Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 2081 - 2100 dari 8950 ayat untuk orang (0.007 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.26607446666667) (Kis 7:54) (sh: Berani mengatakan yang benar dan menyatakan yang salah (Selasa, 8 Juni 1999))
Berani mengatakan yang benar dan menyatakan yang salah

Berani mengatakan yang benar dan menyatakan yang salah. Banyak orang tidak mau memberikan peringatan apalagi mengatakan kesalahan mereka, demi menyenangkan orang lain. Alasannya karena menegur orang lain mengandung risiko (ay. 54). Tetapi Stefanus, dalam kesaksiannya, telah mengingatkan mereka akan pekerjaan-pekerjaan yang telah Allah lakukan kepada nenek moyang mereka, sekaligus menyatakan ketidaktaatan mereka. Untuk kesekian kalinya, perkataan Stefanus membangkitkan amarah anggota-anggota Mahkamah Agama yang mendengarkan.

Penuh dengan Roh Kudus. Ketika seseorang berani mengatakan yang benar dan menyatakan yang salah, maka akan timbul reaksi marah dan berontak. Stefanus mengalaminya. Setelah Stefanus berkhotbah, orang-orang yang mendengar langsung menyeretnya keluar dan melemparinya dengan batu. Alkitab mengatakan bahwa ketika itu Stefanus dipenuhi Roh Kudus, maka dalam keadaan sulit ia tetap berserah kepada Tuhan dan berdoa mohon pengampunan bagi orang-orang yang berbuat jahat kepadanya. Sikap Stefanus ini mengingatkan kita kepada sikap Yesus ketika menghadapi penderitaan. Ketika itu Yesus juga mendoakan orang-orang yang menganiaya-Nya. Teladan Yesus nyata dalam hidup Stefanus yang berani menderita demi kebenaran.

(0.26607446666667) (1Kor 5:1) (sh: Kekudusan jemaat (Minggu, 7 September 2003))
Kekudusan jemaat

Kekudusan jemaat. Jemaat Korintus berada dalam kondisi memprihatinkan, karena: [1] ada di antara orang-orang Kristen melakukan perbuatan memalukan, yang bahkan tidak dilakukan oleh orang kafir sekalipun, yaitu tidur dengan ibu tiri sendiri (ayat 1); [2] kesombongan rohani (ayat 2,6): jemaat Korintus merasa bangga karena menganggap sikap mereka menerima orang-orang yang melakukan percabulan dalam komunitas jemaat adalah suatu kemajuan.

Berbeda dengan jemaat, Paulus justru terpukul, sebab sebenarnya bangga akan perbuatan dosa adalah suatu kemunduran. Seharusnya jemaat segera bertindak karena perbuatan dosa jika dibiarkan tidak saja membinasakan individu si pelaku tetapi seluruh jemaat akan tercemar. Hal penting yang harus orang Kristen cermati adalah bahwa kondisi ini selain merusak kesaksian kekristenan, juga melemahkan iman orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Paulus menekankan bahwa dosa harus dibenci, dan orang yang berdosa harus didisiplin. Disiplin yang dijatuhkan semata- mata untuk menjaga kekudusan warga jemaat secara pribadi dan seluruh jemaat.

Di zaman sekarang ini, ada kecenderungan yang sama yaitu tidak menegur anggota jemaat yang melakukan perbuatan dosa, dengan berbagai alasan, misalnya takut dimusuhi. Akibatnya perbuatan dosa menjadi hal yang biasa-biasa saja!

Renungkan: Dosa harus ditelanjangi, pendosa harus digembalakan dan dibimbing untuk bertobat. Warga gereja ikut bertanggung jawab untuk saling menjaga kekudusan jemaat.


Bacaan untuk minggu ke-14 sesudah Pentakosta

Yosua 24:14-18; Efesus 5:21-33; Yohanes 6:60-69; Mazmur 34:15-22

Lagu KJ 157

(0.2576255) (Mzm 64:1) (sh: Di balik kerapuhan terpancar kekuatan (Rabu, 10 Oktober 2001))
Di balik kerapuhan terpancar kekuatan

Di balik kerapuhan terpancar kekuatan. Daud memulai mazmur ini dengan penggambaran tentang situasi yang rentan dari orang benar (ayat 2-7) dan mengakhirinya dengan pendeklarasian keyakinannya akan pertolongan Tuhan (ayat 8-11). Di bawah teror yang menakutkan, ia menyadari bahwa pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Serangan tersembunyi yang dilancarkan secara tiba-tiba tidaklah mampu mendahului langkah penyelamatan yang dikerjakan Tuhan (ayat 5b, 8). Ia yakin, bahwa jerat dan rancangan orang fasik yang dengan sempurna telah disiapkan tidak akan berhasil menghancurkan orang benar, karena Tuhan akan menyembunyikan orang benar dari jerat yang dirancang secara tersembunyi, bahkan membalikkan kejahatan menimpa diri mereka sendiri (ayat 3, 5a, 8-10).

Melalui keyakinan Daud ini, kita dapat mempelajari: [1] Tuhan adalah tempat perlindungan orang benar. Komitmen orang benar untuk hidup dengan cara yang jujur seringkali justru membawanya kepada berbagai kesulitan. Namun Tuhan tidak pernah membiarkan mereka. Ia menyediakan diri-Nya menjadi tempat perlindungan bagi orang benar dan jujur (ayat 11); [2] Di balik kerapuhan orang benar terpancar kekuatan yang tak terkalahkan, sedangkan di balik ketangguhan orang jahat tersembunyi kerapuhan yang tak tertolongkan. Hal ini disebabkan karena sumber kekuatan orang jahat adalah strateginya yang tidak memperhitungkan Tuhan, sedangkan sumber kekuatan orang benar terletak pada doanya (ayat 4-7, 2-3). Doa adalah sumber pengharapan yang kokoh di tengah keadaan yang rentan; [3] Terdapat perbedaan yang nyata antara akhir hidup orang jahat dan orang benar. Tuhan dengan tiba-tiba menembak mereka yang berusaha membidik orang benar (ayat 8, 4-5). Tuhan membuat mereka yang menajamkan lidah dan perkataannya seperti pedang, tergelincir oleh perkataannya sendiri. Hal ini berbeda dengan akhir hidup orang benar; walaupun mereka ada di bawah ancaman bahaya, mereka akan bersukacita dan bermegah karena Tuhan.

Renungkan: Pernahkah Anda berkomitmen untuk hidup dalam kebenaran? Tentunya hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, karena dengannya kita akan diperhadapkan dengan berbagai risiko. Bagaimana pelajaran kita pada hari ini mendorong Anda untuk tetap setia menjalankannya? Singkirkan berbagai hambatan dan majulah!

(0.25738683333333) (Kis 15:20) (jerusalem: makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala) Ialah makanan yang dalam korban orang kafir telah dipersembahkan kepada berhala-berhala, bdk Kis 15:29 dan Kis 21:25. Lihat 1Ko 8-10
(0.25738683333333) (Kel 12:21) (sh: Darah dan tebusan (Jumat, 15 April 2005))
Darah dan tebusan

Darah dan tebusan
Ritual yang dilaksanakan pada hari Paskah, berupa pemotongan domba dan pengolesan darahnya ke tiang pintu rumah orang-orang Israel dilakukan pada malam ketika mereka akan keluar dari Mesir. Hal ini dilakukan sebelum tulah yang kesepuluh dijatuhkan atas Mesir sebagai suatu tanda nyata bahwa Allah tidak akan menghukum orang Israel dengan tulah tersebut (ayat 23,27).

Lebih daripada hanya sebagai penangkal datangnya tulah, orang Israel yakin darah yang dioleskan di tiang pintu rumah mereka menghapuskan dosa seisi rumah itu. Lalu, daging domba panggang yang dimakan pada perayaan ini ialah daging yang menyucikan mereka yang memakannya. Dengan berpartisipasi dalam ritual Paskah ini, umat Tuhan menyucikan diri mereka di hadapan Tuhan dan menjadi bangsa yang kudus (Lihat 19:6).

Setelah semua ritual itu dilakukan, tulah kesepuluh dinyatakan (ayat 12:29-33). Semua rumah tangga orang Mesir, termasuk Firaun, bahkan ternak-ternak mereka kehilangan anak-anak sulungnya. Namun, mereka yang telah disucikan oleh Tuhan, yaitu orang-orang Israel tidak memperoleh kutukan tersebut. Mereka selamat bahkan justru diizinkan untuk pergi keluar dari Mesir. Orang-orang Mesir yang telah melihat kutukan dahsyat Tuhan menimpa mereka, mendesak dan memaksa semua orang Israel untuk pergi (ayat 33).

Para penulis Perjanjian Baru melihat peristiwa kematian Yesus Kristus pada rentetan ritual Paskah ini. Mereka mengartikan sifat kematian-Nya, untuk menyelamatkan, menyucikan, dan menebus manusia. Dia adalah Anak Domba yang dipersembahkan untuk keselamatan setiap orang yang percaya kepada-Nya (Ibr. 9:12). Lebih jauh lagi, di dalam peringatan Perjamuan Kudus, kita diingatkan akan peristiwa tersebut setiap kali kita memakan roti dan meminum anggur.

Renungkan: Allah telah menebus kita di dalam Yesus Kristus. Kita patut bersyukur karena hal itu. Yesus telah menjadi domba paskah bagi kita yang percaya kepada-Nya.

(0.25738683333333) (Ul 12:1) (sh: Demi keberbedaan (Selasa, 13 Mei 2003))
Demi keberbedaan

Demi keberbedaan. Teks Alkitab yang kita baca hari ini mungkin mencengangkan kita karena berbicara tentang sentralisasi tempat ibadah, sesuatu yang amat janggal. Kita dapat memahami bahwa Allah menginginkan orang-orang Israel taat dengan saksama terhadap hukum dan perintah-Nya. Semua tempat penyembahan berhala orang-orang Kanaan harus dihancurkan sampai tidak ada sisanya. Memang, jika seseorang ingin melepaskan diri dari dosa, ia tidak bisa menyisakan dosa itu sedikit pun. Bagaikan bakteri, bila ia tidak dibasmi sampai tuntas, penyakit itu tidak akan bisa dikalahkan - - suatu saat kekuatannya akan bangkit lagi. Eksistensi dari orang-orang Kanaan akan dilenyapkan, dan sebagai gantinya nama Allah akan ditegakkan.

Bangsa Israel tidak diizinkan untuk menyembah Allah dengan cara yang sama seperti orang-orang Kanaan menyembah dewa-dewi mereka. Kemungkinan karena itulah maka Allah membuat sebuah sentralisasi tempat ibadah. Akibatnya, terjadi perubahan pada cara hidup dan ibadah umat Israel. Tidak boleh lagi ada pengorbanan di mezbah- mezbah lokal. Itu berarti orang-orang Lewi akan kehilangan pekerjaan mereka, namun bangsa Israel harus tetap memperhatikan mereka (ayat 12). Peraturan yang agak sedikit dilonggarkan adalah mengenai izin untuk memakan hewan sembelihan yang tidak disembelih di mezbah -- sebelumnya ternak domestik seperti sapi dan kambing harus disembelih di mezbah, bahkan bila hanya untuk dimakan. Ini mungkin disebabkan karena tempat ibadah yang baru jauh dari tempat tinggal banyak orang. Namun, peraturan tentang darah tetap berlaku. Ini semua kemungkinan diperintahkan Allah untuk membuat bangsa Israel tampil berbeda dari para tetangganya.

Renungkan: Untuk hidup kudus dan menjadi kesaksian, jangan ragu untuk menunjukkan keberbedaan Anda dari lingkungan Anda.

(0.25738683333333) (2Taw 19:1) (sh: Menerima pengajaran Tuhan (Sabtu, 22 Juni 2002))
Menerima pengajaran Tuhan

Menerima pengajaran Tuhan. Yosafat sungguh seorang raja yang saleh. Kesalahannya menerima ajakan Ahab telah membuatnya menerima banyak pelajaran dari Tuhan. Pertama, tindakan Tuhan menyelamatkan dia dari maut tentulah membekas dalam. Kedua, adalah teguran tegas Yehu, pelihat yang menyampaikan Firman Allah yang membuat Yosafat bertobat dan beroleh kesempatan untuk memperbaiki diri. Firman Allah tidak hanya membongkar yang salah, tetapi juga mengokohkan yang benar (ayat 3). Pertobatan dan transformasi sejati hanya terjadi bila firman Allah leluasa memandu kehidupan.

Salah satu nilai tambah dari raja Yosafat adalah ia sangat memperhatikan kebutuhan rakyatnya. Dia merasakan denyut kehidupan rakyatnya dengan beranjangsana ke daerah-daerah sambil mengajak seluruh rakyat untuk hanya menyembah Tuhan saja. Dari anjangsananya inilah ia melihat ada banyak masalah yang bisa muncul dalam kehidupan mereka, dari yang kecil sampai yang berskala besar. Karena itu, perlu ada orang-orang yang bisa menjadi penengah, orang-orang yang bijak dan adil, untuk menyelesaikan perkara-perkara yang muncul di tengah masyarakat. Melalui mereka syalom -- damai sejahtera -- yang dari Tuhan bisa dirasakan oleh semua pihak. Tidak semua orang boleh diangkat menjadi hakim karena mereka harus memenuhi standar atau kualifikasi kehidupan rohani yang tinggi yakni takut akan Tuhan, bertindak saksama, tidak curang, tidak suka menerima suap (ayat 7), setia, tulus (ayat 9), dan bersikap tegas (ayat 11). Penegakan keadilan di masyarakat bukan sekadar masalah kemasyarakatan, teta pi ma salah pengejawantahan keadilan Tuhan sendiri yang menjamin kesejahteraan umat (ayat 10). Kepedulian Yosafat akan keadilan membuatnya mengangkat hakim-hakim yang sesuai persyaratan Tuhan itu.

Renungkan: Para hakim yang dipilih oleh Yosafat bukan saja para pemvonis orang-orang yang berperkara. Mereka adalah orang-orang yang terpanggil untuk mewujudnyatakan keadilan Tuhan, tetapi sekaligus menjadi orang-orang yang harus membawa damai sejahtera Allah. Bukankah Kristen pun sepatutnya berfungsi membawa damai dan memperjuangkan keadilan?

(0.25738683333333) (Neh 12:44) (sh: Keteraturan dan pujian dalam tata ibadah (Kamis, 30 November 2000))
Keteraturan dan pujian dalam tata ibadah

Keteraturan dan pujian dalam tata ibadah. Setelah pertobatan dan pentahbisan tembok, kehidupan beragama orang Israel mulai dijalankan kembali. Tidak hanya kehidupan agama secara rutinitas, semua orang Israel baik rakyat biasa maupun para imam dan orang Lewi begitu bersemangat untuk menjalankan tuntutan Taurat dengan benar (lihat 10:28-39). Untuk itu diangkatlah para petugas yang bekerja melayani di rumah Allah. Mereka bekerja secara penuh waktu, tidak lagi melakukan pekerjaan yang lain.

Para iman dan orang Lewi itu menjalankan perannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Beberapa diangkat untuk mengawasi bilik- bilik perbendaharaan. Orang-orang Lewi pergi mendatangi orang- orang Israel untuk mengumpulkan perpuluhan. Perpuluhan itu diperlukan untuk menopang kehidupan dan memenuhi kebutuhan para imam dan orang-orang Lewi. Tanpa adanya perpuluhan mereka semua tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Akibatnya kehidupan rohani bangsa Israel akan terganggu juga.

Sesuatu yang menarik juga terungkap dalam bagian ini yaitu perhatian khusus diberikan kepada para penyanyi. Ini membuktikan bahwa puji- pujian dalam ibadah menjadi semakin penting. Kepentingan pujian ini semakin ditegaskan dengan cara menyebutkan Asaf segera sesudah Daud, sang raja dan pahlawan besar bangsa Israel. Apa kepentingan Asaf dalam pembangunan kembali tembok Yerusalem? Bila Zerubabel dan Nehemia disebut dalam bagian ini adalah wajar sebab mereka adalah para gubernur pada masa pemulangan bangsa Israel, tapi siapakah Asaf? Ia hanya seorang penyanyi. Semua orang Israel memberikan sumbangan kepada para penyanyi dan penunggu pintu gerbang walaupun tidak banyak (47).

Renungkan: Di dalam ibadah, keteraturan dan pembagian tugas para pekerja gereja dan pengurus secara jelas dan rinci akan mendukung jalannya ibadah yang membawa berkat bagi jemaat. Warga jemaat bersukacita bila ibadah dan kehidupan gereja dikerjakan secara teratur dan rapi. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah peran para pemimpin pujian dan paduan suara. Rakyat Israel mendukung penyanyi mereka agar dapat hidup. Sudahkah kita menghargai pemimpin pujian dalam kebaktian dan paduan suara? Ataukah kita menganggap mereka hanya pelengkap saja?

(0.25738683333333) (Ayb 8:1) (sh: Logis tetapi salah (Jumat, 3 Desember 2004))
Logis tetapi salah

Logis tetapi salah. Bildad kini ganti berbicara, tajam dan terus terang, langsung memojokkan Ayub. Penderitaan itu tak lain adalah hukuman Allah atas dosa-dosa Ayub. Karena itu, anjurannya sederhana sekali. Bertobat, Allah akan mengampuni dan memulihkan bahkan jauh melebihi kondisi sebelumnya. Alur pemikiran Bildad sederhana, logis, dan tampaknya teologis juga. Begini: Allah tidak mungkin menghukum semena-mena, hanya kepada orang berdosa hukuman itu Ia jatuhkan. Penderitaan adalah wujud hukuman Tuhan. Karena Ayub sedang menderita, berarti Ayub dihukum Tuhan. Jadi jelas bahwa Ayub berdosa.

Ada dua kesalahan Bildad dalam pemikiran itu. Pertama, bila hukuman membuat orang menderita, tidak harus berarti bahwa semua penderitaan adalah hukuman. Bildad tidak memberi tempat bagi tindakan Tuhan yang memang memberatkan hidup manusia namun, bukan sebagai hukuman melainkan alat atau proses pemurnian untuk orang yang dikasihi-Nya. Kedua, menyimpulkan kondisi moral-spiritual seseorang dari kondisi lahiriah yang sedang dialaminya adalah hal keliru (ayat 6). Kondisi moral-spiritual seseorang seharusnya dinilai dari fakta konkret kehidupan moral-spiritualnya bukan dari kondisi lahiriahnya. Bildad jelas menolak evaluasi dari penutur dan dari Allah sendiri tentang integritas Ayub sebab telah meragukan kesucian dan kejujuran Ayub (ayat 6).

Ada tuduhan lain lagi yang dilecutkan Bildad kepada Ayub. Ia menuduh Ayub sombong dan tidak mau merendahkan diri untuk belajar dari orang-orang yang lebih tua dan berpengalaman. Bildad menuduh Ayub sebagai semacam orang muda yang menolak wibawa orangtua, tradisi, guru-guru, orang-orang berhikmat (ayat 8-10). Ini adalah falsafah yang mirip falsafah kita di Timur. Pandangan orangtua dan yang dituakan dianggap menyuarakan pendapat Allah sendiri. Dalam wawasan dunia orang Timur, semakin tua semakin berilmu, semakin bertenaga dalam, semakin menyerupai yang ilahi. Jadi kesalahan menolak Allah pada Ayub itu pastilah karena ia mengabaikan nasihat orang-orang tua.

Renungkan: Jangan-jangan kedangkalan pemahaman Alkitab kita membuat ucapan kita menyakiti hati sesama.

(0.25738683333333) (Ayb 34:1) (sh: Orang pandai yang bodoh (Selasa, 13 Agustus 2002))
Orang pandai yang bodoh

Orang pandai yang bodoh. Walau Elihu menjamin ingin membela Ayub (ayat 33:32), dalam pasal ini jelas bahwa ia memihak teman-teman Ayub. Masalahnya jelas: dengan mengaku dirinya bersih, Ayub menuduh Allah tidak adil. Karena itu, Ayub harus memohon belas kasihan Allah. Elihu berbicara di muka orang-orang berhikmat yang akan menentukan kebenaran (ayat 1-4).

Ia mulai mengajukan kasusnya dengan mengutip tuduhan Ayub kepada Allah (ayat 5-6). Namun, dia menyerang Ayub dengan menyatakan bahwa Ayub hidup tak bermoral (ayat 7-8), sebuah tuduhan yang tidak adil karena tanpa bukti. Ayat 9 menunjukkan keraguan Ayub bahwa hidup dikenan Allah tidak menjamin keadaan akan seperti demikian terus. Maka, Elihu melihat bahwa Ayub bukan hanya menuduh Allah tidak adil, tetapi sedang menghujat Dia. Karena itu, ia mengimbau agar orang-orang (maksudnya Ayub) menjadi berhikmat (ayat 10). Dengan berbagai argumen Elihu menegaskan bahwa Allah tidak mungkin salah dan bahwa manusia mutlak tergantung pada-Nya (ayat 11-15).

Setelah itu, Elihu berkata-kata kepada Ayub (ayat 16-37). Bukankah Allah tidak mungkin memerintah bumi kalau Ia jahat (ayat 17)? Allah memakai kekuasaan-Nya untuk kebaikan, menunjukkan Allah yang tidak pilih kasih (ayat 18-20). Ayub, yang sedang kesusahan dan terpuruk dalam debu, sulit mengerti argumen ini. Ucapan Elihu seterusnya tentang penghakiman Allah secara tidak langsung menyindir Ayub. Orang jahat tidak bisa lari dari Allah karena Allah mahatahu dan kesalahan pasti dihukum, dan sebenarnya Elihu menuduh bahwa Ayub menindas orang miskin (ayat 21-30).

Bagian ini ditutup dengan keputusan tentang Ayub (ayat 31-37). Ayub telah melakukan dosa kebodohan dan ia harus mengaku dosa dan meminta hikmat kepada Allah. Elihu mengharapkan agar Ayub menerima usulannya agar tidak dihukum. Elihu juga meminta para pendengar lain mendukung pikirannya: Ayub bodoh dan kekerasan hatinya menambah kesalahannya.

Renungkan: Orang yang pandai selalu menyadari keterbatasannya. Orang bodoh selalu merasa pandai dan menganggap orang lain bodoh.

(0.25738683333333) (Mzm 92:1) (sh: Bagaimana pertumbuhan rohani Anda? (Kamis, 6 Oktober 2005))
Bagaimana pertumbuhan rohani Anda?

Bagaimana pertumbuhan rohani Anda? Posisi Allah dari seharusnya tertinggi dan tersentral dalam hidup anak-anak Tuhan bisa dengan mudah tersingkir oleh berbagai alasan. Berbagai masalah kehidupan maupun bermacam-macam kesibukan dan tanggung jawab sering kali membuat orang Kristen secara tidak sadar menggeser Allah dari pusat kehidupannya.

Mazmur ini mengingatkan orang-orang beriman tentang pentingnya secara sadar memposisikan Allah sentral dan utama dalam hidup mereka (ayat 9). Sebagai suatu nyanyian untuk hari Sabat (ayat 1), mazmur ini mengajarkan umat Tuhan untuk merespons baik berkat-berkat-Nya dalam ciptaan maupun tantangan-tantangan hidup yang mereka hadapi dengan sikap yang benar.

Yang membedakan orang beriman dari orang fasik adalah di mana mereka masing-masing memposisikan Tuhan. Sikap meninggikan Tuhan pada orang beriman terungkap jelas dalam kebiasaan mereka bersyukur kepada-Nya (ayat 2) dan hasrat mereka memberitakan kasih setia Tuhan sepanjang waktu (ayat 3). Orang fasik justru sebaliknya! Mereka tidak mengakui kebesaran Allah serta keagungan karya-karya-Nya karena mereka tidak menyadari bahwa semua realitas ini berasal dari Allah (ayat 7).

Prinsip Sabat adalah prinsip memposisikan Tuhan Allah di tempat tertinggi yang sesungguhnya sehingga semua yang lain akan berada pada posisi yang seharusnya. Bukan saja dalam situasi baik, dalam situasi tidak baik sekalipun sikap ini memberi pembebasan. Orang beriman tidak perlu dibelenggu oleh berbagai kekuatiran tentang kebutuhan hidup atau oleh ancaman-ancaman yang datang dari orang-orang fasik. Jika Tuhan yang bertakhta di surga bertakhta di hati, kita akan bertumbuh terus ke arah Dia (ayat 13-16). Sebaliknya, orang yang menggeser Tuhan ke luar hidupnya akan mengalami kekeringan rohani dan akhirnya binasa (ayat 8).

Renungkan: Apakah hidup Anda sedang bertumbuh ke arah Allah?

(0.25738683333333) (Mzm 115:1) (sh: Tujuan ibadah (Sabtu, 4 Mei 2002))
Tujuan ibadah

Tujuan ibadah. Sebagaimana gong besar dipukul berulang-ulang untuk menentukan nada lagu, demikian mazmur ini dibuka dengan perkataan, “Bukan kepada kami …”. Pemazmur mengemukakan tentang tujuan dari ibadah umat yang sebenarnya ialah memberikan kemuliaan kepada Tuhan karena kasih dan kesetiaan Allah. Ini amat berbeda dari bangsa-bangsa kafir yang bertanya dengan nada menghina, merendahkan kemuliaan Allah dan melukai hati orang beriman, “Di mana Allah mereka?” (bdk. Mzm. 42:4). Terhadap ejekan bangsa–bangsa lain, bangsa Israel menyatakan imannya bahwa Allahnyalah yang berkuasa sedang dewa-dewa bangsa lain hanyalah buatan tangan manusia dan sama sekali tidak berdaya (ayat 3-8).

Karenanya, pemazmur mengajak umat Israel, para imam keturunan Harun, dan orang-orang yang takut akan Tuhan untuk “Percayalah pada Tuhan”. Ajakan pemazmur ini diresponi dengan ucapan bersama , “Dialah pertolongan dan perisai mereka”. Sebagai perisai, Allah menyelamatkan, melindungi dan menolong sedemikian rupa sehingga orang-orang-Nya yang terjatuh, dan tertunduk lemah dapat mengangkat kepalanya kembali. Orang-orang yang percaya akan Tuhan itu pun aman karena dikelilingi kasih setia Allah (lih. Mzm. 32:10). Mereka juga tahu dengan pasti bahwa Tuhan akan bertindak (lih. Mzm. 37:3,5) sehingga mereka dapat menghadapi beragam tantangan dengan tenang.

Bila Tuhan Allah mengingat umat-Nya, Ia bertindak sesuai dengan perjanjian-Nya dan memberi berkat kepada umat Israel. Berkat Tuhan ini menyeluruh baik terhadap orang-orang kecil maupun besar. Karena langit kepunyaan Tuhan dan bumi telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia (ayat 16), maka selama umat Allah masih hidup, dalam kesempatan apa pun mereka patut memuji Allah selama-lamanya (ayat 18). Pujian harus terus dikumandangkan oleh angkatan yang akan datang. Jangan menunda memuji Allah, karena orang-orang mati tidak dapat lagi melakukannya (ayat 17).

Renungkan: Manusia memiliki hati dan otak yang dapat merenungkan kebesaran dan kebaikan Allah sehingga mendorong mulut memuji Dia dengan tulus.

(0.25738683333333) (Mzm 140:1) (sh: Gambaran tentang dunia (Minggu, 19 September 1999))
Gambaran tentang dunia

Gambaran tentang dunia Sejak ribuan tahun yang lalu, sudah ada pembunuhan, kekerasan, penindasan, kecemburuan, kedengkian, dan segala macam kejahatan lain, yang menjadi bagian dari tingkah laku manusia. Hal ini menggambarkan keadaan dunia tempat kita hidup dan bersosialisasi. Demikianlah keadaan yang dialami pemazmur. Pemazmur mengungkapkan betapa situasi hidupnya sangat tertekan ketika ia harus bersembunyi dari kejaran dan ancaman Saul. Tetapi pada akhirnya pemazmur menemukan cara mengatasinya. Ia berdoa memohon perlindungan dan keluputan (ayat 2-6), dan ia memohon kemenangan (ayat 9-12). Ia mohon agar Tuhan membalik situasinya dan membalik situasi mereka yang membencinya.

Allah berdaulat atas orang fasik. Dari sudut pandang manusia, nampaknya kehidupan orang fasik lancar, sukses dan bahagia. Mereka "bebas" melakukan kecemaran, kejahatan, kekerasan, dan penindasan; seolah-olah tak ada yang mengendalikan rencana dan perbuatan mereka. Apakah benar demikian? Tidak! Allah berdaulat atas mereka. Mungkin nampaknya Allah berdiam diri dan membiarkan kejahatan semakin merajalela. Namun sesungguhnya Allah membatasi; Ia tahu saat-Nya bertindak menyatakan keadilan-Nya. Bila Allah bertindak, tak seorang pun dapat menghalangi Allah untuk menyatakan keadilan dan hukuman-Nya bagi orang fasik. Serahkan penghakiman kepada Allah atas orang-orang yang menindas kita. Keadilan Tuhan akan dinyatakan kepada orang yang tertindas dan perkara orang miskin akan dibela. Ketika kita mengalami kesesakan karena ancaman dan perlakuan orang yang membenci kita sulit bagi kita untuk melihat keadilan Tuhan. Namun Daud pada akhirnya mengimani keadilan-Nya yang dinyatakan dalam hidupnya. Dengan demikian, orang benar akan memuji Tuhan dan orang jujur akan diam di hadapan-Nya. Artinya, orang benar akan menyaksikan keadilan Tuhan dengan sukacita. Inilah doa dan pengharapan Kristen.

Doa: Tuhan, aku percaya bahwa Engkau akan bertindak sebagai pembelaku.

(0.25738683333333) (Ams 1:1) (sh: Perbedaan pengetahuan dan hikmat (Sabtu, 15 November 2003))
Perbedaan pengetahuan dan hikmat

Perbedaan pengetahuan dan hikmat. Pengetahuan diidentikkan dengan informasi yang tepat, sedangkan hikmat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi yang tepat itu pada waktu dan cara yang tepat. Di kitab Amsal, Raja Salomo tidak membedakan keduanya; istilah pengetahuan dan hikmat dipakai silih berganti untuk mewakili makna yang sama yakni bijaksana. Hikmat berawal dari kemampuan untuk melihat dan mendengarkan. Pada waktu Salomo diangkat menjadi raja, ia berdoa, “… berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham …” (ayat 1Raj. 3:9). Kata “paham” di sini berasal dari akar kata “mendengar”, tetapi bukan asal mendengar, melainkan mendengarkan dengan penuh perhatian. Orang yang bodoh—tidak berhikmat—tidak bersedia mendengarkan siapa pun termasuk Tuhan. Orang yang tidak mendengarkan Tuhan, Sang Sumber hikmat, adalah orang yang tidak takut kepada Tuhan. Ada orang yang kaya namun bodoh dan ada orang yang berpendidikan tinggi tetapi bodoh; ternyata, kaya dan cerdas tidak sama dengan bijaksana. Hikmat tidak diperoleh lewat kekayaan atau kecerdasan; hikmat didapatkan dari takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang dipimpin oleh Tuhan; setiap langkah yang diambilnya merupakan hasil tuntunan Tuhan dan Tuhan tidak akan membiarkannya tersesat.Orang yang bijak adalah orang yang “tahu diri”—ia menyadari keterbatasannya; itu sebabnya ia bersedia menerima didikan baik dari Tuhan maupun sesamanya. Sebaliknya, orang bodoh adalah orang yang “tidak tahu diri”—ia tidak menyadari keterbatasannya dan menganggap diri mengetahui segalanya.

Renungkan: Dalam mengambil keputusan, jangan cepat-cepat berkata, ya atau tidak. Jawablah dengan, tunggu!—menunggu kehendak dan pimpinan Tuhan. Inilah awal dari hikmat.

(0.25738683333333) (Ams 1:20) (sh: Kebalikan hikmat adalah bebal (Senin, 17 November 2003))
Kebalikan hikmat adalah bebal

Kebalikan hikmat adalah bebal. Untuk menjelaskan tentang hikmat, Amsal banyak berbicara mengenai kebebalan. Amsal mengajarkan bahwa orang bebal adalah orang yang menolak hikmat. Bahkan firman Tuhan menjelaskan dengan saksama kepada kita bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh hikmat, asalkan ia mau menerima panggilan Tuhan. Bila ia tidak memiliki hikmat, itu disebabkan oleh pilihannya sendiri. Dengan perkataan lain, orang bebal adalah orang yang memilih untuk hidup bebal (ayat 29).

Orang bebal tidak suka mendengarkan hikmat karena hikmat seperti terang yang menyinari kebodohannya. Ia lebih suka hidup dalam kebebalannya daripada mengakui kekeliruannya. Ia akan lebih memilih teman yang sejiwa dengannya karena mereka akan membenarkan tindakannya; sebaliknya, ia membuang teman yang takut akan Tuhan sebab mereka akan menegur perbuatannya.

Orang bebal adalah orang yang angkuh dan tidak mau dipersalahkan, apalagi belajar dari kesalahan. Akibatnya ia harus memakan sendiri buah perbuatannya, bahkan menanggung akibat fatal kesalahannya (ayat 31-32).

Hikmat hanya diberikan kepada orang yang takut akan Tuhan. Sedangkan orang yang berhenti takut akan Tuhan, adalah orang yang berhenti berhikmat. Sebagai anak Tuhan kita pun bisa menjadi bebal karena adakalanya kita berhenti takut kepada Tuhan. Kita tetap melakukan dosa yang sama kendati kita tahu itu salah. Kita menutup telinga dan mata terhadap peringatan Tuhan. Harus kita waspadai, sebab suatu saat Tuhan akan membiarkan kita terjatuh sangat dalam (ayat 24-28). Di dasar sumur dosa yang dalam itulah kita baru berseru dan bertobat.

Renungkan: Dengarkanlah suara Tuhan sewaktu kita berada di “luar sumur”; mengapa memilih terjerumus dulu ke “dalam sumur” baru sadar akan suara Tuhan?

(0.25738683333333) (Ams 10:18) (sh: Hati-hati gunakan lidahmu (Senin, 24 Juli 2000))
Hati-hati gunakan lidahmu

Hati-hati gunakan lidahmu. Pernahkah Anda membandingkan antara Basuki Abdullah pelukis kondang, Rudi Hartono maestro bulutangkis, dan Kusni Kasdut seorang pembunuh yang dihukum mati beberapa tahun yang lalu? Apa persamaan yang mereka miliki dan apa yang membedakan mereka? Mereka sama-sama terkenal. Ketenaran mereka disebabkan karena hasil karya tangannya. Namun dua tokoh yang pertama menggunakan tangannya untuk berkarya bagi manusia, sedangkan yang terakhir menggunakan tangannya untuk mengakhiri hidup manusia.

Penulis Amsal memaparkan bagaimana 2 jenis manusia -- manusia bebal dan manusia bijak -- menggunakan lidahnya dan dampak apa yang akan diterimanya. Orang dapat menggunakan lidahnya untuk berdusta demi kepentingannya atau untuk menyakiti perasaan orang lain (18). Ia dapat menggunakannya asal-asalan dan tak dapat dipertanggung-jawabkan (19). Lidah juga dipergunakan untuk memfitnah ataupun memprovokasi pihak lain (31-32).

Orang yang menggunakan lidahnya seperti uraian di atas akan merugikan diri sendiri, itulah dampak yang jelas yang akan diterimanya cepat atau lambat (19). Artinya, kenyataan yang diterima tidak sesuai dengan harapan. Selain kerugian, ia juga akan mendapat celaka karena penyalahgunaan lidah (21, 31). Bagaimana dengan orang benar? Ia menggunakan lidahnya secara hati-hati dan bertanggungjawab (19). Karena itu bibirnya dihargai orang banyak (20). Bibirnya dipergunakan bagi ketenteraman, penghiburan, dan kesejahteraan banyak orang (21, 32). Orang yang mempergunakan bibir dan lidahnya dengan cara yang bijaksana dan benar disebut orang benar. Dan orang benar adalah orang yang paling berbahagia sebab jalan-Nya akan melindunginya (29). Walaupun harus menunggu, namun impiannya akan menjadi kenyataan (28). Akhirnya orang benar akan tetap teguh berdiri walaupun banyak goncangan yang harus dialaminya (30).

Renungkan: Anda bebas memilih untuk menentukan apakah akan menggunakan lidah Anda untuk menghasilkan rangkaian kata-kata indah atau rangkaian kata-kata `busuk'. Namun Anda harus ingat bahwa setelah pilihan dijatuhkan, Anda menjadi terikat untuk menerima apa pun konsekuensi atas pilihan itu.

(0.25738683333333) (Yes 5:8) (sh: Keserakahan (Jumat, 7 Oktober 2011))
Keserakahan

Judul: Keserakahan
Calvin dalam tafsirannya mengutip Krisostomus, "Kalau orang sudah serakah, kalau bisa, matahari pun akan dia ambil dari orang miskin." Ayat 8 mengingatkan kita tentang kejadian yang ramai menghiasi media-media massa kita. Orang yang sudah memiliki begitu banyak kekayaan merasa masih perlu mengambil dari mereka yang berkekurangan. Itulah ciri moralitas bangsa Israel yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Sebenarnya, jika semua ladang dan rumah diambil sementara orang-orang miskin tidak beroleh tempat untuk hidup, siapa yang akan mengusahakan tanah itu? Siapa yang akan membeli produk yang ada dan menjalankan roda perekonomian? Ayat 8-10 sangat logis dari sudut pandang perekonomian. Roda perekonomian tidak berjalan karena tidak ada sumber daya untuk mengerjakannya dan tidak ada daya beli pada masyarakat.

Kejahatan orang Israel merambah kepada mentalitas mereka. Mereka hanya ingin berfoya-foya dan menikmati hidup, tidak menggunakan waktu untuk kegiatan bermakna. Hidup tidak dipandang sebagai harta yang harus digunakan dengan bijaksana tapi sebagai lubang hitam yang terus disodori dengan berbagai kesenangan tanpa pernah terpuaskan. Pola pikir mereka bukanlah memproduksi dan mempersembahkan kepada Tuhan melainkan mengkonsumsi dan mempersembahkan pada diri.

Tuhan tetaplah Yang Mahakudus dari Israel. Karakter-Nya nyata dengan konsisten dalam segala keadaan. Tuhan akan menunjukkan siapa Dia sesungguhnya, untuk meluruskan kebengkokan mereka dan membalikkan kekacauan kepada ketertiban (16-17) sehingga mereka yang selama ini berdelusi bahwa mereka baik-baik saja sekonyong-konyong disadarkan bahwa mereka ada dalam masalah besar karena mengabaikan kebenaran Tuhan (18-24).

Tuhan tidak berubah. Selama Dia masih bersabar, Dia masih berikan kita kesempatan bertobat. Kesaksian macam apa yang ditunjukkan kehidupan sosial kita?

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/10/07/

(0.25738683333333) (Yes 65:1) (sh: Wartakan anugerah-Nya (Jumat, 2 September 2005))
Wartakan anugerah-Nya

Wartakan anugerah-Nya "Percuma menjadi orang Kristen, orang yang bukan Kristen justru lebih bermoral," demikian sering kita dengar komentar orang yang menolak ketika diajak untuk percaya kepada Yesus. Komentar manusia itu bisa saja salah, tetapi bagaimana jika komentar senada datang dari Allah?

Bagi Allah, Israel jauh lebih bobrok dan jahat dibanding dengan mereka yang tidak mengenal Allah. Itulah alasan Allah menyatakan diri kepada bangsa-bangsa kafir (ayat 1,2). Israel bukan saja menjauhi Allah dan memesrai berbagai dewa dewi kekejian, bahkan mereka memutarbalikkan moralitas (ayat 4,5). Allah tidak membiarkan kekudusan-Nya dihina oleh umat-Nya. Pedang Allah dihunus untuk membantai mereka yang dalam tindakannya membuktikan kepalsuan mereka (ayat 12). Tindakan kejam Allah ini adalah kebaikan Allah untuk memurnikan dan mengobarkan kerinduan mereka yang sungguh-sungguh melayani Allah (ayat 8-11).

Israel yang menolak dipakai menjadi saksi-Nya akan menuai hukuman. Allah akan menyatakan siapa Diri-Nya di hadapan segala bangsa (ayat 6-7). Kesusahan dahsyat akan dialami orang yang menolak menyembah-Nya, tetapi kebaikan-Nya akan diterima orang yang takut akan Dia (ayat 13-15). Perbuatan Allah itu bermakna ganda, yakni supaya umat-Nya menyak-sikan keperkasaan-Nya dan supaya bangsa-bangsa mengakui kuasa-Nya (ayat 8-12). Kelak, semua orang akan mengakui bahwa Allah Israel adalah Allah sejati. Nama-Nya akan diingat dan disebut orang yang mencari Allah sejati (ayat 16).

Orang Kristen harus berbeda dari orang yang belum mengenal Yesus! Beda bukan karena orang Kristen lebih baik atau diistimewakan Tuhan, tetapi karena karya penyelamatan Yesus. Orang Kristen memiliki Tuhan yang diabdinya sepenuh hati. Dia adalah pusat hidupnya. Dia hadir menguduskan dan memperbarui terus hidup kita. Roh Allah terus-menerus membuat perbedaan bahkan antara Kristen yang sungguh taat kepada-Nya dari yang hanya namanya saja Kristen.

Renungkan: Jika Ia Tuhanku, hamba siapakah aku?

(0.25738683333333) (Yes 66:1) (sh: Berfokus kepada Tuhan (Sabtu, 21 Desember 2013))
Berfokus kepada Tuhan

Judul: Berfokus kepada Tuhan
Satu hal yang dibanggakan orang Israel adalah Bait Allah yang megah. Namun Tuhan mengingatkan, seperti doa Raja Salomo saat penahbisan Bait Suci (1Raj. 8:27), bahwa bait itu tak ada artinya untuk Tuhan karena segala sesuatu di alam semesta ini adalah milik-Nya.

Dalam perikop ini, Yesaya sekali lagi mengangkat tema tentang penyembahan yang salah. Ia mengingatkan rakyat Yehuda bahwa tak ada gunanya mencoba menyogok Tuhan dengan kebaikan-kebaikan dan ritual keagamaan kalau hati mereka tidak dengar-dengaran akan Tuhan yang melihat menembus tindakan kita langsung ke lubuk hati terdalam.

Yesaya 66:2 menggaungkan penyataan diri Tuhan pada Yesaya 57:15. Ia ingin umat-Nya mengenal betul siapa Dia sehingga dari pengenalan itu akan lahir hati yang baru, yang selaras dengan pribadi-Nya. Sebagaimana Ia adalah Allah yang "bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, " maka seyogianya orang-orang yang telah ditebus-Nya juga berbuat hal yang sama. Jika kita sungguh mengenal Allah yang kita sembah, maka apa yang menyenangkan hati-Nya akan menyenangkan hati kita; sebaliknya, apa yang mendukakan hati-Nya akan mendukakan hati kita juga.

Mengikut jalan kebenaran bukanlah pilihan yang populer. Orang-orang terdekat kita pun bisa menjadi jerat untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Pada ayat 5, Tuhan memberikan peneguhan kepada anak-anak-Nya yang "gentar kepada firman-Nya" agar tetap menjaga fokus yang tunggal kepada Dia kendati cobaan hidup datang merayu kita agar memilih kenikmatan dunia, kehormatan, dan ketenaran, ketimbang mengikut jalan Tuhan. Berhati-hatilah! Hal ini bisa terjadi baik di tengah dunia maupun di dalam gereja sekalipun. Si Jahat dengan berbagai cara akan memakai tipu dayanya agar kita berfokus pada hasil sebagai bukti penyertaan Tuhan (5). B. Chapell mengingatkan, "Kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan bukan cuma ketika kita harus mengorbankan segalanya, tetapi juga ketika [karya kita] tampaknya tidak mengubah apa pun."

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.25738683333333) (Mi 7:8) (sh: Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan (Jumat, 22 Desember 2000))
Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan

Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan. Ada 2 macam orang berdosa. Pertama, orang yang berdosa namun tidak mau menyadari keberdosaannya dan tidak mau berbalik kepada Allah. Kedua, orang berdosa yang menyadari keberdosaannya dan mau berbalik kepada Allah. Bangsa Israel adalah orang berdosa jenis pertama, sedangkan Mikha adalah orang berdosa jenis yang kedua. Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan Tuhan (9). Orang saleh juga akan menderita ketika masyarakat yang bobrok dimana ia tinggal menjadi porak poranda. Walaupun ia tidak ikut serta dalam kejahatan masyarakat, ia tetap harus memikul tanggung jawab tertentu atas apa yang telah terjadi di dalam masyarakat.

Mikha menerima semua yang menimpanya sebagai suatu keadilan. Ia tidak putus harapan pada saat orang di sekitarnya mencemooh dia karena amarah Tuhan yang sedang menimpanya. Ia tidak takut sekalipun ia jatuh dan duduk dalam kegelapan. Ia hidup di dalam zaman dimana bangsanya di ambang kehancuran. Masyarakat Israel yang korup akan segera dihancurkan dan mereka yang masih hidup akan diangkut sebagai tawanan ke negara Asyur. Segala sesuatu di sekitar Mikha tampaknya hancur berantakan. Sangat sulit bagi Mikha untuk percaya bahwa suatu hari kelak pagar tembok kotanya akan dibangun kembali dan wilayah negaranya akan menjadi lebih luas (11). Namun ia tetap yakin bahwa Allah sang Hakim Agung akan menjadi pengacara dia dan membela perkaranya dan bangsanya. Pada akhirnya ia akan menang bersama Tuhan. Kemurahan Allah dan kesadaran Mikha sebagai orang berdosa yang membutuhkan anugerah pengampunan-Nya akan menjadikan ia orang yang menang karena Tuhan. Ia tidak hanya akan menerima pengampunan dari Allah namun para musuhnya pun nantinya akan mengakui kebenarannya (12).

Renungkan: Tetaplah setia dan yakin kepada Allah ketika kegelapan menimpa kita. Ketika Ia tampil semua kerajaan di dunia akan menjadi kerajaan Allah dan Kristus menjadi Rajanya. Pengharapan kita adalah walaupun sekarang kegelapan meliputi kita, ada kepastian bahwa kerajaan Allah akan segera hadir. Biarlah kita seperti Mikha yang berkata dalam pengharapannya `akan datang suatu hari bahwa pagar tembokmu akan dibangun kembali'.



TIP #18: Centang "Hanya dalam TB" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab hanya dalam versi TB [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA