Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, kepada mereka yang menawarkan dirinya dengan sukarela<x id="h" /> di antara bangsa itu. Pujilah TUHAN!

Mengapa engkau tinggal duduk di antara kandang-kandang<x id="w" /> sambil mendengarkan seruling pemanggil kawanan?<x id="x" /> Di pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan!

Ketika dilihat Delila, bahwa segala isi hatinya telah diceritakannya kepadanya, disuruhnyalah memanggil raja-raja kota orang Filistin,<x id="j" /> katanya: "Sekali ini lagi datanglah ke mari, sebab ia telah menceritakan segala isi hatinya kepadaku." Lalu datanglah raja-raja kota orang Filistin itu kepadanya sambil membawa uang<x id="k" /> itu.

Juga para pemimpin suku Isakhar<x id="t" /> menyertai Debora,<x id="u" /> dan seperti Isakhar, demikianlah Naftali menyertai Barak.<x id="v" /> Mereka menyusul dia dan menyerbu masuk lembah. Tetapi pihak pasukan-pasukan suku Ruben ada banyak pertimbangan.

Maka gembiralah hati imam itu<n id="1" />, diambilnyalah efod, terafim dan patung pahatan itu, lalu masuk ke tengah-tengah orang banyak.

Tetapi pada hari yang keempat, ketika mereka bangun pagi-pagi dan ketika orang Lewi itu berkemas untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu kepada menantunya: "Segarkanlah dirimu<x id="t" /> dahulu dengan sekerat roti, kemudian bolehlah kamu pergi."

Jadi duduklah mereka, lalu makan dan minumlah keduanya bersama-sama. Kata ayah perempuan muda itu kepada laki-laki itu: "Baiklah putuskan untuk tinggal bermalam dan biarlah hatimu gembira.<x id="u" />"

Lalu saudara-saudara ibunya mengatakan hal ihwalnya kepada seluruh warga kota Sikhem, maka condonglah hati orang-orang itu untuk mengikuti Abimelekh, sebab kata mereka: "Memang ia saudara kita."

Berkatalah perempuan itu kepadanya: "Bagaimana mungkin engkau berkata: Aku cinta kepadamu,<x id="e" /> padahal hatimu tidak tertuju kepadaku? Sekarang telah tiga kali<x id="f" /> engkau mempermain-mainkan aku dan tidak mau menceritakan kepadaku, karena apakah kekuatanmu<x id="g" /> demikian besar."

Maka diceritakannyalah kepadanya segala isi hatinya,<x id="h" /> katanya: "Kepalaku tidak pernah kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibuku aku ini seorang nazir<x id="i" /> Allah. Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku akan lenyap dari padaku, dan aku menjadi lemah dan sama seperti orang-orang lain."

Ketika hati mereka riang gembira,<x id="v" /> berkatalah mereka: "Panggillah Simson untuk melawak bagi kita." Simson dipanggil dari penjara, lalu ia melawak di depan mereka, kemudian mereka menyuruh dia berdiri di antara tiang-tiang.

Berkemaslah suaminya itu, lalu pergi menyusul perempuan itu untuk membujuk dia dan membawanya kembali; bersama-sama dia bujangnya dan sepasang keledai. Ketika perempuan muda itu membawa dia masuk ke rumah ayahnya, dan ketika ayah itu melihat dia, maka bersukacitalah ia mendapatkannya.

Tetapi sementara mereka menggembirakan hatinya,<x id="j" /> datanglah orang-orang kota itu, orang-orang dursila,<x id="k" /> mengepung rumah itu. Mereka menggedor-gedor pintu sambil berkata kepada orang tua, pemilik rumah itu: "Bawalah ke luar orang yang datang ke rumahmu itu<n id="1" />, supaya kami pakai dia.<x id="l" />"