Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 2301 - 2320 dari 2810 ayat untuk bai* [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.0101525142857) (Yes 61:1) (sh: Tahun rahmat Tuhan (Jumat, 30 April 1999))
Tahun rahmat Tuhan

Tahun rahmat Tuhan. Bila kita simak inti berita yang disampaikan oleh Yesaya "kabar selamat kepada Sion", maka sesungguhnya Yesaya menyadari diri sebagai "Utusan Allah" (Yes. 6:8). Kuasa Roh Allah menyertainya, untuk menyampaikan kabar baik itu kepada umat Allah. Tujuan Allah mengutus hamba-Nya adalah untuk membebaskan umat-Nya dari penderitaan, dan membangun kembali kehidupan umat-Nya. Berkat Allah akan menjadikan Sion sebagai "kota Allah" yang akan dibangun kembali dari reruntuhan, dan memulihkan status Zion sebagai "umat Allah" yang kelak dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa. Pemulihan itulah yang disebut "tahun rahmat Tuhan".

Imam-imam Perjanjian Baru. Telah ditetapkan bahwa semua orang percaya adalah imam-imam Tuhan di dunia ini. Dan itu berarti bahwa semua orang beriman diberi hak untuk menikmati berkat-berkat yang Tuhan janjikan seperti: hak-hak yang diakui dan masa depan yang dijamin. Allah akan memberikan kekayaan bangsa-bangsa, warisan, dan kebahagiaan, hak-hak mereka diakui dan masa depannya dijamin, generasi penerusnya akan mempunyai nama baik dan dilimpahi berkat (Yes. 61:6-9). Kita terpanggil untuk mengemban tugas imamat pewartaan Injil Kristus.

Doa: Ya Yesus, tolong saya dalam melayankan kasih-Mu, dan mampukanlah saya melaksanakan tugas imamat yang rajani.

(1.0101525142857) (Yes 61:1) (sh: Kabar baik bagi umat Tuhan (Senin, 29 Agustus 2005))
Kabar baik bagi umat Tuhan

Kabar baik bagi umat Tuhan Menjelang hari Kemerdekaan Republik Indonesia, banyak narapidana yang menantikan kabar baik tentang pengurangan masa tahanan bahkan pembebasan mereka dari penjara. Namun, setelah bebas mereka sering mendapatkan kecurigaan dan penolakan. Akibatnya tidak jarang, mereka berbalik kepada kejahatan semula.

Kabar baik yang dikumandangkan oleh hamba Tuhan bagi Israel bukan hanya membebaskan mereka dari belenggu pembuangan, tetapi juga memulihkan mereka sebagai suatu bangsa (ayat 1-4). Allah sekali lagi akan mengikatkan diri kepada mereka dalam perjanjian abadi (ayat 8). Musuh yang pernah menindas mereka akan berbalik menjadi agen Allah untuk memberkati mereka. Semua yang pernah dirampas dari Israel akan dikembalikan musuh mereka dengan berlipat ganda. Semua bangsa akan mengakui Israel sebagai bangsa yang diberkati Tuhan (ayat 5-9). Bahkan Israel akan menemukan fungsi keumatan mereka yang telah mereka lupakan, yaitu menjadi imam Allah bagi bangsa-bangsa (6a; lih. Kel. 19:4-6). Oleh karena mereka, bangsa-bangsa akan mengenal dan menyembah Allah Israel. Sukacita Israel saat menyambut kabar baik itu digambarkan dengan ditukarkannya pakaian kabung dan sunyi suasana duka menjadi pakaian pesta dengan perhiasannya dan semarak suasana pesta. Nyanyian dukacita ditukar dengan kidung pujian bagi keagungan Allah (Yes. 61:3). Hamba Tuhan yang telah menyampaikan kabar baik ini pun ikut bergembira. Israel bagaikan pengantin wanita yang di-sambut pengantin pria (ayat 10). Mereka akan dipulihkan seperti kebun yang kembali dipenuhi oleh tanaman yang subur (ayat 11).

Setiap orang tanpa terkecuali diundang untuk menyambut keselamatan dari Allah di dalam Tuhan Yesus (Lih. Luk. 4:17-21). Sambutlah Dia sebagai Tuhan, alami pembebasan sejati dari belenggu dosa, serta nikmati anugerah kekal menjadi anak-anak-Nya.

Renungkan: Kebebasan dari dosa yang Tuhan berikan bagi orang yang percaya pada-Nya adalah sempurna dan tuntas.

(1.0101525142857) (Yes 62:1) (sh: Kembali menjadi istri yang dikasihi (Selasa, 30 Agustus 2005))
Kembali menjadi istri yang dikasihi

Kembali menjadi istri yang dikasihi Salah satu pengampunan terindah di antara manusia adalah ketika seorang suami mengampuni istri atau sebaliknya dan menerimanya kembali menjadi pasangannya. Peristiwa ini sering dipakai di dalam Alkitab untuk menggambarkan kasih Allah kepada umat-Nya.

Janji keselamatan melalui pemulihan bagi umat Allah dikumandangkan oleh hamba-Nya dengan penuh semangat (ayat 1). Sion akan dipulihkan menjadi bangsa yang benar dan mulia serta memiliki nama baru yang berasal dari Tuhan sendiri (ayat 2-3). Hubungan yang pulih antara Israel dengan Tuhan itu digambarkan seperti sepasang mempelai. Israel yang "diceraikan" Allah karena perbuatan dosa mereka kini diterima kembali sebagai istri yang dikasihi (ayat 4). Allah yang menerima Israel kembali digambarkan seperti seorang jejaka menikahi seorang gadis (ayat 5). Gambaran tersebut menyiratkan umat-Nya telah disucikan sehingga layak menerima kasih Allah. Allah menggandeng Israel layaknya pengantin yang memandang hidup baru mereka dengan bahagia.

Seperti suami melindungi istri, Allah mengutus para hamba-Nya untuk menjaga Israel dari para musuh (ayat 6). Para hamba-Nya akan terus-menerus menaikkan syafaat kepada Allah sampai umat-Nya diangkat kembali dalam kemuliaan mereka yang semula (ayat 7). Tanggung jawab Allah mencukupi kebutuhan hidup umat-Nya dilakukan-Nya dengan memberkati usaha umat-Nya. Ia tak akan lagi menghukum umat-Nya dengan menyerahkan mereka ke tangan musuh (ayat 8-9). Melalui para hamba-Nya, Ia memanggil kembali umat-Nya untuk menikmati hidup baru dalam kekudusan (ayat 10-12).

Allah akan mengampuni dan memulihkan umat-Nya yang mau bertobat. Kita harus mengumandangkan kabar baik ini. Oleh karena itu, kita harus pergi memberitakan kabar ini dan menyampaikannya kepada setiap orang percaya yang kita temui.

Renungkan: Pertobatan adalah pintu untuk menikmati hubungan yang mesra dengan-Nya.

(1.0101525142857) (Yes 65:1) (sh: Tidak menghargai berkat (Rabu, 5 Mei 1999))
Tidak menghargai berkat

Tidak menghargai berkat. Seorang ibu bekerja keras untuk membiayai pendidikan anaknya. Sementara si anak, mahasiswa semester IV, mengisi hidupnya dengan sikap santai, main judi, dan untuk kesekian kalinya gagal dalam ujian. Saat uangnya habis, barulah ia teringat ibunya. Wajarkah bila si ibu mengeluh? Terlebih Tuhan yang begitu mengasihi umat-Nya: "Sepanjang hari Aku mengulurkan tangan-Ku kepada suku bangsa ... yang menyakitkan hati-Ku" (ay. 2-3). Bangsa Israel menyakiti hati Tuhan dengan menyembah allah lain, melakukan perbuatan jahat dan dengan kesombongan menganggap diri lebih "religius" dari orang lain. Bagaimana dengan kita? Adakah sikap hidup kita yang menyakitkan hati Allah? Bagaimana respons kita, bila kita disadarkan akan dosa-dosa kita?

Keadilan Allah. Pada hari penghakiman manusia akan dipisahkan yaitu: "hamba-hamba-Ku" dan "kamu yang telah meninggalkan Tuhan". Para hamba akan makan, minum, dan bersukacita. Mereka dihargai Allah, diberikan identitas baru, dan diterima dengan baik oleh orang lain. Sebaliknya, "kamu yang telah meninggalkan Tuhan" akan haus, lapar, malu, dan menangis.

Renungkan: Apa yang perlu ditanggalkan agar Anda menjadi hamba-Nya yang setia?

(1.0101525142857) (Yes 65:1) (sh: Wartakan anugerah-Nya (Jumat, 2 September 2005))
Wartakan anugerah-Nya

Wartakan anugerah-Nya "Percuma menjadi orang Kristen, orang yang bukan Kristen justru lebih bermoral," demikian sering kita dengar komentar orang yang menolak ketika diajak untuk percaya kepada Yesus. Komentar manusia itu bisa saja salah, tetapi bagaimana jika komentar senada datang dari Allah?

Bagi Allah, Israel jauh lebih bobrok dan jahat dibanding dengan mereka yang tidak mengenal Allah. Itulah alasan Allah menyatakan diri kepada bangsa-bangsa kafir (ayat 1,2). Israel bukan saja menjauhi Allah dan memesrai berbagai dewa dewi kekejian, bahkan mereka memutarbalikkan moralitas (ayat 4,5). Allah tidak membiarkan kekudusan-Nya dihina oleh umat-Nya. Pedang Allah dihunus untuk membantai mereka yang dalam tindakannya membuktikan kepalsuan mereka (ayat 12). Tindakan kejam Allah ini adalah kebaikan Allah untuk memurnikan dan mengobarkan kerinduan mereka yang sungguh-sungguh melayani Allah (ayat 8-11).

Israel yang menolak dipakai menjadi saksi-Nya akan menuai hukuman. Allah akan menyatakan siapa Diri-Nya di hadapan segala bangsa (ayat 6-7). Kesusahan dahsyat akan dialami orang yang menolak menyembah-Nya, tetapi kebaikan-Nya akan diterima orang yang takut akan Dia (ayat 13-15). Perbuatan Allah itu bermakna ganda, yakni supaya umat-Nya menyak-sikan keperkasaan-Nya dan supaya bangsa-bangsa mengakui kuasa-Nya (ayat 8-12). Kelak, semua orang akan mengakui bahwa Allah Israel adalah Allah sejati. Nama-Nya akan diingat dan disebut orang yang mencari Allah sejati (ayat 16).

Orang Kristen harus berbeda dari orang yang belum mengenal Yesus! Beda bukan karena orang Kristen lebih baik atau diistimewakan Tuhan, tetapi karena karya penyelamatan Yesus. Orang Kristen memiliki Tuhan yang diabdinya sepenuh hati. Dia adalah pusat hidupnya. Dia hadir menguduskan dan memperbarui terus hidup kita. Roh Allah terus-menerus membuat perbedaan bahkan antara Kristen yang sungguh taat kepada-Nya dari yang hanya namanya saja Kristen.

Renungkan: Jika Ia Tuhanku, hamba siapakah aku?

(1.0101525142857) (Yes 65:17) (sh: Langit dan bumi baru (Kamis, 6 Mei 1999))
Langit dan bumi baru

Langit dan bumi baru. Seluruh ciptaan telah berdosa (Kej. 3), maka pembaharuan yang akan terjadi meliputi seluruh ciptaan, baik manusia maupun alam semesta. Ciri-ciri Yerusalem baru adalah: (1) sukacita, kegirangan dan kesukaan, dan tidak ada kebusukan; (2) kemakmuran, hasil buminya akan sangat tinggi karena manusia menikmati hasil pekerjaannya (ay. 21-24; bdk. Kej. 3:17: "dengan susah payah engkau akan mencari rezekimu"); (3) Damai sejahtera dalam diri dan dalam hubungan antar manusia. Persekutuan umat terwujud sempurna karena hak perseorangan dan penghayatan persekutuan tidak bertentangan, melainkan bertumbuh terpadu dan harmonis. Komunikasi spontan dan penuh terjadi antara Allah dan manusia.

Pemulihan yang akbar dan dahsyat. Langit dan bumi baru merupakan janji pemulihan dan pembaruan yang akbar dan dahsyat. Kepastiannya dijamin oleh Sang Pencipta yang Maha Besar dan Agung, melalui karya Yesus Kristus. Kini, kita sedang menantikan penggenapan sempurna. Sebelum masa itu tiba, nantikanlah langit dan bumi baru itu dengan penghayatan iman, pengharapan, dan kesetiaan penuh kepada Allah.

Renungkan: Isilah hari-hari penantian penggenapan dalam hidup kita dengan semangat dan gairah menatap ke depan yang penuh pengharapan dan cita-cita.

(1.0101525142857) (Yes 66:1) (sh: Berfokus kepada Tuhan (Sabtu, 21 Desember 2013))
Berfokus kepada Tuhan

Judul: Berfokus kepada Tuhan
Satu hal yang dibanggakan orang Israel adalah Bait Allah yang megah. Namun Tuhan mengingatkan, seperti doa Raja Salomo saat penahbisan Bait Suci (1Raj. 8:27), bahwa bait itu tak ada artinya untuk Tuhan karena segala sesuatu di alam semesta ini adalah milik-Nya.

Dalam perikop ini, Yesaya sekali lagi mengangkat tema tentang penyembahan yang salah. Ia mengingatkan rakyat Yehuda bahwa tak ada gunanya mencoba menyogok Tuhan dengan kebaikan-kebaikan dan ritual keagamaan kalau hati mereka tidak dengar-dengaran akan Tuhan yang melihat menembus tindakan kita langsung ke lubuk hati terdalam.

Yesaya 66:2 menggaungkan penyataan diri Tuhan pada Yesaya 57:15. Ia ingin umat-Nya mengenal betul siapa Dia sehingga dari pengenalan itu akan lahir hati yang baru, yang selaras dengan pribadi-Nya. Sebagaimana Ia adalah Allah yang "bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, " maka seyogianya orang-orang yang telah ditebus-Nya juga berbuat hal yang sama. Jika kita sungguh mengenal Allah yang kita sembah, maka apa yang menyenangkan hati-Nya akan menyenangkan hati kita; sebaliknya, apa yang mendukakan hati-Nya akan mendukakan hati kita juga.

Mengikut jalan kebenaran bukanlah pilihan yang populer. Orang-orang terdekat kita pun bisa menjadi jerat untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Pada ayat 5, Tuhan memberikan peneguhan kepada anak-anak-Nya yang "gentar kepada firman-Nya" agar tetap menjaga fokus yang tunggal kepada Dia kendati cobaan hidup datang merayu kita agar memilih kenikmatan dunia, kehormatan, dan ketenaran, ketimbang mengikut jalan Tuhan. Berhati-hatilah! Hal ini bisa terjadi baik di tengah dunia maupun di dalam gereja sekalipun. Si Jahat dengan berbagai cara akan memakai tipu dayanya agar kita berfokus pada hasil sebagai bukti penyertaan Tuhan (5). B. Chapell mengingatkan, "Kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan bukan cuma ketika kita harus mengorbankan segalanya, tetapi juga ketika [karya kita] tampaknya tidak mengubah apa pun."

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(1.0101525142857) (Yer 1:11) (sh: Yeremia-yeremia Indonesia (Sabtu, 26 Agustus 2000))
Yeremia-yeremia Indonesia

Yeremia-yeremia Indonesia. Walter Brueggemann pernah mengatakan bahwa Injil seringkali hanya dipandang sebagai berita yang mewartakan kesukacitaan, kedamaian, dan kabar baik bagi manusia sehingga seolah-olah Injil diyakini tidak mengandung berita yang menggoncangkan, meresahkan, dan mengancam kehidupan manusia. Itulah pemahaman yang salah tentang Injil.

Berita yang harus disampaikan oleh Yeremia kepada bangsa Yehuda mendukung pernyataan di atas. Berita itu sangat menyakitkan, meresahkan, dan mengancam mereka (14-16). Bagaimana mungkin bangsa pilihan Allah akan dihancurkan oleh bangsa-bangsa kafir? Berita yang mengusik kemapanan, menggoncang 'status quo', menjungkirbalikkan konsep-konsep yang sudah dianut masyarakat, hanya mendatangkan risiko yang tidak kecil bagi sang pembawa berita, mungkin nyawa pembawa berita itu menjadi taruhannya. Itulah sebabnya Yeremia gentar karena ia memahami risiko ini (17).

Allah pun sudah memahami reaksi apa yang akan ditunjukkan oleh Yeremia. Karena itu Allah menggunakan berbagai cara untuk menyentuh seluruh aspek pribadinya seperti fisik, imaginasi, intelektual, dan perasaan. Karena itu Allah menggunakan sentuhan fisik (9), permainan kata (11, 12), lambang-lambang dalam penglihatan (11, 13), puisi (15, 6), metapora-metapora yang membesarkan hati (18-19). Walau tidak disebutkan bagaimana akhirnya Yeremia bersedia memenuhi panggilan-Nya, namun pasal-pasal berikutnya menceritakan bagaimana ia menyatakan suara-Nya. Allah telah berhasil meyakinkan Yeremia betapa pentingnya berita bencana itu harus disampaikan kepada Yehuda supaya mereka nantinya dapat kembali menjadi umat pilihan Allah yang kudus dan taat. Yeremia terus mewartakan suara Allah walau tidak ada yang mendengar, walau dibuang dalam pengasingan, bahkan nyawanya menjadi taruhan.

Renungkan: Kristen harus berperan seperti Yeremia di bumi Indonesia: mewartakan kebenaran yang akan membuat telinga para pejabat yang korupsi merah, membuat para pemimpin masyarakat yang menyalahgunakan kekuasaan seperti orang kebakaran jenggot, membuat para orang kaya yang kolusi dengan pejabat tidak bisa tidur nyenyak. Untuk itu mintalah agar Allah menyentuh seluruh aspek kepribadian Anda agar tetap berani dan tak henti-hentinya bersuara.

(1.0101525142857) (Yer 3:1) (sh: Kerohanian bunglon (Selasa, 29 Agustus 2000))
Kerohanian bunglon

Kerohanian bunglon. Firman yang tercatat dalam perikop ini diberitakan pada saat raja Yosia mengadakan pembaharuan rohani bangsanya. Pembaharuan ini dapat kita lihat secara jelas dalam 2Taw. 34-35. Yosia memperbaiki bait Allah dan kembali memulai ibadah di sana. Ketika kitab Taurat ditemukan kembali, Yosia menyerukan pertobatan nasional bangsa Yehuda. Ia menyelenggarakan kembali perayaan Paskah yang sudah lama tidak diselengarakan. Namun pembaharuan rohani itu tidak benar-benar menyentuh hati bangsa Yehuda.

