang disajikan di sini adalah nama baru dan berasal dari sumber-sumber lain dari kitab-kitab tsb. Perjalanan dari gunung Sinai sampai ke Ezion-Geber, seperti digariskan dalam Bil 33:16-35, menggunakan sebuah daftar tempat-tempat persinggahan yang semua terletak di bagian barat laut negeri Arabia. Karena itu ada orang yang berpendapat bahwa gunung Sinai terletak di daerah itu, bdk Kel 19:2+. Bil 33:41-49 memakai sebuah daftar tempat-tempat persinggahan lain. Menurut daftar ini perjalanan Israel langsung dari Kadesy ke utara, ke anak sungai Arnon. Tetapi perjalanan semacam itu tidak mungkin disesuaikan dengan keterangan-keterangan yang ditemukan dalam sumber-sumber lain (perjalanan melalui Ezion-Eber, di luar wilayah bangsa Moab dan Edom), bdk Bil 14:25; 20:14,22; Ula 2:1-25. |
(0.11847190967742) | (Bil 34:1) | (jerusalem) Nas ini bersama dengan Yeh 47:13-21 secara paling terperinci menentukan batas-batas negeri Kanaan. Batas-batas ini sama dengan batas-batas Kanaan waktu menjadi propinsi negeri Mesir pada akhir abad ketiga belas seb. Mas. Tata negara Mesir itulah yang mempengaruhi orang Israel dalam menyebut daerah itu dengan nama Kanaan dan dalam menentukan batas-batasnya. Negeri Kanaan itu tidak meluas ke sebelah timur sungai Yordan, Bil 34:13-15. Daerah yang batasnya ditentukan di sini dianggap Tanah yang dijanjikan, Bil 34:1. Tetapi ada nas-nas lain yang secara lain menentukan batas-batas Tanah yang dijanjikan, Kel 23:31+; Ula 1:7; Hak 20:1+. Setelah orang Aram mendirikan kerajaan-kerajaan mereka, negeri Kanaan tidak lagi melingkupi wilayah di sebelah timur Fenisia (Sidon), tetapi masih mencakup daerah di sebelah selatan sampai Gaza, Kej 10:19 - Kemudian nama Kanaan hanya mencakup wilayah Fenisia: kota-kota Tirus dan Sidon disebut "benteng-benteng Kanaan", Yes 23:1-14, khususnya Bil 11 "orang Sidon" menjadi searti dengan "orang Kanaan", Ula 3:9; Hak 18:7 dst; bdk Mat 15:22 dengan Mar 7:26. |
(0.11847190967742) | (Ul 1:5) | (jerusalem: katanya) Wejangan Musa yang pertama, Ula 1:6-4:40, ini meringkaskan sejarah umat Israel mulai dengan waktu tinggal pada gunung Sinai sampai tibanya di gunung Pisga di tepi sungai Yordan. Ringkasan itu disusul sebuah seruan supaya umat menepati perjanjian serta seluruh syaratnya. Bagian terakhir itupun memberitahukan pembuangan umat kelak sebagai hukuman atas ketidaksetiaan umat pada perjanjian. Tetapi ia juga berkata tentang kembalinya umat dari pembuangan. Jelaslah bagian ini ditambahkan waktu kitab Ulangan untuk kedua kalinya diterbitkan di masa pembuangan. Wejangan Musa ini mengambil sebagian bahannya dari tradisi Yahwista dan terutama dari tradisi Elohista, sebagaimana termaktub dalam Keluaran dan Bilangan. Tetapi Ulangan memilih bagian-bagian yang dianggap sesuai lalu menyadurnya dengan titik pandangan yang berbeda. Khususnya wejangan Musa ini menekankan penyelenggaraan Allah dan kepilihan Israel. Pikiran pokok ialah: Pemberian Tanah Suci yang dijanjikan Tuhan. Bab 1-3 berupa semacam pendahuluan dan mempunyai ciri historis, khususnya Ula 1:19 dst, dan pikiran pokok tsb terutama dalam bagian historis ini menonjol. Bab 1-3 itupun boleh dianggap pengantar untuk "Kitab Sejarah Ulangan" yang merangkap juga kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja. Sejarah itu berakhir dengan berita bahwa umat Israel kehilangan Tanah Suci yang dianugerahkan kepadanya. |
(0.11847190967742) | (Ul 1:28) | (jerusalem: orang-orang Enak) Orang Enak, orang Emim, Ula 2:10, orang Refaim, Ula 2:20, dan orang Zamzumim (atau: Zusim), Ula 2:20, adalah bangsa-bangsa dongeng yang dikatakan dahulu mendiami negeri Palestina dan daerah seberang sungai Yordan. Bdk Kej 14:5. Mereka dianggap keturunan orang Nefilim (raksasa), Bil 13:33; Kej 6:4. Dengan bangsa-bangsa itupun dihubungkan peninggalan (batu-batu besar) dari masa yang lampau. Ula 3:11. Orang Enak dikatakan di masa Yosua masih tampil sebagai orang berkuasa di pegunungan Hebron dan daerah pesisir, Yos 11:21 dst; Ula 14:12-15; 15:13-15; 21:11. Orang Refaim berhasil mempertahankan diri di daerah Basan, Ula 3:13; Yos 12:4 dst; Ula 13:12. Di bawah suku Yehuda nama mereka terpelihara dalam nama "Lembah orang Refaim", Yos 15:8; 18:16; 2Sa 5:18. Anak buah Daud dikatakan beradu dengan keturunan terakhir dari Rafa (raksasa) yang memberi namanya kepada seluruh bangsa Refaim, 2Sa 21:16-22; 1Ta 20:4-8. Kata "refaim" juga berarti orang-orang mati yang berupa "bayangan" tinggal di dunia orang mati (syeol), bdk Ayu 26:5 dst; Maz 88:11; Yes 14:9; 26:14,19. |
(0.11847190967742) | (Ul 25:5) | (jerusalem) Ini hukum levirat (dari kata latin: levir, ialah ipar; Ibraninya: yabam) atau "kawin mengganti tikar". Janda seseorang yang meninggal tanpa mendapat anak laki-laki harus diperistri oleh iparnya. Anak laki-laki pertama yang lahir dari perkawinan itu dianggap anak dari orang (saudara) yang sudah meninggal dan ia mendapat bagiannya dari warisan orang yang sudah meninggal itu. Hukum itu juga terdapat pada orang Asyur dan orang Het. Maksud hukum itu ialah menjamin lanjutan keturunan dan kemantapan harta milik keluarga. Segi pertama ditonjolkan dalam ceritera tentang Tamar, Kej 38, dan segi kedua tampil dalam kisah mengenai Rut, Rut 4. Dalam kisah ini kewajiban dan hak ipar dipindahkan kepada si "penebus" (go'el) bdk Bil 35:19+. Ulangan membataskan kewajiban itu begitu rupa sehingga hanya mengenai orang bersaudara yang hidup bersama dan Ulangan juga menerima saja bahwa orang meluputkan diri dari kewajiban itu. Dalam agama Yahudi selanjutnya hukum levirat terus dipertahankan, meskipun ditentang sementara orang. Orang Saduki memakai hukum itu untuk menentang kepercayaan akan kebangkitan orang mati, bdk Mat 22:23 dst. |
(0.11847190967742) | (Ul 31:1) | (jerusalem) Bagian Ulangan ini berperan sebagai kata penutup seluruh Pentateukh. terkumpul di dalamnya sejumlah unsur yang beraneka ragam asal-usulnya. Baru waktu Ulangan digubah untuk kali terakhir unsur-unsur yang berbeda-beda itu ditambahkan. |
(0.11847190967742) | (Ul 32:1) | (jerusalem) Nyanyian ini sangat tinggi mutu puetisnya. Ia meluhurkan Allah Israel yang maha kuasa, satu-satunya Allah sejati. Kata pembukaan, Ula 32:1-2, memakai gaya bahasa kesusasteraan hikmat, lalu nyanyian ini memasyhurkan karya Allah yang besar, Ula 32:3-7, dan caranya Ia memelihara Israel, Ula 32:8-14. Dengan kebaikan hati Allah itu diperlawankan kedurhakaan umat, Ula 32:15-18, yang dihukum semestinya, Ula 32:19-25. Akan tetapi Allah tidak menyerahkan umatNya ke dalam genggaman musuh, Ula 32:26-35. Sebaliknya, Ia turun tangan demi umatNya, Ula 32:36-42. Ula 32:43 berupa puji-pujian penutup. Nyanyian ini aslinya beredar terlepas dan kemudian barulah dimasukkan ke dalam kitab Ulangan. Sangat sukar menentukan waktunya nyanyian itu diciptakan. Ada ciri sastera kuno padanya, sehingga orang menduga bahwa usia lagu itu tua sekali. Kalau demikian maka penindas (Israel yang disinggung ialah orang Filistin (abad ke-11 seb. Mas). Tetapi kesamaan nyanyian ini dengan beberapa mazmur dan para nabi, khususnya dengan Deutero-yesaya dan Yeremia, menyarankan bahwa lagu itu diciptakan di zaman agak belakangan. Kalau demikian maka penindas yang disebut mesti orang Babel (abad ke-6 seb Mas). |
(0.11847190967742) | (Yos 9:3) | (jerusalem) Kisah ini ternyata sebuah saduran yang dikerjakan sesuai dengan pikiran tradisi Ulangan. Tetapi beberapa tradisi tua dimanfaatkan. Tradisi-tradisi itu tidak lagi dapat dipisahkan dari saduran, namun pasti berasal dari suku Benyamin.- Orang Gibeon tidak hanya mendiami kota Gibeon (el-Jib, di sebelah timur laut Yerusalem), tetapi juga tiga kota lain yang berdekatan yang namanya disebut dalam Yos 8:17. Orang Gibeon yang tidak berbangsa Kanaan tinggal di tengah-tengah bangsa Kanaan, bdk Yos 7:11; 19. Ini menjelaskan mengapa mereka berusaha menggabungkan diri dengan suku-suku Israel. Dan memang sejak dahulu kala ada persekutuan antara orang Gibeon dan orang Israel, hal mana dibuktikan tindakan Daud yang memberi silih kepada penduduk Gibeon, 2Sa 21. tetapi caranya hal itu diceritakan dalam kitab Yosua memperlihatkan pikiran teologis tertentu: Persekutuan semacam itu dianggap bertentangan dengan hukum perang suci, Yos 6:17+. Hanya hukum itu tidak berlaku untuk bangsa-bangsa di luar negeri Kanaan. Ini menjelaskan ceritera lucu mengenai orang Gibeon yang menipu orang Israel. Sumpah yang diangkat tidak dapat dibatalkan lagi. |
(0.11847190967742) | (Yos 13:8) | (jerusalem) Bahan bagian ini diambil dari Bil 32 dan Ula 3:12-17 dengan ditambah nama beberapa tempat. Luasnya wilayah masing-masing suku tidak ditentukan, sebagaimana nanti terjadi berkenaan dengan wilayah suku-suku yang menetap di sebelah barat sungai Yordan. Orang Israel sendiri tidak tahu luasnya wilayah suku-suku di sebelah timur sungai Yordan dan suku Ruben serta Gad nampaknya seolah-olah satu suku saja, Bil 32:1 dst; Ula 3:12; Yos 1:12, dll. Kedua suku itu agak segera terdesak oleh kerajaan Amon dan Moab yang semakin berkembang. Mengenai suku Ruben bdk Kej 49:4; Ula 33:6, dan mengenai Gad bdk Kej 49:19. Asal usul setengah suku Manasye tidak diketahui dengan jelas. Mereka menetap di Gilead, bagian utara, tetapi ini baru terjadi di zaman kemudian dari zaman Yosua Bil 32:1+. |
(0.11847190967742) | (Hak 1:1) | (jerusalem) Bagian pertama Hakim-hakim ini mengumpulkan beberapa catatan yang menghasilkan sebuah gambar menyeluruh tentang perebutan Tanah Suci. Tetapi gambar itu berbeda sekali dengan kesan yang diberikan kitab Yos 1-12. Menurut Hak 1 Tanah Suci direbut melalui berbagai serbuan yang dilontarkan masing-masing suku atau kelompok orang Israel tersendiri dan terlepas satu sama lain. Dan perebutan itu akhirnya jauh dari lengkap. Catatan-Catatan Hakim mengenai caranya orang Israel menetap di bagian selatan negeri Kanaan jauh lebih dekat dengan kenyataan historis dari pada apa yang dikatakan Yos 10. Dalam Hakim 1 terkumpul tradisi-tradisi Yahwista yang menonjolkan peranan suku Yehuda, bdk Hak 9 dan Hak 17. Tradisi-tradisi itu tidak dimanfaatkan waktu kitab Yosua disusun untuk pertama kalinya, oleh karena kurang sesuai dengan bagan kitab Yosua dan tidak cocok dengan maksud teologis penyusun. Beberapa dari tradisi-tradisi yang mula-mula disingkirkan, kemudian disisipkan ke dalam kitab Yosua waktu untuk kedua kalinya diterbitkan, misalnya Yos 14:6-15; 15:13-19. Penyusun hakim yang berhaluan tradisi Ulangan menyisipkan tradisi-tradisi tsb ke dalam kitabnya pula. Tetapi supaya jangan bertentangan dengan kitab Yosua penyusun Hakim berkata bahwa peristiwa-peristiwa itu terjadi setelah Yosua meninggal, Hak 1:1. |
(0.11847190967742) | (Hak 13:1) | (jerusalem) Kisah mengenai Simson ini berbeda coraknya dengan kisah-kisah lain yang tercantum dalam kitab Hakim. Diceritakan riwayat hidup seorang pahlawan setempat, mulai dengan kelahirannya sampai dengan meninggalnya. Pahlawan itu perkasa bagaikan raksasa, tetapi ia sekalipun lemah laksana seorang kanak-kanak. Ia membujuk perempuan-perempuan, tetapi sendiri tertipu oleh mereka. Berulang kali ia dapat mempermainkan orang Filistin, tetapi tidak berhasil membebaskan negerinya dari genggaman mereka. Kisah ini merupakan sebuah ceritera rakyat penuh lelucon pedas. Dengannya rakyat yang tidak berdaya membalas dendam kepada penindasnya yang ditertawakan. Berlawanan sedikit dengan ciri-ciri kerakyatan profan tsb kisah Simson memperkenalkan pahlawannya sebagai seseorang yang sejak kandungan ibunya dikuduskan kepada Tuhan dan justru kenazirannya itulah yang menjadi sumber kekuatannya. Sifat karismatis itu yang menjadi sebabnya mengapa riwayat hidup Simson dicantumkan di tengah-tengah riwayat-riwayat lain. Kisah Simson berupa kumpulan ceritera-ceritera pendek: Kelahiran Simson, Hak 13:2-25; perkawinannya dan teka tekinya, Hak 14:1-20; Simson dan orang Filistin, Hak 15:1-8,9-19; kata penutup pertama, Hak 13:20; Simson di kota Gaza, Hak 16:1-3; Simson dan Delila, Hak 16:4-21; Simson ditangkap dan mati, Hak 16:22-30; kata penutup kedua, Hak 16:31. |
(0.11847190967742) | (Hak 17:1) | (jerusalem) Kedua kisah yang termasuk dalam bagian ini, bab Hak 17:1-18:31 dan bab Hak 19:21, berbeda-beda asal-usulnya. Ceritera-ceritera itu ditambahkan pada kitab Hakim oleh karena mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman sebelum masa para raja. Mungkin bab-bab ini ditambahkan pada kitab Hakim sesudah masa pembuangan. |
(0.11847190967742) | (Hak 18:1) | (jerusalem) Suku Dan pernah mendiami daerah sekitar Zora dan Esytaol, bdk Hak 13:2+. Tetapi ia tidak dapat mempertahankan diri di situ, bdk Yos 19:40+, dan diusir oleh orang Amori, bdk Hak 1:34-35. Waktu mereka berpindah tempat ke bagian utara negeri, mereka mengirim pengintai-pengintai dahulu, sama seperti Musa mengirim pengintai-pengintai (a.l. Kaleb), Bil 13. Kapan suku Dan pindah tidak dapat dipastikan. Di sini atau dalam Hak 1:34-35 orang Filistin tidak disebut-sebut, sehingga boleh disimpulkan bahwa suku Dan pindah pada awal zaman Hakim. Dalam Nyanyian Debora, Hak 5:17. Dan disebut bersama dengan Asyer, sehingga rupanya di masa itu Dan sudah menetap di bagian utara negeri. Namun demikian halnya tidak pasti. Ternyata suku Dan mudah saja dapat pindah dan ini paling gampang dimengerti, kalau Debora dan Barak sudah mengalahkan orang Kanaan. Ceritera ini menyajikan sebuah contoh bagaimana suatu suku Israel dapat berpindah tersendiri, bdk Hak 1, dan ternyata pula bahwa suku-suku Israel tetap bergerak dan berpindah-pindah setelah Yosua mati, bdk setelah suku Manasye, Bil 32:1+. |
(0.11847190967742) | (1Raj 10:1) | (jerusalem: Syeba) Kerajaan Syeba terletak di bagian barat daya Semenanjung Arabia. "Ratu" yang disebut di sini agaknya bukan ratu kerajaan tsb, tetapi kepala kelompok orang Syeba yang merantau di bagian utara Arabia. Maksud kunjungan "ratu" itu pada raja Salomo agaknya untuk mengadakan hubungan perdagangan. Salomo berkuasa atas daerah seberang sungai Yordan dan memiliki bagian utara, bdk 1Ra 9:26. Dengan demikian Salomo mengontrol lalu lintas kafilah-kafilah yang pergi-pulang dari Arabia utara ke negeri Siria dan Mesir. Syeba sering disebut bersama Dedan, sebuah suku Arab yang lain, Kej 10:7; 25:3; Yeh 38:13, dan terbilang antara suku-suku terpenting yang giat menjalankan kafilah-kafilah perdagangan, Yeh 27:20 dst; Yer 6:20; Yoe 3:8; Ayu 6:19. Bangsa Syeba yang tinggal jauh itu juga akan datang menyembah Raja di masa mendatang, Maz 72:10,15, di kota Yerusalem yang baru. Yes 45:14 dan Yes 60:6 dst; bdk Mat 2:11. Dalam ceritera 1Raja-raja ini, 1Ra 10:1-13, terutama ditekankan apa yang menonjolkan hikmat dan kekayaan Salomo. Pada kaum Muslimin "ratu" Syeba itu bernama "Bilqis" dan ada banyak ceritera tentangnya. |
(0.11847190967742) | (1Taw 1:1) |
(jerusalem) KITAB-KITAB TAWARIKH, EZRA DAN NEHEMIA PENGANTAR Di samping karya sejarah dari tradisi Ulangan yang merangkum kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja, masih ada sekelompok kitab-kitab sejarah lain dalam Perjanjian Lama. Bagian besar kitab-kitab ini mengulang sejarah yang termaktub dalam kitab-kitab sejarah yang dahulu, sedangkan sebagiannya melanjutkan sejarah itu. Termasuk ke dalam kelompok kitab-kitab sejarah yang lain itu kitab-kitab Tawarikh, kitab Ezra dan (menurut pendapat umum) kitab Nehemia. Kedua kitab Tawarikh aslinya hanya satu kitab saja. Kitab Ezra dan Nehemia tidak lain kecuali lanjutan dari kitab Tawarikh itu dan dikerjakan oleh pengarang yang sama. Sebab dalam kitab Ezra Nehemia tidak hanya ditemukan gaya bahasa dan gagasan-gagasan pokok yang sama, tetapi Ezr1 hanya mengulang akhir 2Taw 36. Ini cukup membuktikan, bahwa kitab Tawarikh dan kitab Ezra-Nehemia sejak awal mula dumaksudkan sebagai suatu kesatuan. Maka Kitab-kitab Tawarikh (judul ini menterjemahkan judul Ibrani, dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, diberi judul: Paralipomena, artinya: [kitab-kitab yang memuat] apa yang terlupa atau dilewatkan) adalah sebuah karya yang berasal dari agama Yahudi di zaman belakangan, dari zaman sesudah pembuangan. Di zaman itu bangsa Israel tidak lagi mempunyai kemerdekaan politik, namun menikmati semacam otonomi yang diakui oleh para penguasa di kawasan timur. Bangsa yahudi langsung dipimpin oleh para imam dan hidupnya diatur oleh hukum agamanya sendiri. Hidup kebangsan berpusatkan Bait Allah serta upacara-upacara ibadatnya. tetapi kehidupan yang bertumpu pada hukum agama dan upacara itu dijiwai kesalehan pribadi, ajaran hikmat, kenangan- kenangan akan kejayaan dan kesalahan di masa yang lampau serta kepercayaan pada janji-janji yang disampikan para nabi dahulu. Pengarang kitab Tawarikh (dan Ezra-Nehemia) adalah seorang dari kaum Lewi diYerusalem dan berlatar-belakang suasana dan lingkungan tsb. Ia menyusun kitabnya agak lama sesudah zaman Ezra dan Nehemia, sebab dengan caranya sendiri ia dapat menggabungkan sumber-sumber yang mengenai kedua tokoh itu. Dengan paling tepat kiranya karyanya dapat ditanggalkan pada awal zaman Yunani, sebelum thn 300 seb. Mas. Kemudian kitab Tawarikh masih diperluas dengan beberapa tambahan yang disisipkan oleh satu atau beberapa orang: silsilah-silsilah yang termaktub dalam @1Taw 2-9 diperluas; ditambah beberapa daftar nama, seperti mungkin sekali daftar nama pendukung raja Daud, 1Taw 12, yang sudah tua usianya, dan lagi daftar-daftar para imam dan kaum Lewi, 1Taw 15; akhirnya disisipkan juga tambahan panjang, 1Taw 23:3-27:34, yang menyebut para pejabat serta petugas ibadat dan administrasi kerajaan Daud. Bagian-bagian tambahan itu memang sejalan dengan pikiran dan selera si Muwarikh dan boleh jadi diambil dari dokumen-dokumen yang bermutu. Pengarang kitab Tawarikh khususnya memberi perhatian kepada Bait Allah. Dalam kitabnya kaum rohaniawan berperan utama. Ke dalam kalangan kaum rohaniawan itu tidak hanya termasuk para imam dan kaum Lewi, seperti halnya dalam kitab Ulangan dan dalam bagian-bagian Pentateuk yang berasal dari kalangan para imam, tetapi juga pejabat dan petugas ibadat yang lebih rendah kedudukannya, seperti para penunggu pintu Bait Allah dan para penyanyi. Sejak zaman Tawarikh mereka disamakan dengan Kaum Lewi. Pengudusan para rohaniawan merangkum juga awam. Mereka juga ikut serta dalam persembahan korban penghapusan dosa yang nilainya dahulu dipulihkan dalam Tawarikh. Persekutuan suci itu tidak hanya merangkum orang-orang Yahudi melulu. Dengan melewati kerajaan Israel yang murtad dan yang sesedikit mungkin dibicarakan, si Muwarikh kembali kepada kedua belas suku sebagaimana dipersatukanoleh raja Daud. Dan dengan melewati masa sekarang ia menantikan saatnya semua bani Israel bersatu kembali. bahkan orang-orang bukan Yahudi turut didoakan dalam ibadat Bait Allah. "Israel" dalam pandangan si Muwarikh ialah seluruh umat yang setia, yang dengannya Allah pernah mengikat perjanjian. Dan dalam diri Daud, allah membaharui perjanjian dengan umatnya itu. Justru di zaman pemerintahan Daud itulah syarat-syarat bagi pemerintahan Allah, ialah teokrasi, menjadi tewujud dengan cara yang paling sempurna. Maka jemaat harus hidup sesuai dengan semangat Daud dan senantiasa berusaha memnaharui dirinya dengan kembali kepada adat-istiadat zaman itu, agar supaya Allah tetap merelai umatNya dan menepati janjiNya. Dalam kisah sejarah panjang yang termaktub dalam kitab si Muwarikh, perhatian seluruhnya berpusatkan Bait Allah di Yerusalem serta ibadatnya, mulai dengan persiapan-persiapan di zaman Daud sampai dengan pemulihannya yang dikerjakan oleh jemaat Israel yang kembali dari pembuangan. Cita-cita penyusun kitab Tawarikh itupun menentukan susunan karyanya. Bab-bab pertama, 1Taw 1-9 menyajikan sejumlah silsilah yang secara khusus mengenai suku Yehuda, keturunan Daud, suku Lewi dan penduduk kota Yerusalem. Bagian ini merupakan [endahuluan bagi kisah mengenai Daud yang merangkum bagian terakhir 1Taw (10-29). Pertikaian-pertikaian Daud dengan raja Saud dengan raja Saul tidak disinggung sama sekali. Demikianpun dosa Daud dengan Batsyeba dan hal- ihwal keluarga Daud serta pemberontak-pemberontak yang harus dihadapinya tidak sampai disebut-sebut. Sebaiknyam nubuat natan, 1Taw 17, ditonjolkan dan perhatian khusus diberikan kepada lembaga-lembaga keagamaan: Tabut Perjanjian yang dipindahkan ke Yerusalem dan pengaturan ibadat di sana, 1Taw 13, 15-16, serta persiapan-persiapan bagi pembangunan Bait Allah, 1Taw 21-29. Daud sendiri sudah merencanakan pembangunan itu, mengumpulkan bahan dan sampai dengan hal-hal kecil mengatur tugas para pejabat ibadat. Pelaksanaan rencana itu dipercayakan kepada putera Daud, Salomo. Bagian terbesar dari kisah tentang raja Salomo, 2Taw 1-9, mengenai pembangunan Bait Allah, doa yang diucapkan raja pada hari pentahbisan Bait Allah dan janji-janji Allah yang merupakan balasan atas usaha Salomo. Setelah sejarah sampai kepada perpecahan dalam umat Israel, pengarang Tawarikh hanya berbicara tentang kerajaan Yehuda dan keturunan Daud saja. Para raja dinilai olehnya sesuai dengan kesetiaan atau ketidaksetiaan mereka pada syarat-syarat perjanjian dan sesuai dengan caranya mereka mendekati atau menjauhi contoh dan teladan mereka ialah Daud, 2Taw 10-36. Sepanjang sejarah itu masa kemerosotan dan masa pembaharuan silih berganti. Pembaharuan yang paling mendalam diusahakan oleh raja Hizkia dan raja Yosia. Para raja fasik yang mengganti Yosia hanya mempercepat kehancuran. Namun demikian kitab Tawarikh ditutup dengan berita mengenai izin yang diberikan oleh raja Persia, Koresy, diberikan untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem. Lanjutan kisah kitab Tawarikh ditemukan dalam kitab Ezra dan Nehemia. Dalam menyusun karyanya di Muwarikh memanfaatkan terutama kitab-kitab yang sekarang termasuk Kitab Suci. Kitab Kejadian dan Bilangan dipergunakan untuk menyusun silsilah-silsilah dalam bagian pertama 1Tawarikh. untuk sejarah selanjutnya terutama dipakai kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Hanya kitab-kitab itu dipergunakan dengan bebas sekali. Pengarang memilih bahan sesuai dengan pandangan dan maksudnya sendiri dan iapun menambah bahan atau menghilangkan apa yang dianggap tidak sesuai. Akan tetapi pengarang Tawarikh tidak pernah menyebut kitab-kitab yang dapat kita selidiki. Sebaliknya, ia menyebut sejumlah karya lain sebagai sumber-sumbernya yaitu: Kitab Raja-raja Isarel, 1Taw 9:1; Kitab Raja-raja Yehuda dan Israel, 2Taw 16:11; Tafsiran (midrasy) Kitab Raja-raja, 2Taw 24:17; iapun menyebut Riwayat Samuel, Pelihat, dan Riwayat nabi Natan serta Riwayat Gad, Pelihat, 1Taw 29:29 dan lagi disebarkan Riwayat Semaya, nabi itu, dan Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, Pelihat itu, 2Taw 12:15, Kitab Sejarah Nabi Ido, 2Taw 13:22, dll. Semua tulisan itu tidak kita kenal dan isi serta hubungan tulisan-tulisan itu satu sama lain dan dengan kitab-kitab yang kita kenal, menjadi pokok perbedaan pendapat para ahli Kitab. Tulisan-tulisan itu barangkali memberi laporan tentang pemerintahan beberapa raja dalam sorotan nabi-nabi yang tampil di zaman mereka. Dapat disangsikan apakah pengarang Tawarik juga memanfaatkan tradisi lisan. Oleh karena penyusun Tawarikh, mempunyai sumber-sumber yang tidak kita kenal dan yang mungkin dapat dipercayai, maka tidak perlu mengambil sikap yang pada pokoknya mencurigai segala yang oleh penyusun ditambahkan pada berita-berita yang tercantum dalam kitab-kitab yang kita kenal, yaitu yang tercantum dalam Alkitab sendiri. Tiap-tiap tambahan dan perubahan perlu diselidiki satu demi satu. Penyelidikan-penyelidikan yang terbaru dalam banyak hal membenarkan pengarang Tawarikh dan membelanya terhadap keraguan dan rasa curiga yang terdapat pada sejumlah besar ahli Kitab. Tetapi jelas pulalah, bahwa Tawarikh kadang-kadang memberi informasi yang tidak dapat disesuaikan dengan apa yang disajikan dalam Kitab Samuel dan kitab Raja-raja. Pengarang juga kadang-kadang dengan sengaja merubah apa yang dikisahkan dalam kitab-kitab tsb. Sudah barang tentu cara kerja semacam itu tidak dapat dibenarkan pada seorang ahli ilmu sejarah modern yang wajib menceriterakan peristiwa-peristiwa sambil menjelaskan hubungan timbal-balik antara peristiwa-peristiwa itu. Namun mengingat tujuan pengarang Tawarikh, cara kerjanya dapat diterima. Sebab ia bukan ahli ilmu sejarah tetapi ahli ilmy ketuhanan. Dalam cahaya pengalaman-pengalaman masa yang lampau, khususnya pengalaman di zaman Daud, pengarang memikirkan manakah syarat- syarat bagi sebuah kerajaan idiil. Ia menggabungkan masa yang lampau, masa sekarang dan masa depan menjadi suatu sintesa: seluruh ibadah yang rapih teratur sebagaimana dilihatnya di zamannya sendiri dibuatnya berasal dari raja Daud: segala sesuatu yang dapat merugikan gambaran pahlawannya itu dihilangkan. Meskipun dalam kitabnya ada informasi yang kebenarannya dapat diperiksa, namun karya si Muwarikh lebih berharga sebagai suatu gambaran tentang keadilan dan pikiran di zamannya sendiri dari pada sbagai rekonstruksi historis dari masa yang lampau. Memanglah si Muwarikh menulis karyanya guna orang-orang sezamannya. Ia mengingatkan kepada mereka, bahwa eksistensi bangsa tergantung pada kesetiaannya kepada Allah dan bahwa kesetiaan itu menyatakan diri dalam ketaatan kepada hukum Taurat dan dalam ibadat yang secara teratur dijalankan dengan dijiwai kesalehan sejati. Ia ingin, bahwa bangsanya menjadi sebuah jemaat yang kudus, sehingga baginya janji-janji yang diberikan kepada Daud digenapi. Orang-orang Yahudi saleh yang hidup di zaman Kristus dijiwai semangat si Muwarikh, walaupun ada kalanya dengan penyelewengan-penyelewengan yang tidak diinginkan pengarang Tawarikh. Ajaran Tawarikh memang berharga dan bermutu bagi segala zaman. Ia mengajar, bahwa hidup rohani perlu diutamakan dan bahwa Allah membimbing segala kejadian di dunia. Malahan ajarannya itu khususnya perlu direnungkan di masa kini. Sebab rasa-rasanya dewasa ini semangat keduniaan menangguhkan ditegakkannya Pemerintahan Allah untuk waktu yang tidak tentu. Kitab Ezra dan Kitab Nehemia dalam Alkitab Ibrani dan Yunani (Septuaginta) hanya satu kitab saja. Kitab itu berjudul: Kitab Ezra. Septuaginta juga memuat sebuah kitab Ezra apokrip. Kitab itu ditempatkan sebelum kitab Ezra-Nehemia dan karenanya disebut kitab 1Ezra, sedangkan kitab Ezra-Nehemia kita disebut Kitab 2 Ezra. Di zaman Kristen barulah kitab Ezra yang satu itu dibagi menjadi dua kitab Ezra. Pembagian itu dituruti dalam terjemahan Latin, Vulgata, juga. Kitab 1 Ezra ialah kitab Ezra dan kitab 2 Ezra ialah Kitab Nehemi. Kitab Ezra yang apokrip itu dalam Vulgata disebut kitab 3 Ezra. Adat menyebutkan kitab-kitab itu menurut nama tokoh utamanya, yakni Ezra dan Nehemia, berasal dari zaman kemudian. Dalam terbitab tercetak Alkitab Ibrani kedua nama itu juga dipakai. Kitab Erza-Nehemia merupakan lanjutan kitab tawarikh, sebagaimana dikatakan di muka. Sesudah lima puluh tahun pembuangan di Babel yang tidak tersinggung sama sekali, kitab Ezra-Nehemia menyambung kisah tawarikh dengan memberitahu tentang maklumat raja Koresy yang dalam thn 538 seb. Mas. mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem guna membangun Bait Allah. Orang-orang Yahudi yang kembali segera mulai membangun Bait Allah, tetapi pekerjaan itu terpaksa dihentikan akibat perlawanan dari pihak orang-orang Samaria. Pekerjaan baru diteruskan di zaman pemerintahan raja Darius I. Pembangunan Bait Allah diselesaikan pada thn 515 seb. mas. Usaha membangun tembok-tembok kota Yerusalem selama setengah abad berikut diperlambat juga oleh orang-orang Samaria, Ezra 1-6. Di zaman pemerintahan Artahsasta pulanglah ke Yerusalem Ezra disertai serombongan kaum buangan yang baru. Ezra itu adalah seorang pejabat-penulis dan ahli Kitab yang di istana raja Persia menangani urusan bangsa Yahudi. Ia diberi surat kuasa raja untuk mewajibkan jemaat Yahudi mematuhi hukum Taurat yang diakui sebagai hukum negara. Terpaksa Ezra bertindak keras terhadap orang-orang Yahudi yang telah menikah dengan perempuan bangsa lain, Ezra 7-10. Kemudian Nehemia yang menjabat juru minuman di istana raja Astahsasta meminta, supaya diutus ke Yerusalem untuk mendirikan tembok kota. Dalam waktu singkat pekerjaan itu selesai, kendati perlawanan para musuh; lalu kota dihuni kembali, Neh 1:1-7:72a. Dalam pada itu Nehemia diangkat menjadi bupati di Palestina. Adapun Ezra mengadakan pembacaan hukum Taurat secara meriah, lalu Hari raya Pondok Daun dirayakan. Pada kesempatan itu umat mengadakan pengakuan dosa umum dan berjanji akan melaksanakan hukum Taurat yang dibacakan, Neh 7:72a-10:40. Kemudian masih menyusul beberapa daftar nama orang, beberapa tindakan pelengkap yang diambil Nehemia dan peresmian tembok Yerusalem, Neh 11;1-13:3. Lalu Nehemia sebantar kembali ke Persia, tetapi untuk kedua kalinya diutus ke Palestina untuk membereskan kekacauan yang merambat dalam jemaat Yahudi, Neh 13:4-31. Melihat ringkasan tsb. jelaslah sudah betapa penting kitab Ezra-Nehemia itu guna mengenal sejarah pemulihan bangsa Yahudi di zaman sesudah pembuangan. Bab-bab pertama kitab itu melengkapi keterangan-keterangan yang dapat diambil dari kitab Hagai, kitab Zakharia dan kitab Maleakhi. Tetapi kitab Ezra-Nehemia merupakan satu-satunya sumber mengenai karya Ezra dan Nehemia. Kitab Ezra-Nehemia dikarang sebelum Tawarikh disusun dan menggunakan serta mengutip secara harafiah beberapa dokumen yang sezaman dengan peristiwa-peristiwa, yakni: daftar-daftar orang yang pulang dari pembuangan, daftar-daftar penduduk Yerusalem, keputusan dan penetapan raja-raja Persia, dan khususnya laporan yang dibuat Ezra mengenai pelaksanaan tugasnya serta Riwayat Nehemia yang ditulisnya dengan tangan sendiri. Meskipun sumbernya banyak, namun penafsiran kitab Ezra-Nehemia mengalami banyak kesulitan. Sebab dokumen-dokumen yang dipakai tersusun secara tidak keruan. Daftar nama para imigran sampai dua kali ditemukan, Ezra 2 dan Nehemiah 7. Dalam bagian kitab Ezra yang ditulis dengan bahasa Aram, Ezr 4:6-6:18, peristiwa- peristiwa yang terjadi di zaman raja Darius diceriterakan segera sesudah peristiwa di zaman raja Koresy dan Artahsasta, meskipun terjadi lima puluh tahun sesudahnya. Dokumen-dokumen yang berasal dari Ezra dan Nehemia sendiri diuraikan dahulu, lalu dicampur-adukkan dan dipersatukan kembali. Dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk jelas yang terdapat di dalamnya maka laporan Ezra dapat direkonstruksikan sbb: Ezr 7:1-8:36; Neh 7:72b-8:18; Ezr 9:1-10:44; Neh 9:1-37. Tetapi dokumen Ezra itu oleh penyusun kitab diolah. Bagian-bagian tertentu menjadi pemberitahuan tentang Ezra seolah-olah dia itu seorang lain dari penulis; ditambahkan daftar nama orang-orang yang bersalah, Ezr 10; 18, 20-44, doa-doa yang terdapat dalam Ezr 9:6-15, dan Neh 9:6-37. Riwayat Nehemia terdapat dalam Neh 1-2; 3:33-7:5; 12:27-13:31. Penyusun kitab menyusupkan ke dalamnya sebuah dokumen tentang pembangunan tembok kota, Ezr 3:1-32; daftar nama orang-orang yang kembali dari pembuangan, Neh 7;6-72a, diambil dari Ezra 2. bab 10 adalah sebuah dokumen lain yang berasal dari arsip dan yang mengesahkan keputusan yang diambil jemaat di mana jabatan Nehemia yang kedua, Nehemia 13. Kerangka bab 11 merupakan buah pena penyusun kitab sendiri, tetapi ditambahkan daftar penduduk Yerusalem dan Yehuda serta, dalam bab 12, daftar nama para imam dan kaum Lewi. Jelaskan bahwa si Muwarikh bermaksud menyusun kitabnya sedemikian rupa sehingga memberikan suatu gambaran menyeluruh tentang salah satu persoalan. Dalam Ezr 1-6 perhatian dipusatkan pada pembangunan Bait Allah di zaman raja Darius. Oleh karenanya pengarang mengumpulkan di situ berita-berita mengenai kaum buangan yang berturut-turut kembali; ia mengaburkan peranan Sesbazar guna menampilkan peranan Zerubabel dan mengumpulkan apa saja yang bernada melawan orang-orang Samaria. Dalam bagan-bagian kitab yang berikut pengarang menonjolkan Ezra dan Nehemia sebagai dua tokoh yang bekerja sama dalam menangani usaha yang sama. Cara kerja yang sedemikian itu menghadapkan para ahli ilmu sejarah pada persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Soal yang paling ruwet dan paling diperdebatkan ialah urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu. Menurut urutan yang dipaparkan dalam kitab Ezra-Nehemia sendiri, maka Ezra datang ke Yerusalem pada thn 458 seb. Mas., yaitu dalam tahun kerujuh pemerintah Artahsasta !, Ezr 7:8. Nehemia menyusulnya dalam thn 445, yaitu dalam tahun kedua puluh pemerintahan raja yang sama, Neh 2:1 Nehemia tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun, Neh 13:6, jadi sampai thn. 433. Lalu ia kembali ke Persia untuk waktu yang tidak pasti lamanya. Kemudian ia datang lagi ke Yerusalem untuk kedua kalinya, masih juga di masa pemerintahan Artahsasta I, yang baru meninggal dunia dalam thn 424 seb. Mas. Urutan tradisionil ini tetap dipertahankan oleh sejumlah ahli Kitab yang ternama. hanya mereka membatasi lamanya tugas Ezra menjadi satu tahun saja, sesuai dengan petunjuk-petunjuk jelas yang terjumpai dalam kitab itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa Ezra kembali ke Persia sebelum Nehemia datang ke Yerusalem. Ahli-ahli lain membalikkan urutan tradisionil itu. Mereka berpendapat, bahwa karya Ezra mengandaikan, bahwa karya Nehemia sudah selesai waktu Ezra datang ke Yerusalem. Tanggal-tanggal yang dalam kitab Ezra-Nehemia dihubungkan dengan Ezra sebenarnya tidak mengenal masa pemerintahan Artahsatra I, sebagaimana halnya dengan maa jabatan Nehemia, tetapi masa pemerintahan Artahsasta II. Ezra baru datang ke Yerusalem dalam thn 398 seb. Mas. Dengan menyetujui pendapat, bahwa Ezra datang ke Yerusalem sesudah Nehemia tetapi dengan menolak pendapat, bahwa ada penggantian raja di Persia (yang sekali-kali tidak tersinggung dalam Ezra-Nehemia), beberapa ahli baru-baru in menempatkan kedatangan Ezra ke Yerusalem antara kedua masa jabatan Nehemia. Untuk mempertahankan pendapat itu mereka terpaksa merubah Ezr 7:8 begitu rupa, sehingga Ezra tidak datang ke Yerusalem dalam tahun ketujuh pemerintahan Artahsasta I, tetapi dalam tahun ketiga puluh tujuh pemerintahannya, jadi dalam thn 428 seb. Mas. Masing-masing pendapat dapat mengemukakan bukti-bukti yang masuk akan, walaupun tidak satupun pendapat terluput dari kesulitan. Maka masalahnya tetap terbuka. Hanya satu hal yang pasti, yakni: Nehemia berkarya di Yerusalem antara thn 445 dan 433 seb. Mas. Kalau ditanyakan, mana makna keagamaan kitab Ezra-Nehemia, maka masalah-masalah seperti yang di atas hanya merupakan masalah sampingan saja. Sesuai dengan maksud penyusun, maka kitab Ezra-Nehemia menyajikan sebuah sintesa, suatu gambaran menyeluruh, tetapi tidak menipu mengenai pemulihan bangsa Yahudi sesudah masa pembuangan. untuk memahami pemulihan itu, maka gagasan dan cita- cita yangmenjiwainya lebih penting dari pada urutan peristiwa-peristiwa yang tepat. Berkat politik liberal yang dianut wangsa Akhimedes dalam wilayah kekuasaannya, amak orang-orang Yahudi dapat kembali ke Tanah yang dijanjikan. Mereka dapat memulihkan ibadat, membangun kembali Bait Allah dan mendirikan tembok Yerusalem. Mereka dapat hidup bermasyarakat dengan dipimpin oleh orang- orang sebangsanya dan sesuai dengan hukum Musa. Tentu saja mereka harus setia pada raja Persia. Tetapi kesetiaan itu tidak menjadi soal bagi mereka. Sebab pemerintah pusat tidak mengganggu adat-istiadat mereka sendiri. Semuanya itu merupakan suatu kejadian yang penting sekali, sebab ini tidak lain kecuali lahirnya agama Yahudi yang disiapkan melalui renungan-renungan di masa pembuangan yang lama dan didorong oleh usaha beberapa tokoh yang tampil tepat pada waktunya. Zerubabel membangun kembali Bait Allah. Tokoh ini oleh pengarang Ezra-Nehemia tidak dianggap sebagai semacam Mesias, seperti dipandang oleh nabi Hagai dan Zakharia, Hag 2:23; Za 6:12. Kemudian Ezra dan Nehemia menjadi perintais pemulihan tsb. Bapa agama yahudi yang sebenarnya ialah Ezra oleh karena tiga gagasan pokok yang ditanamkannya dalam umat Yahudi, yaitu: Mereka adalah suatu bangsa terpilih: Bait Allah menjadi pusatnya: hukum Taurat menjadi pengaturannya. Ezra bersikap keras yang tidak kenal kompromi dalam melaksanakan pembaharuan dan ia memupuk partikularisme yang dibebankan olehnya kepada bangsanya. Hanya sikap itu dapat dipahami juga mengingat imannya yang hangat serta tugasnya menjaga kemurnian masyarakat yang baru dipulihkan. Ezralah yang merupakan moyang para ahli Kitab dan peranannya dalam tradisi Yahudi semakin meningkat. Nehemia mengapdikan diri kepada cita-cita yang sama, tetapi karyanya di bidang lain. Di Yerusalem yang dibangun kembali olehnya lalu dihuni kembali, Nehemia menciptakan syarat-syarat hidup bernegara dan memberi bangsanya semangat kebangsaan. melalui riwayatnya yang lebih pribadi dari pada laporan Ezra kita mengenal kepribadian Nehemia sebagai seseorang yang halus perasaannya dan berperikemanusiaan, sebagai seseorang yang tidak segan mengorbankan diri yang bijaksana dan teliti serta mengandalkan Allah sambil sering berdoa kepadaNya. Lama sekali tokoh ini dikenang dan Bin Sirakh mengangkat lagu pujian mengenai "dia yang membangun kembali tembok-tembok yang roboh" (Sir 49:13). Tidak mengherankan, bahwa penyusun Ezra-Nehemia melihat cita-cita dipuji-pujinya dalam kitab Tawarikh terwujud dalam jemaat yang berpusatkan Bait Allah dan dipimpin oleh hukum Taurat. Sudah barang tentu si Muwarikh insaf, bahwa perwujudan itu kurang sempurna, sehingga masih perlu juga orang menantikan sesuatu yang lain. Tetapi lebih dari pada dalam kitab Tawarikh, si Muwarikh dalam kitab Ezra-Nehemia terikat pada dikumen-dokumen yang dipergunakannya. Maka ia mempertahankan nada pertikularisme yang dibenarkan oleh keadaan konkrit dan yang terdapat dalam dokumen-dokumen itu. Sesuai dengan dokumen-dokumen itupun ia tidak berbicara mengenai pengharapan akan Mesias, kelak yang tidak disuarakan oleh dokumen-dokumen itu oleh karena penulis-penulis merasa setia terhadap raja- raja Persia. Pengarang Ezra-Nehemia menyusun karyanya itu dipertengahan abad ke 3-4 seb. Mas. Masa itu kita sangat kurang mengenalnya. Tetapi justru di zaman itu Yerusalem diam-diam membangun dirinya serta memperdalam kerohaniannya dalam suasana terpencil. |