Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya.

Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat;<x id="p" /> tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu<x id="q" /> tidak ada lagi gunanya.

dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita<n id="1" />, pada masa ia belum disunat.

Dalam Dia kamu telah disunat,<x id="r" /> bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus<n id="1" />, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,<x id="s" />

Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat<x id="u" /> berselisih pendapat dengan dia.

Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya,<x id="d" /> tetapi menjadi ciptaan baru,<x id="e" /> itulah yang ada artinya.

disunat<x id="u" /> pada hari kedelapan, dari bangsa Israel,<x id="v" /> dari suku Benyamin,<x id="w" /> orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,<x id="x" />

Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat.<x id="a" /> Dengan omongan<x id="b" /> yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran.

Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan<x id="r" /> hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat?<x id="s" />

Jika demikian, maka orang yang tak bersunat, tetapi yang melakukan hukum Taurat, akan menghakimi kamu<x id="t" /> yang mempunyai hukum tertulis dan sunat, tetapi yang melanggar hukum Taurat.

Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah<x id="u" /> Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah.<x id="v" />

Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.<x id="s" />

Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat<x id="e" /> untuk mengokohkan janji<x id="f" /> yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita,

Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting.<x id="f" /> Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah<n id="1" />.

Tetapi sebaliknya, setelah mereka melihat bahwa kepadaku telah dipercayakan<x id="k" /> pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat,<x id="l" /> sama seperti kepada Petrus<x id="m" /> untuk orang-orang bersunat

--karena Ia yang telah memberikan kekuatan kepada Petrus untuk menjadi rasul<x id="n" /> bagi orang-orang bersunat, Ia juga yang telah memberikan kekuatan kepadaku<x id="o" /> untuk orang-orang yang tidak bersunat.

Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus<x id="u" /> hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti,<x id="v" /> hanya iman yang bekerja oleh kasih<n id="1" />.<x id="w" />

Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya<x id="e" /> juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan<x id="f" /> lagi.

<span class="red">Jadi: Musa menetapkan supaya kamu bersunat<x id="e" />--sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek moyang<x id="f" /> kita--dan kamu menyunat orang pada hari Sabat!span>