Kegagalan itu digambarkan oleh Yeremia dalam kutipan yang diambil dari hukum Taurat. Seseorang yang sudah menceraikan istrinya dapat menikah lagi, namun tidak dapat menikahi istri pertamanya lagi jika salah seorang dari mereka sudah pernah menikah lagi (Ul. 24:1-4). Yehuda adalah seperti seorang istri yang tidak setia. Ia meninggalkan suaminya -- Allah -- dan pergi berzinah dengan orang lain, tidak hanya satu tapi banyak kekasih (1-2). Bagaimana mungkin Sang 'suami' akan kembali kepadanya? Meskipun demikian, Allah tetap mau menerima kembali 'istrinya' -Yehuda- yang tidak setia. Dan Yehuda nampaknya mau berbalik namun tidak dengan kesungguhan hati. Mereka menganggap bahwa ketidaksetiaan mereka dan perzinahan rohani mereka bukanlah masalah besar. Ini terbukti ungkapan yang mereka katakan: Bapaku, Engkaulah kawanku sejak kecil (4). Ungkapan ini biasanya dikatakan oleh seorang istri yang muda kepada suaminya yang lebih tua.

Mereka mau mendengarkan firman Allah ketika diajak oleh raja Yosia (2Raj. 23:2). Mereka juga mau mengikuti suatu ibadah ketika raja Yosia menyelenggarakannya. Tapi setelah semua yang berbau rohani selesai dan kembali ke masyarakat, mereka juga mau berbuat dosa dengan bebasnya. Kerohanian yang diperlihatkan oleh Yehuda adalah kerohanian 'bunglon'.

Renungkan: Anugerah Allah memang tak terhingga. Bahkan pada saat kita sudah mengkhianati-Nya, Dia tetap mau menerima diri kita. Namun kita harus datang kepada-Nya sebagai seorang petobat yang sungguh menyadari dosa-dosa kita. Janganlah datang kepada-Nya dengan sikap memandang enteng dosa, seolah-olah ketidaksetiaan kita kepada-Nya tidak berarti. Karena sikap yang memandang enteng dosa, adalah akar dari kerohanian bunglon.

(1.0101525142857) (Yer 5:1) (sh: Allah masih menyelidiki (Minggu, 3 September 2000))
Allah masih menyelidiki

Allah masih menyelidiki. Allah memerintahkan Yeremia memeriksa seluruh rakyat Yehuda apakah ada orang-orang yang melakukan keadilan dan kebenaran (1). Yeremia tidak dapat menemukan seorang pun (2-3). Bagaimana dengan kalangan pembesar yang tentunya mengenal jalan dan hukum Tuhan (4-5)? Jawabannya tetap sama yaitu tidak ada seorang pembesar pun yang melakukan apa yang benar. Integritas mereka telah rusak (1). Semua telah terjerumus ke dalam dosa seksual yang dalam dan menghancurkan kehidupan rumah tangga serta masyarakat (7-8). Karena itu bangsa Yehuda tidak mungkin luput atau lari dari hukuman Allah. Mereka harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka di hadapan Allah (9-17). Inilah isu utama yang diketengahkan Yeremia dalam perikop ini.

Dalam zaman modern sekarang ini, apakah perintah Allah kepada Yeremia ini masih bermakna? Apakah Allah masih memeriksa masyarakat zaman sekarang seperti yang pernah Ia lakukan terhadap bangsa Yehuda? Apakah hubungan bangsa Yehuda dengan Allah sebagai umat pilihan-Nya dapat disamakan dengan hubungan Allah dan bangsa Indonesia misalnya? Jawaban untuk ketiga pertanyaan di atas adalah ya. Sebab yang menjadi tekanan utama dalam masalah pertanggungjawaban di sini bukanlah masalah penyembahan berhala ataupun tata ibadah yang salah, melainkan masalah moralitas pribadi dan masyarakat. Bukankah setiap manusia mempunyai hati nurani yang akan menuntunnya melakukan yang baik atau menuduhnya bila melakukan tindakan yang menyimpang dari hati nuraninya (Rm. 2 :15-16)? Karena itu setiap manusia tidak dapat lari atau menghindar dari pertanggungjawaban moralitas di hadapan Allah. Renungkan: Siapa pun kita, atau apa pun kedudukan kita, Allah menuntut pertanggungjawaban moral dari setiap kita, tanpa kecuali. Bacaan untuk Minggu ke-12 sesudah Pentakosta

1Raja-raja 19:9-16 Roma 9:1-5 Matius 14:22-33 Mazmur 85:8-13 Lagu: Kidung Jemaat 25

(1.0101525142857) (Yer 7:1) (sh: Bukan simbol tapi kekudusan (Kamis, 7 September 2000))
Bukan simbol tapi kekudusan

Bukan simbol tapi kekudusan. Allah memerintahkan Yeremia untuk berkhotbah di pintu gerbang rumah Tuhan kepada bangsa Yehuda yang datang ke rumah itu untuk beribadah kepada-Nya. Mereka harus bertobat dari pola kehidupan yang kacau dan amburadul. Hidup mereka mempunyai 2 sisi yang tak terpisahkan. Sisi pertama adalah hidup beribadah kepada Allah dengan datang ke bait-Nya. Sisi kedua adalah hidup melakukan ketidakadilan, penindasan, penyalahgunaan kekuasaan, perzinahan, dan penyembahan berhala (3, 5-10). Pola hidup demikian didasarkan pada keyakinan bahwa bait Allah adalah lambang kehadiran Allah, dan datang ke bait-Nya memberikan jaminan bahwa Allah tetap bersama dan memelihara mereka, tidak peduli apa pun dosa-dosa yang telah mereka lakukan (10). Bangsa Yehuda bukan lagi beriman kepada Allah yang berpribadi ketika mereka menjalankan ibadahnya, namun mereka beriman kepada sistem, simbol-simbol, tradisi, maupun tata cara ibadah mereka sendiri (8-10). Bagi kelangsungan hidupnya mereka mengandalkan dan bergantung kepada sistem dan tata cara ibadah yang dibuat oleh manusia. Relasi telah diganti dengan sistem dan seremoni manusia.

Allah menentang itu semua. Bukankah Silo dimana Tabut Perjanjian Allah ditempatkan juga sudah dihancurkan dan Tabut Perjanjian Allah dirampas oleh orang Filistin? Karena bangsa Israel mengira bahwa dengan adanya Tabut Perjanjian maka hidup mereka akan tetap penuh damai sejahtera, walaupun hidup mereka telah menyimpang dari firman-Nya.

