(0.108191025) | (Ul 9:1) |
(sh: Menerobos kesombongan (Kamis, 8 Mei 2003)) Menerobos kesombonganMenerobos kesombongan. Kecenderungan orang selalu berpikir bahwa jika ia melakukan sesuatu untuk Tuhan, maka Tuhan akan memberikan imbalannya. Di sini jelaslah satu hal: manusia terlalu memiliki harga diri yang tinggi sehingga tidak siap menerima sesuatu tanpa melakukan apa- apa. Dengan kata lain, manusia tidak pernah siap untuk menjadi seperti pengemis di hadapan Allah yang mahakaya. Manusia masih merasa bisa membayar Tuhan -- dan dengan demikian bisa menyombongkan dirinya. Seruan berikutnya kepada bangsa Israel adalah kembali dengan formulasi syema yang terkenal -- dengarlah Israel. Artinya, dengarlah untuk taat! Mereka perlu mendengarkan dan mengamini bahwa Tuhan akan mengerjakan dengan pasti suatu perkara besar. Bahkan Allah juga memberikan jaminan sebagai satu-satunya Allah yang berkuasa. Ialah yang akan berperang bagi bangsa Israel. Itu semua akan dilakukan Allah karena Allah telah berjanji kepada bapa-bapa leluhur Israel, dan Ia tidak pernah berdusta. Bahaya lain yang akan dihadapi bangsa Israel, adalah kesombongan. Mereka bisa berpikir bahwa karena kesetiaan dan karena kebaikan merekalah maka mereka mendapatkan semua kebahagiaan itu. Musa menyatakan bahwa bukan demikian kebenarannya. Allah memberikan tanah itu karena janji-Nya yang berdaulat kepada para bapa leluhur, bukan karena kesetiaan mereka -- karena mereka sebenarnya tegar tengkuk. Ini kelihatannya bertentangan dengan apa yang sudah kita baca sebelumnya bahwa ketaatan adalah syarat agar mereka dapat menaklukkan Kanaan (lih. mis., 4:1; 6:18-19). Syarat itu berlaku mulai saat ini (lih. 10:16, BIS). Ketaatan adalah sesuatu yang harus, namun itu bukan alasan mengapa Allah memberikan Kanaan kepada mereka. Renungkan: Semua yang baik yang kita terima dalam hidup ini adalah karena anugerah Tuhan semata. Berkat Tuhan tidak bisa kita beli dengan kebaikan kita! |
(0.108191025) | (Ul 14:1) |
(sh: Komunitas terpilih dan kudus (Jumat, 16 Mei 2003)) Komunitas terpilih dan kudusKomunitas terpilih dan kudus. Israel adalah bangsa yang dikhususkan dan yang dipisahkan oleh Tuhan untuk Tuhan. Kekhususan tersebut membuat Israel harus berbeda dalam berbagai aspek kehidupan dengan bangsa-bangsa lain. Kadang-kadang perintah semacam ini terasa oleh kita sebagai terlampau eksklusif, ekstrim dan fanatik memutuskan hubungan antara umat Allah dengan bangsa-bangsa lain. Misalnya, Israel tidak boleh mengikuti cara berkabung bangsa-bangsa sekitar yang berakar pada kepercayaan akan ilah-ilah (ayat 1,2). Israel juga tidak diperkenankan memakan binatang yang dipersembahkan kepada ilah-ilah bangsa lain dan binatang- binatang yang diharamkan (ayat 7,8,10,12-20). Dari ketentuan ini, kita mempelajari dua hal: pertama, larangan- larangan ini bertujuan memutuskan mata rantai umat Israel dengan bangsa-bangsa lain yang mempengaruhi Israel menyembah ilah-ilah lain. Pada waktu itu (zaman sesudah pembuangan) umat Allah telah begitu jauh meninggalkan Allahnya dan menyembah ilah-ilah lain. Kedua, larangan-larangan memakan daging hewan, burung, dan binatang laut tertentu tidak secara otomatis menjadi peraturan yang harus dilaksanakan oleh umat Allah sepanjang zaman. Sebab penekanan utamanya bukan pada jenis makanannya, tetapi pada sikap umat yang tahu membedakan mana kudus mana tidak. Allah berinisiatif memilih dan mengkhususkan orang yang beriman kepada-Nya, termasuk kita, untuk Dia. Bahkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita telah dikuduskan-Nya. Karena itu respons orang beriman adalah menyerahkan diri dan tunduk total kepada Allah dan kehendak-Nya. Seluruh keberadaan hidup kita sudah seharusnya mengikuti ciri kekudusan Allah: tidak bercacat cela, tidak membangkang terhadap Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Renungkan: Tuhan tidak hanya memilih dan mengkhususkan Anda, tetapi juga menguduskan Anda untuk Dia. |
(0.108191025) | (Ul 14:22) |
(sh: Syukur dan solidaritas umat (Sabtu, 17 Mei 2003)) Syukur dan solidaritas umatSyukur dan solidaritas umat. Janji Allah kepada umat seperti yang digenapi dalam karya penyelamatan Allah mencakup keturunan, tanah penuh berkat dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Hal mana kini terbukti antara lain dalam berkat-berkat pertanian dan peternakan (ayat 22,23). Respons umat? Sepersepuluh dari hasil pertanian dan peternakan umat harus dipersembahkan dan dinikmati di hadapan Allah dengan sukacita. Karya penyelamatan Allah tidak boleh dihentikan di dalam egoisme tetapi harus berlanjut dalam persekutuan umat yang saling memperhatikan dan saling menghidupi. Berkat-berkat tidak untuk keluarga sendiri, tetapi menjadi bagian seluruh umat. Mereka yang setiap harinya bergumul dengan berbagai kesulitan dan penderitaan harus mempunyai hak dan kesempatan untuk menikmati sukacita kebaikan dan kebesaran Allah. Peraturan tentang perpuluhan menampung prinsip-prinsip tadi. Perpuluhan adalah sarana untuk umat mengakui bahwa Allah adalah sumber atas hidup, dan segala yang baik yang umat alami. Dengan makan perpuluhan di hadapan Allah, umat menyatakan dengan syukur pengakuan iman tadi. Dengan makan bersama orang Lewi (ayat 29), dan mereka, yang karena kedudukannya yang lemah seperti orang asing, janda, dan yatim tersingkir dari masyarakat, umat mengakui dan memberlakukan maksud Allah untuk seluruh umat. Allah memihak orang papa dan tak berdaya, umat Tuhan pun harus mengikuti teladan Allah ini. Jadi, orang beriman tidak taat supaya diberkati tetapi menerima berkat sebagai pendorong untuk bersyukur dan bertindak dalam solidaritas. Keberpihakan Allah dalam anugerah-Nya kepada umat yang sebenarnya tidak layak itu, harus melahirkan keberpihakan umat kepada sesama semata karena kasih Allah. Renungkan: Siapa Tuhan dalam hidup Anda, akan terlihat dalam cara kita memperlakukan harta dan sikap terhadap sesama. |
(0.108191025) | (Ul 16:21) |
(sh: Pengabdian mutlak (Rabu, 21 Mei 2003)) Pengabdian mutlakPengabdian mutlak. Menyembah patung atau apa pun yang diperlakukan sebagai ilah, pasti akan membangkitkan amarah Allah yang teramat besar. Kasih Allah sedemikian besar, menuntut pengabdian mutlak tak mendua hati. Menyembah sesuatu yang bukan Allah adalah menyangkali Allah. Tindakan itu kekejian sebab selain melawan Allah juga merusakkan maksud baik Allah bagi manusia. Pelanggaran ini berakibat kematian. Dalam Perjanjian Lama orang yang melanggar hukum Allah pasti akan mati. Mati di sini dapat diartikan dalam dua pengertian: [1] putus hubungan dengan Allah, [2] mati dalam pengertian tidak hidup lagi atau kehilangan nyawa. Dalam perikop ini dipakai pengertian kedua. Namun, sebelum hukuman mati itu dijatuhkan si terdakwa harus diperiksa dengan saksama dan harus dikuatkan oleh keterangan dua atau tiga orang saksi (ayat 6). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya fitnah seperti yang dialami Nabot. Bagi kita penerapan hukuman mati itu terasa kejam. Tetapi pada waktu itu, hukuman mati sangat relevan dengan keadaan Israel. Sebab ketika firman ini disampaikan kepada umat, umat sedang gencar- gencarnya mempraktikkan kepercayaan bangsa-bangsa Kanaan, tanpa memedulikan Allah. Karena itu hukuman mati setimpal untuk mereka yang menyembah ilah-ilah lain. Walaupun demikian, di balik pemberlakuan hukum ini Allah bertindak adil. Ia tidak hanya menghukum tetapi juga menyelamatkan. Dalam minggu-minggu Paskah ini kita sedang merenungkan makna kematian dan kebangkitan Yesus. Kematian dan kebangkitan Yesus adalah wujud dari keadilan dan kebenaran Allah. Mengimani Paskah berwujud pada memberlakukan penyelamatan dan keadilan Allah dalam komitmen hidup yang utuh kepada Allah maupun dalam mengupayakannya lewat kesaksian dan perbuatan. Renungkan: Semakin bulat komitmen orang pada Allah semakin berani ia memberlakukan kebenaran dalam hidupnya. |
(0.108191025) | (Ul 18:1) |
(sh: Dikhususkan oleh Allah (Selasa, 22 Juni 2004)) Dikhususkan oleh AllahDikhususkan oleh Allah. Pasti setiap kita memiliki barang berharga yang dikhususkan. Mungkin berupa mobil yang antik, suvenir berharga dari tempat yang jauh, atau buku yang kita sering baca. Biasanya barang-barang itu kita istimewakan, kita rawat, bersihkan dan simpan baik-baik. Apabila ada suatu hal kritis yang terjadi atas barang itu, misalnya sesuatu yang mengancam keberadaannya, kita akan mengusahakan untuk memperbaiki, membersihkan atau mengamankannya terlebih dahulu. Dalam Perjanjian Lama, umat Allah ditandai dengan adanya orang-orang khusus yang dipanggil untuk pelayanan yang khusus. Orang-orang ini biasanya memiliki tugas khusus dalam pelayanan di dalam rumah Tuhan. Para imam dan orang Lewi merupakan orang-orang khusus di antara umat Allah. Allah mengkhususkan mereka. Mereka tidak memiliki warisan pusaka seperti orang Israel lainnya, tetapi memiliki bagian khusus yaitu korban bakaran yang diberikan kepada Tuhan, bahkan Tuhanlah seharusnya yang menjadi milik pusaka mereka (ayat 1-2). Kesejahteraan hidup mereka juga harus diperhatikan oleh umat Allah lainnya (ayat 3-8). Orang-orang ini hidup di dalam iman dan kekhususan di dalam Perjanjian Lama. Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa memang ada orang-orang khusus yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk memelihara pekerjaan pelayanan Allah (ayat 1Pet. 4:10). Di dalam Yesus Kristus, penggolongan antara yang istimewa dan umat biasa itu ditiadakan. Kita semua kini bangsa "imamat rajani" yang memiliki status dan tanggung jawab imamat seperti di dalam zaman Perjanjian Lama (ayat 1Pet. 2:9). Kita semua dikhususkan untuk hidup melayani Tuhan dan Raja kita Yesus Kristus. Bersyukurlah: Karena kita telah dipilih dan dikhususkan di dalam Yesus Kristus menjadi bangsa yang imamat dan rajani. Lakukanlah tugas kita sesuai dengan kekhususan itu. |
(0.108191025) | (Ul 22:13) |
(sh: Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar (Rabu, 30 Juni 2004)) Memuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benarMemuliakan Allah melalui kehidupan seksual yang benar. Zaman di mana seks dianggap tabu sudah lewat. Kini, dari kota besar sampai ke desa terpencil, dari kaum muda gaul dunia ini sampai ke kalangan gerejani, seks sudah menjadi hal biasa. Dari menabukan kini orang cenderung menganggap seks sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya makanan dan pakaian. Akibatnya, kesukaan yang harusnya hadir dalam sikap menghormati seksualitas digantikan oleh banyak perkara menyedihkan. Alkitab tidak menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang tabu atau suatu yang boleh diperlakukan seenaknya. Seksualitas ialah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Setiap kali Alkitab menuliskan kalimat positif mengenai seksualitas, selalu dikaitkan dengan ikatan pernikahan yang sakral. Di luar pernikahan, seksualitas, menurut Alkitab, tidak boleh dipermainkan. Perikop ini berbicara mengenai orang yang mempermainkan seksualitas dan pernikahan. Pertama orang yang memfitnah keperawanan istri yang ia nikahi. Orang seperti ini harus dihukum (ayat 13-21). Lalu, juga mengenai mereka yang melakukan seks tanpa ikatan pernikahan (mis: pemerkosaan atau kumpul kebo, ayat 22-30). Hukuman bagi mereka adalah dirajam. Mempermainkan seksualitas dan pernikahan adalah dosa dan harus dihukum. Di tengah-tengah kehidupan modern yang tidak lagi menghargai seksualitas (apakah itu menahan atau mengumbar) di dalam pernikahan yang didirikan oleh Allah sendiri, kita dipanggil oleh Allah untuk memberikan teladan dalam masalah seksualitas. Sebagai pribadi, kita dipanggil untuk tidak mempermainkan seksualitas. Sebagai keluarga, kita dipanggil untuk menghormati pernikahan. Renungkan: Allah ingin kita berlaku suci dalam keseluruhan aspek kehidupan. Kita dipanggil untuk menghayati seksualitas yang indah dan kudus sebab mengikuti aturan Allah.
|
(0.108191025) | (Ul 25:5) |
(sh: Menjaga nama dan kehormatan keluarga (Senin, 5 Juli 2004)) Menjaga nama dan kehormatan keluargaMenjaga nama dan kehormatan keluarga. Rencana Allah menjadikan Israel suatu umat yang besar dan terhormat, tampak dalam aturan ini. Kematian tidak perlu membuat garis keturunan seseorang terhenti, tidak juga membuat seorang janda terlantar. Rencana Allah di dalam umat-Nya tidak dapat dihentikan oleh kematian. Perikop ini mengatur bagaimana nama dan kehormatan keluarga dijaga melalui pernikahan levirat (=pernikahan ipar). Bila suami meninggal sebelum memiliki keturunan untuk meneruskan namanya, maka saudara pria yang tinggal bersamanya berkewajiban menikahi janda saudaranya itu untuk memberi keturunan. Anak sulung hasil pernikahan diakui sebagai keturunan suami yang sudah meninggal itu (ayat 5-6). Adakalanya, saudara pria yang meninggal itu tidak mau melakukan pernikahan levirat tersebut. Hukum Taurat memperhitungkan kemungkinan itu, walaupun tidak merekomendasikannya bahkan mencelanya (ayat 7-10). Mengapa pernikahan levirat pada masa itu dianggap penting? Pertama, agar nama dan kehormatan keluarga dipelihara. Hal ini dianggap penting karena pada masa itu ikatan kekeluargaan dalam suatu komunitas lebih kuat dibandingkan hak individu. Betapa beda dengan masa kini, orang cenderung peduli diri sendiri, dan ikatan kekeluargaan dianggap penghalang bagi kebebasan pribadi. Kedua, melalui pernikahan levirat si janda terpelihara hidupnya. Pada masa itu penghargaan kepada kaum wanita masih rendah. Jika ia tidak memiliki anak laki-laki, ia dianggap tidak berguna. Terlebih bila suaminya meninggal, ia dianggap sudah mati, atau bukan tanggung jawab siapapun. Ini tidak boleh terjadi di antara umat Allah. Orang Kristen harus menjadi teladan dalam menjaga nama keutuhan dan kehormatan keluarga. Keindahan hubungan keluarga Kristen adalah kesaksian tentang kebenaran iman kita. Camkanlah: Taurat mengajarkan kepedulian terhadap sesama dimulai dengan kepedulian dalam keluarga. Orang yang tidak peduli terhadap anggota keluarganya sendiri, tidak mungkin peduli kepada orang lain! |
(0.108191025) | (Ul 32:1) |
(sh: Setialah (Sabtu, 17 Juli 2004)) SetialahSetialah. Musa menyampaikan pengajaran yang indah, baik isi maupun cara penyampaiannya. Hal ini berbeda dari kebanyakan kita kini melihat pengajaran. Pengajaran Musa tentang tindakan dan kebenaran Allah bagaikan air hujan atau embun yang menumbuhkan tanaman. Sama sekali jauh dari kesan banyak orang kini bahwa pengajaran (doktrin) adalah sesuatu yang gersang. Doktrin, yang berpusat pada pemahaman tentang maksud-maksud Allah dan yang bertujuan meninggikan Nama Allah (ayat 3), patut lebih dikembangkan dalam cara yang menarik untuk menumbuhkan kehidupan gereja Tuhan masa kini. Pengajaran Musa itu berkisar pada fakta sikap dan tindakan Allah terhadap Israel dan bagaimana dampaknya terhadap status dan keadaan mereka. Allah telah berlaku begitu penuh anugerah, mengkhususkan mereka dari sekian banyak anak-anak Adam (ayat 8-13), menjadikan mereka harta kesayangan-Nya agar mereka dapat serasi menjadikan Allah harta kemuliaan mereka sebagai bangsa. Hanya umat Allah yang dapat merasakan hubungan anak-bapa dengan Allah, dapat mengalami penghormatan (ayat 10), jaminan pemeliharaan dan kasih mesra Allah yang menyeluruh (ayat 12). Sudahlah sepatutnya kebenaran ini menjadi makanan rohani yang menumbuhkan kesetiaan mereka makin teguh. Kesetiaan kita akan sangat terkait dengan sejauh mana kita memahami dan menghayati sikap dan tindakan Allah atas hidup kita. Allah setia, adil dan benar. Allah tidak pernah dipengaruhi oleh tindakan umat-Nya. Dari sejak mereka di Mesir Allah setia menyertai mereka (ayat 7). Di padang gurun Allah menjaga mereka seperti biji mata-Nya (ayat 10). Sungguh mengagumkan kesetiaan Allah yang tidak pernah berubah kepada umat-Nya. Kesetiaan Allah berbeda dengan kesetiaan manusia yang bersyarat dan mudah pudar. Saat ini, banyak orang setia kepada Allah dengan syarat mendapat berkat (secara materi). Perikop ini mengajarkan bahwa kesetiaan Allah yang tidak pernah berubah adalah berkat terbesar bagi umat-Nya. Renungkanlah: Belajar tidak melupakan kesetiaan Allah adalah disiplin untuk mencegah kita berlaku tidak setia kepada-Nya. |
(0.108191025) | (Ul 33:1) |
(sh: Berkat Tuhan (Selasa, 20 Juli 2004)) Berkat TuhanBerkat Tuhan. Berkat adalah pemberian Allah kepada anak-anak-Nya yang taat kepada-Nya. Allah memberikan yang terbaik meskipun kadang kita tidak mengerti. Kita diharapkan untuk percaya bahwa pemberian-Nya itu selalu yang terbaik. Ucapan berkat Musa kepada suku bangsa Israel untuk terakhir kalinya menjadi bahan perenungan kita sekarang ini. Tuhan memerintahkan kepada Musa untuk memberikan berkat kepada Ruben yakni hidup dengan jumlah orang-orangnya yang sedikit (ayat 6); kepada Yehuda: akan menjadi pemimpin bagi bangsa Israel (ayat 7); kepada Lewi: akan menjadi imam karena kesetiaan kepada Allah Yahweh (ayat 8-11); kepada Benyamin: Allah akan melindungi secara terus menerus (ayat 12). Allah memberi berkat yang berbeda kepada setiap suku Israel yang ada. Apakah ini berarti ada berkat yang lebih baik bagi satu suku tertentu dibandingkan dengan suku lainnya? Tidak. Hal ini bukan seperti pepatah "rumput tetangga selalu lebih hijau" yang memberikan indikasi bahwa apa yang kita miliki jika dibandingkan dengan milik orang lain, selalu kalah baik. Berkat yang Allah berikan kepada suku-suku bangsa Israel selalu yang terbaik. Bahkan di dalam setiap berkat yang Allah berikan, terdapat tugas dan tanggung jawab yang harus mereka pertanggungjawabkan kembali kepada Allah. Allah memberkati suku-suku Israel supaya mereka dapat menjadi berkat bagi sesama. Prinsip ini bukan hanya berlaku saat itu dan hanya bagi bangsa Israel saja, tapi tetap berlaku sampai dengan saat ini dan berlaku bagi setiap orang percaya. Masing-masing orang percaya menerima berkat tersendiri dari Tuhan. Kita tidak berhak bertanya mengapa aku tidak mendapatkan seperti yang orang lain dapatkan dari Allah? Oleh karena itu, bersyukurlah atas berkat Tuhan yang Anda terima dan jadilah berkat untuk orang lain. Renungkan: Jangan bandingkan berkat yang Anda terima dengan berkat orang lain. Jangan gunakan pertimbangan Anda yang terbatas untuk menilai berkat dari Allah. Setiap berkat dari Tuhan selalu yang terbaik bagi Anda dan untuk kebaikan sesama Anda. |
(0.108191025) | (Ul 34:1) |
(sh: Lukisan hidup (Kamis, 22 Juli 2004)) Lukisan hidupLukisan hidup. Perikop ini berbicara tentang kematian Musa. Mungkin kita pernah mendengar pepatah yaitu "Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan hutang". Bagaimana dengan Musa? Kenangan dan pengaruh macam apa yang ia tinggalkan sesudah kematiannya? Tuhan tidak mengizinkan Musa memasuki tanah perjanjian karena ia gagal mempercayai Tuhan (Bil 20:12). Tuhan masih mengizinkan Musa naik ke atas gunung Nebo dan melihat negeri perjanjian itu (ayat 1-4). Musa mati dalam keadaan mata yang belum kabur dan kekuatan yang belum hilang (ayat 5-8). Ia meninggal dalam usia 120 tahun. Bangsa Israel berkabung atas kematiannya selama 30 hari. Ini adalah peringatan kematian yang panjang, karena biasanya hanya selama 7 hari. Hal ini membuktikan bahwa Musa adalah seorang nabi Tuhan yang agung yang pernah hidup di Israel. Namun demikian, sekaligus kita diingatkan bahwa bukan Musa dan Taurat dapat membawa orang masuk ke dalam perhentian kekal. Hanya sang Pemimpin hidup sejati, sang Hidup itu sendiri yang dapat menuntun kita masuk ke tanah perjanjian kekal. Ialah Yesus Kristus, dan Injil-Nya yang berkuasa mengubah hidup. Hidup Musa seperti goresan di atas kanvas yang menghasilkan sebuah lukisan indah. Dari penggembala domba Allah menjadikannya pemimpin umat dan penyampai perjanjian dan hukum Allah. Semua yang ia sampaikan tentang kepemilikan Allah atas Israel bukan teori, tetapi penghayatan hidupnya sendiri. Ia dan Pentateukh (lima kitab Musa) seolah menjadi satu, sebab Allah sungguh hidup di dalamnya. Tidak inginkah kita juga menjadi manifestasi kebenaran dan kemuliaan-Nya dalam tiap goresan hidup kita hari lepas hari? Hidup kita bagaikan lukisan, musik, karya seni indah yang berpotensi mempengaruhi banyak orang dan kelak memainkan peran dalam liturgi yang memuliakan Allah. Firman dan Roh-Nya akan membentuk kita kepada kualitas hidup demikian. Tekadku: Aku rindu hidupku menjadi lukisan karya Allah yang indah, supaya melalui hidupku orang menemukan Allah. |
(0.108191025) | (1Sam 2:27) |
(sh: Yang lebih dari Allah (Kamis, 31 Juli 2003)) Yang lebih dari AllahYang lebih dari Allah. Kadang, manusia tidak takut kepada Allah bukan karena tidak percaya akan kemahakuasaan Allah. Ia - seperti saya dan Anda - mungkin percaya sepenuhnya kepada Allah yang maha kuasa, adil, kudus, dll. Hanya saja, ia tidak merasakan Allah yang maha kuasa, adil dan kudus itu relevan dalam hidupnya. Yang 'jelas', ada banyak hal lain lebih mendesak, nyata, dan relevan dalam hidup ketimbang Allah.
Gambaran tadi bisa membantu kita membayangkan kondisi imam Eli
sebelum Allah berfirman kepada-Nya. Bagi Eli, keberadaan diri
anak-anaknya lebih nyata untuk dimaklumi dan dihidupi. Namun,
pada saat seorang abdi Allah datang kepadanya, Eli menghadapi
realitas sejati bahwa Allah terus dan selalu relevan dalam
kehidupannya. Walaupun penyataan diri Allah terjadi dulu kepada
nenek moyang Eli (ayat 27), tetapi Allah tetap relevan karena Ia
menyatakan Diri-Nya dengan nyata (ayat 27) dan terus menuntut
penghormatan kepada-Nya dalam kekudusan dan ketaatan (ayat Mengalami penghukuman dari Tuhan adalah sesuatu yang sangat mengerikan (bdk. Ibr. 10:31). Dosa dan ketidaktaatan tiap orang, bahkan seorang imam atau hamba Tuhan pun pasti akan dihukum Tuhan, baik melalui hukuman yang bersifat punitif (menghukum) maupun yang bersifat pendisiplinan seorang anak. Ingatlah, Ia pengasih, tetapi juga kudus. Renungkan: Bila kita lupa bergumul dalam doa; bila satu hari berlalu tanpa berjuang untuk mendengar dan menaati kehendak-Nya, saat itu kita dalam bahaya melupakan Allah dan menjadikan-Nya tidak relevan dalam hidup kita. |
(0.108191025) | (1Sam 3:1) |
(sh: Kata dan makna (Jumat, 1 Agustus 2003)) Kata dan maknaKata dan makna. Kata bukan sekadar bunyi, tetapi penyampaian makna melalui bunyi. Kata diucapkan karena ada hal yang ingin disampaikan oleh pengucapnya. Supaya itu terjadi kata tersebut harus didengar. Akan sia-sia usaha pengucap, jika ternyata tidak ada telinga yang terbuka dan kehendak yang sedia untuk mendengar. Nas ini menyajikan perbandingan tentang dua kondisi sikap terhadap kata-kata Allah. Pertama, Samuel, anak muda yang belum pernah menerima firman Allah secara langsung, tetapi mendengar (ayat 7,9-10), dan Eli, imam dengan pengalaman kerohanian segudang yang tidak mendengar (ayat 13). Kedua, Samuel yang menyampaikan seluruh yang difirmankan Allah kepada Eli (ayat 17-18) dan Eli yang tidak menyampaikan sepenuhnya kemarahan Allah kepada anak- anaknya (ayat 12-13). Ketiga, jarangnya pernyataan firman Tuhan di zaman Eli (ayat 1) dengan tidak pernah gagal-Nya firman Tuhan pada masa Samuel. Bahkan perkataan Samuel pun sampai ke seluruh Israel (ayat 3:19-4:1a). Semua berkait dengan kata, firman, atau davar dari Allah (davar, kata Ibrani untuk 'kata'/'firman'). Karena itu, ketika Samuel bangun untuk keempat kalinya dan mendengarkan firman Tuhan, ia bangun untuk menjadi bagian dari suksesi kenabian menggantikan Eli (ayat 20). Allah sendiri yang memilih Samuel, dan Ia menyertainya (ayat 19). Dari sudut pandang narasi ini, Samuel adalah nabi yang sejati. Ia yang mendengarkan panggilan Tuhan itu bertumbuh dewasa untuk menjadi pendengar dan pemberita davar Allah yang sejati. Jelas bahwa hidup Samuel adalah teladan, dan hidup Eli adalah peringatan bagi kita. Sebagai Kristen, entah sudah berapa banyak firman, khotbah, renungan, tulisan dll. tentang kebenaran firman Tuhan yang melewati dan meriuhrendahkan hidup kita. Jangan sia- siakan semua itu. Bangun dan dengarkan, lakukan dan beritakan! Renungkan: Semua orang percaya adalah pemberita-pemberita firman dengan misi penting di tengah zaman yang genting (ayat 1Pet. 2:9). |
(0.108191025) | (1Sam 4:1) |
(sh: Karena A, maka pasti B? (Sabtu, 2 Agustus 2003)) Karena A, maka pasti B?Karena A, maka pasti B? Karena Anda cantik/ganteng, maka anak Anda hidup bahagia. Benarkah pernyataan ini? Tentu saja tidak. Orang Romawi bilang: 'non sequitur'; "tidak mengikuti". Pernyataan kegantengan atau kecantikan fisik orang tua tidak dapat dijadikan sebab, lalu 'diikuti' oleh pernyataan bahwa anak orang tersebut bahagia sebagai akibatnya. Tidak ada hubungannya, dan tidak bisa dihubung-hubungkan.
Sayang, istilah Latin itu tidak dikenal orang Israel. Karena kira-
kira justru demikianlah cara mereka waktu itu berpikir. Mereka
berpikir jika tabut perjanjian Allah dibawa ke medan perang,
pasti Allah akan memenangkan mereka (ayat 3). Siapa tahu, seperti
yang ditakutkan Filistin (ayat 7-8), karenanya Allah bertindak
seperti pada saat Israel keluar dari Mesir. Non sequitur. Dari
perspektif teologi PL, hal pemberian kemenangan bagi Israel dalam
peperangan bersangkut paut dengan kedaulatan dan kekudusan Allah
sendiri, serta ketaatan umat. Kekalahan adalah hukuman Tuhan.
Kekalahan Israel yang dahsyat menjadi bukti ketidakberkenanan
Allah (ayat 10-11). Melalui peristiwa ini pula firman Tuhan
mengenai penghukuman terhadap Eli dan keluarganya digenapi (ayat
11-22). Istri Pinehas memberikan kesimpulan yang tepat: dengan
berbuat demikian, justru Israel kehilangan kemuliaan (ayat Apa yang dilakukan Israel mirip dengan apa yang sering dilakukan Kristen masa kini. Kadang "klaim" akan janji Tuhan berubah menjadi pemerasan terhadap Allah: kita menjebak Allah dengan menaruh janji firman tertentu untuk menghadapi masalah kita. Kita anggap Allah pasti tidak mau dipermalukan karena janji-Nya "tidak digenapi." Padahal, upaya jebak-paksa rohani ini sering berakar dari pengertian salah tentang janji atau firman tersebut. Seharusnya Kristen selalu ingat bahwa Allah tidak bisa dipaksa. Renungkan: Keyakinan tentang kedaulatan, kasih, keadilan Allah akan mengajarkan kita berserah bukan memaksa Allah. |
(0.108191025) | (1Sam 14:24) |
(sh: Jangan gegabah memutuskan. (Minggu, 7 Desember 1997)) Jangan gegabah memutuskan.Jangan gegabah memutuskan. Tak perlu mati konyol. Bila benar bahwa kutukan yang Saul perintahkan adalah perintah Tuhan, pasti Yonatan mati. Ternyata tidak. Sebabnya, perintah itu keluar dari diri Saul sendiri dan bukan perintah Tuhan. Tatkala Saul berikhtiar membunuh Yonatan, rakyat pun melindungi Yonatan. Betapa sedih menyaksikan kepemimpinan yang tidak di dalam Tuhan ini. Karena Samuel tidak lagi menyertai Saul, Saul kini membangun mezbahnya sendiri (ayat 35-36). Tindakan bodoh yang satu diikuti oleh tindakan lebih bodoh lagi berikutnya. Tidakkah Saul belajar dari kesalahannya pertama? Begitulah rupanya. Saul makin jauh dari Tuhan, makin tenggelam dalam dosanya. Nampak kepada kita bahwa Saul makin ditinggalkan Allah. Bukannya bertobat, Saul kini berusah menggantikan Allah dengan ilah buatannya sendiri. Kutukan yang diucapkannya untuk rakyat dan Yonatan anaknya, kini ternyata berbalik mengejar dirinya sendiri. Pemimpin yang baik sebenarnya bertugas memimpin rakyat ke dalam berkat, bukan kutuk. Renungkan: Orang yang dekat dengan Tuhan tidak mungkin ditandai oleh ucapan yang mengutuki orang lain. Doa: Penuhi kami dengan sejahteraMu agar kami boleh memelihara hidup yang telah Kau percayakan ini. |
(0.108191025) | (1Sam 17:1) |
(sh: Ketika Daud vs. Goliat masih Daud vs. Goliat (Selasa, 5 Agustus 2003)) Ketika Daud vs. Goliat masih Daud vs. GoliatKetika Daud vs. Goliat masih Daud vs. Goliat.
Maksudnya, ketika Daud vs. Goliat masih berarti remaja gembala
ingusan Israel tanpa pengalaman tempur sama sekali, hanya
sesekali mengantar ransum roti dan keju (ayat 17-19) kepada
kakak-kakaknya yang serdadu, versus Goliat, tinggi: 288 cm,
pekerjaan: serdadu dan pendekar profesional TNKF (Tentara
Nasional Konfederasi Filistin). Lupakan dulu cerita sekolah
minggu yang penuh kejayaan Daud itu. Hayati nas hingga Anda
gentar, segentar jika Anda berhadapan langsung dengan tank
raksasa Amerika bila Anda serdadu Irak. Narasi dari 1-25
berturut-turut memberikan gambaran seperti apakah Goliat (ayat Respons Israel sebenarnya adalah respons yang sebenarnya rasional dan manusiawi berdasarkan apa yang mereka ketahui di atas. Sayang ada satu hal yang tidak mereka ingat: Allah. Ketakutan dan kecemasan mereka yang amat sangat (ayat 11, 27) membuktikan bahwa Israel lebih "percaya" kepada mata tombak seberat 60-an kg dan badan raksasa ketimbang kuasa Allah. Sayang juga bahwa yang mengingatkan mereka justru adalah seorang remaja gembala bernama Daud. Daudlah yang pertama kali menyadari kebenaran ini; ketika Goliat mencemooh orang Israel, ia sebenarnya mencemooh Allah Israel (bdk. 25 dan 26). Tidak hanya sadar, Daud pun juga dipenuhi keyakinan bahwa Goliat tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Allah (ayat 26, "siapakah..."). Iman Daud (bdk. Ibr. 11:32) menjadikannya contoh nyata kedahsyatan kuasa Allah yang memakai orang yang percaya kepada-Nya. Renungkan: Ingat selalu akan Allah, bahkan ketika keadaan menjadi sulit dan kelihatannya tidak mungkin bagi kita untuk bersikap sebagai umat- Nya! Kekuatan kita adalah Allah sendiri (Mzm. 46:2). |
(0.108191025) | (1Sam 17:28) |
(sh: Seperti Daud vs. Goliat (Rabu, 6 Agustus 2003)) Seperti Daud vs. GoliatSeperti Daud vs. Goliat. Mungkin ada yang berpikir, seandainya masalah dan kesulitan, bahkan tantangan dan bahaya kita dapat selesai dengan cara seperti ini. Dengan cara dan kekuatan Allah, kita menang. Semudah mencari 5 batu halus di kali dan mengumban sasaran (ayat 40,49). Memang pasti Daud sangat ahli dalam mengumban. Tetapi umban dan batu mengalahkan perlengkapan perang yang lengkap dan fisik yang luar biasa (ayat 4-7)? Pasti ada kekuatan ekstra dari Tuhan, kalau tidak mau disebut mukjizat. Tetapi, kedaulatan dan rencana Allah sumber segala kuasa adalah satu- satunya penentu apakah Kristen mendapatkan kekuatan ekstra/mukjizat atau tidak. Ketika kita ingin belajar dari Daud yang menghadapi Goliat, ada satu hal yang lebih penting untuk diperhatikan ketimbang mendapatkan kekuatan ekstra: kepercayaan Daud kepada Allah yang hidup (bdk. Ibr. 11:32). Jelas Goliat nyata dan mengerikan. Tetapi para allah yang dalam nama mereka Goliat mengutuki Daud tidak nyata dan mati (bdk. 1Sam. 5). Nas ini menggambarkan Daud sebagai pahlawan yang perkasa, bukan semata karena keterampilannya sendiri, tetapi karena Allah adalah Yahweh semesta alam (ayat 45). Daud sungguh-sungguh percaya bahwa pertempuran itu semata-mata ada di tangan Tuhan (ayat 47), dan Allah menyertai-Nya (ayat 37, bdk. 18:12, 14, 28). Allah bekerja melalui orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya, dan melaluinya Allah akan menyatakan kedahsyatan kuasa-Nya. Walaupun tidak selamanya musuh yang menyerang, masalah yang menghadang, situasi sulit yang menerjang runtuh secepat Goliat roboh, tetapi iman dan penyerahan kepada Allah berarti kemenangan. Mengapa? Karena Tuhan menyertai kita, seperti Ia menyertai Daud. Renungkan: Tindakan iman adalah penyerahan kepada kepada penyertaan Allah yang berdaulat. Iman tidak memaksa, tetapi berserah dan bertindak menaati Allah dalam situasi apapun. |
(0.108191025) | (1Sam 17:40) |
(sh: Keluguan iman. (Minggu, 14 Desember 1997)) Keluguan iman.Keluguan iman. Maju dalam nama siapa? Sekilas membaca penuturan kisah ini sudah terbaca oleh kita bahwa konflik yang harus dihadapi Daud (baca Israel) melawan Goliat (baca Filistin) sangat tidak imbang. Dalam situasi demikian jelaslah bahwa konflik atau perkelahian itu bukan lagi terjadi di dalam lingkup fisik tetapi di dalam lingkup jiwani dan rohani. Goliat pun sebenarnya adalah bom perang syaraf yang dilemparkan orang Filistin terhadap Israel. Sosok tubuhnya dan sesumbarnya adalah senjata yang efektif mencabut nyali Israel. Daud tahu benar apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel (ayat 45). Karena itu Daud maju dengan senjata rohani, dengan iman. Akibatnya luar biasa. Tuhan melakukan hal yang di luar perhitungan. Daud menang. Kemenangan iman, kemenangan Tuhan! Renungkan: Untuk tujuan apa sebenarnya Kristus datang ke dunia ini dan mati disalib? Doa: Bimbinglah aku menjalani proses pembentukan yang membuatku makin mengenal diriMu, makin teguh iman, agar realitaMu nyata dalam hidupku. |
(0.108191025) | (1Sam 17:55) |
(sh: Antara cinta dan benci (Kamis, 7 Agustus 2003)) Antara cinta dan benciAntara cinta dan benci. Ada orang-orang yang begitu mencintai dan mengagumi kita, menyenangi dan memuji-muji kita. Ada pula orang-orang yang bertindak sebaliknya. Memang kita tidak dapat membuat semua orang berpihak kepada kita. Namun, standar apakah yang bisa kita pakai dalam bersikap di tengah-tengah begitu banyak tuntutan? Kisah Daud dan Goliat ditutup dengan percakapan antara Saul dengan Daud (ayat 55-58). Pertemuan Daud dengan Saul di sini janggal: Saul masih belum mengetahui nama Daud, namun ini merupakan pertemuan awal yang akan memuncak menjadi pertikaian nantinya. Ketika Saul membawa Daud ke kediamannya dan menetap di sana, kita melihat reaksi dari banyak orang kepada Daud. Pertama-tama, reaksi Yonatan yang "mengasihi" Daud. Hal ini bisa berarti ada ikatan persahabatan yang cukup emosional antara Daud dan Yonatan, tetapi bisa juga menunjukkan bahwa Yonatan menunjukkan komitmen politisnya: ia mendukung Daud sepenuhnya. Tindakan Yonatan memberikan baju perang, dst. kepada Daud mungkin sekali menyatakan bahwa ia menyerahkan tempatnya sebagai pewaris takhta. Berikutnya, Daud dicintai oleh seluruh rakyat. Sebenarnya nyanyian mengenai beribu-ribu dan berlaksa-laksa (ayat 7) kemungkinan tidak bermaksud membanding-bandingkan kehebatan antara Saul dan Daud. Nyanyian itu hanya sekadar nyanyian, dan perbedaan jumlah yang dinyanyikan hanyalah sebuah puisi belaka. Namun, Saul menyikapinya serius. Kini, Daud dilihatnya sebagai anak muda yang ambisius: sebuah ancaman serius bagi posisinya. Ketika rasa dengki merasuki akal sehat waspadalah karena itu berarti membuka peluang bagi berlakunya sebuah kejahatan. Saul berusaha membunuh Daud. Namun, Tuhan menyertai Daud dan membuatnya berhasil. Renungkan: Tidak mungkin mengharapkan semua orang mencintai Anda. Namun, kalau Tuhan mencintai dan memelihara hidup Anda, cukuplah. |
(0.108191025) | (1Sam 22:1) |
(sh: Senasib sepenanggungan (Minggu, 01 Februari 1998)) Senasib sepenanggunganSenasib sepenanggungan Dendam tanpa batas. Alasan logis dan gamblang yang dikemukakan Imam Ahimelekh justru semakin membakar dendam dan kecemburuan Saul. Apalagi setelah diketahui bahwa kekuatan baru yang digalang oleh Daud semakin kuat. Dalam keadaan telah terlanjur gelap mata, tak perpertimbangan akal sehat dan demi melampiaskan kecemburuannya terhadap Daud, seluruh keluarga Imam Ahimelekh dan setiap orang yang mendukung Daud menjadi korban kekejian Saul. Tragis! Karena dendam, banyak nyawa orang yang tak tersangkut harus berjatuhan. Komunikasi dengan Allah. Kecemburuan telah mengunci pintu hati Saul. Tak ada lagi tegur sapa kepada Allah; tak ada lagi kesediaan mempersilahkan Allah berkarya. Akibatnya dapat dipastikan: tak ada damai sejahtera, tak mampu menerima kenyataan; harta, tahta dan kuasa telah berhasil mengubah seorang yang taat menjadi seorang yang bringas tak tahu diri; seorang yang taat kepada Allah menjadi penentang, pemberontak. Sumber utama kegagalan itu adalah putus hubungan karena ketidaktaatan. Renungkan: Hanya satu pilihan. Apakah Allah bertakhta dalam hati dan menyingkirkan segala sifat jahat kita atau sebaliknya sifat jahat yang tidak ditaklukkan kepada Allah akan membuat kita tidak lagi peduli Allah. Doa: Engkaulah perlindungan umat-Mu. |
(0.108191025) | (2Sam 6:1) |
(sh: Menyekat kehidupan (Minggu, 10 Agustus 2003)) Menyekat kehidupanMenyekat kehidupan. Daud, raja Israel yang baru naik takhta, ingin menegakkan sebuah orde baru yang penuh pengharapan. Ada beberapa hal yang Daud lakukan berkenaan dengan pengokohan dinasti barunya. Pertama, Daud ingin membuat Yerusalem menjadi pusat kegiatan pemerintahan sekaligus keagamaan. Ia membutuhkan sokongan dari berbagai pihak. Cara yang dipikirkannya begitu brilian: ia membawa tabut Allah sebagai simbol keagamaan teragung yang telah lebih dari 20 tahun ditaruh di rumah Abinadab (ayat 1Sam. 7:1-2) ke Yerusalem. Siasat Daud "menggunakan" tabut Allah untuk maksud politik bisa membuatnya meremehkan kekudusan Allah. Karena itulah peristiwa kematian Uza menjadi penting di sini: Daud tidak boleh memanipulasi agama dan Allah untuk kepentingan politik. Tiga bulan setelah peristiwa kematian Uza, Daud membawa tabut masuk ke Yerusalem dengan sebuah liturgi perayaan yang penuh sukacita. Ia menari-nari bagi Allah. Kedua, tarian dan nyanyian merupakan pernyataan bahwa Allah telah hadir di kota Daud dan mengesahkan pemerintahannya. Terakhir, ia memutuskan ikatan dengan orde yang lama, yang diwakili Mikhal sebagai keturunan Saul. Sikap Mikhal yang cenderung sombong pada akhirnya dicemooh dengan fakta yang diungkapkan di akhir pasal ini: Mikhal mandul -- dan Daud siap untuk memerintah dalam masa-masa puncak kejayaannya! Renungkan: Mulailah hidup yang baru dengan takut akan Allah, penuh ucapan syukur, dan pemutusan mutlak dari semua dosa dan kelemahan Anda!
I Raja-raja 3:5-12; Roma 8:26-30; Matius 13:44-52; Mazmur 119:129-136 Lagu KJ 314 |