Mungkin terdjemahan pula:"dalam segala kehormatan". Maksud aslinja kurang terang. Tafsiran sangat umum, ialah ia sebagai ajah harus tahu mendjadikan kewadjibannja dalam mendidik anak-anaknja demikian rupa, sehingga ia tetap dihormati dan ditjintai oleh mereka.

Nas : 1Tim 6:5

Paulus kembali membicarakan guru-guru palsu (bd. pasal 1Tim 1:1-20), sambil memberi tahu Timotius apa yang seharusnya penilaiannya tentang orang seperti itu. Ketidakacuhan pada masa kini terhadap ajaran yang di luar Alkitab itu tidak bersifat rasuli dan mengabaikan nasihat yang jelas dalam surat ini dan surat-surat PB lainnya (bd. Gal 1:9).

Kembali Paulus mengingatkan Timotius untuk berhati-hati terhadap orang yang membawa ajaran yang "lain" (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">3). Di sini Paulus menggarisbawahi karakter lainnya dari para pengajar sesat ini. Selain ajaran mereka yang bertentangan dengan perkataan Tuhan Yesus (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">3), mereka juga sok tahu, senang dengan "mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, ... (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">4) serta percekcokan (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">5). Mereka "tidak lagi berpikiran sehat dan … kehilangan kebenaran" (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">5). Terakhir, mereka mempunyai motivasi yang sangat materialistis (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">5b-10). Mereka menganggap ibadah sebagai sumber keuntungan (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">5b).

Sebagai kontras, Paulus memberikan gambaran tentang arti ibadah yang benar. Ibadah, yang artinya lebih menunjuk pada cara hidup Kristen yang berdasarkan perkataan Tuhan Yesus dan ajaran yang benar (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">3), memberi keuntungan yang besar bila disertai dengan rasa cukup, "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah" (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">8). Keuntungan ini sempat disinggung Paulus pada Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">4:7-8. Tidak seperti mereka yang terpengaruh oleh ajaran sesat itu sehingga menjadi sangat bersemangat dalam mencari kekayaan sehingga terjatuh ke dalam pencobaan dan "berbagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan" (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">9). Tidak hanya kebinasaan dalam kekekalan yang menjadi akibatnya, tetapi pada kehidupan kini dan di sini. Orang-orang yang cinta uang telah "menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">10b). Hal yang paling menyedihkan adalah bila para pengajar seperti ini telah membuat anggota jemaat menyeleweng dan menyimpang dari iman dan ibad ah yang sejati (bdk. 10c). Semuanya karena "cinta uang adalah akar dari segala kejahatan" (ayat Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">10a).

Renungkan: Banyak agama dan kepercayaan di dunia ini mengajarkan bahwa manusia beribadah agar Tuhan melimpahinya dengan berbagai berkat materi. Bahkan, kekayaan adalah balasan yang wajib diberikan oleh Tuhan kepada mereka yang beribadah. Pemahaman seperti ini tidaklah alkitabiah. Kristen memandang kekayaan sebagai berkat Allah yang mencukupkan kita (lih. Ia+tahu+Ia+tahu+AND+book%3A54&tab=notes" ver="">6:17b), tidak lebih, dan bukan tujuan utama hidup.