Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 20 ayat untuk bawahan [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Ptr 5:3) (ende: Djangan....)

Memerintah berarti melajani bawahan dengan rendah hati, dan tidak memperlakukan mereka sebagai hambanja.

(0.88) (Yeh 32:10) (jerusalem) Bagian ini mungkin suatu sisipan yang di kemudian hari barulah diselipkan: atau bagian ini tidak lagi mengenai Firaun, tetapi bawahan-bawahan dan sekutu-sekutunya. Yeh 32:16 kiranya mula-mula tersambung dengan Yeh 32:9.
(0.87) (Yes 9:14) (ende: kepala dan ekor, batang palam dan buluh)

ialah pemimpin2 dan bawahan, kaum bangsawan dan rakjat djelata.

(0.66) (Kol 3:22) (sh: Etika kerja kristiani (Jumat, 13 Juli 2001))
Etika kerja kristiani

Pelanggaran terhadap Hak Azasi Manusia seringkali terjadi dari atasan kepada bawahan. Hal yang melatarbelakangi mengapa atasan bersikap demikian sedikit banyak ditentukan bagaimana cara memandang bawahannya. Seringkali atasan menempatkan bawahan hanya sebagai 'barang/milik' yang bisa diperlakukan semaunya, dan bukan sebagai sesama manusia. Atasan merasa dengan uang dan kekuasaan yang dimilikinya, ia bebas memperlakukan bawahannya sekehendak hatinya.

Hal ini pun menjadi perhatian Paulus dalam bacaan kita hari ini. Dapat dikatakan bahwa Paulus sedang mengajarkan etika kerja kristiani. Sebagai bawahan, Kristen harus memiliki beberapa karakteristik: ketaatan, ketulusan, dan kesungguhan (ayat 22-23), bukan dengan motivasi ABS (Asal Bapak Senang) tetapi menempatkan Tuhan sebagai fokus pekerjaan, sehingga siapa pun dan bagaimana pun atasan bukanlah ukuran utama bagi kualitas kerja. Di mana pun atasan sedang berada, di hadapan atau di tempat lain, bawahan tetap bekerja dengan kualitas sama, karena motivasi memberikan hasil karya terbaik untuk menyenangkan Tuhan. Demikian pula dengan atasan, Paulus menasihatkan agar mereka tidak berlaku sewenang- wenang seolah memiliki otoritas tertinggi (ayat 1). Kepada atasan ataupun bawahan, Tuhan yang menyediakan upah ataupun ganjaran dengan tanpa memandang muka.

Relasi kerja yang benar sesuai dengan etika kerja kristiani adalah apabila atasan dan bawahan masing-masing mengerti tanggung jawabnya, bawahan tidak melampaui apa yang ditetapkan atasan, sedangkan atasan tidak berlaku curang terhadap bawahan. Pelanggaran Hak Azasi Manusia tidak seharusnya terjadi di lingkungan kerja yang memelihara etika kerja kristiani. Karena itulah, rasul Paulus mengingatkan bahwa sesungguhnya kita semua mempunyai tuan di sorga (ayat 4:1). Dialah yang akan menilai karya kita selama di dunia, upah dan ganjaran diberikan-Nya secara tepat kepada siapa yang layak menerimanya.

Renungkan: Setiap Kristen memiliki 2 status: sebagai bawahan atau pun atasan, karena siapa pun kita, akan mempertanggungjawabkan karya hidup kita kepada Tuhan, tuan di atas segala tuan. Tiada alasan bagi Kristen untuk hidup sesuka hati ketika menyadari bahwa fokus hidup Kristen adalah Kristus.

(0.62) (Mat 8:9) (ende)

Maksud perkataan perwira: seperti bawahan saja patuh kepada saja, demikian tentu segala penjakit (roh-roh jang menjebabkan penjakit) patuh kepada Tuan, sehingga satu kata tjukup untuk menjembuhkan orang sakit dari djauh djuga.

(0.50) (Pkh 8:2) (jerusalem: Patuhilah) Di depan kata ini dalam naskah Ibrani tertulis: Aku
(0.44) (Yer 37:1) (full: ZEDEKIA. )

Nas : Yer 37:1

Nebukadnezar menempatkan Zedekia atas takhta di Yerusalem selaku bawahan Babel; sebelumnya raja Yoyakhin hanya memerintah selama tiga bulan sebelum dibawa ke Babel

(lihat cat. --> Yer 36:30).

[atau ref. Yer 36:30]

(0.37) (Ul 32:8) (ende)

Allah adalah Tuhan segala suku bangsa dan menjediakan wilajah bagi mereka masing-masing. Menurut gambaran kuno jang masih ada djedjaknja disini: tiap-tiap dewa mempunjai daerahnja sendiri-sendiri sedangkan disini dititik-beratkan pada kenjataan bahwa semua kekuatan-kekuatan itu ada dibawah Jahwe dan achirnja Dialah jang mengatur segala-galanja. ia telah memilih bangsa Israil sebagai milikNja sendiri. Demikianlah maka bangsa Israil mempunjai djaminan akan mendapat perlindungan dari Jahwe jang berdiri diatas semua kekuatan-kekuatan lainnja. Mungkin djuga disini pengarang berpikir akan hubungan seorang maharadja dengan rakjatnja sendiri: sedangkan bangsa-bangsa lainnja jang tunduk kepadanja dikepalai oleh seorang radja bawahan sebagai wakil daripadanja.

(0.37) (Mat 8:12) (jerusalem: anak-anak Kerajaan) Ialah orang yang menjadi bawahan Pemerintahan Allah. Yang dimaksudkan ialah orang Yahudi yang merupakan ahli waris perjanjian yang wajar. Mereka yang tidak percaya kepada Kristus akan diganti dengan bangsa-bangsa lain yang lebih layak dari pada mereka. ratapan dan kertakan gigi Gambaran alkitabiah yang lazim untuk melukiskan kemarahan dan rasa menyesal orang fasik terhadap orang benar: bdk Maz 35:16; Maz 37:12; Maz 112:10; Ayu 16:9. Dalam Matius gambaran itu melukiskan hukuman orang fasik dalam neraka.
(0.37) (Mat 17:25) (jerusalem: rakyatnya) Harafiah: anak-anaknya, tetapi artinya: bawahan atau rakyatnya, bdk Mat 13:38. Tetapi Yesus menggunakan istilah Ibrani "anak" itu untuk menunjuk diriNya sebagai "Anak" (Mat 17:26: rakyatnya=anaknya), bdk Mat 3:17; Mat 17:5 dan Mat 10:32 dst., Mat 11:25-27, dll. Sekaligus Yesus menunjuk murid-muridNya sebagai saudara-saudaraNya, Mat 12:50 dan anak Bapa yang sama, Mat 5:45 dll. Bdk Mat 4:3+.
(0.31) (Gal 4:3) (ende: Anasir-anasir dunia)

Menilik Gal 4:9 dan Gal 4:10 sudah terang, bahwa jang dimaksudkan disini, ialah peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan hukum dan adat-istiadat Jahudi, jang tak terhitung banjaknja, lagi diiringi antjaman-antjaman berat, sehingga benar-benar "memperhambakan" bawahan-bawahannja".

Menurut kepertjajaan orang "kafir" anasir-anasir dunia adalah roh-roh gaib jang memenuhi djagad raja dan menguasai nasib manusia. Paulus disini menjamakan sikap Jahudi terhadap kaum Jahudi dengan tahjul kekafiran itu. Dengan "kita" disini tentu sadja pertama-tama dimaksudkan orang Jahudi, tetapi Paulus agaknja ingat djuga akan orang Galatia jang bukan Jahudi, jang dahulu takluk kepada ketakutan tachjul orang "kafir". Paulus barangkali hendak memperingatkan mereka, bahwa menerima hukum Jahudi sama artinja dengan berbalik kepada tachjul kekafiran.

(0.31) (1Raj 20:23) (sh: Bukan sekadar kesempatan. (Sabtu, 11 Maret 2000))
Bukan sekadar kesempatan.

Mungkin kita pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk memperbaiki tingkah lakunya    sebelum menghukumnya. Seringkali kita tidak bertindak apa-apa    agar bawahan mendapat pengetahuan lebih baik, sehingga ia    tidak membuat kesalahan yang sama.

Allah Israel tidaklah demikian. Ia telah memberikan    kesempatan 3 kali kepada Ahab agar ia berbalik kepada-Nya.    Setiap kesempatan yang diberikan-Nya pasti diikuti penyataan    luar biasa kepada Ahab yang makin lama makin menunjukkan    kekuasaan dan kebesaran-Nya. Misalnya: peristiwa di Gunung    Karmel menyatakan bahwa Allah adalah Penguasa alam semesta.    Keterlibatan Allah dalam peristiwa penyerangan bangsa Aram    pun demi kepentingan umat-Nya, bahkan Allah akhirnya    memberikan kemenangan yang gilang-gemilang kepada Israel (ayat 28)    dan bangsa Aram dihancurkan total. Kemenangan yang terakhir    ini membuktikan bahwa Allah Sang Penguasa alam semesta tidak    dibatasi oleh daerah pegunungan atau daerah datar. Ia benar-    benar Allah TUHAN Penguasa Tunggal alam semesta dan sejarah    manusia. Peristiwa yang terakhir ini merupakan penyataan    "puncak" Allah kepada Ahab agar ia mau berbalik kepada-Nya.

Namun respons Ahab sangat mengecewakan dan tidak ada    perubahan dalam diri Ahab. Ia tidak memberikan korban syukur    atas kemenangan tersebut atau mengakui bahwa Allahlah TUHAN    seperti yang pernah dinyatakan rakyat Israel di Gunung Karmel    (19:39). Sebaliknya, ia tetap melanggar perintah Allah dengan    membiarkan Benhadad hidup bahkan membuat perjanjian    persekutuan dengannya. Ia melakukan tindakan itu tanpa    berkonsultasi dengan Allah. Ahab bertindak seolah-olah    kemenangan yang ia peroleh disebabkan kemampuan dan    kekuatannya. Tindakannya menyatakan bahwa ialah yang memegang    kendali hingga ia pun berhak memberikan pengampunan kepada    Benhadad. Ia tetap tidak mengakui bahwa Allahlah TUHAN.    Baginya, ia sendirilah TUHAN. Ahab telah menyia-nyiakan    kesempatan anugerah begitu besar yang diberikan Allah.

Renungkan: Pengenalan kita akan Allah yang panjang sabar    seringkali membuat kita menyia-nyiakan kesempatan anugerah yang    telah disediakan-Nya. Penyesalan senantiasa terlambat dan    tiada guna.

(0.31) (1Taw 28:1) (sh: Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci (Minggu, 24 Februari 2002))
Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci

Salomo ditunjuk sebagai penerus Daud untuk membangun Bait Suci. Hal ini menegaskan kembali janji Allah kepada Daud (ayat 1Taw. 17; lih. juga 2Sam. 7). Pertama, takhta Daud akan tetap selama-lamanya (ayat 17:14), kerajaan Daud akan kokoh seterusnya (ayat 28:7a). Kedua, Salomo menjadi anak perjanjian. "Aku telah memilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi bapanya." Bahasa yang mirip dipakai dalam perjanjian yang diadakan antara Yahweh dengan Israel (lihat Yer. 31:33; Yeh.l 36:28). Syarat yang diberikan adalah ". jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturan-Ku .." (ayat 28:7b). Ketiga, Salomolah yang akan membangun rumah bagi Tuhan.

Bagaimana tindakan Daud dalam penugasan Salomo ini? Pertama, ia memperkenalkan Salomo kepada para pemimpin Israel, bawahan-bawahan Daud, sekaligus menyatakan bahwa Salomo adalah orang pilihan Allah. Tujuannya adalah agar mereka mengakui dan mendukung Salomo (ayat 2-7). Kedua, ia "menahbiskan" Salomo di depan jemaat agar Salomo sadar akan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Allah, juga di hadapan umat Allah (ayat 8).

Ketiga, ia menasihati Salomo agar setia kepada Allah dan menjalankan tugas pendirian rumah-Nya dengan benar (ayat 9-10). Ia juga meneguhkan Salomo agar bersandar penuh kepada Allah (ayat 20-21). Keempat, Daud telah menyediakan segala keperluan pembangunan itu terlebih dahulu. Sekarang ia menyerahkannya ke tangan Salomo untuk dipakai dalam pembangunan bait Suci tersebut (ayat 11-19).

Renungkan: Mengemban tugas suci merupakan pilihan dan panggilan Allah, bukan inisiatif sendiri. Bila Anda merasa terpanggil untuk melayani Dia, yakinkanlah bahwa itu bukan karena Anda merasa melainkan karena sadar akan anugerah dan kedaulatan-Nya.

(0.31) (Kis 15:22) (sh: Bijaksana dan peka (Senin, 12 Juni 2000))
Bijaksana dan peka

Itulah penilaian seorang tokoh kristen tentang surat yang dibuat oleh para rasul di Yerusalem kepada jemaat-jemaat non-Yahudi di luar Yerusalem. Oleh karena itu tidaklah heran bila akhirnya jemaat-jemaat itu mendapat berkat dari surat tersebut (31). Itu juga merupakan kunci sukses dari pengimplementasian keputusan pertemuan di Yerusalem. Para pemimpin sering kali menganggap bahwa setelah kesepakatan dibuat maka selanjutnya adalah tugas bawahan untuk melaksanakannya. Padahal untuk memahami suatu keputusan tidaklah mudah, mereka harus menafsir dan menjabarkan sendiri ke dalam bentuk-bentuk yang lebih praktis. Itulah sebabnya di tingkat bawahan, kesalah-pahaman dan konflik sering terjadi.

Para rasul agaknya memahami hal ini. Karena itulah mereka mengambil berbagai langkah untuk menjamin suksesnya pengimplemen-tasian kesepakatan Yerusalem, agar kesatuan Kristen tidak hanya terjadi di kalangan para rasul, namun juga seluruh Kristen dimana pun mereka berada. Mereka memberikan informasi yang jelas dan tuntas kepada jemaat-jemaat tentang keputusan Yerusalem, secara tertulis dan lisan melalui orang-orang yang berkualitas (22), untuk menjamin kesahihan dan keobyektifan informasi. Kemudian mereka menegaskan posisi mereka tentang tuntutan sunat (24).

Penegasan ini penting bagi Kristen di Antiokhia sebagai suatu konfirmasi dan peneguhan atas doktrin yang sudah mereka yakini selama ini. Dan itu tidak dilakukan hanya dengan pernyataan lisan, namun keputusan Roh Kudus. Allah melegitimasi keputusan itu karena itulah keputusan resmi dan berlaku bagi semua jemaat di sepanjang zaman. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan? Setelah jemaat Antiokhia membaca surat itu dan bertemu dengan para utusan rasul dari Yerusalem, mereka bersuka cita, terhibur, dan dikuatkan (31-32). Ini merupakan bukti bahwa keputusan dan pengimplementasiannya telah dilakukan secara bijak dan sehat. Ini merupakan bukti bahwa gereja mula-mula mempunyai manajemen yang baik.

Renungkan: Manajemen yang sehat sebuah gereja manapun antar gereja memang diperlukan, agar jemaat mengalami penghiburan, sukacita, penguatan, dan tetap dipersatukan dalam menghadapi segala macam tantangan dan ancaman yang semakin meranggas.

(0.25) (Kel 21:1) (sh: Aturan tentang budak Ibrani. (Rabu, 6 Agustus 1997))
Aturan tentang budak Ibrani.

Di balik peraturan ini tersirat pengalaman Israel ketika menjadi budak bangsa Mesir. Mereka tidak boleh memperlakukan budak dari bangsa mereka sendiri seperti dulu mereka diperlakukan oleh bangsa Mesir. Sebaliknya Israel harus bermurah hati. Budak pria dianggap seperti orang magang, yang sesudah enam tahun mengabdi beroleh kemerdekaannya di tahun ketujuh. Kecuali jika ada yang memutuskan dalam hak kemerdekaannya untuk mengabdi seumur hidup karena mengasihi istri dan anak-anaknya. Perlakuan kepada para budak perempuan memang berbeda. Intinya bukan merendahkan perempuan tetapi memikirkan keperluan nafkahnya baik secara jasmani maupun secara batin.

Citra Allah. Umat Allah harus menjadi citra sifat-sifat Allah sendiri. Perlakuan kepada orang bawahan kita merupakan kesempatan emas untuk kita mencitrakan bagaimana Allah sudah memperlakukan kita. Di dalam gereja sendiri pun ada cukup banyak saudara seiman kita yang tingkat sosialnya lebih rendah dari kita. Apakah anugerah yang kita terima dalam Yesus Kristus sudah menyanggupkan kita untuk memandang dan memperlakukan mereka secara terhormat?

Doa: Ampuni kami Tuhan, sering kami menghargai orang lain dengan terlebih dahulu melihat status sosialnya.

(0.25) (2Sam 18:33) (sh: Mengapa Daud begitu sedih? (Jumat, 10 Juli 1998))
Mengapa Daud begitu sedih?

Mengapa kematian orang yang makar terhadap Daud tidak membuat Daud bersukacita malah berdukacita? Apa sebab ia meratap sedemikian pilu? Mungkin banyak faktor yang rumit yang melatarbelakangi kedukaan Daud ini. Selain yang mati terbunuh itu adalah putranya sendiri, mungkin sekali Daud menyesali dirinya yang telah gagal mendidik anak dan bertindak tegas membereskan kemelut kehidupan keluarganya.

Berani menegur karena benar! Tidak sedikit peristiwa merugikan terjadi karena budaya ketimuran yang (berlebihan) menekankan dan mengedepankan sopan santun. Yang muda tidak boleh menegur yang tua. Bawahan tidak boleh menegur atasan. "Raja tidak mungkin bersalah!" Tetapi Yoab, walaupun memiliki berbagai kelemahan dan kesalahan, kali ini bertindak tepat. Yoab menegur Daud dengan risiko tidak disukai, dibenci atasan. Tetapi dia tahu apa yang harus dilakukan agar bencana yang lebih besar tidak sampai terjadi.

Refleksi: Keberanian dibutuhkan untuk mampu menyatakan kritik dan koreksi membangun secara benar, dan sopan, guna menghindari bencana yang lebih besar lagi.

Doa: Tolong bangsa kami agar berani saling menegur dan menasihati demi kebenaran.

(0.22) (Im 26:14) (sh: Jika gagal memenuhi perjanjian (Selasa, 1 Oktober 2002))
Jika gagal memenuhi perjanjian

Beberapa orang mempersamakan Allah dengan seorang Godfather Mafia yang kejam, yang berprinsip tidak ada kata ampun lagi kepada setiap bawahan yang gagal menjalankan tugasnya atau melawan kehendak sang Godfather. Sekilas, itulah kesan pertama pada pembacaan nas-nas seperti ini. Padahal, pembacaan lebih dalam akan menunjukkan hal yang sebaliknya. Pada zaman Perjanjian Lama, berkat dan kutuk selalu dicantumkannya. Keduanya memuat implikasi yang akan terjadi bila rakyat/raja-raja bawahannya tersebut melakukan atau tidak melakukan bagian dari perjanjiannya. Biasanya akibat dari kegagalan atau pemberontakan adalah penghukuman yang bertujuan untuk menghancurkan. Tidak ada kesempatan kedua, apalagi rehabilitasi. Hampir sama dengan Mafia.

Kesempatan kedua, peluang rehabilitasi, kesempatan untuk bertobat, justru inilah yang berulang nampak pada bagian kutuk ini. Inilah perbedaan pertama yang mencolok antara perjanjian Allah dengan perjanjian ala raja-raja besar waktu itu (atau juga Godfather Mafia). Motivasi penghukuman itu bukanlah rasa tersinggung dan murka penguasa yang hanya ingin pihak yang mengkhianati perjanjiannya segera hancur, tetapi supaya karena penghukuman itu Israel mau kembali mendengar, diajar, dan hidup selaras dengan perjanjian (lihat 18,21,23,27). Hanya setelah itu semua, jika Israel tetap berkeras dan tidak mau kembali kepada Allah, maka mereka akan hancur akibat dari kesalahan dan dosa mereka (ayat 28-39).

Hal kedua adalah kata ‘tetapi’ (ayat 40). Allah masih mau menerima Israel, jika setelah itu, Israel berbalik dan bertobat (ayat 40-45). Di sini, seperti yang kemudian jelas didemonstrasikan Allah pada peristiwa pembuangan dan pemulihan dari pembuangan, Allah menunjukkan sisi kasih dan anugerah dari tindakan-Nya yang berdampingan dengan keadilan-Nya. Allah akan mengingat perjanjian-Nya dan tetap menjadi Allah Israel, demi keselamatan mereka (ayat 45).

Renungkan: Hajaran Allah kepada orang Kristen yang sedang berdosa adalah pintu kepada pertobatan.

(0.22) (Ams 11:1) (sh: Kristen dan pembangunan masyarakat (Selasa, 25 Juli 2000))
Kristen dan pembangunan masyarakat

Bila kita amati kota-kota besar di Indonesia, akan terpampang di depan mata kita pemandangan yang sangat ironis. Kristen beserta keluarganya berangkat beribadah dengan mengendarai mobil mewah dan mengenakan pakaian dan segala aksesorisnya yang tak terbeli dengan gaji buruh selama 1 tahun. Dalam perjalanan, mereka akan bertemu atau melintasi anak-anak jalanan, pedagang asongan, para gelandangan, dan pengemis yang berkeliaran mengharapkan sedekah, yang seringkali tidak cukup untuk membayar 1 kali parkir mobil.

Melihat pemandangan yang ironis ini, bagaimana respons Anda terhadap firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 11:11? Berkat orang benar tidak untuk dinikmati sendiri tapi bersama masyarakat sekitar, sehingga masyarakat ini bertumbuh dan berkembang secara sosial, ekonomi, dan budaya. Proses terjadinya perkembangan kota yang demikian nampaknya suatu proses yang harus atau secara otomatis terjadi begitu saja. Dengan kata lain penulis Amsal menegaskan dimana ada orang kristen di situ harus terjadi perkembangan masyarakat.

Luar biasa sekali peranan Kristen bagi bangsa dan negaranya. Dalam lingkungan yang kecil, Kristen dapat memberikan nasihat dan bimbingan bagi teman-teman dan tetangganya di waktu-waktu yang sulit baik diminta atau tidak sehingga mereka bisa selamat melewati kesulitan-kesulitan yang menghadang (9, 14). Ia berhati-hati dalam berbicara sehingga tidak memicu kerusuhan di tengah-tengah masyarakat (12-13). Kristen harus menjadi contoh sebagai manusia yang melaksanakan segala aktivitas dengan kejujuran dan keadilan (1). Ia memandang dan menghargai semua orang baik orang miskin maupun kaya sehingga tidak terjadi diskriminasi yang akan menimbulkan reaksi bermusuhan (2).

Renungkan: Beberapa ujian yang paling tepat untuk mengetahui apakah Kristen sudah melaksanakan panggilannya adalah jika Anda seorang pengusaha, apakah kesejahteraan seluruh karyawan Anda mengalami perbaikan yang terus-menerus, jika Anda dipercayai memimpin sebuah lembaga, institusi atau perusahaan, apakah Anda berani memperjuangkan agar gaji yang diterima bawahan dapat meningkatkan taraf hidupnya, apakah pajak Anda sudah dihitung sebagaimana mestinya sehingga pemerintah mendapatkan penghasilan bagi anggaran belanjanya?

(0.19) (Yer 22:10) (sh: Bukti pengenalan akan Allah (Rabu, 4 Oktober 2000))
Bukti pengenalan akan Allah

Allah membandingkan kehidupan saleh raja Yosia dan anaknya Yoyakim. Yosia melakukan keadilan dan kebenaran serta memperhatikan rakyat miskin (16). Apa yang dilakukan oleh Yoyakim (13-14, 16)? Ia mengambil keuntungan atas penderitaan orang lain. Para buruh dan pekerjanya tidak diperlakukan sesuai dengan hukum kasih dan keadilan. Ia membangun istana di atas penderitaan rakyat. Fokus utama dalam kehidupannya adalah mengejar keuntungan bagi diri sendiri. Kehidupan Yosia adalah contoh kehidupan seorang yang mengenal Allah, sedangkan kehidupan Yoyakim adalah contoh kehidupan seorang yang tidak mengenal Allah.

Di dalam Perjanjian Lama kata 'mengenal' merupakan terjemahan dari kata ibrani 'yada' yang berarti mendapatkan pengetahuan kemudian mengembangkan pemahaman berdasarkan pengetahuan itu dan akhirnya meresponinya sesuai dengan kehendak-Nya. Kehidupan Yoyakim tidak memperlihatkan bahwa ia mengenal Allah. Ia tidak menjalankan keadilan dan tidak menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai gembala bagi rakyatnya dengan baik. Karena itu sama seperti Salum (10-12) yang menuai apa yang telah ia tabur dalam hidupnya, Yoyakim pun demikian. Pada akhir hidupnya ia mengalami kematian yang sangat mengerikan dan dalam kehinaan yang luar biasa (18-19). Sebab sesungguhnya kematian seorang raja merupakan hari perkabungan nasional dimana seluruh rakyat akan meratapi dan menangisinya. Namun Yoyakim tidak akan mengalami itu semua justru sebaliknya.

Renungkan: Pengenalan kita kepada Allah tidak cukup dibuktikan hanya dengan berbagai aktivitas rohani yang kita lakukan seperti membaca Alkitab, berdoa, beribadah ke gereja, atau memberikan persembahan. Gaya hidup kita merupakan bukti yang paling konkrit dan tidak dapat disangkal dari pengenalan kita akan Allah. Jika kita menutup mata dan telinga terhadap teriakan bawahan atau karyawan kita yang sudah tidak dapat membiayai kehidupannya dengan gaji yang kita berikan, jika kita terus mengejar kemewahan hidup dan fasilitas di tengah-tengah masyarakat yang berjuang untuk sepiring nasi, jika kita masih menuntut pengorbanan para rakyat kecil agar usaha kita tetap dapat berkembang, dlsb., dapatkah kita mengatakan bahwa aku mengenal Allah? Ingatlah, kita akan menuai apa yang kita tabur kelak.



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA