(0.10943883958333) | (Ayb 31:1) |
(sh: Pembelaan terakhir Ayub (Sabtu, 10 Agustus 2002)) Pembelaan terakhir AyubPembelaan terakhir Ayub. Solilokui atau ungkapan perasaan terdalam Ayub melalui perkataan ini (ps. 29-31) ditutup dengan pengakuan bahwa dirinya tidak bersalah (ps. 31). Kembali Ayub menggunakan gaya bahasa seakan dirinya diadili, dan kini ia berkesempatan untuk membela dirinya dalam cara lain. Dalam nas ini hati nurani Ayub tampil ke depan, dan memberikan pertanggungjawaban tentang kehidupannya di hadapan prinsip-prinsip moralitas yang benar. Pertanggungjawaban ini sekaligus juga menjadi pertanyaan kepada Allah (ayat 35), yang telah "mengamat-amati … dan menghitung ..." (ayat 4), dan ketetapan-ketetapan-Nya. Pertanggungjawaban itu diberikan Ayub dalam bentuk rangkaian perkataan, 'jika saya melakukan dosa A maka biarlah B terjadi pada saya.' Para penafsir nas ini menghitung ada empat belas (dua kali tujuh) bentuk dosa yang Ayub nyatakan tidak pernah ia lakukan (dengan kutukan jika dirinya ternyata melakukan dosa tersebut). Angka tujuh dalam PL bermakna kegenapan. Dua kali tujuh menunjukkan kesungguhan Ayub membela perkaranya di hadapan Allah. Hampir semua dosa yang diucapkan Ayub berkaitan dengan etika kehidupan, kecuali satu, mengenai ibadah (menyembah berhala, ayat 26-27). Hal ini menunjukkan Ayub layak menerima pujian dari Allah sebagai orang yang "demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" (ayat 1:8). Yang perlu diperhatikan di sini adalah keteguhan Ayub untuk tetap mempertahankan integritas moralnya, walaupun prinsip pada ayat 2-3, terbukti dalam kehidupan Ayub terjadi sebaliknya. Namun Ayub tetap menjaga integritasnya, bukan karena takut dihukum, atau demi berkat Allah. Ayub telah terpuruk, tetapi ia tetap menjaga kehidupannya. Kini, dari Allah pula Ayub menanti jawaban atas semua pergumulan, kebingungan, dan jeritan hatinya. Renungkan: Apa alasan Anda menjaga moralitas kehidupan Anda? Seharusnya bukan supaya masuk surga, atau demi berkat Tuhan dalam hidup. Tetapi semata karena kerinduan untuk tetap ada dalam hubungan dengan Allah yang benar, betapapun sulit dan membingungkan hidup yang harus dijalani. |
(0.10943883958333) | (Ayb 34:1) |
(sh: Orang pandai yang bodoh (Selasa, 13 Agustus 2002)) Orang pandai yang bodohOrang pandai yang bodoh. Walau Elihu menjamin ingin membela Ayub (ayat 33:32), dalam pasal ini jelas bahwa ia memihak teman-teman Ayub. Masalahnya jelas: dengan mengaku dirinya bersih, Ayub menuduh Allah tidak adil. Karena itu, Ayub harus memohon belas kasihan Allah. Elihu berbicara di muka orang-orang berhikmat yang akan menentukan kebenaran (ayat 1-4). Ia mulai mengajukan kasusnya dengan mengutip tuduhan Ayub kepada Allah (ayat 5-6). Namun, dia menyerang Ayub dengan menyatakan bahwa Ayub hidup tak bermoral (ayat 7-8), sebuah tuduhan yang tidak adil karena tanpa bukti. Ayat 9 menunjukkan keraguan Ayub bahwa hidup dikenan Allah tidak menjamin keadaan akan seperti demikian terus. Maka, Elihu melihat bahwa Ayub bukan hanya menuduh Allah tidak adil, tetapi sedang menghujat Dia. Karena itu, ia mengimbau agar orang-orang (maksudnya Ayub) menjadi berhikmat (ayat 10). Dengan berbagai argumen Elihu menegaskan bahwa Allah tidak mungkin salah dan bahwa manusia mutlak tergantung pada-Nya (ayat 11-15). Setelah itu, Elihu berkata-kata kepada Ayub (ayat 16-37). Bukankah Allah tidak mungkin memerintah bumi kalau Ia jahat (ayat 17)? Allah memakai kekuasaan-Nya untuk kebaikan, menunjukkan Allah yang tidak pilih kasih (ayat 18-20). Ayub, yang sedang kesusahan dan terpuruk dalam debu, sulit mengerti argumen ini. Ucapan Elihu seterusnya tentang penghakiman Allah secara tidak langsung menyindir Ayub. Orang jahat tidak bisa lari dari Allah karena Allah mahatahu dan kesalahan pasti dihukum, dan sebenarnya Elihu menuduh bahwa Ayub menindas orang miskin (ayat 21-30). Bagian ini ditutup dengan keputusan tentang Ayub (ayat 31-37). Ayub telah melakukan dosa kebodohan dan ia harus mengaku dosa dan meminta hikmat kepada Allah. Elihu mengharapkan agar Ayub menerima usulannya agar tidak dihukum. Elihu juga meminta para pendengar lain mendukung pikirannya: Ayub bodoh dan kekerasan hatinya menambah kesalahannya. Renungkan: Orang yang pandai selalu menyadari keterbatasannya. Orang bodoh selalu merasa pandai dan menganggap orang lain bodoh. |
(0.10943883958333) | (Ayb 42:1) |
(sh: Sekali Lagi, Ayub Takjub dan Takzim (Kamis, 22 Desember 2016)) Sekali Lagi, Ayub Takjub dan TakzimSaat ini Ayub berada pada titik nadir dari keadaan hidupnya. Secara fisik, ia menjadi manusia yang tidak mempunyai daya apa pun. Ia telah berusaha membela diri terhadap serangan dan tudingan dari isteri serta keempat sahabatnya. Ayub tidak merasa kalah, tetapi juga tidak bisa merasa menang atas mereka. Saat asyik beradu argumentasi dengan kondisi Ayub, justru kata terakhir Tuhan yang kurang dipedulikan oleh mereka. Mereka hanya berkutat pada kondisi Ayub yang ditafsir sebagai keberdosaan Ayub. Akhirnya, Tuhan mengintervensi perdebatan mereka dan Ia memberikan kata akhir, bukan untuk isteri dan para sahabat Ayub, tetapi untuk Ayub. Yang terjadi, sikap takjub dan takzim Ayub tidak hanya diungkapkan dengan 'menutup mulut' (39:37) dan 'bungkam seribu bahasa', tetapi juga Ayub membuat pengakuan iman, "...Engkau (Tuhan) sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal" (42:2). Berlandaskan pengakuan ini, meskipun Ayub belum melihat nasibnya di kemudian hari, ia sudah bisa bangkit (move on) dari keterpurukan. Ayub tidak lagi memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri dengan segala situasi dan kondisinya, bahkan yang paling buruk sekali pun. Seperti warna putih akan terasa lebih menonjol saat disandingkan dengan warna hitam pekat, begitulah kira-kira pengalaman Ayub. Dengan nada yang berlebihan tetapi jujur, Ayub mengatakan: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" (5). Tindak lanjut pertama yang diambil oleh Ayub adalah menyesali sikapnya dan ia mencabut perkataan yang telah dilontarkannya kepada Tuhan (6). Kata "menyesal" tidak harus selalu diartikan mengakui dosa, tetapi juga dapat bermakna mengubah pikiran (bdk. Kej 6:6). Di sini, Ayub menemukan cara pandang yang baru terhadap hidupnya. "Debu dan abu" menunjukkan pada kesadaran baru Ayub atas keterbatasannya sebagai ciptaan Tuhan. Tuhan berkuasa atas terang dan gelapnya kehidupan orang yang beriman kepada-Nya. [SS] |
(0.10943883958333) | (Mzm 5:1) |
(sh: Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidup (Kamis, 9 Januari 2003)) Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidupMaju dalam Tuhan di tengah masalah hidup. Kejahatan, baik yang ditujukan kepada kita maupun yang terjadi di sekitar kita, pasti menimbulkan penderitaan. Mazmur ini melukiskan langkah mendaki makin mendekat Allah yang justru terjadi di dalam pergumulan orang beriman. Hal pertama yang pemazmur lakukan adalah menyatakan isi hatinya dan keluh kesahnya kepada Allah (ayat 2-4). Hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang riil, bukan teoretis belaka. Doa adalah kebiasaan rohani yang mewadahi komunikasi riil tersebut. Menyadari itu, pemazmur berdoa di pagi hari. Dalam doanya, Ia dengan bebas dapat meninggikan Allah sebagai Raja sambil meminta secara nyata seolah kepada seorang sahabat. Kedua, pergumulan rohani yang dialaminya adalah kesempatan untuk pemazmur mengakarkan keyakinan imannya bahwa Allah konsisten dalam kekudusan-Nya (ayat 5-7). Apa pun kenyataan yang kini dialaminya tidak ia izinkan untuk mengaburkan keyakinan bahwa Allah membalas kejahatan dengan adil dan tegas menolak dosa. Ketiga, pemazmur mengutarakan tekad imannya berdasarkan kasih karunia kekal Allah untuk makin maju dalam hubungannya dengan Allah (ayat 8-9). Keempat, pemazmur memperjelas evaluasinya tentang orang jahat sambil meminta agar Tuhan memperlakukan orang jahat setimpal dengan kejahatan mereka (ayat 10-11). Perhatikan bagaimana pemazmur dengan tajam menilai kondisi hati dan sifat jahat mereka (ayat 10). Dengan demikian permohonannya bukanlah dorongan balas dendam, tetapi dorongan agar kemuliaan Allah dinyatakan (ayat 11). Kelima, akhirnya pemazmur mengutarakan keyakinan imannya bahwa orang benar akan bersukacita sebab Tuhan melindungi dan memberkati 12-13). Renungkan: Tuhan tidak saja melindungi kita saat kita tertekan kejahatan, Ia juga menuntun kita berjalan semakin mesra dengan-Nya. |
(0.10943883958333) | (Mzm 11:1) |
(sh: Tuhan Perlindunganku (Sabtu, 4 Januari 2003)) Tuhan PerlindungankuTuhan Perlindunganku. Menjadi orang Kristen di Indonesia ternyata banyak musuhnya. Orang tidak senang gereja maju, lalu meneror dan membakarnya. Orang tidak senang orang Kristen berhasil, lalu memfitnah atau mempersulit ruang geraknya. Kalau Anda adalah salah seorang yang sedang menghadapi ancaman dan tekanan dari musuh-musuh Kristen, kepada siapakah Anda akan mencari pertolongan? Mazmur 11 merupakan pernyataan keyakinan si pemazmur. Walaupun orang-orang fasik membenci bahkan berupaya menghancurkan dirinya (ayat 2), sampai seakan-akan tidak ada yang dapat dilakukannya untuk menyelamatkan dirinya (ayat 3), pemazmur percaya kepada Tuhan sebagai tempat perlindungannya. Bagaimana mungkin tetap percaya kepada Allah dalam kesulitan hidup? Pertama, sebab Tuhan adalah mahatahu. Ia tahu siapa yang fasik, siapa yang benar (ayat 4-5). Kedua, Tuhan itu adil (ayat 7a), Ia menghukum orang fasik (ayat 6), tetapi berkenan kepada orang benar (ayat 7b). Jadi, pemazmur dapat mempertaruhkan hidupnya kepada Tuhan karena ia tahu Tuhan pasti membela dirinya yang benar terhadap orang fasik yang jahat. Di awal tahun 2003 ini, sepertinya situasi tidak semakin baik bagi Kristen di Indonesia. Namun, keyakinan bahwa Tuhan adil dan akan membalaskan kejahatan orang seharusnya membuat kita bertahan dan berserah kepada Tuhan. Pada saat yang tepat, Tuhan akan bertindak menyelamatkan kita. Percaya kepada Tuhan tidak membuat kita menjadi tidak realistis seperti orang hidup dalam dunia mimpi. Dekat Tuhan kita tidak hanya akan terlindung aman, tetapi kita juga akan beroleh ketajaman melihat dan membaca zaman yang makin jahat ini. Renungkan: Tuhan membalas setiap orang yang fasik dengan hukuman, dan yang benar dengan kehidupan. Dalam persekutuan, atau permusuhankah Anda terhadap Tuhan? |
(0.10943883958333) | (Mzm 15:1) |
(sh: Pertanyaan abadi bagi Kristen (Sabtu, 13 Januari 2001)) Pertanyaan abadi bagi KristenPertanyaan abadi bagi Kristen. Mazmur 15 ini harus dihafalkan oleh Kristen sepanjang hidupnya, sebab Mazmur ini berisi pertanyaan dan jawaban yang senantiasa harus ditanyakan dan dijawab oleh Kristen sepanjang kehidupannya sebagai alat evaluasi. Pertanyaan yang ada dalam mazmur ini sebetulnya tidak perlu diajukan, sebab siapa yang boleh menumpang dalam kemah Allah dan diam di gunung-Nya yang kudus? Siapa yang dapat mempunyai kualitas kehidupan sesuai dengan standar yang dipaparkan oleh pemazmur (ayat 2-5)? Jawabannya adalah tidak seorang pun, kecuali Yesus Kristus dan mereka yang sudah dibenarkan di dalam Dia yaitu Kristen. Jika demikian apakah sekarang Kristen bebas untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri? Tidak! Kristen harus senantiasa berusaha untuk mempunyai gaya hidup seperti yang dipaparkan pemazmur (ayat 2-5), sebab bagaimana mungkin di satu sisi kita bersaksi dan yakin bahwa kita mempunyai persekutuan yang indah dan dekat dengan Allah sedangkan di sisi lain kita melakukan hal- hal yang dibenci oleh-Nya? Karena itu kualitas kehidupan yang dipaparkan oleh pemazmur harus menjadi bahan evaluasi bagi kehidupan kita. Pertama, Kristen harus berusaha keras untuk mempunyai kualitas moral yang tidak bercela dalam kehidupan pernikahan, keluarga, sosial, maupun pribadinya (ayat 2). Di tengah-tengah masyarakat dimana moralitas sudah dikalahkan dengan kepentingan dan keuntungan pribadi, tekad Kristen tidaklah mudah.
Kedua, ia juga harus menegakkan keadilan dan tidak
mengambil untung dari pihak yang lemah (ayat Ketiga, Kristen harus jujur dalam perkataan tanpa syarat dan menggunakan mulut bibirnya untuk membangun orang lain, bukan untuk menjatuhkannya. Renungkan: Marilah kita senantiasa menanyakan kepada diri kita pertanyaan pemazmur ini dan mencoba menjawabnya dengan mengevaluasi kehidupan kita di bawah terang uraian pemazmur. Bagaimanakah kualitas kehidupan kekristenan kita? |
(0.10943883958333) | (Mzm 26:1) |
(sh: Bila orang benar difitnah (Rabu, 26 Februari 2003)) Bila orang benar difitnahBila orang benar difitnah. Mazmur ini dilatarbelakangi oleh peristiwa pengadilan suci, sebagaimana berlaku pada zaman raja-raja. Jika seseorang dituduh bahwa ia telah melakukan kesalahan yang besar dan tak dapat ia buktikan bahwa tuduhan itu tidak beralasan, maka orang itu naik banding kepada Tuhan sebagai Hakim tertinggi. Si tertuduh wajib mengangkat sumpah dengan mengutuk dirinya sendiri jika ternyata tuduhan tersebut benar. Selanjutnya ia harus pergi ke Bait Suci dan mengulang sumpahnya di situ dan Tuhan sendiri bertindak mengadili hamba-Nya dan menyatakan dia bersalah atau tidak, sesuai dengan kenyataan yang diketahui Tuhan sendiri.Pemazmur yang menjadi terdakwa, berpaling kepada Tuhan untuk meminta pembelaan bagi dirinya (ayat 1). Baginya Tuhan adalah sumber keadilan yang akan dapat menyatakan benar tidaknya dirinya (ayat 2). Pemazmur meyakini diri tidak bercela karena selalu berpedomankan Tuhan (ayat 3), menjauhi pergaulan dengan orang- orang tidak benar (ayat 4-5), ataupun melakukan perbuatan- perbuatan yang jahat (ayat 9-10), dan hidup dalam ketulusan (ayat 11). Pemazmur memelihara kehidupan ibadah yang baik (ayat 6), menyatakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib (ayat 7), dan selalu mencari perkenanan dalam hadirat-Nya (ayat 8). Hati nurani si pemazmur menyatakan dirinya bersih sehingga ia berani menyatakan kedekatannya dengan Tuhan di tengah jemaat (ayat 12). Adakah pembelaan yang lebih meyakinkan selain pembelaan Tuhan kepada anak-anak-Nya? Adakah bukti yang lebih meyakinkan daripada kesaksian hidup yang tidak bercela? Itu semua yang diyakini si pemazmur. Tuhan adalah pembelanya, dan kesaksian hidupnya adalah bukti dirinya benar. Renungkan: Apakah Anda sudah menyatakan diri sebagai orang yang sudah dibenarkan? Bila belum, bagaimana berharap Tuhan akan menyatakan Anda benar? |
(0.10943883958333) | (Mzm 32:1) |
(sh: Kebahagiaan hanya masalah pilihan (Selasa, 27 Maret 2001)) Kebahagiaan hanya masalah pilihanKebahagiaan hanya masalah pilihan. Setiap manusia sepanjang zaman berusaha dengan segala daya upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Bahkan ada yang bekerja tanpa mengenal waktu dan menomorduakan keluarga agar meraih promosi jabatan, karena mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Setelah meraih semua itu, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun penyakit karena stress dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan? Sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikan. Ia menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan yang ia miliki namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan. Ia memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah maka ia menemukan kebahagiaan (1-2, 5). Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat tidak akan mengalami kedamaian hati namun justru tekanan (3- 4). Ia juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (7). Walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak sendiri sebab Allahlah tempat perlindungannya (6). Yang terakhir ia memilih untuk menaati perintah Allah (8) bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fisik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya (10). Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun lingkungannya. Bencana dan derita apa pun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai (11). Renungkan: Karena itu apa sebenarnya yang Anda cari dengan bekerja keras tanpa batas hingga mengalami stres dan gangguan kesehatan yang serius? Uang, rumah, mobil mewah, atau kedudukan? Daud sudah membuktikan bahwa itu semua tidak membawa kebahagiaan. Tentukanlah apakah Anda mau memilih apa yang Daud pilih. Jika ya maka kebahagiaan sejati tidak jauh dari hidup Anda. |
(0.10943883958333) | (Mzm 32:1) |
(sh: Disiplin bertobat (Jumat, 30 Mei 2003)) Disiplin bertobatDisiplin bertobat. Ayat pembuka dan penutup mazmur ini mengundang kita untuk menanyakan sebuah pertanyaan penting: Siapakah orang benar? Siapakah orang jujur? Siapakah orang yang percaya kepada Tuhan? Jawaban Mazmur 32: mereka yang hidup dengan kesadaran yang dalam tentang dosa mereka, yang menyadari kebutuhan mereka akan anugerah pengampunan dari Allah, dan yang kemudian tekun bertobat! Kalimat "Sebab itu" (ayat 6), menunjukkan bahwa pemazmur memanggil "setiap orang saleh" untuk berdoa, membuka diri di hadapan Tuhan dan mengakui setiap dosa dan pelanggarannya, selagi Ia masih dapat ditemui. Ayat ini sangat instruktif. Jika kita memang benar-benar orang yang percaya kepada Tuhan, kita akan tekun bertobat! Akan tiba saatnya ketika kita tidak lagi dapat bertobat, sekalipun kita menghendakinya. "Mengaku"(ayat 7). Pemazmur menyadari bahwa inilah saatnya untuk tidak lagi menyembunyikan dosa, tetapi mengungkapkan dosa- dosanya kepada Allah. Saatnya untuk menyembunyikan diri di balik Allah! Bersembunyi di balik Allah merupakan ungkapan kesadaran dari pemazmur bahwa ia sepenuhnya tidak berdaya, dan sepenuhnya bersandar pada anugerah Allah untuk "menutupi" dosa-dosanya (bdk. Rm. 4:7-8). Pemazmur kemudian menegaskan bahwa inilah "jalan yang harus kautempuh" (ayat 8). Tentang jalan ini, jangan keraskan hatimu (ayat 9). Ayat 10-11 menjadi kesimpulan dari pengajaran pemazmur. Orang fasik -- orang yang tidak tekun bertobat -- akan menderita banyak kesakitan, tetapi orang yang mempercayakan diri kepada Tuhan, itulah orang benar, orang jujur -- orang yang tekun bertobat -- dikelilingi dengan kasih setia-Nya dan, oleh karena itu, dipanggil untuk bersukacita dan bersorak-sorai (bdk. Mzm 130:4). Renungkan: Berbahagialah orang yang tekun bertobat, karena sukacita surga menjadi bagian hidup mereka. |
(0.10943883958333) | (Mzm 34:1) |
(sh: Ketidakwarasan pembebasan (Senin, 26 Mei 2003)) Ketidakwarasan pembebasanKetidakwarasan pembebasan. Kita lebih suka menganggap diri kita sebagai orang-orang Kristen yang terhormat, yang waras baik tubuh maupun pikiran. Begitu kuatnya pola ideal ini, kita lupa bahwa karya sejarah keselamatan melibatkan apa yang bagi dunia adalah suatu bentuk "ketidakwarasan". Bukan pura-pura tidak waras untuk menyelamatkan diri (ayat 1), tetapi karena berbeda dengan dunia. Yeremia disindir sebagai nabi gila (Yer. 29:26-27). Yesus dianggap tidak waras oleh keluarga-Nya (Mrk. 3:21). Festus menganggap Paulus gila karena pemberitaan Injilnya (Kis. 26:24), dan banyak contoh lain dari Alkitab. Mereka dianggap gila, karena kehendak Allah bertentangan dengan "akal sehat" mayoritas orang yang tidak mengenal kehendak Allah. Dimana letak "kegilaan" dari karya perlindungan Allah? Ada suatu pepatah Perancis yang mengatakan: "Tuhan berpihak kepada armada yang besar, dan melawan armada yang kecil." Inilah prinsip ketentaraan, dan bagi sebagian orang, prinsip hidup yang "waras". Allah pemazmur justru berpihak yang lemah. Mereka yang rendah hati (ayat 3), tertindas (ayat 7), yang menjaga dirinya dari kejahatan (ayat 14-15), benar (ayat 16-18), patah hati dan malang (ayat 19-21), mereka inilah yang menerima perlindungan Allah. Mereka menjadi lemah, karena seperti pemazmur, mereka bermegah karena dan berseru kepada Tuhan. Tetapi mereka menjadi kuat, karena Allah berpihak kepada mereka, "orang-orang benar itu" (ayat 18). Yang kita pelajari bukanlah teladan Daud yang berpura-pura gila, tetapi hikmat yang timbul dari pengalamannya itu: betapa berbahagia ada dalam perlindungan Tuhan, Sang Allah yang punya prinsip berkarya yang berbeda dengan dunia yang berdosa. Renungkan: Kapan terakhir kali Anda dianggap gila, bukan karena lelucon kita yang tidak biasa, atau ambisi dan rencana hidup kita, tetapi karena keputusan kita untuk berharap kepada Allah dan menaati-Nya? |
(0.10943883958333) | (Mzm 35:1) |
(sh: Orang baik selalu kalah? (Selasa, 27 Mei 2003)) Orang baik selalu kalah?Orang baik selalu kalah? Kadang, tindakan kita menjawab pertanyaan ini dengan seruan "ya" yang menggema. Apalagi, kata "mengalah" tidak jauh bedanya dengan kata "kalah". Bersikap dan bertindak baik adalah suatu ketidakpraktisan yang naif, terutama ketika semua orang lain bersikap gesit, tegas, sigap menjaga diri, dan agresif. Ini Indonesia, Bung! Di sini, baik berarti naif dan lemah, dan lemah berarti terpinggirkan. Dari kacamata di atas, pemazmur mungkin termasuk sosok orang naif: ia berbuat baik, sangat baik bahkan, kepada orang yang berbuat jahat kepadanya (ayat 11-14). Bahkan, berbuat baik kepada orang- orang yang dengan agresif menjahati dirinya. Seperti manusia lainnya, kondisi ini memedihkan hatinya dan membuatnya geram. Pemazmur bereaksi, bukan membalas, tetapi mengadu kepada Tuhan. Dalam pemahamannya, bukan tangannya yang akan membalas kejahatan para musuhnya, bukan tangannya sendiri. Mazmur seruannya ini ditutup dengan suatu keyakinan, bahwa dirinya tetap akan bertahan dan memuji-muji Allah dalam ucapan syukur karena keadilan-Nya (ayat 28). Keyakinan ini patut kita teladani. Sering kali Kristen menyerah dan berkompromi karena tidak yakin, apakah dengan berlaku benar dirinya masih dapat bertahan di dalam kerasnya persaingan hidup dalam dunia nyata ini. Mungkin banyak Kristen yang berseru dalam kata-kata yang sama dengan seruan pemazmur, "sampai berapa lama, Tuhan?" (ayat 17, bdk. 22). Jika demikian, ada baiknya kita meneladani kepercayaan yang menjadi dasar dari mazmur ini. Pemazmur percaya kepada keadilan, kemahakuasaan, dan kepedulian Allah, betapapun suramnya hidup. Iman inilah yang menjadi kekuatan untuk tetap berserah, dan bertahan dalam mengikuti jalan Tuhan. Renungkan: Percayalah kepada Allah karena Allah itu adil. Menyerah dan mengikuti dunia berarti percaya kepada ketidakadilan. |
(0.10943883958333) | (Mzm 36:1) |
(sh: Lanjutkanlah kasih setia-Mu (Sabtu, 31 Mei 2003)) Lanjutkanlah kasih setia-MuLanjutkanlah kasih setia-Mu.
Orang Fasik adalah jawara dari tentara kerajaan kegelapan.
Catatan tentang kejahatannya sangat menggetarkan: rasa takut
kepada Allah tidak ada dalam hatinya (ayat 2). Ia meninggikan
dirinya sedemikian rupa sehingga, jangankan membenci
kesalahannya, mengenalinya pun ia tidak lagi mampu (ayat 3).
Perkataan dan perbuatannya sepenuhnya jahat (ayat 4,5a bdk. Pendekar yang lainnya adalah Yahweh -- TUHAN! Kasih-Nya sampai ke langit, setia-Nya sampai ke awan (ayat 6). Keadilan-Nya seperti gunung-gunung yang gagah perkasa. Hukum-Nya seperti samudera raya yang hebat. Penjagaan-Nya menjangkau manusia dan hewan (ayat 7). Sayap-Nya adalah perlindungan bagi anak manusia (ayat 8b). Rumah-Nya adalah sumber makanan dan sungai kesenangan-Nya sumber minuman bagi mereka (ayat 9). Dari dalam diri-Nya terpancar kehidupan dan terang yang menjadi sumber hidup bagi mereka yang bernaung pada-Nya (ayat 10). Namun, ketika tentara kerajaan terang menjadi sangat cemas dan ketakutan melihat 'kesaktian' pendekar dari kerajaan kegelapan, pemazmur justru tidak menampilkan sosok Allah sebagai pendekar gagah perkasa yang bersenjata lengkap dan siap untuk membinasakan orang fasik. Pemazmur justru menampilkan sosok Allah yang melindungi umat-Nya dengan "kasih setia" -- hesed (ayat 6, 8) -- dan "keadilan" -- tsedaqah (ayat 6). Dua kata ini jugalah yang dipakai oleh pemazmur ketika ia memohon perlindungan Allah atas orang benar dari kejahatan orang fasik. Kasih setia dan keadilan Allah inilah yang pada akhirnya membinasakan orang fasik. Mereka "jatuh", "dibanting" dan "tidak dapat bangun lagi". Renungkan: Selama di dunia ini kita masih harus hidup di antara dua suara berpengaruh: kejahatan atau kebenaran. Suara manakah yang dengannya kita berdialog? |
(0.10943883958333) | (Mzm 41:1) |
(sh: Andalkan kemampuan Allah (Jumat, 11 Juli 2003)) Andalkan kemampuan AllahAndalkan kemampuan Allah. Ungkapan mazmur ini adalah ungkapan yang pernah diucapkan Yesus dalam salah satu ucapan-Nya, Khotbah di Bukit. Dikatakan bahwa yang berbahagia ialah mereka yang "lemah lembut, murah hati, membawa damai" (Mat. 5:5,7,9). Sayangnya, dalam zaman modern ini semakin jarang berjumpa dengan manusia dengan sifat tersebut. Yang banyak dijumpai adalah orang-orang yang brutal cenderung mementingkan diri sendiri, dan menyebarkan kekejaman. Harus kita sadari bahwa memiliki kemampuan sifat seperti demikian tidaklah dapat dipenuhi jika hanya mengandalkan kemampuan manusia sendiri. Mengapa? Karena sifat-sifat tersebut jelas-jelas adalah sifat-sifat Allah sendiri. Untuk dapat memiliki sifat-sifat demikian, persyaratan utama yang harus kita tempuh adalah memiliki hubungan intim dengan Allah. Hal ini memungkinkan kita memiliki sifat indah tersebut. Jika kita selalu memiliki kerinduan belajar dari Tuhan, dan selalu menjadikan kurban keselamatan-Nya dan kehadiran-Nya sebagai sumber pengharapan kita, serta menjadikan teladan-Nya sebagai model, kita pasti akan memiliki sifat-sifat indah tersebut. Kita harus mengetahui bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memang sepatutnya memiliki kualitas sifat pilihan dan tidak sekadar sama seperti manusia biasa. Ungkapan pemazmur ini memberikan pelajaran buat kita, orang-orang Kristen masa kini yaitu bahwa sebagai pengikut Kristus kita bisa dan harus bisa memiliki sifat-sifat demikian bila bila kita bergantung penuh kepada Tuhan. Kristen adalah orang-orang yang hidup karena belas kasih dan kebaikan Tuhan. Patutlah kebaikan- Nya itu mengalir terus dalam sikap kita kepada semua orang. Renungkan: Kristen yang dari hari ke hari hidup karena dikasihani Allah, pasti juga berbelas kasihan kepada sesama manusia. |
(0.10943883958333) | (Mzm 61:1) |
(sh: Memuji Tuhan, mengapa tidak? (Selasa, 15 Juni 2004)) Memuji Tuhan, mengapa tidak?Memuji Tuhan, mengapa tidak? Raja berhak dan harus dilindungi oleh prajuritnya. Ketika prajurit Daud tidak mampu lagi untuk melindungi dirinya sebagai raja, Daud melarikan diri, menjauh dari musuhnya guna menyelamatkan dirinya. Pelarian Daud membawanya kepada tempat yang asing. Dia terpisah dari kerabatnya dan keamanan yang selama ini ada di sekelilingnya. Apa yang diperbuat oleh Daud? Pertama, Daud berteriak sebagai ungkapan dari lubuk hatinya bahwa ia memerlukan pertolongan dari Allah. Dia percaya bahwa dari ujung bumi sekalipun, Allah dapat menolongnya, karena Allah tidak dibatasi oleh letak geografis (ayat 2-3). Di manapun dia berada, Allah sanggup menolongnya. Kedua, Daud bersukacita karena Allah telah mendengarkan doanya. Allah memberikan cahaya terang di tengah-tengah kegelapan yang mengelilinginya. Allah membuktikan bahwa Ia adalah tempat perlindungan yang paling aman dari musuh-musuh orang yang takut akan Dia (ayat 4-8). Harapan Daud kepada Allah untuk mendapat suatu perlindungan tidak bertepuk sebelah tangan. Ketiga, akhirnya melalui peristiwa ini, Daud berjanji untuk memuji Allah setiap hari, dalam waktu senang ataupun susah. Ketakutan Daud akhirnya berubah menjadi puji-pujian yang memuliakan Tuhan seumur hidupnya. Dalam kehidupan ini, ketakutan dan kecemasan sering hadir dan membuat kita salah merespons kepada Allah. Pengalaman Daud mengajar kita untuk merespons benar terhadap Allah sehingga akhirnya dari segala situasi hidup kita bisa menghasilkan puji-pujian yang menyenangkan hati Tuhan. Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang takut akan Dia dan semuanya itu untuk menguji iman kita kepada-Nya. Renungkanlah: Hadapilah segala pergumulan bersama Tuhan, sehingga akhirnya kita boleh menjadikan hidup penuh dengan pujian kepada Tuhan dalam setiap waktu. |
(0.10943883958333) | (Mzm 62:1) |
(sh: Menaruh harapan pada Allah (Rabu, 16 Juni 2004)) Menaruh harapan pada AllahMenaruh harapan pada Allah. Tahu kisah klasik Yunani Kuda Troya? Kisah mengenai penaklukan kota Troya yang berbenteng teguh dan pasukan pertahanan yang kuat melalui tipu muslihat. Musuh membuat sebuah patung kuda yang sangat besar dan dihadiahkan kepada kota Troya. Ternyata di dalamnya bersembunyi pasukan musuh, yang menyerang Troya ketika patung kuda itu dibawa masuk ke dalam kota. Sekokoh apapun benteng buatan manusia, dan setangguh apapun penjaganya, tipu muslihat manusia masih bisa menghancurkannya. Mazmur 62 menyatakan keyakinan yang berbeda sama sekali. Pemazmur sadar upaya dan tipu daya para musuh yang berkedok sahabat itu memang begitu dahsyat berupaya untuk menghancurkan dia (ayat 4-5). Namun, ia lebih percaya kepada keperkasaan Allah untuk membentengi hidupnya dari ancaman musuh tersebut. Hal itu diungkapkan sampai dua kali (ayat 2-3 diulangtegaskan lagi di ayat 6-9) .
Pemazmur menggunakan kata "hanya" sebanyak 6 kali (ayat Sedahsyat apapun ancaman mengintai hidup orang beriman dalam kesehariannya, lebih dahsyat lagi topangan dan perlindungan Allah memungkinkan orang beriman hidup kokoh kuat bagaikan bangunan berdasarkan batu karang teguh. Renungkan: Musuh sekuat dan sehebat apapun, serta seserius apapun mencoba menghancurkan anak-anak Tuhan, bila Tuhan menjadi pelindung mereka, siapa takut! |
(0.10943883958333) | (Mzm 68:1) |
(sh: Nyanyian kemenangan (Rabu, 27 Oktober 2004)) Nyanyian kemenanganNyanyian kemenangan. Mazmur 68 adalah salah satu mazmur tersulit untuk ditafsirkan. Mazmur ini merupakan gubahan dari nyanyian-nyanyian kemenangan pada masa Israel purba, sebelum masa kerajaan berlaku. Secara ringkas Mazmur 68 menggambarkan Allah yang menjadi pemimpin umat Israel saat berperang menuju kemenangan (ayat 1-19). Kepemimpinan Allah ini sekaligus menyatakan kehadiran Allah di tengah umat-Nya (ayat 20-36). Nyanyian dalam mazmur ini mengingatkan kita kepada pernyataan Musa dalam bentuk nyanyian yang merayakan kehadiran Allah (Kel. 15). Nyanyian Musa ini menceritakan bagaimana Allah menolong umat Israel menyeberangi Laut Teberau (Kel. 15:1-12), saat Allah membinasakan Mesir yang mengejar mereka, lalu ketika Ia menghantar Israel masuk ke Tanah Perjanjian sehingga mereka dapat beristirahat dan menikmati hadirat-Nya (ayat 13-18). Tuhan digambarkan dalam Mazmur 68 ini sebagai Allah yang menghantar Israel melalui "padang belantara kehidupan". Pertama, Allah yang adil sebagai pelindung anak yatim dan pemelihara hidup janda, pengasuh mereka yang sebatang kara dan pembebas tawanan (ayat 6-7). Kedua, Allah yang memberikan kesuburan kepada tanah yang tandus bahkan binatang-binatang yang kehausan disegarkan (ayat 10-11). Ketiga, Allah yang mencurahkan hasil jarahan dari para raja yang kalah perang kepada Israel (ayat 13-14). Keempat, Allah yang memberi keamanan sehingga Israel tiba di gunung Allah tempat mereka akan beristirahat dan menikmati hadirat-Nya (ayat 16-19). Israel tidak pernah ditinggalkan sendirian sebab Tuhan selalu menyertai dan berperang bagi umat-Nya. Merupakan suatu pengalaman indah jika kita bersedia berjalan, berjuang, dan berperang bersama Tuhan. Kesulitan hidup, "musuh-musuh yang siap menerkam dan membinasakan", atau masalah apa pun tidaklah menjadi rintangan besar tatkala kita menyadari bahwa Tuhan selalu hadir menyertai langkah kita. Ditapaki Allah, padang gurun segersang apa pun berubah menjadi kebun permai. Renungkan: Bersama Tuhan kita akan menghadapi setiap masalah, dan keluar sebagai pemenang! |
(0.10943883958333) | (Mzm 74:1) |
(sh: Mengadu kepada Tuhan. (Minggu, 09 Agustus 1998)) Mengadu kepada Tuhan.Mengadu kepada Tuhan. Dalam pergumulan hidup yang berat, tanpa sadar kita bersikap sama dengan Asaf. Mengeluh dan mengadu. Bila itu saja tentu dapat diterima. Tetapi bila menuduh Tuhan berdiam diri membiarkan kita sendiri dalam pergumulan itu, benarkah? Tatkala gereja dibakar dan kristen dianiaya, tidak sedikit dari orang Kristen yang berteriak dalam doa. Namun janganlah isi doa kita seolah mau menuduh Tuhan atau menjadi pahlawan bagi Tuhan dengan bertindak sebagai pembela nama dan kehormatan Tuhan. Benarkah sikap demikian? Siapakah kita sehingga kita mau menjadi penasehat Tuhan? Dalam pergumulan hidup bawalah dengan tulus seluruh pergumulan Anda tanpa mendikte Tuhan. Biarlah Allah akan bertindak sendiri sebagai pahlawan kita. Belajar dari kisah Tuhan dalam sejarah. Doa Asaf tidak berhenti di situ. Asaf merenungkan ulang mengingat sejarah perbuatan Tuhan atas umat-Nya, dari Kejadian bahkan Keluaran seterusnya (ayat 12-17). Bukankah dalam sejarah Indonesia Kristen melihat jelas kisah perbuatan dahsyat Allah? Tepat seperti Musa dan Harun, dengan mengangkat hati kita pasrah kepada Tuhan, kita yakin bahwa Tuhan sendiri bertindak demi kehendak dan nama-Nya. Tuhan tahu apa yang harus Ia lakukan untuk Indonesia. Angkatlah hati kepada Tuhan agar perkara yang kita pasrahkan kepada-Nya, diurus dan diselesaikan-Nya. Jangan sekali-kali bertindak menurut batas budi dan daya kita sendiri! Doa: Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga. Kuyakin bahwa hal-hal di bumiku ini sedang Kau urus agar merupakan wujud KerajaanMu. |
(0.10943883958333) | (Mzm 74:1) |
(sh: Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman (Senin, 22 Oktober 2001)) Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas imanGoncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman. Adakalanya untuk menghasilkan pertumbuhan iman yang mampu menerobos cangkang-cangkang pembatasnya dibutuhkan suatu proses perombakan yang radikal. Proses ini tidaklah terjadi secara otomatis, melainkan dikerjakan Tuhan dengan cara yang menggoncangkan. Inilah saatnya Tuhan menghancurkan keyakinan lama kita dan membentuknya kembali menjadi iman yang bertumbuh semakin sempurna. Proses seperti inilah yang dialami bangsa Israel ketika mereka menyaksikan hancurnya Bait Allah, yang telah menyatu dengan kehidupan keagamaan dan sosial mereka. Bagi bangsa Israel, seluruh identitas dan pusat kehidupan mereka tergantung pada Bait Allah, sehingga dengan hancurnya Bait Allah hancurlah seluruh identitas, pegangan, pusat dan arah hidup mereka. Melalui proses seperti inilah Tuhan menuntun iman mereka hingga bertumbuh melampaui batasan-batasan pemahaman yang membelenggu mereka. Bangsa Israel melantunkan nyanyian ratapan untuk mengungkapkan ketidakmengertian mereka mengapa Tuhan membiarkan Bait Allah dihancurkan (ayat 1, 10, 11). Namun melalui peristiwa ini mereka dituntun untuk: [1] keluar dari keterbatasan cangkang iman mereka. Melalui peristiwa ini mereka menyadari bahwa Tuhan tidaklah dibatasi, tersimpan, dan terikat oleh Bait Allah. Sebab Ia lebih besar dari Bait Allah. Lenyapnya Bait Allah tidaklah berarti lenyapnya Tuhan di antara mereka; [2] memiliki fokus iman yang tepat, yakni iman yang tidak lagi berpusat pada Bait Allah di Yerusalem, melainkan kepada Tuhan (ayat 18, 22, 23) yang melampaui kemampuan kapak dan beliung untuk menghancurkan-Nya; [3] memahami bahwa Tuhan berkuasa menaklukkan kekacauan. Ia menaklukkan kekacauan pada masa yang lampau (ayat 13-17), dan hancurnya Bait Allah adalah sama seperti kekacauan pada masa yang lampau. Berdasarkan hal inilah mereka menemukan pengharapan bagi pemulihan Bait Allah dan pertolongan mereka (ayat 18-23). Renungkan: Keadaan yang menggoyahkan Anda dapat menjadi sarana untuk menyelami kuasa Allah yang menaklukkan kekacauan, serta memiliki iman yang terarah pada fokus yang benar. Belajar menerima apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup Anda sebelum Anda belajar mengerti maksud-Nya adalah cara yang bijaksana. |
(0.10943883958333) | (Mzm 78:1) |
(sh: Mengingat dan merespons karya-Nya (Minggu, 1 November 2009)) Mengingat dan merespons karya-NyaJudul: Mengingat dan merespons karya-Nya Apa inti seluruh penyataan Allah di Perjanjian Lama? Allah yang berkarya di dalam dunia, dan secara khusus pada dan melalui umat-Nya, Israel. Mazmur-mazmur adalah respons umat Tuhan atas karya Allah dalam berbagai aspek-nya. Mazmur 78 merespons Allah yang bertindak dalam sejarah umat-Nya. Pemazmur mengajak pembacanya untuk mendengar dengan sungguh-sungguh dan belajar baik-baik dari sejarah nenek moyang mereka (ayat 1-4). Sejarah bukan semata-mata catatan aktivitas manusia, tetapi terutama tindakan dan karya Allah yang agung. Umat Israel, khususnya generasi masa datang belajar mengenal Allah, belajar dari nenek moyang mereka cara merespons Allah yang tepat. Sejarah umat Tuhan memperlihatkan dua hal. Pertama, kesetiaan Allah yang menyertai, memberkati, dan memelihara umat-Nya. Allah setia terbukti dari Dia memberikan Taurat sebagai pedoman hidup umat (ayat 5-7). Tuhan sendiri menuntun umat-Nya dengan berbagai penyertaan-Nya (ayat 12-16). Kesetiaan Tuhan terbukti dari Zoan (ayat 12) sampai Sion (ayat 65). Zoan adalah nama tempat di Mesir. Sion adalah nama lain dari Yerusalem. Sejarah Israel adalah sejarah kasih setia dan penyertaan Tuhan mulai dari pembebasan dari perbudakan di Mesir sampai merdeka berdaulat sebagai bangsa di tanah Perjanjian. Kedua, yang patut disayangkan, ketidak-setiaan umat yang diwujudkan dengan ketidakpercayaan, pemberontakan, dan pengkhianatan (ayat 8-11). Dapatkah Anda mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan pemazmur ini? Tuhan telah menyatakan kasih setia-Nya sepanjang hidupku. Dia telah membebaskanku dari perbudakan dosa dan sedang menghantarku ke tanah pusaka, surga yang mulia kelak? Bagaimana Anda merespons kesetiaan-Nya dalam hidup Anda sehari-hari? Dengan ketaatan pada firman-Nya dan kepercayaan penuh pada pengaturan-Nya? Atau seperti Israel, yang terus menerus hidup mendurhaka pada-Nya dan menyakiti hati-Nya? |