Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 2190 ayat untuk padanya kita AND book:[1 TO 39] [Pencarian Tepat] (0.004 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Pkh 4:1) (sh: Harus melakukan firman-Nya (Sabtu, 2 Oktober 2004))
Harus melakukan firman-Nya

Di dalam hidup ini ada tiga hal yang harus kita perhatikan dan bedakan dengan tepat: (a) apa yang ingin kita lakukan, (b) apa yang dapat kita lakukan, dan (c) apa yang harus kita lakukan. Kadang kita gagal membedakan ketiganya dan justru menggabungkannya. Kita lalai melakukan apa yang harus kita lakukan dan hanya memimpikan apa yang ingin kita lakukan (namun tidak dapat kita lakukan).

Iri hati dan ketidakpuasan bersumber dari selisih antara apa yang ingin kita lakukan dan apa yang dapat serta harus kita lakukan. Kita menggerutu karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa inilah yang dapat dan harus kita lakukan; kita tidak puas sebab kita membandingkannya dengan apa yang ingin kita lakukan. Firman Tuhan menyebut sikap seperti itu, "mengejar angin" yaitu suatu kesia-siaan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4). Pengkhotbah mencatat suatu tindakan kesia-siaan yang lainnya di bawah kolong langit (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">7). Yaitu, seseorang yang "mengejar harta benda" (ingin kaya). Namun, ketika tua ia sadar bahwa ia tidak dapat menikmati kekayaannya itu. Sayang sekali, karena yang harus ia kerjakan di masa mudanya mungkin justru tidak dilakukannya. Sebenarnya semua ini bisa diubah. Kita mulai dari apa yang harus kita kerjakan. Yaitu, melakukan kehendak Tuhan. Saat kita bersedia mengerjakan kehendak Tuhan maka Tuhan akan memampukan kita melaksanakannya. Sehingga kita dapat mengerjakan kehendak Tuhan itu oleh karena, kita terus-menerus mencari kehendak-Nya.

Sewaktu muda seorang pendeta terkenal dari Amerika, Billy Graham menerima banyak tawaran untuk bekerja di bidang umum dan adakalanya beliau tergoda untuk mengalihkan hatinya dari panggilan Tuhan dalam hidupnya. Namun puji Tuhan, beliau setia pada panggilan-Nya dan akhirnya beliau menyadari bahwa tugas yang Tuhan embankan padanya adalah menjadi pemberita Injil. Itulah yang harus, dapat, dan, ingin dilakukannya! Bagaimana dengan kita?

Renungkan: Mulailah dari yang harus dilakukan, yaitu melaksanakan firman-Nya. Anda pasti dapat dan ingin melakukan yang terbaik.

(0.99) (Ul 6:4) (bis: Hanya ... Allah kita)

Hanya ... Allah kita, atau TUHAN, Allah kita, TUHAN itu Esa.

(0.98) (Hos 12:5) (endetn: kepadanja)

diperbaiki. Tertulis: "kepada kita".

(0.98) (Mi 2:6) (endetn: menjusul kita)

diperbaiki. Tertulis: "mundur".

(0.97) (Mzm 91:1) (sh: Menjadi seorang pangeran (Jumat, 21 Desember 2001))
Menjadi seorang pangeran

John Bunyan pernah menulis sebuah buku cerita yang indah sekali. Ketika Ia sedang dipenjarikan karena kesaksiannya tentang Injil. Buku itu berjudul Perjalanan Seorang Musafir. Dalam buku itu, ia menggambarkan bagaimana liku-liku kehidupan orang percaya bak sebuah perjalanan panjang menuju negeri kekal.

Mazmur hari ini pun berbicara mengenai kehidupan sebagai suatu perjalanan. Bagaimanakah kita sebagai orang-orang percaya harus menjalani hidup ini? Pemazmur berbicara mengenai percaya kepada Allah, tempat perlindungan yang sejati (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1-2). Perjalanan hidup ternyata bukan sesuatu yang mulus tanpa rintangan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3-8). Melihat kenyataan ini, pemazmur mengulangi lagi keyakinannya bahwa Allah adalah benteng keselamatan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9). Orang yang percaya pada-Nya tak perlu gentar karena secara kongkret Allah melindungi orang-orang yang mengasihi Dia.

Di sini kita melihat gambaran yang amat indah. Allah begitu mengasihi kita, sehingga di dalam perjalanan hidup kita selalu ada bodyguard-bodyguard, yaitu para malaikat, yang diutus untuk menjaga kita. Kita adalah pangeran-pangeran kesayangan Allah (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9-13). Meskipun kehadiran malaikat- malaikat di sekitar kita sering tidak kita sadari, namun mereka benar-benar nyata hadir dalam hidup kita.

Setelah pemazmur menyatakan imannya pada Allah karena Dia adalah tempat yang aman dan karena Dia memberikan perjalanan yang aman, kita sampai pada bagian yang mengejutkan. Ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14-16 merupakan respons Allah langsung sebagai jaminan keamanan karena kepercayaan yang ditunjukkan dalam ayat-ayat sebelumnya, karena hati yang sepenuhnya mencintai Allah begitu erat (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14). Allah memberikan kasih setia-Nya kepada mereka yang berseru pada-Nya. Munculnya tujuh kali frasa "Aku akan . . . " menunjukkan suatu kepastian yang amat teguh, bahwa Allah pasti menjawab doa.

Renungkan: Sadarkah bahwa diri Anda adalah seorang pangeran kesayangan Allah? Maukah Anda bersyukur atas hal itu? Mari kita belajar mempercayakan keselamatan hidup kita pada-Nya. Wujud-kanlah konsep kebenaran ini dalam realitas hidup Anda tiap-tiap hari.

(0.96) (Pkh 6:10) (full: IA TIDAK DAPAT MENGADAKAN PERKARA DENGAN YANG LEBIH KUAT DARI PADANYA. )

Nas : Pengkh 6:10

Allah yang mahakuasa mengetahui segala sesuatu yang ada, dan Dia tahu segala sesuatu tentang diri kita sebagai manusia. Alangkah bodohnya untuk berperkara dengan Dia. Kita sendiri sering kali tidak tahu apa yang terbaik untuk diri kita sendiri, kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kematian. Betapa jauh lebih baik mengandalkan Allah dan hidup bagi Dia dengan rendah hati.

(0.94) (Ul 6:25) (bis: Kalau ... kepada kita)

Kalau ... kepada kita, atau kita berlaku benar, apabila kita dengan setia mentaati segala sesuatu yang diperintahkan TUHAN Allah kita kepada kita.

(0.91) (Ayb 2:11) (sh: Teman yang menghibur (Kamis, 18 Juli 2002))
Teman yang menghibur

"Yesus kawan yang sejati, bagi kita yang lemah. Tiap hal boleh dibawa dalam doa pada-Nya" Syair lagu ini ditulis oleh Joseph Scriven ketika penderitaan yang sangat berat dialaminya. Mungkin Joseph Scriven adalah salah satu dari sekian banyak Kristen yang memilih untuk tetap bersandar pada Tuhan ketika mengalami penderitaan. Ini berarti masih banyak juga Kristen yang memilih untuk menyalahkan bahkan meninggalkan Allah. Dari fakta tersebut, kita tahu bahwa Tuhan Yesus adalah sobat yang paling setia.

Dalam peristiwa Ayub, ia sungguh beruntung karena dalam penderitaannya yang sangat menyiksa, tubuh dipenuhi luka, bahkan sulit untuk dikenali wajah aslinya, ada teman-teman dekatnya yang datang mengunjunginya. Maksud kunjungan tersebut adalah untuk menghibur dan berharap dapat mengurangi penderitaan Ayub. Selama 7 hari dan 7 malam, mereka hanya duduk menemaninya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Sikap teman-teman Ayub ini tampaknya berhasil memberikan penghiburan dan pengharapan bagi Ayub, yaitu bahwa ternyata ia tidak ditinggalkan oleh teman-temannya. Namun, dalam perikop selanjutnya, kita akan mempelajari tentang ketidakkonsistenan teman-teman Ayub terhadap penderitaan Ayub. Mereka bukannya menghibur, tetapi malah semakin membuat Ayub menderita.

Melalui perikop ini, kita belajar banyak tentang arti persahabatan. Pertama, sahabat sejati peka akan penderitaan yang dialami sahabat yang lain. Kedua, sahabat sejati memiliki pengertian yang dalam dan memberikan penghiburan. Ketiga, sahabat sejati saling mengasihi dalam keadaan apa pun. Ketiga unsur penting dalam persahabatan ini hanya ada dalam Tuhan Yesus Kristus. Datanglah kepada-Nya karena beban penderitaan kita akan diangkat-Nya (lih. Mat. 11:28).

Renungkan: Ketika kita berada dalam penderitaan, Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendirian. Renungkan dalam syair lagu ini: "Adakah hatimu sarat, jiwa-ragamu lelah? Yesuslah Penolong kita, naikkan doa pada-Nya. Biar kawan lain menghilang, Yesus kawan yang baka. Ia mau menghibur kita atas doa pada-Nya" (KJ. 453).

(0.89) (Yes 49:22) (sh: Sifat perbudakan dosa (Sabtu, 20 Februari 1999))
Sifat perbudakan dosa

Sebagai manusia yang lemah kadang-kadang kita tergoda mengartikan kebaikan Tuhan secara salah. Misalnya, pengampunan yang Tuhan berikan kepada kita, kadang membuat kita menganggap bisa saja kita bermain dosa, sebab mudah mendapatkan pengampunan-Nya. Bila kita menilik ulang sifat perbudakan, dalam hal ini kelakuan bangsa Israel di hadapan Allah, sebenarnya tidak mungkin umat Tuhan dibebaskan dari perbudakan. Tetapi situasi yang mustahil itu dibongkar dan dibalikkan Tuhan. Tangan Tuhan terangkat membawa Israel keluar dari Babel. Bangsa yang dihinakan oleh bangsa-bangsa lain, kini dipelihara sebagai anak kesayangan.

Tuhan itu setia. Kadang kita tenggelam dalam keputusasaan karena kegagalan dan pemberontakan kita. Kita sering dilanda oleh tuduhan, seolah putus sudah hubungan dengan Tuhan. Memang, dosa dan kesalahan kita membawa akibat buruk. Dan, dalam kebijakan-Nya Allah mengajar dan mendidik. Tetapi tidak berarti tidak ada lagi harapan bagi yang ingin kembali pada-Nya. Karena itu janganlah main-main, baik dengan dosa maupun dengan kemurahan-Nya. Baiklah, kita selalu menjunjung kasih setia-Nya yang mengatasi segala kelemahan kita!

Doa: Tuhan Yesus, kami bersyukur, bahwa di dalam segala kelemahan kami, Engkau tetap setia mengampuni.

(0.88) (Yun 2:1) (sh: "Sepanjang jalan Tuhan pimpin" (Jumat, 14 Desember 2001))
"Sepanjang jalan Tuhan pimpin"

Ini adalah sebuah judul lagu yang ditulis oleh Fanny Crosby. Lagu ini ditulis sebagai ungkapan syukur atas pertolongan Tuhan yang ajaib, ketika ia mengalami masa-masa sulit. Yunus pun merasakan keajaiban pertolongan Tuhan, sehingga lahirlah sebuah untaian doa syukur yang sarat dengan kebenaran, meskipun dia berdoa di sebuah tempat yang sangat tidak lazim, yakni di dalam perut ikan! Pertama, doa ini diawali dengan sebuah pernyataan bahwa Tuhan telah menolongnya (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2). Kedua, muncul ung-kapan pribadi Yunus yang menyatakan bagaimana Tuhan menyelamat-kannya dari ombak yang siap menguburnya di dasar laut (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3-7). Ketiga, Yunus menjelaskan tentang mengapa Tuhan menolongnya (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">8-9).

Doa Yunus keluar dari hati yang penuh penyesalan. Yunus tidak hanya menunjukkan bahwa kesadaran tentang keberadaan diri yang berdosa membawanya pada kepasrahan dan kesediaan menanggung hukuman, tetapi juga pernyataan bahwa apa yang Tuhan lakukan atas dirinya adalah tindakan yang adil.

Ada tiga kebenaran dari untaian doa Yunus yang tidak hanya harus senantiasa kita ingat, tetapi juga menjadikannya bagian sikap hidup kita. Pertama, ingat bahwa Tuhanlah yang telah menolong kita, bukan harta, kekuasaan, atau kemampuan kita. Dalam segala kesusahan datanglah pada-Nya, "...carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:33). Kedua, ingatlah bagaimana Ia telah menolong kita. Dia menarik kita dari dosa dengan cara menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk kita. Seperti Yunus, kita pun siap "dikubur" dalam kesusahan dan dosa kita, namun tangan-Nya telah mengangkat kita keluar. Ketiga, ingatlah mengapa Tuhan menolong kita. Tuhan tidak pernah terpaksa menolong kita; Ia menolong karena Ia mengasihi kita.

Renungkan: Ada saatnya kita mengalami masa-masa yang sulit, yang menghancurkan hati, dan menimbulkan banyak kekecewaan. Ingatlah bahwa meskipun masa-masa tersebut Tuhan izinkan terjadi, Dia jugalah yang, karena kasih-Nya, memberikan pertolongan kepada kita.

(0.86) (Ul 3:21) (endetn: Jahwe Allahmu ( =Allah kamu))

Jun.: "Allah kita".

(0.86) (Mal 2:10) (endetn: kita)

diperbaiki. Tertulis:"ditjedera, mentjedera dirinja".

(0.86) (Mzm 100:3) (jerusalem: kita) Bdk Maz 95:6+
(0.86) (Rat 3:41) (jerusalem: dan tangan kita) Dalam naskah Ibrani tertulis: kepada tangan kita. Dalam terjemahan Yunani dan Siria terbaca: di atas tangan kita. Terjemahan Latin berbunyi: bersama dengan kita.
(0.84) (Mzm 104:19) (sh: Allah mengatur segala sesuatu (Minggu, 28 Maret 1999))
Allah mengatur segala sesuatu

Seluruh ciptaan, telah diatur Allah sedemikian rupa hingga masing-masingnya berada pada jalur dan waktu yang telah disediakan-Nya. Bulan tidak akan pernah menjadi matahari, begitu pula sebaliknya. Binatang yang keluar pada siang hari, akan beristirahat di malam hari; tumbuh-tumbuhan yang berbunga pada musim semi, tidak akan berbunga pada musim dingin, dst. Begitu pula dengan kita, meskipun kita adalah bagian tertinggi dari segenap ciptaan Allah, kita tetap berada di bawah kendali Allah. Namun fakta menunjukkan bahwa kita seringkali lupa akan posisi ini. Misalnya, ketika sukses dalam pekerjaan, keluarga, dlsb. kita menganggap bahwa kesuksesan ini diperoleh karena usaha sendiri, tanpa campur tangan Allah; dan ketika kita berada dalam penderitaan, sengsara dan dijerat kemiskinan, kita sering beranggapan bahwa Allah membiarkan kita sendiri. Kita harus menyadari dan memahami bahwa masing-masing ciptaan telah Allah letakkan pada jalur menuju pemenuhan kehendak-Nya.

Setia pada Allah. Untuk tetap berada pada jalur yang telah Allah sediakan, dan demi memenuhi kehendak-Nya, maka sege-nap ciptaan harus setia dan tunduk pada ketetapan-ketetapan-Nya. Kesetiaan ini merupakan perwujudan respons kita terhadap kesetiaan dan pemeliharaan Allah yang telah terlebih dahulu Allah nyatakan dalam hidup kita. Tetapi seringkali kita lupa untuk bertindak setia kepada Allah. Biasanya ini disebabkan oleh kecenderungan kita untuk berusaha melupakan hal-hal yang baik yang kita terima, dan mengingat-ingat hal-hal yang merugikan kita. Begitu mudahkah karya agung Allah yang telah begitu baik mencipta, memelihara, menebus dan memulihkan itu kita lupakan? Peringatan pemazmur pada ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">29 dapat diartikan semudah kita membalikkan telapak tangan, semudah itu pula Allah bertindak pada ciptaan-Nya yang dengan sengaja melupakan kebesaran dan keagungan-Nya.

"Pujilah Tuhan, hai jiwaku!" Sungguh suatu tindakan terpuji dan mengagumkan telah pemazmur bentangkan pada kita. Tak sedikitpun terbersit keinginannya untuk melupakan segala kebaikan Tuhan padanya. Bahkan seluruh keberadaan hidupnya diperuntukkan bagi pujian kepada Tuhan. Sampai sejauh ini kita hidup karena, dan bersama Tuhan. Pasti begitu banyak badai kehidupan yang berusaha menghancurkan hubungan kita dengan-Nya. Ikutilah jejak pemazmur yang begitu meyakini bahwa kekuatan dan kemuliaan Tuhan memberikan kekuatan (31-32).

(0.84) (Pkh 7:23) (sh: Jujur menghasilkan keuntungan (Rabu, 6 Oktober 2004))
Jujur menghasilkan keuntungan

Untuk membuat suatu garis lurus kita memakai penggaris sebaliknya, untuk membuat garis yang bengkok kita tidak membutuhkan alat. Hal ini menunjukkan lebih mudah membengkokkan sesuatu daripada meluruskannya. Hal yang sama juga berlaku pada manusia. Untuk "membengkokkan manusia" tidak diperlukan banyak usaha, sedangkan untuk "meluruskan manusia" dibutuhkan usaha.

Judul renungan ini terkesan tidak mungkin bagi situasi dunia saat ini. Orang dunia menganggap remeh soal kejujuran, bahkan jika ada kesempatan untuk melakukan kecurangan maka mereka akan mengambilnya. Firman Tuhan dalam nas ini menegaskan bahwa Tuhan menjadikan manusia dengan dilengkapi kemampuan untuk bersikap jujur, tetapi manusia melakukan kebalikannya yaitu "mencari banyak dalih" (ayat 29). Mencari banyak dalih dapat diartikan melemparkan kesalahan pada orang lain; dan membuat rancangan tipu daya untuk mencari keuntungan diri sendiri. Orang-orang yang berlaku demikian akan mendapatkan balasannya (Lih. Ams. 22:8). Kejujuran mendatangkan keuntungan yang berkelanjutan, sementara kecurangan hanya akan memperoleh keberhasilan sesaat. Bukankah kita lebih mau membeli barang dari pedagang yang jujur daripada pedagang yang curang? Bukankah kita marah tatkala ditipu ketika membeli barang atau melakukan usaha dagang? Dan bukankah kita langsung bertekad untuk tidak akan menggunakan lagi jasa orang yang telah memperdaya kita?

Bagi anak Tuhan menerapkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, merupakan bukti bahwa ia adalah seorang yang takut akan Tuhan. Orang jujur menghormati Tuhan dengan melakukan firman-Nya dan tidak melanggar perintah-Nya dan percaya bahwa keuntungan anak Tuhan akan berasal dari pada-Nya. Kita mampu berlaku jujur karena kita ingin menyukakan Tuhan. Kita akan mendapat keuntungan berkelanjutan dalam pekerjaan atau keluarga justru bila kita jujur.

Ingat: Berapa pun "kerugian" yang harus kita bayar karena kita berlaku jujur, Tuhan tetap akan memelihara kita.

(0.82) (Ams 3:13) (sh: Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah (Kamis, 20 November 2003))
Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah

Dalam bukunya, Twice Pardoned, Harold Morris menyaksikan hidupnya. Sebagai seorang pemuda ia bergaul dengan teman-teman yang nakal. Hingga suatu saat, bersama dengan teman-temannya, Morris merampok sebuah gudang. Dalam peristiwa itu, penjaga gudang mati terbunuh. Morris dituduh sebagai penyebab kematian itu sehingga ia dijatuhi hukuman mati. Di saat-saat penantian eksekusi itu, ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus dan Tuhan memberikan kesempatan padanya: ia mendapatkan grasi dan dibebaskan dari penjara. Sejak saat itu ia selalu menyaksikannya kepada anak-anak muda dan mengimbau mereka untuk bijaksana dalam memilih teman dan menentukan jalan hidup.Firman Tuhan mengingatkan kita tentang pentingnya hikmat. Hikmat lebih berharga daripada perak, emas dan permata (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14-15). Hikmat memberikan kita kedamaian sehingga kita dapat tidur dengan nyenyak (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">24). Harold Morris mengakui, karena tidak berhikmatlah ia harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun; ia telah membayar harga mahal untuk kecerobohannya. Firman Tuhan juga mengaitkan hikmat dengan penyertaan dan penjagaan Tuhan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3:25-26). Dengan kata lain, hikmat yang dimaksudkan di sini bukanlah hikmat manusiawi yang lepas dari jalur kehendak Allah. Hikmat bukanlah kecerdikan akal manusia yang mungkin bisa membebaskan kita dari masalah; sebaliknya, kadang hikmat membawa kita masuk ke dalam masalah namun kita tahu, bahwa itulah kehendak Allah. Hikmat memberi kita ketenangan sebab kita yakin bahwa kita berada dalam kehendak Allah. Secerdik apa pun akal kita dan seberapa besar pun keberhasilan kita lolos dari masalah, jika itu bukan jalan Tuhan, itu bukan hikmat dan di dalamnya tidak akan kita jumpai sentosa.

Renungkan: Tempat yang paling aman di dunia adalah di tengah kehendak Allah.

(0.79) (Mzm 73:1) (sh: Pergelutan iman. (Jumat, 07 Agustus 1998))
Pergelutan iman.

Hidup orang percaya tak luput dari pergumulan. Rasa iri dan tak puas melihat keberhasilan orang fasik, sering mengganggu kita bukan? Lebih-lebih melihat mereka yang bangga, beruntung dalam kejahatan. Pergumulan Asaf inilah yang kita baca hari ini. Hampir saja ia runtuh iman (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">2), tergoda meninggalkan cara hidup yang bersih (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">13). Mengapa godaan semacam itu dapat terjadi? Karena, konsep bahwa beriman berarti hidup bahagia tanpa masalah adalah konsep iman kekanak-kanakan. Dalam konsep iman yang lebih dewasa, kita menyadari bahwa hidup dalam dunia ini penuh masalah, namun kita mampu menjalaninya bersama Tuhan.

Tuhan memberi jalan keluar. Dalam pergumulan iman ada banyak alternatif yang dapat dilakukan. Asaf memilih mencari wajah Tuhan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17). Di dalam kedekatan akan Allah, Asaf beroleh cahaya ilahi yang menyibakkan realita apa adanya dan memberinya kejelasan dan ketenangan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17-20). Tampaklah padanya jalan orang-orang fasik adalah jalan kehancuran dan kebinasaan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">18-19). Dalam hidup ini kita tidak hanya membutuhkan mata fisik, tapi juga mata hati yang dicerahkan Roh Kudus. Pergumulan tak perlu menggelapkan, membuat kita gelisah, takut, iri.

Renungkan: Dalam hadirat-Nya, pergumulan hidup yang berat menjadi alat Tuhan mendewasakan kita.

(0.78) (Kej 17:15) (sh: Respons iman dan ketaatan (Selasa, 4 Mei 2004))
Respons iman dan ketaatan

Apakah tertawanya Abraham adalah tertawa ketidakpercayaan, sikap mencemooh janji Al-lah? Ataukah sikap kebingungan akan bagaimana mungkin dua orang uzur bisa menghasilkan keturunan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">17-18)? Yang jelas, Allah tidak menegur Abraham. Allah hanya mempertegas bahwa garis keturunan Abraham adalah melalui Sara (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">19-21).

Kita boleh saja menduga Abraham di sini kurang beriman. Ada bukti kuat di sini, yaitu Abraham menawarkan Ismael sebagai penggenap janji Allah tersebut (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">18). Yang jelas, sikap Allah terhadap Abraham tidak menjadi berubah. Allah tahu pergumulan Abraham sebagai manusia biasa yang terus menerus berharap, namun tak kunjung menerima. Ada saat-saat iman itu goyah. Allah mengerti kelemahan Abraham, sebab itu Ia datang untuk menguatkan dan menghibur.

Akibat dari dorongan dan peneguhan Allah, Abraham bangkit dari kelemahannya dan dengan taat mengumpulkan semua anggota keluarganya untuk disunatkan. Bukan hanya seluruh anggota keluarga, tetapi juga seisi rumah tangga Abraham (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">23-27). Respons Abraham adalah iman dan ketaatan.

Allah juga mengerti kelemahan-kelemahan kita di dalam mem-percayakan diri kepada Dia. Kadang iman kita menjadi tawar oleh karena penantian yang tak kunjung selesai. Kita sudah mulai menyerah. Namun, Dia cukup sabar untuk mendorong dan menguatkan kita melalui firman-Nya, sehingga kita tetap secara aktif dapat mengerjakan bagian kita. Puji Tuhan! Sekarang waktunya kita bangkit dan mengerjakan panggilan kita dengan semangat, karena Allah percaya kepada ketulusan kita untuk mempercayai Dia.

Untuk dilakukan: Karena Allah percaya bahwa aku tetap setia pada-Nya dan percaya kepada janji-Nya, maka aku pun harus membuktikannya dengan perbuatanku.

(0.78) (Mzm 119:17) (sh: Taurat Tuhan adalah karunia (Senin, 27 Mei 2002))
Taurat Tuhan adalah karunia

Jika Tuhan tidak menganugerahkan Taurat-Nya, maka manusia akan selamanya berjalan dalam dusta dan kejahatan (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">29). Pemazmur sungguh menyadari kebenaran ini, dan mengakui bahwa tanpa pertolongan Tuhan, dan tanpa Roh Tuhan, ia tidak dapat memandang, memahami dan menjalankan Taurat Tuhan. Baginya Taurat adalah karunia Allah (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">29) karena diilhamkan oleh kebenaran Allah, bukan kebenaran manusia, dan diberikan kepada manusia untuk dipelajari, dilakukan, dan ditaati. Taurat itu hidup, dinamis, dan relevan dalam kehidupan setiap orang. Namun, hukum dan ketetapan Taurat juga tidak hanya dilihat dalam bentuk ketetapan dan peraturan sebagaimana adanya, tetapi juga harus dilihat substansinya yaitu kebenaran Allah (ayat padanya+kita+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">30). Tanpa Taurat seseorang hanyalah debu, “jiwaku melekat kepada debu, hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu”. Istilah “firman-Mu” dalam ayat ini menunjuk pad a ber bagai peraturan, ketetapan dan hukum. Ini berkaitan dengan pemahaman para imam pada zaman sesudah pembuangan tentang firman. Penggunaan kata ‘firman’ oleh para imam pada masa itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Taurat itu berkuasa bahkan sangat berkuasa untuk menciptakan kehidupan baru. Keyakinan ini jelas berhubungan erat dengan kesadaran bahwa pembuangan adalah kematian; dan kematian itu disebabkan ketidaktaatan umat terhadap Taurat yang merupakan pengejawantahan kebaikan, keselamatan, dan kebenaran Allah dalam konteks umat Allah masa Perjanjian Lama.

Dalam konteks saat ini, bagaimana sikap Kristen terhadap Taurat? Seharusnya sama seperti sikap pemazmur yang selalu menyelami keindahan firman dan selalu membuatnya bergantung pada-Nya. Kristen harus mempertahankan sikap seperti ini karena melaluinya kita pun makin termotivasi untuk mencintai dan bergantung pada-Nya. Dengan demikian, hidup kita diarahkan pada suatu perubahan yang bersih, setia, dan yang berkenan pada-Nya.

Renungkan: Keterbukaan dan kejujuran kepada Allah tentang kebergantungan kita pada firman-Nya merupakan kesempatan dan peluang bagi kita untuk semakin mengenal Dia.



TIP #34: Tip apa yang ingin Anda lihat di sini? Beritahu kami dengan klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA