Hikmat adalah sama baiknya<x id="i" /> dengan warisan dan merupakan suatu keuntungan bagi orang-orang yang melihat matahari.<x id="j" />

karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati,<x id="u" /> dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.<x id="v" />

Hal ini juga kupandang sebagai hikmat<x id="u" /> di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku;

Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar<x id="w" /> orang."

Hikmat<x id="x" /> lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.

Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.

Aku berkata dalam hati: "Lihatlah, aku telah memperbesar dan menambah hikmat lebih dari pada semua orang yang memerintah atas Yerusalem sebelum aku,<x id="r" /> dan hatiku telah memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan."

Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat<x id="s" /> dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan.<x id="t" /> Tetapi aku menyadari bahwa hal inipun adalah usaha menjaring angin,

Lalu aku berpaling untuk meninjau hikmat, kebodohan dan kebebalan<n id="1" />,<x id="k" /> sebab apa yang dapat dilakukan orang yang menggantikan raja? Hanya apa yang telah dilakukan<x id="l" /> orang.

Aku tujukan perhatianku untuk memahami, menyelidiki, dan mencari hikmat dan kesimpulan,<x id="y" /> serta untuk mengetahui bahwa kefasikan itu kebodohan dan kebebalan<x id="z" /> itu kegilaan.

Karena kepada orang yang dikenan-Nya Ia mengaruniakan hikmat,<x id="d" /> pengetahuan dan kesukaan, tetapi orang berdosa ditugaskan-Nya untuk menghimpun dan menimbun sesuatu<x id="e" /> yang kemudian harus diberikannya kepada orang yang dikenan Allah.<x id="f" /> Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

Ketika aku memberi perhatianku untuk memahami hikmat<x id="s" /> dan melihat kegiatan yang dilakukan orang di dunia<x id="t" /> tanpa mengantuk siang malam,