Lihat, ia naik seperti awan-awan,<x id="i" /> keretanya<x id="j" /> kencang seperti angin badai,<x id="k" /> kudanya<x id="l" /> lebih tangkas dari pada burung rajawali.<x id="m" /> Celakalah kita, sebab kita dibinasakan!<x id="n" />

Celakalah aku karena penyakitku, lukaku<x id="h" /> tidak tersembuhkan! Aku berpikir: "Ah, inilah suatu kepedihan yang harus kutanggung!<x id="i" />"

Celakalah engkau, hai Moab,<x id="c" /> binasa engkau, hai bangsa dewa Kamos! Sebab anak-anakmu lelaki telah diculik tertawan dan anak-anakmu perempuan menjadi tawanan.

"Persiapkanlah perang melawan dia; ayo, marilah kita maju menyerang pada tengah hari!<x id="c" />" "Celakalah kita, sebab matahari sudah lingsir, bayang-bayang senja hari sudah memanjang!"

Zinahmu dan ringkikmu, persundalanmu<x id="q" /> yang mesum di atas bukit-bukit dan di padang-padang,<x id="r" /> Aku sudah melihat perbuatanmu yang keji itu. Celakalah engkau, hai Yerusalem, berapa lama lagi hingga engkau menjadi tahir?<x id="s" />

Celaka aku, ya ibuku<n id="1" />, bahwa engkau melahirkan<x id="g" /> aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan<x id="h" /> bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan<x id="i" /> ataupun orang yang menghutang kepada siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki<x id="j" /> aku.

Oleh karena engkau telah berkata: Celakalah<x id="g" /> aku, sebab TUHAN telah menambahkan kedukaan<x id="h" /> kepada penderitaanku!<x id="i" /> Aku lesu karena keluh kesahku<x id="j" /> dan aku tidak mendapat ketenangan,<x id="k" />

Sebab aku mendengar suara seperti suara perempuan bersalin,<x id="n" /> suara orang kesesakan seperti suara ibu yang melahirkan anak pertama, suara puteri Sion<x id="o" /> yang mengap-mengap,<x id="p" /> yang merentang-rentangkan tangannya:<x id="q" /> "Celakalah aku, sebab aku binasa di depan para pembunuh!<x id="r" />"