Apa arti khotbah Yeremia bagi misi dan peran Kristen di Indonesia? Hanya menjadikan bangsa Indonesia beragama Kristen saja tidak cukup. Allah menuntut kekudusan hidup bukan sekadar hidup beragama. Kekristenan tanpa kekudusan adalah sia-sia. Kekristenan yang demikian hanya akan mendatangkan penghukuman Allah. Namun kesalahan ini sering terjadi di dalam gereja Tuhan. Aktivis gereja menyangka bahwa dengan ber-PI secara gencar untuk Tuhan akan membebaskannya dari tanggung jawab moral.

Renungkan: Kristen harus memaparkan kebenaran. Namun pemaparan kebenaran tanpa kekudusan adalah penghujatan dan pelecehan kepada Allah yang Maha Kudus

(1.0101525142857) (Yer 7:29) (sh: Berhala yang kosong dan tak berdaya (Sabtu, 9 September 2000))
Berhala yang kosong dan tak berdaya

Berhala yang kosong dan tak berdaya. Bangsa Yehuda memilih berhala daripada Allah. Ini merupakan pelecehan terhadap kekudusan bait-Nya dan penolakan akan kedaulatan Allah. Mereka juga secara terang-terangan mendirikan bukit pengorbanan dan membakar anak-anak mereka untuk dipersembahkan kepada dewa Molekh. Pilihan itu membawa konsekuensi yang sangat dahsyat. Pertama, mereka kehilangan identitas sebagai sebuah bangsa sebab mereka telah ditolak dan dibuang oleh Allah. Karena itu bangsa Yehuda diperintahkan untuk mencukur rambut dan membuangnya (29), yang melambangkan bahwa bangsa Yehuda sudah najis dan tidak lagi dikhususkan bagi Allah (Bil. 6:2-8 dan Hak. 16:15-22). Karena itu mereka mengangkat ratapan di bukit-bukit gundul tempat pemujaan berhala-berhala kafir memohon pertolongan para berhala. Kedua, mereka akan ditimpa kengerian yang luar biasa sebab apa yang mereka puja dan sanjung justru menjadi tempat pembuangan mayat mereka (32-33). Ketiga, kehidupan masyarakat menjadi tidak normal sebab tanda-tanda kehidupan yang normal seperti suara kegirangan, suara sukacita, dan suara pengantin laki-laki dan perempuan sudah lenyap (34). Keempat, penghinaan total yang sangat menyakitkan akan mendera mereka sebab tulang-belulang mereka yang sudah mati akan dikeluarkan dari kubur dan diserakkan di depan dewa-dewa yang dulu mereka sembah dan puja (8:1-2). Konsekuensi itu tidak terelakkan sebab berhala yang mereka sembah dan agungkan ternyata hanya kosong belaka, tidak mampu berbuat apa-apa bagi bangsa Yehuda, ketika tempat kudusnya dipakai sebagai pembuangan mayat, dan ketika tulang-belulang pengikutnya dibiarkan berserakan.

Berhala zaman sekarang mempunyai bentuk yang lebih menggiurkan dan menggoda seperti harta, karier, dan kekuasaan. Banyak Kristen mengorbankan anaknya demi uang dan karier. Praktik bisnis duniawi yang kotor dan penuh kelicikan dijalankan di gereja demi posisi dan harta. Namun harus diingat bahwa semua berhala itu kosong tak berdaya.

Renungkan: Dapatkah keluarga yang hancur berantakan diutuhkan kembali dengan uang berlimpah? Dapatkah rasa malu dan terhina karena ulah anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian orang-tua disembunyikan di belakang kedudukan tinggi?

(1.0101525142857) (Yer 9:12) (sh: Setiap kristen adalah seorang pengamat (Selasa, 12 September 2000))
Setiap kristen adalah seorang pengamat

Setiap kristen adalah seorang pengamat. Sejak krisis ekonomi yang diikuti dengan pergolakan politik melanda negara kita, tiba-tiba bermunculanlah para pengamat ahli baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, hingga kriminalitas. Mereka berlomba-lomba mengutarakan hasil pengamatan dan analisa tentang berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia melalui media massa. Pengamatan mereka selalu berkisar pada alasan-alasan rasional maupun psikologis yang melatarbelakangi terjadinya berbagai insiden dan pergolakan dalam masyarakat. Kemudian mereka pun mencoba mengajukan gagasan-gagasan yang cemerlang untuk menanggulangi dan memperbaiki situasi dan kondisi negara kita. Apa hasilnya? Nol besar! Apakah mereka kurang pandai dan kurang pengalaman? Tidak, sebab mereka semua adalah sarjana-sarjana dan tidak sedikit yang bergelar doktor. Pengalaman mereka pun segudang. Tetapi mengapa belum ada hasilnya?

Allah bertanya kepada bangsa Yehuda adakah orang bijak yang dapat menjelaskan mengapa keadaan bangsa Yehuda begitu terpuruk dan mengenaskan (12)? Namun tidak ada yang dapat menjelaskan. Penyebab utama keterpurukan bangsa Yehuda adalah kesombongan mereka. Mereka tidak lagi mengakui firman Tuhan sebagai penuntun hidup mereka (13-14). Bangsa Yehuda tidak mengetahui sumber masalah mereka sebab tidak ada di antara mereka yang menerima firman mulut-Nya (13).

Mengetahui sumber sebuah masalah sangat penting bagi penyelesaiannya. Seperti Yeremia, ia tahu persis sumber permasalahan bangsa Yehuda, maka ia dapat memberikan gagasan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah Yehuda. Ia mendesak seluruh bangsa Yehuda untuk meratap kepada Allah, dari anak-anak hingga orang dewasa sebagai tanda penyesalan dan pertobatan sejati (17-20). Allah akan mengampuni dan memulihkan Yehuda. (15-16, 20-22). Karena itulah Allah menegaskan bahwa jika manusia hendak bermegah biarlah ia bermegah karena mengenal Dia. Itulah kunci keberhasilan menjalani kehidupan di bumi ini dengan baik (23-24).

Renungkan: Indonesia membutuhkan pengamatan Anda yang memiliki firman kebenaran-Nya. Karena itu, amatilah masyarakat kita dalam terang firman-Nya dan nyatakan gagasan-gagasan yang berdasarkan firman-Nya di dalam masyarakat dimana Anda tinggal.

(1.0101525142857) (Yer 11:1) (sh: Komitmen karena penebusan (Jumat, 15 September 2000))
Komitmen karena penebusan

Komitmen karena penebusan. Firman Tuhan ini disampaikan oleh Yeremia tepat setelah hukum Taurat ditemukan di bait Allah (2Raj. 22). Walaupun raja Yosia sedang berusaha keras mengadakan pembaharuan bagi bangsanya, Allah tetap mengutus nabi Yeremia untuk mengingatkan bangsa Yehuda tentang peristiwa sejarah di gunung Sinai ketika nenek moyang mereka membuat perjanjian dengan Allah, setelah dibebaskan dari perbudakan tanah Mesir (3-5). Di dalam perjanjian itu terdapat jalan kehidupan bagi umat pilihan. Jika mereka mentaati dan menyembah Allah dengan segenap hati, maka Allah akan memberkati mereka secara materi dan rohani dengan berkelimpahan.

Setelah mengingatkan, Yeremia juga diutus Allah untuk menegur bangsa Yehuda secara keras sebab mereka telah mengingkari perjanjian yang dibuat-Nya dengan nenek moyang mereka. Mereka tidak taat kepada Allah dan telah memenuhi Yerusalem dengan berhala-berhala (6-10,13). Maka mereka akan ditimpa malapetaka yang didatangkan Allah atas mereka dan mereka tidak dapat menghindar atau membela diri lagi sebab Allah bertindak berdasarkan perjanjian (11-12, 17). Oleh sebab itu Yeremia dilarang untuk berdoa bagi bangsanya sebab semuanya sudah terlambat (14). Ketidaktaatan adalah jalan menuju kehancuran bagi umat pilihan Allah. Nazar-nazar dan daging- daging suci tidak akan pernah dapat menyelamatkan mereka (15). Sebab itu semua hanyalah lambang ritual keagamaan saja. Allah menuntut komitmen moral dan rohani secara total dalam perjanjian itu.

Betapa bersyukurnya kita yang hidup di dalam anugerah Allah. Sebab jalan kehidupan kita adalah Yesus Kristus sendiri. Jalan menuju kematian telah tertutup bagi mereka yang berada di dalam-Nya. Namun Kristen tidak boleh menjalani kehidupan sesuai kehendaknya sendiri. Sebab jika bangsa Yehuda yang hanya ditebus dari perbudakan Mesir, dituntut untuk mempunyai kehidupan spiritual dan moral yang sesuai dengan kehendak-Nya, tentunya Kristen yang sudah ditebus dari dosa maut dengan darah Anak Tunggal-Nya harus hidup berpadanan dengan pengorbanan-Nya tanpa perlu dituntut.

Renungkan: Seperti bangsa Yehuda yang harus diingatkan dan ditegur, hendaklah kita saling mengingatkan dan menegur agar hidup kita semakin serupa dengan Dia.

(1.0101525142857) (Yer 12:1) (sh: Mengeluh namun tidak menyalahkan (Minggu, 17 September 2000))
Mengeluh namun tidak menyalahkan

Mengeluh namun tidak menyalahkan. Yeremia mengakui siapa dirinya di hadapan Allah, maka dengan penuh kerendahan hati ia datang kepada Allah yang benar. Ia tahu kepada siapa mengadukan keluhannya tentang keadilan Tuhan, dan ia pun menyadari siapa dirinya yang tidak layak sedikit pun untuk mempertanyakan keadilan Tuhan (1). Namun keluhan Yeremia ini tidak bermaksud menyalahkan Tuhan tetapi karena ia membutuhkan jawaban dan penjelasan dari Tuhan, sumber keadilan.

Yeremia membandingkan hidupnya dengan orang fasik yang hidupnya jauh lebih baik dari dirinya. Mereka berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah (2), lalu apa bedanya dengan orang benar? Pertanyaan Yeremia ini mungkin juga mewakili pertanyaan Kristen lainnya, yang menyaksikan betapa makmurnya hidup orang fasik di tengah penderitaan orang benar. Kemudian Yeremia meminta Tuhan memberlakukan keadilan-Nya dengan menarik mereka ke luar dari bilangan orang benar, sebagai domba sembelihan yang akan dikorbankan (3), karena Yeremia tak tahan melihat negeri yang hampa dan segala ciptaan Tuhan musnah karena kejahatan mereka (4). Bagaimana Tuhan menanggapinya?

Tuhan mengatakan bahwa Yeremia seperti seorang pelari yang sedang bertanding dengan seorang pejalan kaki (5a). Dengan demikian ia seharusnya menjadi pemenang. Bila dengan seorang pejalan kaki saja ia sudah menyerah kalah, bagaimana dengan pertandingan selanjutnya yakni melawan kuda (5b)? Tuhan tidak bermaksud meremehkan Yeremia, tetapi Ia menyadarkannya bahwa apa yang dialaminya belum seberapa, karena kekuatan Tuhan tersedia baginya, bahkan dalam pergumulan yang lebih berat sekalipun.

Renungkan: Tuhan tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang datang kepada-Nya dengan kemurnian hati, tetapi pertimbangkanlah sebelum mengeluh: 'Apakah ada maksud menyalahkan Tuhan?' Bila ya, tidak selayaknya kita melakukannya.

(1.0101525142857) (Yer 13:15) (sh: Satu kali pun sudah terlalu banyak (Rabu, 20 September 2000))
Satu kali pun sudah terlalu banyak

Satu kali pun sudah terlalu banyak. Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker dan serangan jantung. Bahkan dalam setiap bungkus rokok, selalu ada peringatan tentang bahaya merokok. Namun apakah ilmu pengetahuan dan peringatan itu membuat orang berhenti merokok? Tidak! Jadi apakah mereka tidak takut mengidap kanker atau terkena serangan jantung?! Tapi mengapa mereka masih merokok? Pertama, mereka mengeraskan hati melawan peringatan itu. Kedua, merokok sudah menjadi kebiasaan yang tidak mudah untuk diubah.

Kondisi ini serupa dengan yang terjadi dalam kehidupan bangsa Yehuda. Mereka bersikeras melawan Allah terus-menerus (15-17), tidak terbuka, dan tunduk kepada Allah, walaupun Allah sudah berkali-kali memperingatkan mereka untuk bertobat (15-17, 21). Kesombongan ini memacu dan memimpin bangsa Yehuda untuk terus-menerus berbuat dosa sehingga menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan (23). Akhirnya mereka tidak tahu lagi bagaimana berbuat baik. Karena itulah mereka akan mengalami pembuangan (18-19), bencana (20-21), dihamburkan seperti sekam (24), dan dilecehkan di hadapan bangsa-bangsa lain (26). Semua yang akan menimpa bangsa Yehuda ini bukan merupakan sebuah kemungkinan tapi merupakan bagian yang pasti dari masa depan mereka (25).

Apakah seringkali kita sengaja mengeraskan hati melawan firman Allah, walaupun dalam pembacaan Alkitab setiap hari ataupun dalam ibadah hari Minggu selalu diperingatkan oleh Allah untuk berhenti berbuat dosa? Dalam menjalankan usaha kita, meniti karier, maupun pergaulan sehari-hari, kita seringkali sengaja melanggar norma-norma dan etika-etika yang sudah Allah tetapkan. Alasannya agar bisnis kita berhasil, karier kita menanjak, dan kita mempunyai banyak teman. Atau seringkali kita beralasan 'Ah hanya sekali saja, karena keadaan memaksa'.

Renungkan: Berhati-hatilah! Ada satu biasanya ada dua, ada dua ada tiga, dan seterusnya, sehingga kita tidak bisa tidak melakukan dosa dalam menjalankan bisnis, meniti karier, maupun bergaul. Akibatnya dosa menjadi kebiasaan dan mengaburkan perbuatan baik serta kejujuran. Karena itulah satu kali melanggar firman-Nya berakibat terlalu banyak berbuat dosa.

(1.0101525142857) (Yer 14:17) (sh: Kristen, pemerintah, dan bangsanya (Jumat, 22 September 2000))
Kristen, pemerintah, dan bangsanya

Kristen, pemerintah, dan bangsanya. Mengapa Allah begitu tega menghabisi umat-Nya sehingga menimbulkan kengerian bagi bangsa-bangsa lain (15:3-4)? Yeremia sendiri pun berduka karena penderitaan yang tak kunjung reda yang akan dialami oleh puteri bangsanya. Tidak ada seorang pun yang akan luput dari penghukuman itu (17-18). Kemana pun mata memandang pasti akan dijumpai mayat-mayat yang bergelimpangan, baik karena pedang ataupun kelaparan. Para nabi dan imam seakan-akan berada di negeri yang tidak dikenal. Sebab kondisi dan situasinya jauh berbeda sebelum bangsa Yehuda mengalami penghukuman Allah.

Kita juga dapat mendengar bangsa Yehuda yang berteriak-teriak, menolak percaya bahwa Allah telah sungguh-sungguh meninggalkan mereka (19). Teriakan pengakuan dosa mereka, permohonan untuk tidak dihukum, dan agar Allah mengingat perjanjian dengan mereka, tidak lagi dipedulikan oleh Allah (20-21). Bahkan pertobatan yang dinyatakan dengan pengakuan bahwa Allahlah satu-satunya sumber pengharapan dan kehidupan mereka juga tidak didengar oleh-Nya (22). Allah tetap tidak akan membatalkan atau menunda penghukuman-Nya sekalipun Musa dan Samuel ada di tengah-tengah mereka (15:1). Tidak ada pilihan bagi masa depan bangsa Yehuda selain kehancuran. Pilihan yang tersedia bagi mereka hanyalah maut, pedang, kelaparan, atau menjadi tawanan.

Mengapa semua itu harus terjadi? Karena dosa yang dilakukan oleh Manasye, raja Yehuda terhadap dirinya dan seluruh bangsanya sungguh amat jahat, melebihi apa yang dilakukan oleh bangsa Amori yang bukan umat pilihan Allah (lihat kembali 2Raja 21:1-16). Negara yang diperintah oleh raja yang tidak takut akan Tuhan hanya akan mendatangkan malapetaka dan penderitaan bagi rakyatnya.

Pemerintahan seperti apa yang kita miliki sekarang? Sepak terjang dan tingkah laku para pemimpin bangsa ini pasti akan membawa dampak bagi seluruh rakyat.

Renungkan: Kristen mempunyai dua tanggung jawab. Pertama, berdoa bagi mereka sebelum kejahatan dan kebobrokan moral mereka terlalu jauh tersesat sehingga bangsa kita tidak punya pilihan lain kecuali kehancuran. Kedua, suarakan kebenaran dan keadilan melalui saluran dan cara yang dapat dipertanggungjawabkan.

(1.0101525142857) (Yer 17:1) (sh: Dosa dan respons terhadap kebenaran (Senin, 25 September 2000))
Dosa dan respons terhadap kebenaran

Dosa dan respons terhadap kebenaran. Melalui Yeremia, Allah menegaskan kepada bangsa Yehuda 3 dosa mereka yang mendatangkan bencana dan malapetaka. Pertama, dosa sudah terukir dalam hati bangsa Yehuda (1-4). Ini menggambarkan dan menunjukkan apa yang terjadi di dalam kehidupan batiniah yang menjadi pusat kepribadian mereka. Tidak ada tanda atau goresan sedikit pun pada hati mereka yang menandakan suatu respons yang baik terhadap firman-Nya. Apa yang tergores sangat dalam di dalam hati mereka hanyalah dosa (1). Kedua, mereka lebih mengandalkan manusia daripada Allah (5-8). Ketiga, hati bangsa Yehuda sudah sedemikian bobrok dan korup sehingga tidak mungkin diperbaharui lagi (9-13). Hati mereka secara terus-menerus berpaling kepada dosa. Karena itu Allah tidak dapat dipersalahkan jika Ia mendatangkan malapetaka dan bencana besar atas bangsa Yehuda yang hidup moral, sosial, dan spiritualnya sudah bobrok dan amburadul.

Namun bangsa Yehuda bukannya segera menangisi dan menyesali dosa-dosanya serta memohon belas kasihan-Nya, sebaliknya mereka mengolok-olok Yeremia dan firman-Nya yang ia beritakan. Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka sudah tidak takut lagi terhadap penghukuman Allah, bahkan cenderung menantangnya (15). Mereka juga menuduh Yeremia mengada-ada dan senang jika bangsanya ditimpa bencana dan malapetaka (16). Bahkan mereka mengancam keselamatan Yeremia sehingga menyebabkan Yeremia berteriak minta tolong kepada Allah agar membela dan melindunginya (14, 17-18).

Respons bangsa Yehuda terhadap Yeremia adalah buah yang pasti dari hati manusia yang sudah dikuasai dan dibutakan oleh dosa. Bukankah ini juga yang terjadi dan yang kita lihat di sekeliling kita saat ini? Mereka yang secara terang-terangan terlibat dalam tindak kejahatan korupsi tingkat tinggi dan kejahatan terhadap hak azasi manusia justru dapat berbalik mengancam dan menyerang pembela-pembela kebenaran, bahkan menimbulkan gejolak politik dan sosial di negara ini.

Renungkan: Akankah kita takut dan berdiam diri menghadapi respons yang justru mengancam dan menyerang? Kita mungkin takut, berteriak-teriak kesakitan, dan meratap kepada Allah mohon perlindungan, namun itu bukan alasan berdiam diri dan membiarkan dosa terus menguasai seluruh anak bangsa.

(1.0101525142857) (Yer 17:19) (sh: Terbaik di antara yang baik (Selasa, 26 September 2000))
Terbaik di antara yang baik

Terbaik di antara yang baik. Bila dibandingkan dengan dosa-dosa lain yang dilakukan oleh Yehuda, mengapa Allah memerintahkan Yeremia memfokuskan khotbahnya pada masalah pengudusan hari Sabat? Sudah pasti penyembahan berhala yang dilakukan oleh bangsa Yehuda jauh lebih buruk dibandingkan dengan membawa barang-barang pada hari Sabat. Juga sudah pasti bahwa masalah kebobrokan moral bangsa Yehuda jauh lebih serius dibandingkan dengan melakukan suatu pekerjaan di hari Sabat. Namun khotbah Yeremia tentang pengudusan hari Sabat dan janji berkat yang akan Allah berikan kepada bangsa Yehuda jika mereka taat kepada Allah (24-26), merupakan sebuah ujian. Jika bangsa Yehuda memprioritaskan Allah pada hari Sabat, mereka juga akan memprioritaskan Allah di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kegagalan mereka untuk memuliakan dan menghormati Allah pada hari yang sudah ditetapkan, merupakan bukti bahwa seluruh nilai-nilai yang mereka pegang adalah nilai-nilai yang tidak berdasarkan pada kebenaran Allah.

Kristen masa kini pun harus memberikan prioritas pertama untuk beribadah ke gereja pada hari Minggu serta menguduskannya dan untuk mempunyai waktu bersekutu dengan-Nya secara pribadi melalui doa dan perenungan firman-Nya. Ketika kita memberikan prioritas pertama bagi Allah, maka bidang-bidang lain akan mengikutinya.

Namun mengkhususkan dan menguduskan hari Minggu bukanlah keputusan yang mudah dan sepele bagi Kristen yang hidup di kota besar, terlebih bagi mereka yang sudah menikah dan berkeluarga. Hari Senin hingga Jumat mereka disibukkan urusan pekerjaan dan kantor hingga larut malam. Hari Sabtu biasanya digunakan untuk ke bengkel, atau memperbaiki peralatan atau perabotan rumah yang rusak. Satu-satunya hari yang tersisa bagi keluarga untuk berkumpul dan bercengkerama hanyalah hari Minggu. Kristen di kota besar sering diperhadapkan pada pilihan yang sulit yaitu memilih yang terbaik dari yang baik.

Renungkan: Berkumpul bersama keluarga maupun menguduskan hari Minggu adalah kewajiban dan pelayanan yang harus ditunaikan dengan sungguh. Karena itu tidak ada pilihan lain selain mengurangi aktivitas di hari biasa untuk berkumpul bersama keluarga sehingga dapat memprioritaskan Allah di hari Sabat-Nya.

(1.0101525142857) (Yer 18:1) (sh: Tukang periuk Illahi (Rabu, 27 September 2000))
Tukang periuk Illahi

Tukang periuk Illahi. Yeremia diutus pergi ke tukang periuk dan memperhatikan bagaimana ia bekerja. Ketika bejana yang sedang dibentuknya rusak atau mempunyai cacat, bejana tersebut dihancurkan menjadi tanah liat kembali, kemudian dibentuk ulang agar menjadi bejana yang lebih baik (1-4). Allah memberitahukan Yeremia bahwa Ia akan bertindak terhadap Yehuda seperti tukang periuk itu terhadap bejana tanah liatnya. Ia akan membentuk bangsa Yehuda terus-menerus melalui penghukuman dan pembaharuan, hingga menjadi bangsa pilihan sesuai kehendak-Nya (5-10). Yeremia segera mewartakan berita ini kepada seluruh Yehuda dan mendesak mereka untuk bertobat. Namun bangsa Yehuda bersikeras bahwa semua sudah terlambat dan tetap tidak mau mengubah jalannya (11-12).

Alam secara konsisten mengikuti pola kehidupan yang sudah ditentukan Allah (14). Namun bangsa Yehuda telah meninggalkan pola kehidupan yang sudah Allah sediakan bagi mereka. Bangsa Yehuda seperti bejana tanah liat yang rusak sehingga harus dihancurkan ( 16-17), untuk kemudian dibentuk dan diperbaharui lagi menjadi bangsa yang sesuai rencana-Nya. Berita yang Allah komunikasikan melalui gambaran pekerjaan tukang periuk bukanlah semata-mata berita tentang kedaulatan Allah namun berita tentang anugerah Allah. Sekalipun umat-Nya membangkang terhadap 'tukang periuk' Illahi namun Allah tetap sudi mengulangi pekerjaan dari awal dan membentuk kembali bangsa pilihan-Nya menjadi periuk yang baik yang sudah Ia rencanakan sejak semula. Bangsa Yehuda yang tetap memberontak kepada Allah dan terlalu terlambat meninggalkan jalannya yang sesat, akan mengalami penderitaan dan penghancuran ketika Babel menyerang. Mereka yang selamat dari penyerangan Babel menjadi 'tanah liat' yang siap dibentuk kembali di tangan-Nya.

Renungkan: Sampai kini pun Allah masih menjadi tukang periuk Illahi bagi kehidupan kita. Ia bekerja melalui berbagai peristiwa yang menyakitkan, menyedihkan, dan menyesakkan, agar terus membentuk kita menjadi bejana indah yang sesuai dengan maksud-Nya. Kita harus senantiasa melembutkan dan tidak mengeraskan hati ketika ditegur karena dosa-dosa kita, sehingga Dia dapat bekerja di dalam diri kita dan menjadikan kita indah pada waktunya.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA