Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 201 - 220 dari 234 ayat untuk pengetahuan (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.12) (Luk 10:1) (sh: Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil (Sabtu, 14 Februari 2004))
Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil

Banyak orang beranggapan bahwa tugas memberitakan kabar baik adalah tugas segolongan orang yang “ahli”. Dalam pengertian bahwa orang-orang tersebut sudah diperlengkapi dengan berbagai pengetahuan dan dididik secara khusus. Buktinya para murid Yesus, yang sebagian besar tidak terpelajar diutus Tuhan untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah.

Tindakan Yesus ini memberikan suatu pelajaran penting buat kita yaitu bahwa: pertama, pelayanan tidak dibatasi hanya untuk kalangan para ahli seperti para pendeta saja, majelis saja, atau segelintir orang saja. Tiap orang yang menjadi pengikut-Nya dipanggil-Nya untuk menjadi utusan-Nya (ayat 1). Kedua, prinsip ini juga membuka mata warga gereja, khususnya para pejabat gereja yaitu bahwa dalam gereja Tuhan tidak boleh ada pembagian golongan antara awam dan pejabat Gereja. Semua warga gereja yang sungguh beriman adalah umat Allah yang adalah warga Kerajaan Allah. Kita semua berkehormatan untuk ikut serta mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada dunia ini.

Berita penting lainnya yang diangkat dalam perikop ini selain pemberita Injil adalah berita yang harus disebarluaskan kepada orang lain, yaitu bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Tugas para pemberita Injil adalah menganjurkan agar orang menerima kasih karunia Allah, beriman kepada Kristus, bertobat, dan diselamatkan. Suatu tugas yang berat dan amat mulia diemban oleh setiap pemberita Injil, setiap orang yang beriman kepada Kristus. Kita semua harus langsung terjun ke dalam arena peperangan rohani. Tetapi kita tidak perlu takut sebab sejak semula Tuhan mengingatkan kita untuk bergantung kepada-Nya saja, bukan kepada hal-hal yang biasa manusia andalkan.

Renungkan: Diterima atau ditolak adalah hal biasa. Yang penting setia mewartakan kebenaran dan sedia menerima konsekuensinya.

(0.12) (Luk 20:27) (sh: Yesus membentangkan kebenaran Allah (Kamis, 25 Maret 2004))
Yesus membentangkan kebenaran Allah

Setelah para pemimpin agama Yahudi dibungkamkan oleh Yesus dengan jawaban-Nya (ayat 20-26), tampillah orang Saduki yang lebih dikenal sebagai kelompok yang berpemahaman rasional. Perikop ini mengisahkan bagaimana Yesus menjawab pertanyaan yang rasional dari kelompok orang Saduki. Mereka mengenal tradisi kawin mawin di antara orang Yahudi. Seorang janda yang tujuh kali kawin dan semua suaminya meninggal, maka siapakah kelak yang berhak menjadi suaminya pada kebangkitan orang mati nanti? (ayat 27-33). Mereka bertanya untuk semata-mata menjerat Yesus.

Kemampuan Yesus menjawab pertanyaan kaum rasionalis bukan saja mempertunjukkan pengetahuan-Nya akan Taurat dan semua peraturan dalam masyarakat Yahudi, tetapi juga otoritas ilahi-Nya. Jawaban Yesus membentangkan kebenaran Allah yang hidup (ayat 38). Yesus menegaskan bahwa hal kawin mawin itu hanya terjadi dalam hidup yang sementara ini. Yesus mengetahui bahwa kaum Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Jawaban Yesus itu sekaligus merupakan ajakan bagi kaum Saduki untuk percaya bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang mati. Bahkan dengan cara itu Yesus hendak menuntun mereka untuk percaya kepada-Nya, sebagai Allah yang hidup yang hadir di tengah-tengah mereka (ayat 34-37). Lalu bagaimana reaksi mereka terhadap jawaban Yesus itu? Sebenarnya tidak beralasan manusia menguji kebenaran Allah berdasarkan pikiran manusia belaka. Para ahli Taurat memuji Yesus bukan karena percaya kepada-Nya, tetapi mereka hendak merendahkan ketidakmampuan orang Saduki menjebak dan menjerat Yesus (ayat 39-40).

Renungkan: Setiap Kristen perlu mawas diri untuk tidak terjatuh ke dalam pandangan kelompok Saduki yang tidak percaya akan kuasa dan kedaulatan Allah dalam hidup kita kini dan yang akan datang.

(0.12) (Yoh 1:10) (sh: Apakah artinya percaya pada Yesus? (Senin, 24 Desember 2001))
Apakah artinya percaya pada Yesus?

Apakah akibat jika seseorang percaya pada Yesus? Kata kerja 'menerima' (ayat 12) dengan jelas mengungkapkan hubungan pribadi dengan Yesus. Inilah artinya percaya pada Yesus. Yang diterima bukanlah suatu ajaran atau sistem keagamaan saja, melainkan juga seorang Pribadi. Percaya bukanlah sekadar persetujuan terhadap suatu dogma. Percaya bukan hanya berarti menjadi anggota gereja. Percaya tidak sekadar bersifat kognitif atau pengetahuan. Yang menjadi esensi, percaya berarti memiliki relasi dengan Yesus. Hubungan dengan Yesus bersifat pribadi dan dinamis. Yesus adalah objek iman.

Percaya pada Yesus membawa akibat yang luar biasa! Orang yang percaya pada Yesus diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah (ayat 12). Siapa saja yang dapat menjadi anak-anak Allah? Istilah 'semua orang' dalam ayat 12 dengan jelas menunjuk ruang tanpa batas. Apakah kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan, kulit putih atau hitam, semuanya dapat percaya pada Yesus. Tidak ada batasan gender atau suku untuk menjadi anak-anak Allah.

Menerima atau percaya pada Yesus merupakan tindakan aktif manusia. Dengan perkataan lain, percaya adalah perbuatan manusia. Namun, percaya juga merupakan pemberian Allah (ayat 13). Ketika manusia dapat percaya pada Yesus, itu adalah tanda bahwa ia telah dilahirkan dari Allah. Dengan perkataan lain, percaya adalah pekerjaan Allah. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa percaya pada Yesus bukan semata-mata pekerjaan manusia, melainkan juga pekerjaan Allah. Keseimbangan dalam melihat kedua perspektif tersebut harus dipertahankan. Jadi, meskipun percaya pada Yesus adalah perbuatan manusia, namun Allahlah yang mengakibatkan manusia dapat percaya dan menjadi anak-anak Allah.

Renungkan: Orang yang menyebut diri Kristen dapat saja memiliki rasa dan tindakan keagamaan yang kuat. Namun demikian, kesejatian kekristenan ditentukan terutama oleh kepercayaan pada Yesus di dalam hubungan pribadi dengan Dia. Sudahkah Anda sungguh- sungguh menyerahkan diri kepada Yesus, menerima-Nya sebagai Juruselamat dan Tuhan? Hiduplah sebagai murid-Nya yang sejati!

PA 7: Obaja 10-16

Kita dapat menganggap bahwa hardikan Obaja kepada bangsa Edom berkaitan dengan peristiwa yang tercatat dalam 2Raj. 8:20-22 dan 2Taw. 21:8-10. Sebagaimana Esau membenci Yakub setelah Yakub "mencuri" hak kesulungannya (Kej. 27:41), bangsa Edom pun menginginkan kecelakaan Israel (Bil. 20:14-21). Dendam ini pula yang membuat Edom memberontak melawan kerajaan Yehuda. Lepasnya Edom dari Yehuda menggenapi nubuatan Ishak (Kej. 27:39-40). Maka, datanglah Obaja menghardik bangsa Edom. Obaja 10-16 mencakup 3 alasan mengapa Edom harus dihukum dan pernyataan murka Allah kepada Edom. Melalui bagian ini, keadilan Tuhan dinyatakan secara sempurna.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa kesalahan Edom yang pertama terhadap bangsa Israel (ayat 10)? Lihat pula Am. 1:11-12. Bagaimana kesalahan tersebut dikaitkan dengan sikap Israel terhadap bangsa Edom (lihat Ul. 2:4-5; 23:7-8)? Apa yang membuat dosa Edom begitu memalukan dan berakibat fatal? Kaitkan dengan Kej. 17, 25-29, 32-33!

2. Apa kesalahan Edom yang kedua terhadap bangsa Israel (ayat 11)? Kaitkan dengan Luk. 10:25-36! Apakah Edom melakukan kesalahan secara aktif atau pasif? Apa yang dapat Anda pelajari mengenai sikap pasif?

3. Apa kesalahan Edom yang ketiga terhadap bangsa Israel (ayat 12-14)? Ada berapa kali frasa "pada hari . . . " diulang? Apa kira-kira maksud pengulangan tersebut (kaitkan dengan masalah "kesementaraan")? Apakah sikap bangsa Edom dapat disebut "takabur"? Mengapa?

4. Apa yang dimaksud dengan "hari TUHAN" (ayat 15a)? Lihat juga Yes. 2:12-21. Prinsip apa yang menjadi kunci bagi penghukuman Edom (ayat 15b)? Kaitkan dengan Kel. 21:24-25.

5. Apa perbedaan antara kata "minum" yang pertama dan kedua/ketiga dalam ayat 16? Kaitkan dengan kemenangan Edom (untuk kata yang pertama), dan cawan murka Allah (untuk kata yang kedua/ketiga)!

Bagaimana Anda menerapkan pelajaran firman Tuhan ini dalam konteks Indonesia, melihat bahwa masih terjadi konflik berisu SARA di mana-mana? Apakah yang akan Anda lakukan sebagai Kristen?

(0.12) (Yoh 4:16) (sh: Sang Mesias memperkenalkan diri (Minggu, 03 Januari 1999))
Sang Mesias memperkenalkan diri

Bila kita mengikuti alur percakapan Yesus dengan perempuan Samaria, mungkin hati kita turut berdebar menunggu bagaimana reaksi Yesus terhadap kerinduan perempuan Samaria itu. Mungkinkah keinginan perempuan Samaria ini -- yang menginginkan air yang tidak menghauskannya lagi dan yang tidak mengharuskannya menimba lagi -- terwujud?

Kuasa Yesus dinyatakan. Yesus tidak langsung menjawab keingintahuan si wanita tadi. Mula-mula Yesus menunjukkan kemahatahuan-Nya. Pengetahuan-Nya melampaui pikiran dan perkiraan manusia. Tanpa mendapat penjelasan sebelumnya, Yesus tahu dengan tepat, siapa dan bagaimana kehidupan perempuan Samaria itu (ayat 16-18), ini menunjukkan bahwa sesuatu yang agung (kuasa Yesus) tidak selalu bisa dicerna begitu saja. Meskipun demikian, dengan penuh simpati, Yesus membimbingnya sampai menemukan kepuasan sejati dan mengalami kehidupan yang diperbarui. Tanpa sedikitpun keraguan, perempuan Samaria itu mengungkapkan pengakuan pribadi bahwa Yesus adalah Nabi (ayat 19).

Ibadah yang benar diperkenalkan. Langkah penting berikutnya yang diambil Yesus adalah memberi pengertian yang benar tentang ibadah. Ibadah yang sejati dan benar tidak harus dilakukan di Yerusalem (ayat 21), tetapi dimulai dengan pemahaman yang benar tentang objek yang disembah. Perkataan Yesus ini juga meluruskan pandangan orang Yahudi yang memahami bahwa Allah hanya hadir di Yerusalem. Allah yang disembah bukanlah Allah yang sulit dijangkau, melainkan Allah yang hadir, yang persis berdiri di hadapan perempuan Samaria dan sedang bercakap-cakap. Kita dapat membayangkan betapa bahagianya wanita ini di depan Sang Mesias.

Renungkan: Yesus Tuhan yang kita sembah, begitu nyata kehadirannya bersama-sama dengan kita, tanpa ada batasan ruang dan waktu. Karena itu jadikanlah ibadah kita kepada-Nya bukan hanya ketika di gereja pada tiap hari Minggu.

Doa: Ya, Tuhan Yesus, biarlah kehadiran-Mu senantiasa membawa sukacita ibadah sejati dalam kehidupan kami.

(0.12) (Kis 17:16) (sh: Berbagi Injil dengan orang terdidik (Selasa, 31 Mei 2005))
Berbagi Injil dengan orang terdidik


Di mana-mana berita Injil tetap sama. Allah mengasihi dunia yang berdosa dan memberikan Kristus untuk keselamatan mereka. Namun, cara memberitakan Injil harus disesuaikan dengan konteksnya.

Atena adalah kota terpelajar dan kota religius. Selain ada kumpulan orang Yahudi, di Atena terdapat banyak pengikut filsafat tertentu dan penyembah berhala. Paulus menyapa masing-masing kelompok sesuai dengan konteks masing-masing (ayat 16-18). Oleh karena memberitakan sesuatu yang baru, Paulus mendapat kesempatan membagikannya di sidang Areopagus (ayat 19-21). Di sini kita melihat strategi penginjilan Paulus yang peka konteks dan memanfaatkan pengetahuan iman mereka akan wahyu umum. Pertama, Paulus tidak mengecam berhala-berhala sesembahan mereka. Sebaliknya, ia memakai salah satu berhala yang tidak bernama untuk memperkenalkan Allah yang disembahnya (ayat 22-23). Kedua, Paulus memperkenalkan Allah sebagai Sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Dia berdaulat penuh atas segala ciptaan-Nya, termasuk manusia. Hidup manusia berasal dari dan bergantung penuh kepada Allah (ayat 24-28). Ketiga, Paulus memperkenalkan cara beribadah yang benar di hadapan Allah yang Mahabesar. Ibadah yang benar bukan dengan menyembah berhala melainkan dengan menjalani kehidupan yang kudus yang berkenan kepada-Nya. Kehidupan itu harus dipertanggungjawabkan satu kali kelak di hadapan Dia yang telah membangkitkan Kristus (ayat 29-31). Hasil pemberitaan Injil itu terbagi dua. Ada yang menolak Injil, tetapi tidak sedikit juga mereka yang bertobat (ayat 32-33).

Di balik sikap kritis bahkan sinis orang-orang terpelajar, ada kebutuhan batin yang membuat mereka mencari-cari kebenaran. Kita harus belajar peka akan konteks dan kebutuhan orang-orang di sekitar kita sehingga pemberitaan Injil kita tepat cara dan sasarannya.

Camkan: Roh Kudus mengurapi anak Tuhan yang mempersiapkan diri dengan baik untuk memberitakan Injil-Nya.

(0.12) (Rm 15:14) (sh: Dasar dan buah Pelayanan Paulus. (Minggu, 02 Agustus 1998))
Dasar dan buah Pelayanan Paulus.

Tanpa segan atau ragu Paulus memuji kelebihan dan keistimewaan Jemaat Roma. Mereka penuh dengan segala kebaikan, memiliki banyak pengetahuan dan karunia saling menasihati (ayat 1). Pujian rasul ini tentu sangat menyukakan hati jemaat. Paulus tanpa segan mengingatkan orang Roma tentang panggilannya sebagai rasul bagi orang non-Yahudi. Sebagian orang Kristen Yahudi meremehkan orang non-Yahudi, tetapi Paulus malah bangga boleh dipanggil menjadi rasul bagi mereka yang bukan Yahudi. Dengan girang ia menyaksikan perbuatan Tuhan yang sangat memberkati pelayanannya (ayat 17-19), disertai kuasa dan tanda mukjijat. Pelayanan dalam panggilan dan penyertaan Tuhan memang tidak akan membuat kita kecewa atau menyesal. Sebagai Kristen pelayan Injil, hidup kita tidak luput dari tantangan atau salib. Panggilan yang jelas dan penyertaan Tuhan akan membuat kita kuat berjuang dan pada waktunya 'menuai' penuh sukacita.

Pelayanan yang Orisinil. Apa prinsip pelayananan Paulus? Ia berprinsip melayani Injil di wilayah (bidang) yang belum pernah dijangkau atau dijamah orang lain (ayat 20-21). Paulus rela keluar dari Yerusalem (pusat kehidupan budaya-agama Yahudi) dan melakukan perjalanan misi ke daerah-daerah baru wilayah orang kafir. Kadang tanpa sadar, kita memiliki kebanggaan semu akan status gereja dan pelayanan kita. Kita ingin bertahan di tempat yang di dalamnya kita merasa akrab, aman, bangga, berhasil, dlsb. Namun sungguhkah kita memang dipanggil untuk tetap di tempat itu? Mengapa banyak lulusan STT yang menganggur? Mengapa banyak intelektual Kristen berpotensi tidak punya sumbangsih apa pun di gerejanya? Seandainya mereka mau membekali diri dan memasuki wilayah-wilayah baru, kemungkinan besar tidak akan terjadi demikian.

Renungkan: Anda akan melayani Tuhan secara optimal jika melayani Tuhan pada tempat yang Tuhan mau, pada waktu dan dengan cara Tuhan."

Doa: Tuhan, beranikan kami menyambut tantangan pelayanan baru yang Engkau bukakan.

(0.12) (1Kor 8:1) (sh: Jangan menjadi batu sandungan (Minggu, 14 September 2003))
Jangan menjadi batu sandungan

Jemaat menghadapi dilema, di satu pihak mereka tidak boleh makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, sementara makanan yang ada di pasar umum adalah makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (bdk. Kis. 15:20,29). Sementara di pihak lain, Paulus mengajarkan: tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri (Roma 14:14). Aturan mana yang harus mereka jalankan?

Paulus menekankan bahwa hanya ada satu Allah. Kuasa-kuasa spiritual di balik berhala dan dewa adalah kuasa Iblis. Namun pandangan Paulus ini bertentangan dengan pemahaman yang sudah terlebih dahulu berkembang yang menganggap bahwa berhala itu benar-benar ada. Keyakinan terhadap berhala telah menodai kesucian hati nurani manusia.

Dalam usaha meyakinkan jemaat Korintus, Paulus menyadari bahwa tidak semua jemaat yang dapat menerima pengajarannya karena pengetahuan dan pola pikir yang telah terbentuk untuk mengakui kekuasaan para berhala. Namun, kepada mereka yang mau mendengarkan pengajarannya, Paulus menekankan bahwa kunci untuk tetap percaya pada keesaaan Allah dan menyingkirkan keyakinan bahwa berhala- berhala itu berkuasa adalah tetap pada keyakinan bahwa hanya Yesus Kristus yang telah menjadikan segala sesuatu, dan yang memberi kita hidup (ayat 6).

Renungkan: Mempertahankan keyakinan yang benar, tanpa memedulikan hati nurani orang lain yang lemah bukanlah sikap Kristiani yang terpuji, sebaliknya menjadi batu sandungan bagi mereka.


Bacaan untuk minggu ke-15 sesudah Pentakosta

Ulangan 4:1-8; Yakobus 1:19-25; Markus 7:1-8, 14-15, 21-23; Mazmur 15

Lagu KJ 169

(0.12) (1Kor 12:1) (sh: Satu Roh, satu Tuhan (Senin, 22 September 2003))
Satu Roh, satu Tuhan

Surat 1 Korintus berisi banyak kritikan dari Rasul Paulus atas praktik-praktik kehidupan mereka. Paulus menganggap bahwa hal tersebut tidak seharusnya terjadi dalam jemaat Tuhan.

Jemaat Korintus adalah jemaat yang sarat dengan karunia-karunia yang istimewa dari Tuhan. Mereka menyadari hal itu, tetapi rupanya mereka lebih memperhatikan kekayaan karunia yang mereka miliki ketimbang memperhatikan Allah, Sang Pemberi. Mereka tidak ingin mencari tahu maksud Allah memberikan karunia-karunia itu kepada mereka. Sebab yang penting bagi mereka adalah bagaimana karunia- karunia tersebut memenuhi segala kepentingan mereka dan memberi kepuasan. Rasul Paulus mengecam sikap ini.

Beberapa oknum di jemaat Korintus yang memperoleh karunia-karunia yang spesifik dari Tuhan rupanya menjadi jumawa dan tinggi hati. Sikap mereka yang merasa diri lebih hebat dari sesama anggota jemaat mengganggu persekutuan jemaat Korintus. Mereka memperlihatkan kepada jemaat kehebatan dan kekuasaan untuk melakukan hal-hal yang istimewa, seperti berkata-kata dengan hikmat dan memiliki pengetahuan (ayat 8), karunia penyembuhan (ayat 9), karunia membuat mukjizat, bernubuat, berkata dalam bahasa roh, dan menafsirkannya (ayat 10). Kebanggaan ini membuat mereka merasa istimewa di mata Tuhan sehingga tidak lagi merasa setara dengan anggota jemaat lainnya. Rasul Paulus mengecam dan mengatakan bahwa: pertama, yang berkarya melalui perkara-perkara istimewa yang manusia lakukan adalah Tuhan (ayat 6,11). Manusia hanyalah alat yang Tuhan pakai. Kedua, melalui perkara-perkara itu, Tuhan ingin menyatakan 'pelayanan-Nya' yang membangun kehidupan iman jemaat (ayat 5), bukan demi kemuliaan dan kepuasan manusia.

Renungkan: Hendaklah setiap kita melihat bahwa karunia-karunia yang kita miliki semata-mata karya Allah untuk menyatakan bahwa Dialah satu-satu-Nya Tuhan bagi jemaat-Nya.

(0.12) (1Kor 13:1) (sh: Kasihlah yang terutama! (Rabu, 24 September 2003))
Kasihlah yang terutama!

Di balik setiap tindakan yang manusia lakukan, pasti ada motivasi. Tentu saja masing-masing orang bertindak dengan motivasi yang berbeda-beda. Namun, dalam kehidupan kekristenan, setiap tindakan orang harus didasari oleh motivasi yang sama, yaitu kasih. Mengapa? Paulus menjelaskan bahwa dalam kehidupan orang Kristen kasih bukan sekadar identitas atau ciri kekristenan tetapi jiwa dan jati diri Kristen dan kekristenan. Dengan demikian, kasih adalah sesuatu yang mutlak ada dalam kehidupan orang Kristen. Penjelasan Paulus tidak berhenti sampai di situ. Selanjutnya ia mengatakan bahwa semua karunia yang orang Kristen miliki, tidak berarti apa-apa jika tidak didasari oleh kasih. Paulus memberikan suatu pengajaran yang sangat keras kepada orang Kristen karena menyangkut keberadaan mereka sebagai milik Kristus, dan hidup di dalam Kristus.

Penekanan Paulus tentang kasih sebagai jiwa dan jati diri kekristenan kepada orang-orang Kristen di Korintus saat itu merupakan salah satu bentuk ungkapan yang memprihatinkan dirinya. Jemaat Korintus yang merasa dirinya memiliki karunia dari Tuhan, menjadi sombong dan mulai menganggap bahwa diri mereka lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan jemaat yang tidak memiliki karunia tersebut. Karena itu Paulus memberikan ketegasan bahwa kepandaian berbicara, bernubuat, memiliki hikmat dan pengetahuan manusia jika tidak disertai kasih hanya akan menciptakan kegaduhan, dan membuat dirinya tidak berharga (ayat 1,2,3). Penekanan Paulus ini memberikan pelajaran penting untuk kita, orang-orang Kristen masa kini, yaitu bahwa kita adalah orang yang dihidupkan oleh Kristus dan bagi Kristus. Karena itu kitalah orang-orang yang akan memiliki dan menyatakan kasih Kristus itu dalam segala aspek kehidupan kita.

Renungkan: Lakukan dan landasilah segala aktivitas hidup kekristenan Anda dengan kasih yang dari Kristus asalnya.

(0.12) (1Kor 15:1) (sh: Inti pemberitaan Injil (Selasa, 30 September 2003))
Inti pemberitaan Injil

Paulus menganggap penting untuk mengingatkan kembali jemaat Korintus akan Injil yang telah diberitakannya. Jemaat Korintus telah menerima Injil dan hidup di dalamnya. Karena itu tak dapat disangkal bahwa jemaat Korintus telah menerima keselamatan (ayat 1). Namun ada catatan penting yang bukan hanya harus selalu diingat dan dipegang tetapi juga ditambahkan kepada pengetahuan mereka tentang injil (ayat 2).

Pertama, Injil harus dipahami sebagai suatu kesatuan berita tentang kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Paulus menekankan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya adalah rangkaian peristiwa yang menjadi inti Injil. Ia mati karena dosa-dosa manusia, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai Kitab Suci (ayat 3,4; bdk. Yes. 53:4-6,8,11-12; Hos. 6:2; Yun. 1:17). Fakta kebangkitan-Nya, sebagaimana kesaksian saksi mata, antara lain: Kefas, kedua belas murid, lebih dari lima ratus saudara, Yakobus, semua rasul dan yang paling akhir Paulus sendiri (ayat 5-8), menggagalkan keraguan beberapa orang terhadap kebangkitan orang mati.

Kedua, Injil harus menjadi motivasi pembawa berita. Paulus telah dipilih sebagai saksi kebangkitan Yesus dan dipanggil menjadi rasul -- meskipun ia menganggap dirinya rasul yang paling hina karena ia menganiaya jemaat Allah (ayat 9). Namun, ia menganggap kasih karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadanya, yaitu Injil keselamatan menjadi motivasi kuat untuk bekerja lebih keras dari rasul yang lain (ayat 10-11).

Hendaknya gereja tidak melupakan fondasi yang mengokohkannya yaitu Injil Yesus Kristus karena gereja ada karena pemberitaan Injil disambut dalam iman. Bila hal yang sangat penting ini dilupakan, gereja dan kehidupan Kristen kita terancam bahaya. Renungkan: Oleh Injil kita diselamatkan. Oleh Injil kita mengetahui bahwa kematian dan kebangkitan-Nya telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan dari murka Allah.

(0.12) (Ef 3:14) (sh: Doa syafaat umat (Kamis, 6 November 2003))
Doa syafaat umat

Bagi Paulus, keberadaannya sebagai narapidana bukanlah halangan untuk berkomunikasi dengan Allah, Sang Bapa yang berkuasa baik di bumi maupun di surga (ayat 14-15). Sikap optimis Paulus ini menunjukkan kepada kita bahwa kebergantungan dirinya kepada Allah bukanlah formalitas tetapi sudah merupakan bagian dari hidupnya. Di dalam doa ini Paulus memohon hal-hal hakiki agar setiap orang percaya dapat menghayati segala yang Allah sediakan, dan menjadikan itu sebagai bagian yang penting dari kehidupan. Ada tiga pokok penting yang Paulus sampaikan kepada Allah Bapa di surga. Pertama, doa agar jemaat Tuhan memperoleh kekuatan dan peneguhan Roh Allah (ayat 16-17). Kehadiran Roh Kudus dalam hidup seseorang tidak hanya bukti keselamatan, tetapi juga memberikan kesanggupan dan kekuatan untuk menjalankan kehidupan Kristen. Hal inilah yang Paulus inginkan agar diketahui jemaat saat itu dan kita di zaman ini. Kedua, doa supaya jemaat memperoleh pemahaman dan pengenalan terhadap kasih Kristus (ayat 18). Walaupun pada kenyataannya kasih Kristus melampaui segala pengetahuan, Paulus tetap menginginkan agar jemaat memahami lebar, panjang, dalam dan tinggi kasih itu. Tentu parameter yang dipakai bukan secara fisik. Ia ingin agar kita, secara pribadi, mengenal kasih Kristus yang melampaui segala sesuatu itu. Ketiga, doa untuk kepenuhan Allah (ayat 19). Allah menginginkan agar kita mengalami kepenuhan Allah, dan ukuran kepenuhan kita adalah Allah sendiri. Paulus tidak menginginkan jemaat memiliki standar ukuran yang salah dalam menguji kehidupan mereka sendiri. Standar yang benar dalam hal ini adalah Yesus Kritus sendiri.

Renungkan: Telusuri butir-butir permohonan doa Paulus ini! Masih relevankah bila itu kita doakan bagi kita, Kristen di Indonesia masa kini? Apa doa Anda bagi Kristen di Indonesia?

(0.12) (Flp 1:9) (sh: Bertumbuh menuju kesempurnaan (Sabtu, 22 Mei 2004))
Bertumbuh menuju kesempurnaan

Banyak orang memulai sesuatu dengan baik, tetapi di tengah jalan mulai tersendat sampai pada akhirnya mandek. Demikian juga banyak orang Kristen memulai imannya dengan semangat berkobar-kobar, tetapi di tengah jalan ketika tantangan dan kesulitan menerpa, iman itu mulai terseok-seok bahkan pada akhirnya terhenti total. Lebih baik tidak memulai sesuatu bila kemudian tidak ada kesungguhan untuk menuntaskannya. Bagaimana kiat menghindari kemandekan iman itu?

Paulus mengenali bahaya berhenti bertumbuh. Oleh karena itu ia terus menerus mendoakan jemaat Filipi agar terus bertumbuh. Kiat untuk luput dari kemandekan bertumbuh adalah terus bertumbuh tanpa henti! Pertama, tenaga yang mendorong pertumbuhan iman adalah kasih kepada Tuhan dan sesama. Paulus mendoakan agar jemaat Filipi bertumbuh dalam hal itu (ayat 9a). Kedua, kasih bukan semata soal emosi tetapi soal kebenaran. Artinya, kasih sejati adalah kasih dalam kebenaran. Itu sebabnya Paulus berdoa agar mereka tumbuh dalam pengetahuan dan pengertian yang benar dan yang baik (ayat 9). Ketiga, pertumbuhan sejati tidak bisa lepas dari kekudusan. Hakikat pertumbuhan iman adalah bertumbuh di dalam Dia dan serupa Dia. Tumbuh dalam kasih dan dalam kebenaran berarti tumbuh dalam pengenalan akan Allah. Semakin akrab hubungan orang dengan Allah, semakin orang itu akan diubahkan oleh pancaran kemuliaan-Nya menjadi makin sekudus semulia Dia.

Dengan kata lain, tiga hal hakiki penangkal kemandekan rohani adalah: kobarkan kasih kepada Allah dan sesama, kenali firman secara mendalam oleh pertolongan Roh, hiduplah serasi dengan sifat kudus Allah dalam keseharian kita. Niscaya, kehidupan rohani kita akan mengalami dinamika yang menggairahkan.

Renungkan: Iman yang bertumbuh tidak hanya merenungkan dengan takjub kasih Allah. Iman yang tumbuh ialah yang aktif mengasihi, menggali firman penuh gairah, mencintai Allah dalam tindakan kudus.

(0.12) (Flp 3:12) (sh: Mengenal Kristus (Senin, 31 Mei 2004))
Mengenal Kristus

Apakah Anda sudah mengenal Kristus? Puaskah Anda dengan pengenalan itu? Bila Anda sudah puas, berarti Anda sudah berhenti dari belajar mengenal Dia. Anda sedang mengalami kemandekan, bahkan Anda sedang mundur. Mengapa? Karena Kristus adalah Anak Allah, jauh melampaui segala pengetahuan. Pengenalan dan pengalaman iman kita akan Dia tak akan pernah sempurna sampai kita jumpa Ia kelak.

Paulus menilai diri dengan benar, tidak berlebihan. Dia tidak menyatakan dirinya telah sempurna dan memperoleh pengenalan tuntas akan Kristus. Apakah Paulus mengenal Kristus? Ya. Apakah dia telah mengenal-Nya penuh? Paulus mengatakan belum, dan itulah yang terus dia kejar. Memang seorang yang telah mengenal Kristus, ingin mendapatkan pengenalan yang lebih dalam lagi. Ini bahkan lebih lagi daripada keinginan mengenal dan mengasihi lebih dalam orang-orang yang kita kasihi. Keinginan ini membuat ia melupakan apa yang telah di belakangnya. Paulus tidak mengijinkan apa yang sudah dicapainya menjadikannya puas diri, berbangga diri, tetapi pengenalan itu menjadi terhenti. Tidak, melainkan ia mengarahkan dirinya kepada apa yang masih dapat dia peroleh. Orang yang sedemikian akan maju terus, tidak mungkin mandek pertumbuhannya (ayat 12-14).

Paulus terus mencari meskipun ia telah mendapatkan. Dia bahkan memberi jaminan bahwa Tuhan akan menyatakan kepada kita jika tentang salah satu hal kita berbeda pandangan. Perbedaan pandangan tidak seharusnya mencegah dan menghambat kita untuk terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Setiap orang memiliki tingkat pengertiannya masing-masing dan Paulus mendorong jemaat untuk melanjutkan proses pengenalan yang bersifat progresif tersebut (ayat 15-16).

Renungkan: Tak ada gol hidup yang lebih berarti bagi orang yang kenal Kristus selain makin mengenal dan menyerupai Dia.

(0.12) (2Ptr 1:5) (sh: Diawali oleh iman, diakhiri dengan kasih (Minggu, 15 Oktober 2000))
Diawali oleh iman, diakhiri dengan kasih

Panggilan, kuasa Illahi, dan janji-janji Allah yang besar untuk masa depan kekal janganlah dijadikan dasar untuk membenarkan Kristen menjadi manusia yang statis, pasif, dan tanpa inisiatif. Seharusnya Kristen terdorong aktif untuk memacu semangat kekristenannya, penuh inisiatif dan dinamis. Sikap ini mengarahkan Kristen pada pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sehat, dan bertanggung jawab. Tidak hanya itu, Kristen juga dimampukan untuk menjalani kehidupannya dengan penuh dinamika, bertumbuh, dan berkembang. Keadaan seperti ini hanya akan dialami oleh setiap orang yang telah melekatkan diri dalam jalinan persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus dan tidak membiarkan diri hidup dalam kepasifan tanpa inisiatif.

Kristen telah terlibat dalam panggilan, kuasa, dan janji-janji Allah. Hal itu membawa dampak pada kemampuan kita untuk memancarkan sifat-sifat baik seperti: kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan (takut akan Tuhan), kasih kepada saudara-saudara, dan kasih kepada semua orang. Semua sifat ini harus ada dalam diri kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dan apabila semua sifat-sifat ini telah Kristen tambahkan pada imannya, maka Allah akan membuat kita giat dan berhasil dalam pengenalan akan Yesus Kristus, Tuhan kita (8).

Perhatikan dan selidikilah pengenalan Anda akan Yesus Kristus! Jika Anda belum mengenal benar siapa Yesus Kristus berarti Anda belum menambahkan sifat-sifat baik itu dalam kehidupan beriman Anda. Sebaliknya jika sudah memiliki pengenalan yang benar akan Dia, berarti sifat-sifat itu harus segera ditambahkan.

Renungkan: Rahasia kehidupan rohani kita terletak pada pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus. Tanpa itu kerohanian kita akan mengalami kemunduran. Kita akan kalah karena gagal mengatasi dosa yang setiap saat mengganggu hidup kita.

Bacaan untuk Minggu ke-18 sesudah Pentakosta Yesaya 55:6-11 Filipi 1:21-27 Matius 20:1-16 Mazmur 27:1-9 Lagu: Kidung Jemaat 441

(0.11) (Mat 1:1) (full: )

Penulis : Matius

Tema : Yesus, Raja Mesianis

Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM

Latar Belakang

Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.

Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk

  1. (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
  2. (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
  3. (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
  4. (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
  5. (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).

Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).

Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.

Tujuan

Matius menulis Injil ini

  1. (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
  2. (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
  3. (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa

  1. (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
  2. (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

Survai

Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).

Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:

  1. (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
  2. (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
  3. (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
  4. (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
  5. (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).

Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:

  1. (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
  2. (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
  3. (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
  4. (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
  5. (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.

Ciri-ciri Khas

Tujuh ciri utama menandai Injil ini.

  1. (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
  2. (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
  3. (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
    1. (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
    2. (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
  4. (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  5. (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
  6. (6) Matius menekankan
    1. (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
    2. (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
    3. (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
  7. (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
(0.11) (Mrk 1:11) (full: ANAK-KU YANG KUKASIHI. )

Nas : Mr 1:11

Ketiga oknum Tritunggal terlibat dalam pembaptisan Yesus

(lihat cat. --> Mat 3:17).

[atau ref. Mat 3:17]

Di dalam ayat ini dan ayat-ayat lainnya di Alkitab Allah dinyatakan sebagai satu hakikat yang hadir sebagai tiga pribadi dengan sifat bersama: Bapa, Putra, dan Roh Kudus (bd. Mat 3:16-17; 28:19; 2Kor 13:14; Ef 4:4-6; 1Pet 1:2; Yud 1:20-21). Jadi dalam satu arti Allah adalah tunggal (satu kesatuan) dan dalam arti lain Ia adalah jamak (tiga)

(lihat art. SIFAT-SIFAT KHAS ALLAH).

  1. 1) Alkitab menyatakan bahwa Allah itu Esa-kesatuan sempurna dari satu sifat dan hakikat (Mr 12:29; Ul 6:4; Gal 3:20). Salah satu oknum ke-Allahan tidaklah Allah tanpa dua oknum yang lain dan setiap oknum bersama dengan kedua oknum yang lain adalah Allah.
  2. 2) Keberadaan Allah yang Esa dinyatakan dalam kejamakan tiga oknum yang berbeda dan dapat dikenal, namun tidak terpisah. Ketiganya ini bukanlah tiga allah, bukan pula tiga bagian atau manifestasi Allah, melainkan tiga oknum yang bersekutu sedemikian eratnya sehingga ketiganya benar-benar merupakan Allah Esa yang sejati dan kekal. Baik Anak Allah maupun Roh Kudus memiliki sifat-sifat yang hanya mungkin dimiliki oleh Allah sendiri (lih. Kej 1:2; Yes 61:1; Yoh 14:16; 16:8,13; Kis 5:3-4; Rom 8:2,26-27; 1Kor 2:10-11; 2Tes 2:13; Ibr 9:14; dan

    lihat cat. --> Yoh 1:1;

    lihat cat. --> Yoh 1:14;

    lihat cat. --> Yoh 5:18;

    lihat cat. --> Yoh 20:28).

    [atau ref. Yoh 1:1-14; 5:18; 20:28]

    Ketiga oknum ini tidak pernah diciptakan, tetapi masing-masing berhakikat sama serta memiliki kemuliaan, sifat, dan kuasa yang setingkat.
  3. 3) Allah yang Esa namun tiga pribadi ini dari kekal telah memungkinkan kasih dan persekutuan yang saling menanggapi, pemberlakuan sifat-sifat ilahi, saling berbagi pengetahuan dan keterkaitan di antara ketiga pribadi ke-Allahan itu (bd. Yoh 10:15; 11:27; 17:24; 1Kor 2:10).
(0.11) (Kol 2:8) (full: FILSAFATNYA YANG KOSONG ... TIDAK MENURUT KRISTUS. )

Nas : Kol 2:8

Paulus mengingatkan kita untuk berwaspada terhadap segala filsafat agama, dan tradisi yang menekankan usaha manusia terlepas dari Allah dan penyataan-Nya dalam Alkitab. Sekarang ini salah satu ancaman filsafat yang terbesar terhadap kekristenan yang berdasarkan Alkitab adalah "humanisme sekular". Paham ini telah menjadi filsafat yang mendasar dan agama yang diterima dalam kebanyakan pendidikan sekular, pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya. Paham ini juga merupakan segi pandangan yang tetap dari kebanyakan media berita dan hiburan di seluruh dunia.

  1. 1) Apakah yang diajarkan oleh filsafat humanisme?
    1. (a) Filsafat ini mengajar bahwa umat manusia, alam semesta, dan segala sesuatu yang ada hanya terdiri atas zat dan tenaga yang terbentuk secara kebetulan dalam wujudnya yang sekarang.
    2. (b) Manusia tidak diciptakan oleh Allah yang berkepribadian, tetapi adalah hasil suatu proses evolusi yang untung-untungan.
    3. (c) Paham ini menolak kepercayaan kepada Allah yang berkepribadian dan tak terbatas serta menyangkal bahwa Alkitab adalah penyataan yang diilham oleh Allah kepada umat manusia.
    4. (d) Ditegaskannya bahwa pengetahuan tidak ada terlepas dari penemuan manusia dan bahwa nalar manusialah yang menentukan etika yang tepat bagi masyarakat, dan dengan demikian menjadikan manusia sebagai otoritas yang tertinggi.
    5. (e) Paham ini berusaha untuk mengubah atau memperbaiki perilaku manusia melalui pendidikan, redistribusi ekonomi, psikologi modern atau hikmat manusia.
    6. (f) Diajarkannya bahwa standar moral tidaklah mutlak, melainkan nisbi, ditetapkan oleh apa yang membahagiakan orang, membuatnya senang, atau dianggap baik untuk masyarakat sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditentukan oleh para pemimpinnya; nilai-nilai dan moralitas alkitabiah ditolak.
    7. (g) Rasa nyaman-diri, kepuasan, dan kesenangan dianggapnya sebagai keuntungan yang tertinggi dalam hidup.
    8. (h) Ditegaskannya bahwa manusia harus belajar untuk menanggulangi kematian dan segala kesukaran dalam hidup tanpa percaya kepada atau bergantung pada Allah.
  2. 2) Filsafat humanisme mulai dengan Iblis dan merupakan perwujudan kebohongan Iblis bahwa manusia dapat menjadi seperti Allah (Kej 3:5). Alkitab menyebut para penganut humanisme sebagai orang yang telah "menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya ... " (Rom 1:25).
  3. 3) Semua pemimpin, pendeta, dan orang-tua Kristen harus berusaha sekuat-kuatnya untuk melindungi anak-anak mereka dari indoktrinasi humanisme dengan menyingkapkan kesalahannya serta menanam di dalam mereka sikap penghinaan terhadap pengaruhnya yang merusak (Rom 1:20-32; 2Kor 10:4-5; 2Tim 3:1-10; Yud 1:4-20;

    lihat cat. --> 1Kor 1:20;

    lihat cat. --> 2Pet 2:19).

    [atau ref. 1Kor 1:20; 2Pet 2:19]

(0.11) (1Raj 4:21) (sh: Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan...? (Selasa, 1 Februari 2000))
Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan...?

Apa yang paling Anda inginkan dari Anda untuk diingat orang lain, setelah Anda meninggal nanti? Mungkin akan muncul berbagai jawaban: kebaikan, kesalehan, kepandaian ataupun kekayaan. Setelah Salomo meninggal, yang paling diingat oleh manusia sepanjang zaman adalah kebesarannya, kekayaannya, kepandaiannya, istri dan gundik yang banyak.

Wilayah kekuasaan Salomo begitu besar, mulai dari sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai tapal batas Mesir. Tidak hanya itu, bangsa-bangsa lain pun memberi upeti kepada Salomo seumur hidupnya. Karena begitu besar kerajaannya, Salomo mempekerjakan banyak staf, ini berarti ia memerlukan jumlah makanan yang besar setiap harinya. Kedamaian mewarnai seluruh kerajaannya seumur hidupnya. Ia pun memiliki kuda yang begitu banyak dengan makanan yang terjamin. Bahkan kepandaian Salomo melebihi siapa pun dari bangsa-bangsa lain dan ia pun menguasai ilmu pengetahuan (ayat 32-34).

Secara singkat kebesaran Salomo dalam hal-hal di atas jauh melebihi Daud ayahnya. Namun sepanjang sejarah raja-raja Israel yang selalu menjadi tolok ukur di hadapan Allah adalah Daud. Allah tidak pernah menggunakan kebesaran yang dimiliki oleh Salomo sebagai tolok ukur bagi raja-raja selanjutnya. Tolok ukur yang Allah gunakan adalah kesetiaan dan ketaatan raja-raja Israel kepada perintah Allah. Daud sudah membuktikan kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah Israel dan tidak pernah menyimpang daripada-Nya. Sebaliknya, Salomo di dalam kebesarannya telah menjauh dari apa yang digariskan Tuhan. Misalnya, seorang raja tidak boleh mempunyai banyak kuda (Ul. 17:16), tetapi Salomo melanggarnya; seorang raja harus menyuruh menulis salinan hukum-hukum Allah dan membacanya siang malam, tetapi Salomo tidak melakukannya. Artinya kebesaran dan kejayaan Salomo tidak mengandung nilai-nilai kekal dan illahi yang sesuai dengan tolok ukur Allah. Itulah sebabnya ia terkenal untuk hal yang lain.

Renungkan: Manakah yang ingin kita pilih, seperti Salomo dengan segala kebesarannya atau seperti Daud yang terkenal karena kesetiaan dan ketaatannya kepada Allah. Ataukah Anda ingin seperti kedua-duanya?

(0.11) (Ayb 12:1) (sh: Tunduk pada hikmat Allah! (Selasa, 7 Desember 2004))
Tunduk pada hikmat Allah!

Orang sombong merasa diri lebih pandai dan berhikmat daripada orang lain. Mereka merasa tahu segala sesuatu, orang lain tidak tahu apa-apa. Mereka bisa begitu karena hanya membanding-banding dengan orang lain. Seharusnya mereka membandingkan dengan hikmat Tuhan!

Ayub merasa sikap sok tahu teman-temannya itu membutakan mata mereka dari kebenaran sejati (ayat 2). Apa yang mereka tahu, Ayub juga tahu. Namun, Ayub, yang doa seruan-Nya didengar Allah sadar akan keterbatasan diri untuk mengerti misteri kehidupan. Hikmat sejati membimbing pada pemahaman yang benar. Hikmat sejati tidak menjadikan orang sombong apalagi menghakimi bahwa orang yang menderita pasti berdosa sehingga patut mendapat hinaan. Sebaliknya mereka yang sombong telah berlaku fasik dengan menyangka bahwa sikap yang sedemikian tidak akan dimurkai Allah. Kesombongan mereka menjadi-jadi seakan mereka sejajar dengan Allah (ayat 2-6).

Ayub mengajak mereka belajar dari dunia ciptaan lainnya. Semua makhluk yang sederhana mengetahui Allah sebagai pencipta mereka (ayat 7-11). Apalagi seharusnya manusia. Bahkan orang tua yang berpengalaman sekali pun tidak boleh merasa diri paling berhikmat (ayat 12). Karena sumber hikmat dan kuasa ada pada Allah. Dengan hikmat dan kuasa-Nya Ia menetapkan segala sesuatu. Alam ada dalam kendali-Nya (ayat 14-15). Hikmat dan kekuasaan para pemimpin tidak berdaya di hadapan-Nya (ayat 17-25). Bila Allah sudah menetapkan sesuatu, maka manusia hanya bisa tunduk menerima. Orang paling pintar pun bisa hilang akal bila mau melawan kedaulatan dan hikmat-Nya.

Memang mudah untuk merasa diri paling tahu dari antara orang lain. Akan tetapi, orang Kristen insyaf bahwa pengetahuan Allah tidak terbatas. Maka berhentilah sok tahu tentang sebab musabab masalah orang lain seakan-akan Anda mahatahu. Jadilah orang yang rendah hati. Mintalah hikmat Allah supaya kata-kata Anda menjadi saluran kasih Allah bagi orang yang menderita.

Renungkan: Dalam kerendahan hati orang yang tidak tahu apa-apa bisa menghibur sesama yang menderita oleh hikmat ilahi.

(0.11) (Ayb 15:1) (sh: Nasihat atau tuduhan? (Jumat, 10 Desember 2004))
Nasihat atau tuduhan?

Acapkali orang memaksakan pandangannya tentang kebenaran pada orang lain tanpa mempertimbangkan perasaan orang tersebut. Padahal, belum tentu pandangan si penasihat itu yang paling benar. Tidak jarang nasihat kebenaran menjadi sindiran yang kasar serta membabi buta yang jelas-jelas berlawanan dengan kebenaran sesungguhnya.

Seperti itulah nasihat Elifas. Ia mengajukan pertanyaan retoris (ayat 2-3, 7-9, 11-14) dan kata-kata kasar serta tajam (ayat 4-6, 16). Rupanya Elifas tersinggung dengan pernyataan Ayub (ayat 12:3; 13:2). Itu sebabnya Elifas membalas Ayub dengan menggunakan kata-kata Ayub sendiri (ayat 9). Pertanyaan-pertanyaan retoris Elifas sebenarnya bermaksud menyindir Ayub yang mengaku diri berhikmat (ayat 2), memiliki pengetahuan ilahi (ayat 7-8) dan merasa diri benar (ayat 14-16) padahal bodoh dan berdosa. Sedangkan kata-kata kasar serta tajam Ayub, hanya menyamakannya dengan orang fasik. Perhatikan, misalnya "kesalahanmulah yang menghajar mulutmu, dan bahasa yang licik yang kaupilih" (ayat 5), juga "lebih-lebih lagi orang yang keji dan bejat, yang menghirup kecurangan seperti air" (ayat 16).

Mulai ayat 20-35 Elifas kemudian menguraikan panjang lebar tentang nasib orang fasik. Orang fasik sepanjang hidupnya akan menderita, ketakutan (ayat 20-24, 28-30), dan akhirnya binasa (ayat 31-35) oleh karena hidup mereka yang menentang Allah (ayat 25-27). Ucapan Elifas ini menciptakan `tembok pemisah' antara Ayub dengan ketiga temannya (ayat 10). Perkataan Elifas ini mempertajam suasana yang tidak enak menjadi konflik terbuka. Yang ada bukan nasihat lemah lembut, tetapi tuduhan yang penuh kemarahan. Sikap menghukum menggantikan kasih.

Memang kita harus berhati-hati dalam menasihati orang lain. Jangan gegabah memutlakkan pandangan kebenaran kita. Jangan pula menuduh tanpa bukti-bukti yang jelas, apalagi dengan kata-kata keras dan kasar. Bila nasihat disampaikan dengan kesombongan, hasilnya adalah pertengkaran, kemarahan, dan sakit hati. Kebenaran harus disampaikan dalam kasih.

Camkan: Nasihat yang baik membawa kebangunan dan transformasi. Tuduhan hanya menjatuhkan dan menghancurkan.



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA