Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 2341 - 2360 dari 2686 ayat untuk Ke (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10) (Mat 7:24) (sh: Siap diterpa badai? (Minggu, 16 Januari 2005))
Siap diterpa badai?

Siap diterpa badai? Ucapan Yesus ini mengakhiri khotbah-Nya di bukit yang ditujukan untuk para murid-Nya. Dengan tekanan serius kini Yesus mengingatkan mereka bahwa hidup tiap orang suatu saat kelak akan diterpa badai. Badai itu akan sedemikian dahsyat dan pasti berakibat kekal. Badai itu akan membongkar kenyataan fondasi hidup macam apakah yang telah seseorang pakai untuk membangun kehidupannya.

Hanya ada dua macam fondasi hidup. Fondasi batu karang teguh adalah sikap dan praktik hidup saat demi saat mematutkan hidup sesuai firman (ayat 24). Orang sedemikian disebut Tuhan bijaksana sebab kehidupan taat firman membuatnya tahan terpaan badai. Fondasi pasir adalah sikap dan praktik hidup yang mendengar firman dan ajaran Yesus, tetapi tidak melakukannya (ayat 26). Orang seperti itu bodoh sebab rumah kehidupannya pasti akan tersapu bersih oleh terpaan badai dan banjir dahsyat (ayat 27). Apakah badai dan banjir itu? Mengacu ke konteks sebelum ini, pastilah yang Tuhan maksudkan dengan badai itu adalah hari penghakiman akhir. Dengan ucapan-Nya yang penuh kuasa itu, Yesus mendesak para pendengar-Nya untuk merespons Dia dengan ketaatan dan kesetiaan agar luput dari penghukuman itu.

Dari dulu sampai kini tidak ada penganjur agama mana pun seberani dan seberdaulat Yesus memaparkan soal hidup kekal dan tuntutan untuk percaya dan taat kepada-Nya sebagai syarat masuk hidup kekal. Ketika Yesus mengakhiri pengajaran-Nya, banyak orang mengakui kuasa kata-kata Yesus itu (ayat 28-29). Akan tetapi, yang Tuhan tuntut terus menerus sampai zaman ini juga, bukan saja mengagumi Dia melainkan mengikut dan menaati Dia. Dia tidak hanya menyampaikan klaim kosong sebab kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Ia memang kelak akan menghakimi dan menentukan nasib kekal kita.

Ingat: Hidup yang singkat ini hanya awal dari hidup kelak. Bagaimana keadaan hidup kita kelak dalam kekekalan tergantung pada pilihan kita di hadapan Yesus.

(0.10) (Mat 8:1) (sh: Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? (Senin, 17 Januari 2005))
Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus?

Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? Kebanyakan orang, termasuk orang Kristen terbagi ke dalam dua kelompok dalam kesan mereka tentang mukjizat. Ada yang memercayai dan menggandrungi mukjizat dan ada yang meragukan kemungkinan terjadinya mukjizat.

Dalam bacaan kita hari ini, Matius mencatat tiga peristiwa mukjizat yang Yesus lakukan. Maksud Matius bukan ingin memaparkan sikap orang terhadap mukjizat melainkan memaparkan siapakah Yesus melalui sikap-Nya terhadap masalah orang dan melalui tindakan-Nya membuat mukjizat. Masalah pertama yang Yesus selesaikan adalah penyakit kusta (ayat 1-4). Dalam hukum Musa, menderita kusta berarti terkucil dari masyarakat sebab hal tersebut diartikan kutukan Allah. Ucapan Yesus terhadap permohonan si kusta memperlihatkan sikap-Nya terhadap masalah terkutuk dan terkucil. Yesus mau orang itu bebas dari keadaan terkutuk dan terkucil. Itu sebabnya, Ia tidak saja menyembuhkan, tetapi mengirim orang itu menjumpai para imam.

Penyembuhan budak perwira di Kapernaum sekaligus menekankan dua hal (ayat 5-13). Yesus menginginkan orang memiliki iman penuh kepada Dia sebab Dia memang yang berdaulat untuk memerintah atau menuntut orang beriman mutlak kepada-Nya. Sayang orang Israel yang seharusnya memiliki iman malah dipermalukan oleh seorang kafir (ayat 10). Penyembuhan ibu mertua Petrus dan banyak lagi masalah lainnya kembali menekankan kedaulatan Yesus atas kekuatan-kekuatan yang merusak hidup manusia (ayat 16). Maksud dari semua perbuatan mukjizat itu adalah memperagakan bahwa Yesus sungguh adalah Dia "yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (ayat 17). Mukjizat adalah tanda yang membuat orang melihat kedudukan Yesus seharusnya dalam hidup dan atas dunia ini.

Renungkan: Mukjizat atas segala mukjizat adalah ketika Anda diberi-Nya iman untuk meninggikan Dia di atas segala masalah dan menjadikan-Nya Tuhan dalam hidup Anda.

(0.10) (Mat 9:14) (sh: Yang baru meniadakan yang lama (Jumat, 21 Januari 2005))
Yang baru meniadakan yang lama

Yang baru meniadakan yang lama. Pada malam hari orang menyalakan lampu atau lilin supaya tidak kegelapan. Bila matahari sudah terbit semua alat penerang itu tidak lagi diperlukan. Demikian juga dengan semua upacara agama yang biasa dipraktikkan orang-orang Farisi, para ahli Taurat, termasuk murid-murid Yohanes pembaptis. Pada dasarnya peraturan-peraturan itu, misalnya berpuasa (ayat 14), dibuat untuk menolong orang mengharapkan kedatangan Mesias. Akan tetapi, Yesus Sang Mesias sudah hadir di tengah-tengah mereka. Mereka seharusnya berhenti menanti, dan mulai menikmati sukacita kehadiran-Nya (ayat 15).

Tuhan Yesus ingin menyatakan bahwa Ia datang bukan untuk sekadar menambalkan atau menambahkan sesuatu yang baru kepada ajaran agama yang lama. Kata "lama" (Yun.: palaios) berarti aus atau usang karena pemakaian. Ajaran Yahudi telah menjadi begitu tidak fleksibel karena akumulasi dari tradisi-tradisi nonalkitabiah selama berabad-abad. Ajaran Yahudi tersebut sudah berubah menjadi upacara semata-mata yang malah menjauhkan mereka dari Allah. Tuhan Yesus bukan sedang menambahkan ajaran baru ke dalam wadah yang lama itu. Ia sedang menyatakan bahwa masa yang baru (neos) dan kerajaan yang baru (kainos) sudah tiba dengan kehadiran-Nya. Dengan demikian, mereka yang ingin berbagian dalam kerajaan yang baru itu harus meninggalkan semua pemahaman agama dan sikap hidup yang lama lalu menerima Kristus dan hidup dalam kebenaran-Nya.

Apakah pesan Yesus ini dapat diartikan sebagai menolak tradisi rohani orang Kristen masa kini? Ya dan tidak. Kita tetap perlu bergereja, berdoa, membaca Firman, dsb. Namun, semua kebiasaan rohani tersebut menjadi sia-sia kalau kita tidak intim dengan Tuhan Yesus.

Renungkan: Jika Tuhan Yesus hadir dalam hidup dan ibadah kita, pasti suasananya adalah kesukaan dan bukan kedukaan.

(0.10) (Mat 9:35) (sh: Komitmen untuk ikut Tuhan (Selasa, 26 Januari 2010))
Komitmen untuk ikut Tuhan

Judul: Komitmen untuk ikut Tuhan
Mengapa Matius menaruh kisah pemanggilan lengkap para murid di pasal 10 ini? Di pasal 8-10 Matius menyisipkan tema panggilan pemuridan (ayat 8:18-22; 9:9-13) di tengah-tengah kisah pelayanan-Nya. Tujuannya jelas, yaitu agar para murid melihat dan mengerti misi dan cara Tuhan Yesus melayani, baru mereka bisa berkomitmen untuk menjadi murid-Nya. Itupun kita masih melihat bahwa di antara kedua belas murid itu, ada satu yang akan mengkhianati Yesus (ayat 4).

Demonstrasi Yesus lewat pengajarannya yang berotoritas dan kuasa penyembuhan-Nya yang luar biasa bukan hanya untuk menyatakan bahwa Dialah Allah yang perkasa. Lebih dari itu, Dia adalah Allah yang hadir ke dalam dunia untuk menyatakan kasih dan pertolongan Allah atas manusia yang menderita dibelenggu dosa dan berbagai kelemahan. Ungkapan "seperti domba yang tidak bergembala" dikutip dari Perjanjian Lama (Bil. 27:17; 1Raj. 22:17; 2Taw. 18:16; Yeh. 34: 5; Zak. 10:2) menggambarkan keadaan umat Tuhan yang tidak memiliki pemimpin yang baik sehingga tersesat dan berada dalam bahaya dicaplok oleh orang jahat. Oleh karena kasih seperti itulah, Yesus memanggil para murid. Yesus bukan membutuhkan pertolongan mereka untuk menyelamatkan manusia. Yesus sedang mempersiapkan mereka untuk meneruskan misi Yesus kelak, menjadi alat Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa.

Hanya milik Allah yang sudah ditebuslah yang bisa menjadi alat Allah yang kudus untuk memenangkan dunia yang dibelenggu dosa ini kembali kepada Allah. Yesus mempersiapkan para murid, yang kelak disebut gereja, untuk hal ini. Gereja perlu, pertama-tama memiliki hati Kristus yang peduli dan penuh kasih. Gereja harus bersumber dan bersandar pada kuasa-Nya yang dahyat untuk mendemonstrasikan kasih Allah tersebut lewat pemberitaan Injil dan uluran tangan kepedulian akan sakit penyakit dan berbagai penderitaan manusia berdosa. Maukah Anda dipersiapkan menjadi alat anugerah-Nya?

(0.10) (Mat 10:16) (sh: Mengikut Yesus? Keputusanku (Senin, 24 Januari 2005))
Mengikut Yesus? Keputusanku

Mengikut Yesus? Keputusanku. Hidup di tengah-tengah musuh yang siap sedia mengintai dan menerkam sangat menakutkan setiap orang. Gambaran inilah yang Yesus berikan kepada pengikut-Nya. Mereka bagaikan domba-domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Dalam mengemban tugas, ada kemungkinan mereka ditangkap, diadili, dibenci, bahkan dibunuh. Untuk itu Yesus berpesan agar mereka cerdik namun tulus (ayat 16).

Yesus meminta mereka untuk waspada terhadap: majelis agama yang adalah serigala yang bengis (ayat 17); pemerintah, dengan otoritas yang dimilikinya dapat menindas dengan cara yang halus tapi menyakitkan (ayat 18-19); keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi kita namun bisa menjadi musuh dalam selimut (ayat 22). Semuanya dapat membenci (ayat 22), mengancam (ayat 26), bahkan membunuh tubuh meskipun tidak dapat membinasakan jiwa (ayat 28). Lalu, perlukah para murid takut dan kuatir menghadapi semua ancaman tersebut? Yesus menggambarkan bahwa Allah sangat peduli terhadap mereka karena mereka lebih berharga di mata-Nya dibandingkan dengan burung pipit (ayat 29-31). Oleh karena itu, mereka tidak perlu takut dan kuatir menghadapi kesulitan dan ancaman. Dia berjanji akan memperlengkapi dengan kekuatan, kemampuan, dan perlindungan karena mereka sangat berharga di mata-Nya. Namun, tidak berarti Allah akan mencegah terjadinya kesulitan dalam diri kita. Itu adalah ujian bagi kita sebagai pengikut Yesus yang sejati untuk bertahan menghadapi tekanan hidup sehari-hari.

Sampai saat ini pun mengikut dan menaati Yesus serta memberitakan Dia selalu membangkitkan berbagai perlawanan. Mengingat tugas dan tantangan berat yang harus dihadapi, maka kesetiaan dan keberanian mutlak diperlukan. Mereka yang menghadapi segala kesulitan dan bertahan sampai akhir akan menerima penghargaan yang mulia dari Allah.

Tekadku: Walau tekanan menghadang, aku akan bertahan sampai akhir dengan anugerah Allah.

(0.10) (Mat 11:16) (sh: Mengenal Allah adalah anugerah (Kamis, 27 Januari 2005))
Mengenal Allah adalah anugerah

Mengenal Allah adalah anugerah. Apakah inti penyataan Yesus yang sulit diterima orang pada zamannya? Mengapa Khorazim, Betsaida, Kapernaum, dan orang banyak menolak-Nya padahal mereka melihat banyak mukjizat Allah? Orang banyak diumpamakan Yesus seperti anak yang sedang bermain pesta pernikahan dan kematian (ayat 16-17). Tidak ada keseriusan sikap terhadap Yesus. Padahal menurut ayat 25-27 relasi Yesus dan Allah Bapa begitu unik dan tidak terpisahkan.

Pertama, orang bijak dan orang pandai tidak dapat mengenal Allah (ayat 25). Pengenalan Allah bukan soal intelektual atau kesalehan manusia. Pengenalan akan Allah adalah soal kedaulatan Allah. Tidak seorang pun dapat mengendalikan Allah. Menurut kehendak-Nya sendiri Allah menyingkapkan atau menyembunyikan diri-Nya. Meski demikian Yesus mengenal Allah secara sempurna.

Kedua, manusia hanya dapat mengenal Allah melalui Yesus. Jika ingin mengenal Allah datanglah kepada Yesus. Hanya Yesus yang dapat mengenalkan siapa Allah karena Allah melimpahkan otoritas penuh rencana penyelamatan kepada-Nya (ayat 27a). Selain itu, memang hubungan Yesus dan Allah sangat intim. Di dalam hubungan Anak-Bapa itu terdapat pengenalan yang sempurna. Jadi, mengenal Yesus berarti mengenal Allah. Sama seperti mengenal Allah adalah anugerah, demikian juga dengan mengenal Yesus.

Atas klaim itulah Yesus dapat mengundang manusia untuk datang kepada-Nya. Yesus tidak menyuruh manusia datang kepada Allah, tetapi datang kepada-Nya. Yesus tidak berkata `pergilah kepada Allah', melainkan `marilah kepada-Ku'. Dalam pemahaman demikian undangan Yesus tersebut menjadi semakin jelas maknanya. Inilah panggilan anugerah. Setiap orang yang memenuhi panggilan itu akan masuk ke dalam pengenalan yang intim dan mendalam, seintim dan semendalam hubungan Anak dan Bapa.

Doa: Oh Tuhan, tolonglah aku untuk hidup makin dekat dengan Yesus agar aku makin mengenal-Mu.

(0.10) (Mat 12:1) (sh: Bukan aturan tetapi hati (Jumat, 28 Januari 2005))
Bukan aturan tetapi hati

Bukan aturan tetapi hati. Dua peristiwa ini menunjuk kepada satu pesan penting tentang inti aturan-aturan agama. Murid-murid Yesus, karena lapar memetik bulir gandum (ayat 1). Perbuatan demikian tidak salah (Ul. 23:25). Yang membuat orang Farisi berang bukan tindakan tersebut melainkan waktu tindakan itu dilakukan. Murid Yesus memetik bulir gandum pada hari Sabat. Murid Yesus tidak melanggar hukum Allah, hanya melanggar hukum agama yang dibentuk orang Farisi. Respons Yesus menunjuk kepada dua peristiwa dalam PL.

Pertama, tindakan Daud (ayat 3-4). Ketika lapar, Daud dan rombongannya mengambil roti sajian Bait Allah. 12 roti sajian itu diletakkan di atas meja di dalam tempat kudus, hanya boleh dimakan oleh imam di tempat kudus karena roti itu kudus. Roti sajian itu diminta Daud dari imam Ahimelekh (ayat 1Sam. 21:1-6). Itu sebenarnya tidak boleh namun kebutuhan manusia lebih penting dari ritual agama (ayat 7, Hos. 6:6). Kedua, tindakan imam-imam (ayat 5). Aturan dalam Bilangan 28:9, mengatur pekerjaan yang harus para imam lakukan pada hari Sabat. Namun, mereka tidak dianggap bersalah walau melanggar Sabat. Dari kedua peristiwa ini Yesus menegaskan bahwa inti dari peraturan adalah mengutamakan hidup.

Selanjutnya (ayat 9-15a) Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat. Perbuatan itu tidak melanggar hukum Allah, tetapi melanggar aturan orang Farisi. Orang Farisi membenarkan orang menolong domba yang jatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tetapi tidak memperbolehkan menolong manusia. Bagi Farisi domba lebih penting ketimbang manusia, ritual lebih utama dari belas kasihan. Sebaliknya, bagi Yesus manusia lebih utama dari domba dan ritual agama. Sikap Yesus ini memperlihatkan bahwa Allah menghendaki belas kasihan ketimbang ritual agama.

Renungkan: Apakah kita beragama sebatas ritual? Apakah kasih kita kepada Tuhan dan sesama terhambat atau justru bertumbuh melaluinya?

(0.10) (Mat 12:15) (sh: Mesias sejati (Rabu, 30 Januari 2013))
Mesias sejati

Judul: Mesias sejati
Usai perdebatan dengan orang Farisi, Yesus pergi menyingkir (15a). Yesus menghindari konfrontasi yang lebih terbuka dengan orang Farisi guna melanjutkan pelayanan-Nya kepada orang banyak yang mengikuti Dia. Namun, Ia melarang mereka untuk bercerita tentang diri-Nya, karena mereka salah mengerti tentang misi-Nya yang bukan hanya melakukan mukjizat.

Matius mengutip Yesaya 42:1-4 untuk menjelaskan misi Yesus. Nubuat Mesianis tentang sosok Hamba Tuhan digenapi dengan sempurna dalam diri Yesus. Pertama, Ia adalah Hamba yang terpilih dengan urapan Roh Kudus, tepat seperti penyataan Bapa dalam peristiwa pembaptisan-Nya (18; lih. Mat. 3:16-17). Kedua, Yesus bekerja bukan untuk popularitas (19). Ketiga, di dalam pribadi-Nya, orang-orang yang lemah akan menemukan kekuatan, sebab Ia tidak akan membiarkan "buluh yang patah terkulai" atau "sumbu yang pudar nyalanya menjadi padam" (20). Keempat, Ia akan menjadi poros pengharapan bagi semua bangsa (21).

Gambaran Mesias ini berbeda jauh dengan yang diharapkan orang Israel pada saat itu. Sebab itu Yesus menyingkir guna menghindari harapan yang berlebihan terhadap diri-Nya. Di sinilah kesejatian sebuah pelayanan tergambar jelas; tidak ada upaya menonjolkan diri. Pengutusan datang dari Bapa, maka kehendak Bapalah yang terutama. Sekalipun memiliki kuasa yang mampu melakukan berbagai hal, Yesus memilih taat pada misi kemesiasan-Nya.

Kekuasaan cenderung korup adalah pemeo yang terbukti benar di dunia ini. Bukan hanya berlaku untuk pemimpin politik, tetapi juga pemimpin masyarakat bahkan pemimpin agama. Banyak fakta yang menunjukkan penyelewengan dari misi mula-mula sebuah kepemimpinan. Kita bersyukur memiliki Yesus yang setia pada misi-Nya. Bagaimana dengan kesetiaan kita mengikut dan melayani Dia? Apakah kita akan seperti orang banyak dalam cerita ini yang hanya menjadikan Dia sebagai pembuat mukjizat? Atau kita menyalahgunakan kepercayaan Yesus kepada kita untuk melayani-Nya dengan mengkorupsi kemuliaan dan berkat Tuhan?

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/01/30/

(0.10) (Mat 12:38) (sh: Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati (Sabtu, 3 Februari 2001))
Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati

Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati. Masih perlukah tanda bagi ahli Taurat dan orang Farisi yang tidak mau percaya kepada Yesus? Banyak tanda dan mukjizat telah dibuat Yesus, namun ternyata hati mereka semakin keras membatu. Mereka menganggap diri paling benar, sehingga mereka senantiasa menjebak Yesus untuk mencari kesalahan- Nya.

Saat itu mereka memanggil Yesus sebagai Guru (Rabbi), suatu panggilan awal yang sopan untuk menyelubungi maksud yang jahat. Mereka senantiasa mencari cara yang mereka anggap paling jitu untuk menjebak Yesus. Dalam bacaan ini, mereka meminta tanda dan bukan mukjizat, karena tanda merupakan pengesahan yang bersifat illahi. Mereka berpikir bahwa Yesus tidak mungkin memberikan tanda karena Ia adalah manusia biasa, anak seorang tukang kayu. Mereka berharap ketika Yesus tidak mampu memberikan tanda, maka terbukti bahwa apa yang dikatakan-Nya selama ini tidak benar. Bagaimana respons Yesus? Ternyata Yesus tidak terpancing dengan tantangan mereka, Ia tidak membuktikan Keillahian-Nya dengan cara manusia, tetapi dengan kuasa Illahi Ia menyingkapkan siapa mereka dan siapa Diri-Nya.

Dengan kata-kata sangat keras dan pedas Yesus menegur mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia, karena mereka tidak mau terbuka kepada kebenaran-Nya. Kepada mereka Yesus tidak menunjukkan tanda yang spektakuler, tetapi Ia memfokuskan kepada misi kedatangan Anak Manusia ke dunia, seperti tanda nabi Yunus. Yesus menyebut Diri-Nya sebagai Anak Manusia, karena sebutan Kemanusiaan-Nya inilah yang diterima mereka. Namun Yesus jauh melebihi nabi Yunus. Orang-orang Niniwe bertobat karena pemberitaan Yunus, tetapi orang- orang yang mendengar dan mau percaya, bertobat, karena Ia sendiri jalan keselamatan itu. Kemudian Yesus mengkaitkannya dengan kedatangan ratu Syeba dari ujung bumi untuk melihat keagungan dan kekayaan raja Salomo. Ia jauh melebihi Salomo, karena itu banyak orang dari segala penjuru akan datang kepada-Nya untuk mendapatkan keselamatan daripada-Nya.

Renungkan: Tanda apa pun tidak dibutuhkan bagi orang yang mengeraskan hati kepada kebenaran-Nya. Hanya hati yang mau terbuka yang akan melihat bahwa segala perbuatan Yesus merupakan bukti bahwa Dialah Mesias sejati.

(0.10) (Mat 13:10) (sh: Percaya dan mengerti (Selasa, 1 Februari 2005))
Percaya dan mengerti

Percaya dan mengerti. Proses beriman mirip proses belajar. Di sekolah kita belajar banyak hal yang belum kita mengerti. Ketika kita tidak mengerti suatu pelajaran, seharusnya respons kita adalah bertanya. Jadi, orang yang tumbuh dalam pengertiannya adalah orang yang memelihara sikap haus belajar dan berani bertanya.

Para murid tidak mengerti mengapa Yesus mengajar dengan perumpamaan (ayat 10). Yesus memakai perumpamaan untuk beberapa fungsi. Pertama, untuk menegaskan sifat rahasia Kerajaan Surga. Untuk masuk Kerajaan Surga, perlu pembukaan yang datang dari pihak Allah yang harus ditanggapi dengan iman (ayat 11). Jadi, inisiatif Allah mutlak diperlukan, baik untuk menyatakan rahasia Kerajaan Allah maupun untuk membimbing orang agar merespons pewartaan Kerajaan Allah itu dengan iman. Kedua, perumpamaan berakibat ganda. Kepada orang yang dikaruniai hati responsif akan terjadi proses bertanya, mencari, beroleh tuntunan, dan aktif mengimani. Orang itu akan mengalami pertumbuhan rohani. Untuk orang yang bebal, perumpamaan akan membuat Kerajaan Surga semakin tertutup baginya bahkan membuat orang itu mengalami proses pembutaan rohani lebih lanjut (ayat 14-15).

Dampak perumpamaan yang memisahkan pendengar ke dalam dua kelompok itu kini terjadi. Para murid langsung menyatakan ketidakmengertian mereka kepada Yesus. Ini adalah langkah iman. Akibatnya, Yesus memberikan penjelasan dan menerangi hati mereka. Orang banyak tidak demikian. Mereka bertahan dalam kegelapan pikiran dan hati mereka. Karena mereka tidak percaya, maka arti dan makna Kerajaan Allah tertutup bagi mereka. Bahkan, itu menjadi pesan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, bagi yang percaya perumpamaan menyingkapkan arti dan makna Kerajaan Allah.

Ingat: Peliharalah sikap terbuka untuk belajar dan diajar Tuhan, sebab itulah tanda iman yang bertumbuh.

(0.10) (Mat 13:24) (sh: Kebaikan dan kejahatan. (Minggu, 8 Maret 1998))
Kebaikan dan kejahatan.

Kebaikan dan kejahatan.
Di daerah Galilea tumbuh semacam lalang yang daunnya hampir sama dengan daum gandum; tetapi bulir lalang itu sangat berlainan dengan bulir gandum; dan orang baru dapat membedakan antara lalang dan gandum ketika gandum dan lalang itu mulai berbulir (ayat 26). Para petani menyebut lalang itu musuh karena mengganggu pertumbuhan gandum. Celakanya, bulir lalang yang mengandung zat beracun itu selalu tumbuh bersama gandum. Namun dalam perumpamaan itu lalang tersebut dibiarkan tumbuh bersama gandum. Apa maksud Yesus memakai perumpamaan ini? Selama firman Tuhan masih ditaburkan di dunia, selama itu pula Iblis terus berusaha menghancurkannya. Artinya, kebaikan itu akan terus bersama-sama dengan kejahatan. Tetapi bila saat menuai tiba, gandum akan dipisahkan dari lalang. Lalang akan diikat berberkas-berkas lalu dibakar. Fokus pengajaran Yesus melalui perumpamaan ini ialah penghakiman akhir. Yesus Kristus sendiri yang akan memisahkan gandum dari lalang, kebaikan dari kejahatan. Gereja Tuhan adalah benih gandum yang tumbuh hasil taburan tuan pemiliknya, Yesus Kristus. Tetapi meskipun Gereja Tuhan adalah hasil karya penebusan-Nya, Iblis tidak tinggal diam. Ia juga menabur benih yang membuat gereja Tuhan terisi orang-orang yang bukan umat sejati. Artinya, gereja Tuhan tidak terlepas dari kenyataan bahwa ada dua sifat manusia yang tak dapat dihindarkan hadir di dalamnya, yaitu manusia baik dan jahat.

Setialah! Inti pengajaran Yesus dalam perumpamaan ini menuntut Kristen untuk waspada dan berhati-hati. Dalam situasi dan keadaan tertentu mungkin sulit membedakan mana teman, mana lawan; mana yang beriman sejati, mana yang beiman semu. Namun itu hanya sampai batas tertentu. Sebab yang pasti kelak dalam penghakiman-Nya, semua dibukakan. Karena itu setialah!

Renungkan: Kesetiaan pada firman Allah berdampak positif dalam kehidupan beriman. Daya ilahi akan mendorong kita untuk bertumbuh, berkembang, dan membawa pengaruh baik ke sekitar.

(0.10) (Mat 13:31) (sh: Minoritas di Tangan yang berkuasa memaksimalkan (Rabu, 7 Februari 2001))
Minoritas di Tangan yang berkuasa memaksimalkan

Minoritas di Tangan yang berkuasa memaksimalkan. Minoritas seringkali dianggap remeh dan tidak masuk hitungan. Namun perlu ditilik terlebih dahulu siapakah di balik yang minoritas. Yang terkecil belum pasti kalah, seperti: Daud yang ternyata sanggup mengalahkan Goliat, si raksasa, karena ada Tangan Tuhan di balik kelemahan Daud; Gideon dengan hanya 300 pasukan Israel berhasil mengalahkan tentara Midian dan Amalek yang jumlahnya sangat besar bagaikan pasir di tepi laut, karena Tangan Tuhan yang berperang bagi mereka; dan masih banyak lagi contoh lain. Jadi dapat dikatakan bahwa perannya bukan pada yang minoritas, tetapi Siapa di balik yang minoritas, sehingga yang minoritas berhasil dimaksimalkan- Nya.

Yesus kembali mengatakan perumpamaan kepada orang banyak tentang Kerajaan Sorga dalam aspek yang lain, melalui ilustrasi biji sesawi. Biji sesawi adalah biji yang terkecil di antara biji lainnya. Namun setelah tumbuh, ukuran daunnya lebih besar dari jenis sayuran lainnya dan bertumbuh menjadi sebuah pohon, sehingga cabang-cabangnya menjadi tempat bersarang burung-burung. Kita mengakui bahwa di balik proses pertumbuhan dari benih menjadi tumbuhan, ada Tangan Illahi yang mengerjakannya. Perumpamaan ini menggambarkan bagaimana Gereja Tuhan yang minoritas dalam dunia, namun ada Tangan Tuhan yang sanggup memaksimalkan fungsi dan perannya, sehingga seperti pohon sesawi yang menjadi tempat bersarangnya burung-burung, demikian pula Gereja Tuhan harus menjadi berkat bagi lingkungannya. Hal ini lebih ditegaskan lagi dengan perumpamaan seorang perempuan yang memasukkan ragi ke dalam adonan tepung terigu 3 sukat (ayat 36 liter). Ragi yang sedikit mampu mengkhamirkan seluruh adonan. Yang minoritas dapat berfungsi dan berperan maksimal mempengaruhi sekitarnya bila mau mengidentifikasikan diri bersama sekitarnya, tanpa mengubah jati diri menjadi sama dengan lingkungan.

Kehadiran Gereja yang minoritas di Indonesia tidak akan tenggelam ditelan tantangan arus zaman, bila tetap berada dalam Tangan yang berkuasa memaksimalkan. Walaupun kondisi dan tantangan semakin menghimpit, namun gema kebenaran harus terus disuarakan, agar semakin banyak orang datang mencari damai sejati.

Renungkan: Gereja-Nya memang minoritas, namun dapat `mengkhamirkan' dunia.

(0.10) (Mat 14:1) (sh: Dikejar bayang-bayang ketakutan (Jumat, 9 Februari 2001))
Dikejar bayang-bayang ketakutan

Dikejar bayang-bayang ketakutan. Kesalahan besar sampai meniadakan nyawa orang lain akan menjadi bayang-bayang ketakutan seumur hidup. Seorang ayah yang begitu kasar dan kejam tak dapat menahan emosinya ketika untuk kesekian kalinya seorang putranya yang masih kecil menanyakan mengapa ayahnya jarang di rumah. Dalam keadaan mabuk, ia segera mengambil pisau dan menghujamkannya ke tubuh putranya. Selama hidupnya, ayah ini selalu dikejar bayang-bayang ketakutan karena telah membunuh anaknya yang tidak bersalah.

Demikian pula dengan raja Herodes Antipas. Ketika ia mendengar ada Seorang yang telah melakukan banyak mukjizat segera ia teringat Yohanes Pembaptis, maka seluruh peristiwa yang mengakibatkan kematian Yohanes Pembaptis kembali segar diingatannya. Sebenarnya apa yang dilakukan Yesus berbeda dengan Yohanes karena ia tidak pernah membuat tanda atau mukjizat (Yoh. 10:41). Namun karena pada zaman itu Yohanes terkenal sebagai nabi, maka Herodes langsung menghubungkan Yesus dengan Yohanes (ayat 2). Peristiwanya berawal dari kebencian Herodes karena Yohanes pernah memperingatkannya ketika mengambil Herodias, bekas istri saudara tirinya, menjadi istrinya. Kelumpuhan nati nurani membuat Herodes tidak mau mendengar peringatan Yohanes, bahkan ia telah menyuruh menangkap, membelenggu, dan memenjarakan Yohanes. Keinginannya untuk membunuh Yohanes ditangguhkan karena takut kepada orang banyak. Namun keinginan ini akhirnya terpaksa terlaksana karena sumpahnya sendiri kepada anak perempuan Herodias di hari ulang tahunnya. Demikianlah ia telah membunuh seorang nabi yang tidak bersalah, karena kelumpuhan hati nuraninya terhadap dosa.

Manusia berdosa cenderung menolak segala peringatan yang mencegahnya menikmati hidup dalam dosa, sehingga mengalami kelumpuhan hati nurani. Kenikmatan dalam dosa membuat manusia hidup dalam bayang-bayang ketakutan yang terselubung, yang sebenarnya ada namun berusaha ditutupi dengan pernyataan: "hanya sekali tidak apa-apa", "semua orang juga melakukannya", "pengampunan tersedia bagi yang memohon", "demi kebaikan bersama", "Tuhan tahu maksud kita baik", dll.

Renungkan: Terlebih indah membereskan bayang-bayang ketakutan di hadapan-Nya dan jangan biarkan kelumpuhan hati nurani menyerang Anda.

(0.10) (Mat 14:1) (sh: Dihantui rasa bersalah (Sabtu, 5 Februari 2005))
Dihantui rasa bersalah

Dihantui rasa bersalah. Yesus semakin terkenal, pelayanan-Nya semakin meluas. Berita tentang Yesus sampai ke telinga Herodes Antipas, raja wilayah propinsi Galilea dan Perea. Mendengar laporan tentang Yesus, Herodes segera teringat perbuatan jahatnya yang sudah lampau.

Berita tersebut menimbulkan perasaan dan reaksi aneh dalam diri Herodes. Yesus dianggapnya Yohanes pembaptis yang bangkit kembali (ayat 2). Perbuatan-perbuatan dosanya menceraikan istrinya, menikahi ipar sendiri (ayat 3), sampai mem-bunuh Yohanes pembaptis yang menegur dosa-dosanya tersebut, satu per satu bermunculan kembali. Pada awalnya Herodes seolah memiliki hati nurani yang masih bekerja baik. Buktinya ia tidak langsung melenyapkan Yohanes pembaptis ketika dosanya ditegur, yang dilakukannya hanya memenjarakan dia. Akan tetapi, hati nurani yang baik itu tidak sungguh didengarnya. Malah karena plot Herodias melalui Salome, Herodes terpojok di hadapan para bangsawan untuk akhirnya memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes pembaptis (ayat 9-10). Kini berita tentang Yesus membuat kesalahan itu terhakimi kembali dalam hati Herodes.

Dosa tidak selesai begitu saja dengan berlalunya waktu. Cepat atau lambat kehadiran Yesus akan membongkar dan menghakimi semua dosa tanpa pengecualian. Termasuk semua dosa yang disembunyikan dan dilupakan. Peristiwa ini sekaligus menunjuk kepada fungsi Yesus kelak sebagai Hakim, juga menunjuk kepada fungsi Yesus sebagai Gembala bagi para murid Yohanes yang hidup melayani kebenaran. Selama orang belum mengakui dosa-dosanya di hadapan Yesus dan menerima pembaruan hidup dari-Nya, orang akan tetap hidup dalam bayang-bayang hukuman Allah. Hati nurani yang belum mengalami pengudusan akan terus berfungsi sebagai alat penghakiman Allah yang menunjuk kepada Hari penghakiman akhir kelak.

Kulakukan: Akui dosa kepada Yesus. Ia akan menghapuskan kesalahan Anda dan rasa bersalah yang masih menghantui.

(0.10) (Mat 16:1) (sh: Buta karena ketidakpercayaan (Kamis, 10 Februari 2005))
Buta karena ketidakpercayaan

Buta karena ketidakpercayaan. Orang yang tidak percaya karena tidak mengerti bisa ditolong dengan membuat mereka mengerti. Akan tetapi, kalau ketidakpercayaan itu disebabkan oleh ketidakmauan untuk menerima kebenaran, tidak ada yang bisa menolong. Hal itu sama dengan sengaja membutakan diri.

Orang Farisi dan Saduki sangat berbeda dalam pandangan teologi dan politik mereka (lihat artikel di hal. 39,40). Hanya dalam satu hal mereka sama, yaitu tidak percaya Tuhan Yesus. Sebenarnya mereka sudah mengikuti Tuhan Yesus sejak lama dan melihat tanda-tanda ajaib yang dilakukan-Nya. Di depan mereka terpampang bukti-bukti ke-Mesiasan-Nya. Sayang, mereka membutakan mata supaya tidak perlu percaya dan menerima Dia. Jadi, permintaan mereka kepada Tuhan Yesus akan tanda bukanlah permintaan tulus. Kalaupun tanda diberikan, mereka tetap tidak akan percaya. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus menjawab dengan keras. Mereka tahu membaca tanda-tanda alam, tetapi buta terhadap tanda-tanda zaman. Tuhan menyebut mereka angkatan yang jahat dan tidak setia. Maksudnya adalah mereka sengaja menolak percaya walaupun tanda-tanda untuk itu sangat jelas. Tuhan Yesus berkata bahwa mereka hanya akan mendapatkan satu tanda, yaitu tanda Yunus!

Itu sebabnya juga, Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya supaya waspada kepada pengajaran orang Farisi dan Saduki (ayat 12). Walaupun mereka pengajar-pengajar agama Yahudi, kebenaran tidak ada pada mereka karena mereka menolak percaya kepada Sumber Kebenaran.

Masa kini, orang lebih suka memilih hal-hal yang menyenangkan hati, bukan kebenaran yang menyelamatkan dan mengubah hidup. Berpegang pada kebenaran tidak saja membuat kita menolak kompromi, tetapi juga berani menegor kekerasan hati sesama kita.

Renungkan: Kita perlu memupuk kasih kita kepada Tuhan dan firman-Nya agar kehidupan kita jernih memancarkan kemuliaan Tuhan.

(0.10) (Mat 17:1) (sh: Pengalaman supranatural adalah anugerah (Sabtu, 17 Februari 2001))
Pengalaman supranatural adalah anugerah

Pengalaman supranatural adalah anugerah. Tidak semua orang mengalami pengalaman supranatural, karena pengalaman supranatural adalah anugerah. Pengalaman ini dialami oleh beberapa orang tertentu bukan berdasarkan siapakah mereka di hadapan Tuhan, namun semata-mata berdasarkan anugerah-Nya. Tuhan memiliki tujuan khusus bagi orang-orang yang mengalaminya. Ada yang mengalaminya sehingga ia percaya kepada Kristus, ada yang mengalaminya sehingga kehidupannya berubah, ada pula yang mengalaminya sehinga ia mendapatkan visi yang jelas dari Allah, ada pula yang mengalaminya sehingga mendapatkan kekuatan dalam pergumulan yang berat. Namun pengalaman supranatural bukan satu-satunya cara Allah untuk menyatakan diri kepada manusia.

Ketiga murid Yesus: Petrus, Yakobus, dan Yohanes mengalami pengalaman supranatural bukan karena mereka lebih baik dari yang lain, semata-mata karena ketiganya diperkenankan Yesus untuk menyaksikan kemuliaan-Nya. Ia mengajak mereka naik ke gunung yang tinggi, supaya pengalaman itu hanya dialami oleh mereka berempat. Di sana mereka menyaksikan kemuliaan wajah dan pakaian Yesus bagai matahari dan terang, menandakan betapa berkilaunya sehingga mereka tak sanggup menatap secara kasat mata. Di sana pun hadir Elia yang mewakili nabi dan Musa yang mewakili Taurat. Pengalaman ini membuat mereka begitu bahagia, sehingga mereka tidak mau kembali kepada realita yang penuh penderitaan (ayat 16:24), maka Petrus menawarkan 3 kemah untuk Yesus, Elia, dan Musa. Tiba-tiba awan yang terang menaungi mereka dan terdengar pernyataan Illahi tentang Yesus, Anak Allah. Puncak penyataan Illahi ini membuat ketiga murid tersungkur dan sangat ketakutan, sehingga mereka tidak sanggup lagi menyaksikan peristiwa selanjutnya.

Pengalaman supranatural bersifat sesaat dan setiap orang yang mengalaminya harus kembali kepada realita, karena pengalaman supranatural tidak bertujuan meninabobokan seseorang, tetapi memberikan dasar kebenaran bagi seseorang untuk hidup dalam realita. Pengalaman supranatutal ini pun bukan untuk dipublikasikan (ayat 9), sehingga orang yang mengalaminya tidak menjadi sombong rohani.

Renungkan: Betapa indahnya kesaksian seorang yang mengalami pengalaman supranatural, yang tidak berfokus kepada kesombongan rohaninya, tetapi kepada kemuliaan Yesus Sang Mesias.

(0.10) (Mat 17:14) (sh: Iman dan Keraguan (Senin, 27 Februari 2017))
Iman dan Keraguan

Saat seseorang percaya kepada Kristus, Allah mengaruniakan Roh Kudus kepada orang-orang percaya. Artinya, umat Allah memiliki kuasa Allah dalam dirinya. Dengan kuasa Roh Kudus, umat Allah dapat melakukan perkara yang ajaib, seperti mengusir roh jahat, dan sebagainya. Kenyataannya, umat Allah lebih memilih menghindar daripada menghadapi kuasa kegelapan. Itu disebabkan oleh keraguan dalam hati.

Pascapemuliaan Yesus di gunung, Ia berhadapan dengan kasus seorang anak kecil yang sakit ayan yang mengalami kegilaan akibat kerasukan kuasa jahat (14-15). Orangtua Si Anak telah frustasi dan hilang akal bagaimana menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa anaknya. Ia telah membawanya kepada para murid Yesus, namun murid-murid-Nya tidak mampu menyembuhkan penyakit anak tersebut (16). Dengan keras Yesus menegur murid-murid-Nya yang kurang yakin akan kuasa Allah (17). Teguran Yesus sangat beralasan sebab waktu-Nya di dunia semakin pendek dan Ia tidak selamanya ada bersama mereka (22-23).

Setiap hari mereka bersama Yesus dan melihat akan kuasa-Nya. Kenyataanya, mereka hanya percaya, tetapi tidak mengimaninya. Jika keraguan iman seperti ini terus berlangsung bagaimana kuasa Allah dapat dinyatakan melalui mereka. Untuk melakukan apa pun dibutuhkan iman yang teguh kepada Yesus, kalau tidak mustahil kuasa Allah dapat bekerja. Yesus tidak menuntut iman yang besar. Ia hanya meminta para murid-Nya memercayai kuasa Allah dengan sepenuh hati tanpa keraguan (19-20).

Roh Allah yang ada dalam diri orang-orang percaya lebih besar dari roh yang ada dalam dunia (1Yoh. 4:4). Dengan Roh-Nya, Ia ingin memakai umat-Nya melakukan perkara yang lebih besar dan ajaib agar nama-Nya dimuliakan di bumi. Allah ingin menjadikan setiap orang yang ada dalam Kristus menjadi orang yang mengubah dunia.

Untuk menang atas kuasa jahat dibutuhkan kemurnian iman. Berdoalah kepada Allah agar Ia memurnikan iman Anda sehingga Anda dapat menjadi alat kemuliaan-Nya! [TG]

(0.10) (Mat 17:14) (sh: Bukan besar atau kecil, tapi ada atau tidak ada (Minggu, 18 Februari 2001))
Bukan besar atau kecil, tapi ada atau tidak ada

Bukan besar atau kecil, tapi ada atau tidak ada. Yesus memakai ilustrasi biji sesawi untuk menggambarkan iman, karena biji sesawi adalah biji yang paling kecil di antara biji-biji lainnya. Dapat dikatakan bahwa Yesus tidak sedang membicarakan besar atau kecilnya iman, tetapi ada atau tidak adanya iman.

Pada saat Yesus kembali ke kerumunan orang banyak, datanglah seorang bapak menemui-Nya dengan sikap menyembah. Ia memohon belas kasihan Yesus atas anaknya yang sangat menderita karena sakit ayan. Ia mengadukan bahwa murid-murid-Nya tidak dapat menyembuhkan anaknya. Yesus menegur keras semua orang: murid-murid, orang banyak, dan semua angkatan yang tidak percaya dan sesat. Kepada mereka semua, Yesus mengajukan 2 pertanyaan: (ayat 1) berapa lama lagi Ia harus tinggal di antara mereka, dan (ayat 2) berapa lama lagi Ia harus sabar terhadap mereka. Ia tidak selamanya ada bersama mereka, tetapi selama Ia ada bersama mereka, mereka dapat mendengar pengajaran-Nya, melihat perbuatan-Nya, dan mengenal-Nya, tetapi mereka tetap tidak percaya kepada Mesias sejati. Hal ini menegaskan bahwa waktu-Nya di dunia terbatas. Setelah mengajukan pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, Ia meminta anak yang sakit itu dibawa kepada-Nya. Ia mengusir setan dan anak itu sembuh. Kemesiasan-Nya mengalahkan segala kuasa.

Kemudian murid-murid menanyakan mengapa mereka gagal mengusir setan. Hanya satu alasannya karena mereka tidak memiliki iman. Mereka mengandalkan kekuasaan manusia dan bukan kekuasaan Allah.

Renungkan: Seringkali kegagalan kita bukan saja akibat tantangan dan ancaman dari luar tetapi ketiadaan iman yang membiarkan kita mengandalkan kemampuan, potensi, dan kebiasaan kita. Masalahnya bukan besar atau kecilnya iman, tetapi ada atau tidak ada iman.

Bacaan untuk Minggu Epifania 7

Yesaya 43:18-25

II Korintus 1:18-22

Markus 2:1-12

Mazmur 41

Lagu: Kidung Jemaat 309

PA 7 Matius 16:21-28

Komitmen mengikut Kristus bukanlah pilihan yang mudah, justru penuh risiko dan pergumulan. Mengapa? Karena menjadi pengikut-Nya berarti bersedia untuk dimusuhi dunia. Seringkali Kristen salah memahami arti menjadi pengikut Kristus: bahagia dan hidup bebas hambatan, sehingga ketika badai kehidupan datang bertubi-tubi menerpa hidupnya, Kristen `protes' kepada Allah. Kristen mulai goncang, putus asa, dan kehilangan pengharapan karena tidak pernah membayangkan bahwa jalannya memang tidak mudah.

Bagaimanakah sesungguhnya menjadi pengikut Kristus seperti yang Yesus teladankan? Prinsip-prinsip apa saja yang harus kita terapkan? Kita akan mempelajarinya melalui perikop ini!

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa yang ingin dijelaskan Matius dengan penunjuk waktu: "Sejak waktu itu.."? Mengapa Yesus baru menyatakan penderitaan-Nya setelah murid-murid-Nya mengenal-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup (ayat 12-20)? Dari pihak siapa sajakah penderitaan itu? Apakah mereka adalah orang-orang yang mengerti arti Mesias yang dijanjikan? Mengapa justru mereka yang membuat-Nya menderita?

2. Apakah fokus pernyataan Yesus hanya penderitaan-Nya saja (ayat 21)? Jika demikian mengapa Petrus menegur Yesus (ayat 22)? Apakah yang sedang dipikirkan Petrus saat itu? Apakah hal ini bertentangan dengan rencana Allah bagi keselamatan manusia? Jelaskan! Mengapa Iblis selalu berusaha merintangi bahkan menggagalkan rencana Allah?

3. Apakah arti perkataan Yesus di ayat 24? Apakah setiap orang yang mengikut-Nya harus memiliki komitmen demikian? Bagaimana kaitannya dengan pernyataan selanjutnya (ayat 25)? Perhatikan kata `mau' (ayat 24, 25) dan jelaskan maknanya? Manakah yang merupakan pilihan dan manakah yang merupakan konsekuensi (ayat 25)? Apakah dampak pilihan ini bernilai kekal? Mengapa demikian?

4. Bagaimana pemahaman Anda tentang Mesias yang mati dan bangkit, dan sejauh mana pengaruhnya dalam hidup Anda? Bagaimanakah pilihan hidup Anda sebagai pengikut-Nya dan apa konsekuensi konkritnya? Apakah Anda tetap meyakini bahwa pilihan Anda tidak salah? Mengapa demikian?

(0.10) (Mat 18:1) (sh: Standar dunia tidak berlaku (Selasa, 20 Februari 2001))
Standar dunia tidak berlaku

Standar dunia tidak berlaku. Persaingan menjadi yang terbesar sudah merupakan iklim dunia, apalagi di negara yang sedang berkembang. Kecenderungan manusia ingin dihargai, dipandang, ditinggikan, dan dipuji, menjadikan iklim ini semakin mendarah daging hampir ke semua lapisan masyarakat. Beberapa perikop yang kita baca hari ini, memperlihatkan bagaimana Yesus mengkontraskan pengajarannya dengan standar dunia.

Ketika murid-murid-Nya memakai standar dunia dalam konsep Kerajaan Allah, Yesus tidak segera menanggapi, tetapi Ia memanggil seorang anak kecil dalam rangka mengajarkan konsep yang benar. Anak kecil selalu di posisi tidak penting, lemah tak berdaya, tidak dapat memimpin, dan tidak memiliki ambisi menumpuk kekayaan atau kedudukan. Peragaan Yesus tidak berarti bahwa para murid-Nya harus menjadi anak-anak, tetapi agar mereka memiliki sikap seperti anak kecil. Menjadi anak kecil berarti rela menjadi tak berarti, berani mengakui ketidakberdayaan, dan bertobat dari dosa dan hidup yang berporos ambisi. Seperti inilah sikap seorang yang menyambut Yesus dan memiliki Kerajaan Sorga, yang bukan dengan kebenaran dan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak lagi muncul ambisi bersaing menjadi yang terbesar.

Dalam Kerajaan Sorga juga tidak berlaku standar dunia tentang kesempurnaan fisik sebagai keindahan. Oleh karena itu Yesus memperingatkan para murid-Nya bila ada anggota tubuh yang menyebabkannya berdosa, ia harus memenggal anggota tubuh tersebut, sehingga tidak menghalangi pertobatannya. Dapat dikatakan bahwa sia-sia memuaskan diri dengan segala keinginan dunia bila rohani kita tidak mendapatkan kebahagiaan sejati dalam Kerajaan Sorga. Keinginan duniawi akan membawa kita kepada kebinasaan (ayat 8). Janganlah kita terhitung sebagai penyesat karena tidak rela menanggalkan segala keinginan yang membawa kepada kebinasaan. Mungkin bukan hanya kita yang binasa, tetapi juga anak-anak Tuhan yang lain. Yesus memberikan peringatan keras bagi para penyesat, apabila menyesatkan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya, karena anak-anak paling mudah disesatkan.

Renungkan: Merendahkan diri menjadi seperti anak kecil berarti rela menanggalkan segala keakuan, kemampuan, kedudukan, harga diri, dan ambisi, demi Kerajaan Surga yang bernilai kekal.

(0.10) (Mat 18:1) (sh: Seperti anak kecil (Rabu, 20 Februari 2013))
Seperti anak kecil

Judul: Seperti anak kecil
Di dalam budaya Indonesia, dianggap seperti anak kecil adalah hal yang memalukan. Sebab anak kecil biasanya diasosiasikan dengan sifat yang dipersepsi negatif: cengeng, maunya yang mudah, manja, lemah, tidak independen, dan banyak lagi. Persepsi ini berlaku di semua bidang kehidupan, mulai dari pekerjaan, keluarga, bahkan gereja dan pelayanan.

Berdasarkan konteks ini, mestinya kita heran dengan kata-kata Tuhan Yesus: "... sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (3-4). Apa maksudnya?

Bacaan hari ini mengaitkan arti kemuridan dengan sosok anak kecil. Para murid mesti menjadi seperti anak kecil dalam arti "merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini" (4). Yang digarisbawahi di sini bukanlah sifat manja ataupun cengeng khas anak kecil, tetapi posisinya yang rendah dan lemah. Tidak seperti raja-raja dunia yang berkuasa memungut pajak dan bea dari orang-orang di bawah kekuasaannya (Mat. 17:25), para murid dipanggil untuk bertindak seperti anak kecil yang tidak memiliki kuasa, sehingga hidup sebagai orang yang berserah dan hanya mengandalkan Allah. Para murid juga diperingatkan agar tidak menyesatkan ataupun menganggap rendah anak-anak kecil (5-11), baik secara harfiah maupun secara khusus sebagai simbol bagi sesama murid. Nasihat di ayat 8-9 memang mengulangi pengajaran Yesus sebelumnya (Mat. 5:29-30), tetapi di sini nasihat tersebut ditempatkan di dalam konteks berbeda: agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi saudara kita, kita mesti siap mengurbankan apa pun yang membuat diri kita tersesat.

Maka nas ini bertanya kepada kita: adakah kekuasaan atau apa pun selain Allah yang menjadi andalan hidup? Jangan sampai hal itu membuat kita tidak taat kepada Allah, bahkan membuat orang lain di sekitar kita tersesat. Jika itu terjadi, kita harus membuangnya. Mari kita minta kekuatan dari Allah supaya bisa menjadi anak kecil, seperti yang Dia inginkan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/02/20/



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA