Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 22 ayat untuk Aku Tidakkah AND book:[1 TO 39] [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Yer 15:11) (endetn)

Naskah Hibrani katjau sekali. Diperbaiki menurut terdjemahan Junani. "Tidakkah aku mengabdi", diperbaiki menurut kiraan. Tertulis: "Aku menguatkan dikau".

(0.74) (Rat 1:12) (bis: Hai ..... perhatikan!)

Hai ..... perhatikan! atau: Hai orang-orang yang lewat di jalan, tidakkah kamu hiraukan?

(0.74) (Hak 14:15) (endetn: keempat)

diperbaiki menurut terdjemahan2 kuno. Tertulis: "ketudjuh".

(0.39) (Yer 15:11) (jerusalem: Sungguh) Ini (Ibraninya: amen) menurut terjemahan Yunani. Dalam naskah Ibrani tertulis: KataNya (Ibraninya: amer)
(0.30) (Mzm 134:1) (full: YANG DATANG MELAYANI DI RUMAH TUHAN PADA WAKTU MALAM. )

Nas : Mazm 134:1-3

Mazmur ini berbicara tentang penyembahan dan doa syafaat semalam suntuk di rumah Allah. Tidakkah umat Allah di bawah perjanjian yang baru seharusnya memiliki semangat yang sama untuk terlibat dalam kebaktian semalam suntuk yang disediakan untuk penyembahan rohani dan doa syafaat sungguh-sungguh demi kebangunan di dalam gereja dan penyelamatan orang yang terhilang?

(0.26) (Yer 46:15) (jerusalem: Mengapa Apis melarikan diri, tidakkah sanggup sapi jantanmu bertahan) Ini menurut terjemahan Yunani. Dalam naskah Ibrani tertulis: Mengapa para kuatmu melarikan diri: ia tidak bertahan. Apis itu ialah seekor sapi jantan (Yang Kuat) yang dianggap penjelmaan dewa Ptah yang menjadi dewa pelindung kota Memfis (Ibraninya: Nof). Selama hidup sapi itu dipelihara dalam sebuah kuil dan setelah mati menjadi "Osiris-Apis" atau "Osar-Api. Dari sebutan itu diturutkan nama Serapion, ialah pekuburan di mana sapi yang diminyaki dan diberi rempah itu dikubur. Dibandingkan dengan sapi (yang kuat)itu maka Allah satu-satunya yang Mahakuat pelindung Yakub (harafiah: yang kuat Yakub, bdk Kej 49:24; Maz 132:2,5; Yes 1:24; 49:26 dan Yes 60:16.
(0.21) (2Sam 17:1) (sh: Rencana manusia dan rencana Allah. (Senin, 06 Juli 1998))
Rencana manusia dan rencana Allah.

Salahkah kita berencana dan menyusun strategi? Tentu tidak. Kita memiliki akal untuk berpikir dan menyusun kiat yang terbaik. Usul serta nasihat Ahitofel sebenarnya sangat jitu! Serangan mendadak itu bisa mematahkan perlawanan Daud yang dalam keadaan letih dan terdesak serta dapat mempersingkat pertumpahan darah berkepanjangan. Tetapi walau manusia merencanakan, akhirnya Allah yang memutuskan apa yang harus terjadi! Apabila dalam hal mencabuli para gundik Husai tidak dimintai pendapat, justru dalam menghadapi usaha pelarian Daud, Absalom melibatkan Husai.

Adu penalaran. Nasihat Husai yang bertolakbelakang ternyata lebih didengar Absalom. Mengapa usul yang sebenarnya mencegah Absalom dari kemenangan itu yang didengar? Sebab usul itu lebih memompa egoisme Absalom. Pasukan besar yang terdiri dari seluruh rakyat Israel, tidakkah itu membanggakan dan lebih meyakinkan? Rasa kurang diri yang mungkin tersembunyi dalam diri Absalom ditutupi pula oleh nasehat tersebut yang sangat pandai memilih penggunaan bahasa (Bdk. ay "Daud diumpamakan seperti beruang marah")

Renungkan: Hal besar yang dalam pertimbangan manusia baik untuk melawan orang kepunyaan-Nya, bisa dibalikkan Allah untuk justru menjatuhkan dan menggagalkan rencana jahat itu.

(0.21) (Mzm 70:1) (sh: Lambatkah Allah (Minggu, 31 Oktober 2004))
Lambatkah Allah

Mazmur ini mengangkat hal yang sering menjadi masalah dalam pergumulan hidup kita. Dari firman-Nya kita tahu Allah kekal adanya. Kenyataan ini bisa menjadi dasar untuk kita terhibur, bisa juga membuat kita mengalami kesulitan.

Apabila Allah kekal adanya, bagaimanakah Allah menimbang pengalaman-pengalaman waktuwi umat-Nya? Mungkinkah karena Allah berada tidak dalam batas waktu seperti yang dialami manusia, lalu Allah menjadi berlambat dalam menolong umat-Nya? Tidakkah masalah itu yang kini dihadapi pemazmur sehingga berulangkali ia berseru agar Allah tidak berlambat-lambat, tidak menunda-nunda, tetapi bersegera menolongnya (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">2,6)? Atau, pergumulan itu lebih disebabkan oleh karena batas-batas daya tahan manusia memang sangat rapuh?

Persoalan speed lebih berarti lagi bagi orang modern. Kita cenderung berpikir bahwa makin cepat berarti makin baik. Haruskah kita seperti pemazmur mendesak Allah bertindak cepat menjawab doa-doa kita? Selama penyebab kita berdoa demikian seperti pemazmur, yaitu karena kepentingan kebenaran dan bukan kepentingan diri, kita boleh mengganggap doa demikian wajar. Kita perlu mempersilakan Allah sendiri menentukan kapan saat-Nya dalam menjawab pergumulan-pergumulan kita. Jika melampaui pertimbangan ini, kita dalam bahaya menjadikan Allah seolah pelayan atau toko siap saji. Doa akan lebih tepat bila kerangka waktu kita sesuai kerangka waktu Tuhan, bukan sebaliknya.

Doa: Jadilah kehendak-Mu dalam waktu-Mu, Tuhan.

(0.21) (Yes 2:1) (sh: Maksud Allah bagi umat-Nya. (Rabu, 16 September 1998))
Maksud Allah bagi umat-Nya.

Allah ingin Yerusalem menjadi kota yang mulia. Allah hadir di dalamnya, pengajaran-Nya mengalir, sekalian bangsa datang untuk diajar oleh-Nya di sana (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1-2). Yerusalem tidak sekadar kota simbolis, tetapi sungguh berperan sebagai sumber pengajaran kebenaran firman Tuhan (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3). Memang yang dipaparkan Yesaya di sini bersifat eskatologis (berhubungan dengan zaman akhir), tetapi kita tidak perlu menanti secara pasif sampai gambaran itu kelak Tuhan Allah genapi. Umat Tuhan, Gereja Tuhan sepanjang zaman harus berdoa, berusaha agar diri dan zamannya boleh menjadi bagian dari rangkaian tahap-tahap penggenapan nubuat ini.

Pedang jadi mata bajak. Logam yang dibuat menjadi alat pembunuh diubah menjadi mata bajak untuk mengolah sawah (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">4). Tuhan menjadi wasit yang mengawasi manusia agar menjalankan aturan main yang benar. Ia menghentikan pelanggaran, menghindarkan kehancuran dari penyalahgunaan teknologi, wewenang, harta kekayaan, dll. Sebaliknya semua itu diarahkan untuk menjadi alat membangun kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya. Semua manusia mendambakan kedamaian. Tidakkah Gereja Tuhan yang memiliki berita pendamaian itu, tega untuk menyembunyikan Injil hanya untuk dirinya saja?

Renungkan: Gerejakukah yang dari dalamnya mengalir pengajaran dan firman Tuhan?

(0.21) (Yes 33:7) (sh: Mempengaruhi dan mengubah. (Senin, 30 November 1998))
Mempengaruhi dan mengubah.

Intervensi (campur tangan) Allah atas dunia ini tidak terbatas pada musuh-musuh umat-Nya, tetapi juga terhadap segala bentuk kejahatan. Api Tuhan menyeleksi yang murni dan yang palsu. Siapa yang tahan terhadap api Tuhan? (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">14) Bukan pemeras, penindas, koruptor, pembunuh, melainkan umat yang hidup dalam kebenaran, jujur, setia, taat dan bertanggung jawab (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">15, lihat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">3:10-17">Mat. 3:10-17). Kebenaran dan keadilan Allah ditegakkan, kelaliman, keculasan dimusnahkan! Kuasa dan kedaulatan-Nya tidak saja mampu mempengaruhi dunia, tetapi juga mampu mengubah dunia ini secara radikal.

Menjawab tantangan. Allah telah membumihanguskan segala bentuk kejahatan melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Kalaupun di zaman sekarang ini berbagai ragam kejahatan kembali hadir, berarti umat telah kembali mempersilakan kejahatan hadir dalam kehidupan mereka. Tak adakah respons aktif orang percaya menghadapi situasi ini? Ataukah justru mereka terlibat di dalamnya? Kejahatan telah mempecundangi harkat kemanusiaan orang percaya. Tidakkah kita tertantang untuk mengatasinya? Responilah secara terbuka, jujur dan penuh syukur uluran tangan Tuhan. Hanya dengan cara inilah, orang percaya mampu melahirkan karakter unggul dalam ungkapan-ungkapan kelakuan yang benar.

(0.21) (Yes 39:1) (sh: Hukuman karena tidak setia. (Selasa, 8 Desember 1998))
Hukuman karena tidak setia.

Karya Allah nyata dalam kehidupan bangsa Israel, umumnya, dan hidup raja Hizkia, khususnya. Bayangkan, tindakan setia Allah melepaskan mereka dari kepungan tentara Asyur, dengan cara yang sangat ajaib; bahkan Allah menunda kematian Hizkia 15 belas tahun lagi, diresponi dengan sangat memalukan. Tidakkah ini suatu anugerah yang luar biasa, yang Allah berikan kepadanya? Bukan saja anugerah pengampunan, tetapi anugerah kehidupan.

Pemanfaatan kesempatan. Hizkia telah salah memanfaatkan kesempatan yang Allah berikan kepadanya. Ia mulai menjalin persahabatan dengan bangsa Babel, dan berharap memperoleh perlindungan. Ia bahkan memamerkan dan bermegah atas kekayaannya dan kekayaan Bait Allah. Akibatnya, Allah menghukum kesombongan raja Hizkia. Babel yang diharapkan mampu memberikan pertolongan justru sebaliknya, menjadi alat penghukuman Allah. Keturunan raja Hizkia akan dibuang ke Babel, dan lebih menyedihkan lagi, kekayaan yang pernah Hizkia pamerkan, diangkut tanpa sisa ke Babel. Peringatan buat segenap orang percaya bahwa pertobatan yang tidak diikuti oleh kesetiaan kepada Allah, akan mendatangkan hukuman.

Doa: Tuhan, jauhkanlah kesombongan yang mendukakan Engkau.

(0.19) (1Sam 14:24) (sh: Jangan gegabah memutuskan. (Minggu, 7 Desember 1997))
Jangan gegabah memutuskan.

Kembali kita jumpai salah satu sifat buruk raja Saul yakni gegabah mengambil keputusan dan mengeluarkan perintah. Perintahnya terasa sangat tidak bijaksana. Bayangkan saja, pasukan yang sudah letih dalam perjuangan itu dilarang makan sebelum matahari terbenam dan sebelum perang usai. Kedengarannya seperti menuntut disiplin dan daya juang yang tinggi. Tetapi pasukannya sudah mengejar orang Filistin sejauh hampir 30 km (dari Mikhmas sampai ke Ayalon). Akhirnya karena tenaga mereka sudah terlalu terkuras habis, mereka melakukan hal yang dilarang Tuhan, yaitu memakan daging dengan darahnya (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">32). Lebih parah lagi, perintah itu hampir saja membuat Saul harus membunuh putranya sendiri (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">42-44), sebab Yonatan yang tidak mengetahui perintah itu sudah makan madu.

Tak perlu mati konyol. Bila benar bahwa kutukan yang Saul perintahkan adalah perintah Tuhan, pasti Yonatan mati. Ternyata tidak. Sebabnya, perintah itu keluar dari diri Saul sendiri dan bukan perintah Tuhan. Tatkala Saul berikhtiar membunuh Yonatan, rakyat pun melindungi Yonatan. Betapa sedih menyaksikan kepemimpinan yang tidak di dalam Tuhan ini. Karena Samuel tidak lagi menyertai Saul, Saul kini membangun mezbahnya sendiri (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">35-36). Tindakan bodoh yang satu diikuti oleh tindakan lebih bodoh lagi berikutnya. Tidakkah Saul belajar dari kesalahannya pertama? Begitulah rupanya. Saul makin jauh dari Tuhan, makin tenggelam dalam dosanya. Nampak kepada kita bahwa Saul makin ditinggalkan Allah. Bukannya bertobat, Saul kini berusah menggantikan Allah dengan ilah buatannya sendiri. Kutukan yang diucapkannya untuk rakyat dan Yonatan anaknya, kini ternyata berbalik mengejar dirinya sendiri. Pemimpin yang baik sebenarnya bertugas memimpin rakyat ke dalam berkat, bukan kutuk.

Renungkan: Orang yang dekat dengan Tuhan tidak mungkin ditandai oleh ucapan yang mengutuki orang lain.

Doa: Penuhi kami dengan sejahteraMu agar kami boleh memelihara hidup yang telah Kau percayakan ini.

(0.19) (Mzm 19:1) (sh: Dimana kemuliaan Allah terjelas? (Minggu, 25 Mei 2003))
Dimana kemuliaan Allah terjelas?

Pujangga-teolog Inggris, C. S. Lewis mengomentari mazmur ini sebagai puisi terindah dari semua mazmur dan tulisan terpenting dalam dunia. Mengapa? Mazmur ini menggabungkan kemuliaan Allah dalam keindahan alam (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">1-6) dan kesempurnaan Allah dalam firman-Nya (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">7-14).

Pemazmur mengakui bahwa bahkan alam semesta pun memberitakan kemuliaan dan karya agung Allah (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-7). Kita tentu setuju. Tidakkah kebesaran, keteraturan, keajaiban alam membuat kita sadar betapa agung Allah yang telah menciptakan semua itu? Tetapi kesaksian dalam alam terbatas. Kesaksian alam tidak bersifat personal, hanya bagaikan "gema" (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">5) tanpa penjelasan dan tidak mampu memimpin orang kepada pengenalan akan Allah. Karena itu pemazmur mengalihkan perhatiannya kepada firman Tuhan (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">8-12). Di dalam firman-Nyalah, Allah menyatakan diri dengan jelas. Sifat-sifat Allah seperti sempurna, tak berubah, tepat, murni, suci, dlsb. Terungkap di dalam firman. Firman memiliki sifat-sifat Dia yang berfirman. Sebab itu, bila melalui alam orang menjadi sadar akan kebesaran Allah, maka hanya melalui firman orang boleh mengenal Allah dalam perjanjian-Nya sebagai Tuhan. Namun, tidak berhenti sampai di sini, firman pada akhirnya bertujuan agar orang yang menerima dan mengimaninya, menjadi akrab dengan Tuhan dan mengalami Tuhan membentuk sifat-sifat-Nya.

Renungkan: Firman itu telah menjadi manusia agar yang menerima-Nya menjadi seperti Dia.

Bacaan Untuk Minggu Paskah 6

Kisah Para Rasul 10:34-48; 1Yohanes 4:1-7; Yohanes 15:9-17; Mazmur 98

Lagu: Kidung Jemaat 304

(0.19) (Mzm 47:1) (sh: Kemerdekaan suatu bangsa adalah berkat Ilahi (Jumat, 17 Agustus 2001))
Kemerdekaan suatu bangsa adalah berkat Ilahi

Ada 2 hal yang sangat menarik untuk diperhatikan dalam mazmur kita hari ini. Pertama, mengapa pemazmur mengajak segala bangsa untuk meresponi Allah yang dahsyat hanya dengan pujian (ayat 2, 7- 8)? Tidakkah lebih tepat jika meresponi-Nya dengan kegentaran yang besar? Kedua, bukankah Israel yang menerima berkat yaitu keberhasilan menaklukkan bangsa-bangsa lain (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-5), mengapa pemazmur justru mengajak bangsa-bangsa untuk memuji Allah? Bagaimana memahami mazmur ini?

Tindakan pemazmur berlandaskan pemahaman kebenaran eskatologis yaitu pada akhir zaman segala bangsa akan berkumpul untuk memuji Allah yang dahsyat (Why. 4:9). Dalam bertindak, pemazmur berorientasi jauh ke masa depan. Hal ini memanifestasikan keyakinannya bahwa sebagai umat Allah tindakannya harus sejalan dengan karya keselamatan Allah dalam sejarah manusia yang sudah dimulai sejak zaman purbakala dan terus berjalan hingga seluruh rencana-Nya digenapi. Tindakan pemazmur juga dilandasi pemahaman kebenaran yang mendalam tentang berkat. Tuhan memberikan berkat dengan tujuan agar umat manusia kembali kepada tatanan dunia yang sudah ditetapkan oleh Allah yaitu menyembah Allah yang adalah Raja dan Penguasa seluruh bumi. Ini berarti bangsa-bangsa lain yang ditaklukkan oleh Israel bukanlah korban. Karena itulah tidak mengherankan jika akhirnya mereka menjadi umat Allah (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">10).

Segala tindakan dan alasan yang melandasi tindakan pemazmur mempunyai satu tujuan yaitu Allah sangat dimuliakan (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">10). Kemenangan Israel bukan untuk Israel saja. Kekalahan bangsa-bangsa lain bukan untuk menghancurkan mereka. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah manusia memang diarahkan pada satu tujuan yaitu kembalinya tatanan Ilahi dimana Allah sangat dimuliakan dan menjadi pusat dari seluruh gerak dan aktivitas manusia.

Renungkan: Kemerdekaan Indonesia merupakan berkat Tuhan yang dicurahkan untuk membawa bangsa Indonesia kembali masuk ke dalam tatanan Ilahi. Karena itu kita harus mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai upaya yang sejalan dengan karya keselamatan Allah atas bangsa kita sehingga bangsa kita dapat kembali kepada tatanan Ilahi dan menyembah Allah yang benar.

(0.19) (Mzm 48:1) (sh: Keyakinan tidaklah cukup (Sabtu, 18 Agustus 2001))
Keyakinan tidaklah cukup

Hubungan antar manusia memang berlandaskan keyakinan satu dengan yang lain namun hubungan antara Kristen dengan Allah selain berlandaskan keyakinan juga confidentiality, dimana di dalamnya terkandung unsur ketergantungan dan keberanian untuk terbuka sekalipun rahasia pribadi yang mungkin sangat memalukan.

Inilah yang dimaksudkan pemazmur ketika ia mengatakan bahwa ‘inilah Allah, Allah kitalah Dia... (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">15). Allah yang berdaulat atas seluruh alam semesta (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">7); Allah yang penuh kasih setia namun juga menegakkan keadilan (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-11). Allah yang kepada-Nya dan di hadapan-Nya manusia bergantung dan membuka hidupnya. Hubungan ini tidak dibatasi oleh waktu. Sebab Allah mampu dan tetap akan mampu. Tidak seperti orang-tua kita yang meskipun tetap sebagai orang-tua namun karena sudah terlalu tua atau mungkin sudah meninggal, tidak mampu melaksanakan kewajibannya sebagai orang-tua lagi. Namun masyarakat modern telah menawarkan dengan gencar konsep hubungan yang baru yaitu hubungan yang ‘impersonal’ dan berorientasi pada keuntungan semata. Ini juga merasuki kehidupan rohani sehingga Allah sering dipandang sebagai mesin ATM. Pemazmur telah mengantisipasi konsep demikian dan menegaskan bahwa hubungan manusia dengan Allah bukan berorientasi pada keuntungan manusia namun berorientasi pada penundukan diri kepada pimpinan Allah (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">15b). Bagaimana mempertahankan orientasi ini? Pertama, akuilah kebesaran Tuhan dalam setiap keberhasilan dan pujilah Dia Raja atas alam semesta (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">1-9). Kedua, milikilah kehidupan beribadah yang senantiasa mengingat kasih setia dan keadilan Tuhan lalu bersukacitalah karenanya (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">10). Ketiga, sediakan waktu secara berkala untuk berhenti dari segala aktivitas agar dapat melihat segala sesuatu yang telah Allah perbuat (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">13-14). Ketiga tindakan di atas akan memimpin kita kepada kehidupan yang berpusat pada kedaulatan Allah.

Renungkan: Konsep confidentiality harus dipertahankan hingga generasi selanjutnya (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" vsf="TB" ver="">14b) sebab masyarakat modern semakin memandang bahwa hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan bisnis. Manusia memberi persembahan, Allah memberikan berkat. Tidakkah ini yang kita lihat saat ini? Karena itu mulailah ketiga tahap di atas dalam hidup Anda dan tentunya bersama keluarga Anda.

(0.19) (Pkh 9:1) (sh: Hal-hal berharga dalam hidup (Sabtu, 9 Oktober 2004))
Hal-hal berharga dalam hidup

Di balik kesimpulan sementara bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga dan pekerjaan yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti.

Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan.

Karunia Tuhan lainnya dalam hidup adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, pekerjaan adalah faktor yang memberi hidup arti dan harap. Bekerja adalah bagian dari hidup, kepasifan adalah bagian dari mati, maka bekerja memberi kita harapan karena kita mengalami hidup ketika bekerja. Sebab itu persoalan kita tentang pekerjaan dan tugas apa pun, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang terus giat bekerja sampai sekarang ini. Inilah insentif utama yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat, lebih berkualitas. Tidakkah akan semakin bergairah kita, apabila menyadari bahwa perbuatan tangan, kaki, otak kita adalah bagian dari ingatan Tuhan dalam dunia ini?

Doa: Tuhan, tolonglah gereja-Mu dan bangsa kami menghargai keluarga dan pekerjaan dengan benar.

(0.19) (Yer 50:17) (sh: Pemulihan umat Allah (Minggu, 27 Mei 2001))
Pemulihan umat Allah

Tema hari ini dibangun oleh 3 bagian. Bagian pertama (17-20) berbicara tentang 2 hal yang berhubungan dengan Israel dan Yehuda yaitu penghukuman Babel dan pemulihan Israel sebagai konsekuensinya dan pengampunan Allah yang sempurna atas mereka. Bagian kedua (21-32) penghukuman Babel dinyatakan kembali ditambah penjelasan tentang alasannya. Bagian ketiga (33-34) berbicara kembali tentang pemulihan Israel dan tujuannya.

Keadaan Israel yang sudah pecah menjadi Israel dan Yehuda sangat tragis dan tidak berpengharapan lagi. Mereka yang dulunya digembalakan oleh pemimpin-pemimpin hebat pilihan Allah dan hidup di padang rumput pemberian-Nya, kini mereka tak mempunyai gembala dan padang rumput, bahkan segera akan musnah. Pengharapan muncul dari situasi yang tak berpengharapan ketika Allah sendiri yang akan tampil sebagai gembala mereka. Ia akan memulihkan mereka secara sosial dan fisik (19) maupun rohani (20). Pemulihan ini juga akan mempersatukan kembali Israel dan Yehuda menjadi satu bangsa di bawah pimpinan Allah.

Apakah Babel akan melepaskan Yehuda begitu saja? Tidak (33)! Namun Babel tidak akan tahan menghadapi Allah Penebus Israel (34). Ia akan menghancurleburkan Babel hingga tanpa sisa (21-27) bukan hanya karena pembalasan (28), namun lebih lagi karena kecongkakan Babel (29-32). Tidakkah terlalu sadis jika kehancuran Babel hanya bagi pemulihan Israel? Tidak! Sebab pemulihan Israel sebetulnya akan mendatangkan ketentraman bagi seluruh umat manusia (34). Renungkan: Israel yang dipulihkan adalah gambaran Kristen yang ditebus dan disatukan dalam Yesus untuk mendatangkan ketentraman bagi manusia. Sudahkah tujuan ini tercapai dalam masyarakat sekitar kita melalui diri kita?

Bacaan untuk Minggu Paskah 7

Kisah Para Rasul 1:15-17, 21-26

I Yohanes 4:11-16

Yohanes 17:11-19

Mazmur 47

Lagu: Kidung Jemaat 282

(0.17) (1Raj 12:25) (sh: Kacang lupa kulitnya (Sabtu, 19 Februari 2000))
Kacang lupa kulitnya

Peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan karir Yerobeam sebagai raja. Belum lama ia memegang tampuk pimpinan, ia sudah mengabaikan siapa yang mendudukkan dia sebagai raja, dan melanggar syarat yang harus senantiasa dia penuhi serta batas wewenang yang ia punyai agar takhtanya tetap kokoh. Ia menggantikan Allah dengan ilah-ilah lain dan membuat kuil-kuil di bukit pengorbanan. Bahkan ia mengangkat imam-imam dari rakyat biasa. Berarti ia menjadikan dirinya sebagai pusat dari seluruh sendi kehidupan kerajaan Israel.

Apabila ditinjau dari tujuannya untuk memperkokoh kerajaannya dan menyatukan umatnya, tindakan Yerobeam sangat tepat dan merupakan bukti bahwa ia mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan. Namun bila ditinjau dari bagaimana cara ia mencapai tujuan tersebut, Yerobeam sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal dan komprehensif. Ia mempertahankan kekuasaan sosial dan politik dengan memanipulasi kerohanian bangsanya. Rakyatnya tidak hanya dibawa pada jalan yang berdosa, namun dosa mereka pun adalah dosa yang terstruktur dan terkontrol oleh lembaga politik yang sah. Betapa mengerikan apa yang dilakukan oleh Yerobeam.

Latar belakang Yerobeam adalah anak seorang pegawai istana biasa. Jika ia sekarang menjadi raja, itu bukti bahwa Allah sungguh berdaulat atas sejarah manusia (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">11:31). Allah pun sudah berjanji bahwa keluarganya akan dibangunkan seperti keluarga Daud jika ia setia kepada-Nya. Mengapa ia harus kuatir bahwa rakyatnya akan meninggalkannya, saat mereka harus pergi ke Yerusalem secara berkala untuk beribadah? Tidakkah ia sudah mendengar dan melihat bahwa Allah akan memecahkan kerajaan Israel menjadi dua, karena ketidaktaatan Salomo? Mengapa ia tetap melanggar perjanjian yang pernah dibuat Allah untuknya? Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah seluruh peristiwa menakjubkan yang baru saja ia alami, ternyata tidak membuat iman dan pengenalannya terhadap Allah menjadi mendalam dan berpusat kepada-Nya.

Renungkan: Berkat dan anugerah Allah yang begitu melimpah tidak selalu berdampak positif. Bila seseorang tidak meletakkan berkat Allah dalam perspektif rencana Allah bagi hidupnya, akan menjadi penyesat yang sangat berbahaya baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

(0.17) (1Taw 12:23) (sh: Kesatuan dan kekuatan (Rabu, 6 Februari 2002))
Kesatuan dan kekuatan

Kesatuan dan kekuatan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan suatu bangsa. Kesatuan memberikan kekuatan dalam arti semangat dan arah perjuangan yang terpadu. Di sini kita berbicara tentang kekuatan dalam arti moril dan spiritual. Kekuatan demikian menjadi dasar bagi kekuatan dalam arti yang lebih terukur seperti kekuatan militer dan sejenisnya. Sebaliknya, kekuatan dalam arti kedua ini juga diperlukan oleh kesatuan untuk menjaga agar kesatuan terpelihara dari rongrongan dan ancaman yang berasal baik dari dalam maupun dari luar.

Pasal sebelum ini menyaksikan bagaimana Tuhan menyertai kepemimpinan Daud. Bertahap tetapi pasti, kesatuan dan kekuatan Israel mengambil wujudnya secara jelas. Mulai dari [1] Pengakuan para tua-tua umat di Hebron (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">11:1-3), [2] Dukungan para suku di Ziklag (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">12:1-7), [3] Dukungan para suku dan pahlawan di kubu Daud (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">12:8-15), [4] Dukungan para suku dan pahlawan di kubu Daud (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">16-19), [5] Dukungan para suku kembali di Ziklag (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">12:19-22), [6] Sampai puncaknya dukungan para suku dengan mengurapi Daud di Hebron (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">12:23-40). Jelas dari sini terlihat susunan naratif yang dibuat paralel oleh penulis sedemikian rupa sehingga terlihat pasangan dalam perkembangan kepemimpinan Daud itu (ayat Aku+Tidakkah+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D&tab=notes" ver="">1 dan 6, 2 dan 5, 3 dan 4). Perkembangannya jelas, apa yang Tuhan mulai dengan menyampaikan firman kepada para pimpinan suku akhirnya memuncak dalam pengurapan Daud menjadi raja oleh para suku.

Dalam daftar ini terlihat 3 unsur yang melengkapi semua dukungan yang sudah Daud terima. Pertama, suku Lewi. Kelak kita akan membaca bahwa mereka menduduki tempat penting sebab fungsi mereka melayani Allah di tengah umat. Kedua, daftar kekuatan militer yang bergabung di bawah kepemimpinan Daud. Ketiga, dukungan dari orang-orang berhikmat dari suku Isakhar. Dengan bagian ini lengkaplah kewibawaan Daud sebagai raja. Allah mengangkatnya, rakyat mendukungnya, para pahlawan dan cerdik pandai mendampinginya, para pemimpin suku menyatakan kesetiaannya, kekuatan tentara terbentuk, dan Allah mengurapinya.

Renungkan: Tidakkah prinsip dan model demikian bukan saja diperlukan oleh Israel yang sedang membangun ulang sesudah balik dari pembuangan, tetapi juga oleh kita, sebagai bangsa atau Gereja?

(0.17) (Yer 1:1) (sh: Keluar dari batas (Jumat, 25 Agustus 2000))
Keluar dari batas

Kenanglah kembali pengalaman Anda berjalan bersama Allah. Apa yang membuat Anda berkata 'ya' atas panggilan-Nya, berani melangkah walau terbatas, dan mempunyai hubungan yang akrab dengan-Nya?

Peristiwa panggilan Yeremia adalah suatu peristiwa yang mungkin membuat kita menggeleng-gelengkan kepala karena ketidakmengertian kita akan pemikiran dan rencana Allah. Untuk mengemban tugas yang begitu berat (10) seharusnya dibutuhkan seorang yang luar biasa bukan? Tapi siapakah Yeremia? Ia tidak mempunyai kemampuan yang hebat, belum berpengalaman bahkan cenderung penakut (6). Hal yang lebih membingungkan kita lagi adalah, ketika Yeremia mengutarakan keengganan dan ketakutannya, Allah seakan-akan tidak mengindahkan perasaannya justru terkesan `memaksanya' (7). Kalau pun Ia memberikan dorongan dan berusaha menenteramkan hatinya (8), tidakkah ini terlalu minim untuk tugas yang maha berat dan sukar ini? Apalagi Allah juga tidak menjelaskan secara rinci tugas dan tanggung jawabnya.

Tetapi bila kita amati peristiwa ini dengan lebih seksama, di hadapan kita dipaparkan tentang Allah dan yang lemah, Allah yang senantiasa berhitung dan Allah yang menjumpai dan menyentuh anak-Nya. Allah ingin memperlihatkan kepada manusia bahwa kuat, hebat, mampu, dan berani bukan sumber keberhasilan tapi Dia. Namun ini tidak berarti bahwa Allah asal memakai siapa saja yang lemah. Sebaliknya Ia telah mengenal, menguduskan, dan menetapkan sebelum memanggil seseorang (5). Allah telah berhitung dan tentu saja perhitungan-Nya tidak mungkin meleset. Tidak cukup sampai di sini, setelah ungkapan keengganan Yeremia: "Ah Tuhan Allah!" Allah menjumpai Yeremia dengan firman-Nya dan memberikan sentuhan kepada titik kelemahan Yeremia (7-9). Hasilnya sangat luar biasa. Sejak saat itu mulutnya dipakai Allah untuk memekakkan telinga umat Allah yang murtad dan firman-Nya merupakan sumber kekuatan dan sukacitanya (Yer. 15:16).

Renungkan: Allah telah mengundang dan menarik Yeremia untuk melangkah keluar dari keterbatasan yang dimilikinya bersama diri-Nya. Adakah keterbatasan-keterbatasan di dalam diri Anda yang Allah minta agar Anda melangkah melewati bersama diri-Nya?



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA