Para arkeolog mengatur bukti sejarah dan budaya yang paling tua menurut sistem yang terdiri atas tiga periode, yakni Zaman Batu, Perunggu, dan Besi (masing-masing dengan berbagai subbagiannya). Kita mewarisi pola ini dari awal abad ke-19, dan sekarang pola tersebut sudah kuno. Tetapi pola itu sudah menjadi bagian yang penting dari arkeologi sehingga tampaknya tak mungkin untuk mengubahnya. Para arkeolog telah berusaha untuk menggantikannya dengan sesuatu yang lebih memuaskan, tetapi keberhasilan sistem-sistem baru ini terbatas dan sering kali lebih membingungkan. Yang paling berhasil dari saran-saran baru ini telah memakai label yang berkaitan dengan sosiologi atau politik, sedangkan pola yang tradisional didasarkan pada logam yang paling vital pada kurun waktu yang bersangkutan. Setelah Zaman Besi (yaitu, yang mulai dengan Zaman Persia) nama-nama politik atau budaya selalu menjadi standar untuk periode-periode arkeologis ini.
Tentu saja, tarikh-tarikhnya hanya dikira-kirakan karena perubahan-perubahan budaya terjadi secara berangsur-angsur. Di periode-periode kemudian, di mana biasanya sejarah dapat diketahui dengan lebih tepat, beberapa tarikh yang tepat dapat diberikan.
Bila menentukan tarikh untuk temuan-temuan arkeologis, masalah yang terbesar terjadi pada periode yang lebih kuno. Pada periode para bapa leluhur (pada umumnya Zaman Perunggu Tengah, setelah 2300 sM) barulah kita mencapai dasar yang kokoh. Dan baru seribu tahun kemudian (pada masa Daud dan Salomo) adalah lebih mudah untuk menentukan tarikh dari peristiwa-peristiwa di Alkitab. (Lihat "Kronologi.") Tarikh-tarikh yang kuno sekali yang diajukan oleh beberapa ilmuwan untuk Zaman Paleolitik atau Zaman Batu Lama lebih didasarkan pada teori-teori evolusi dan geologi daripada arkeologi. Tarikh-tarikh seperti itu tidak cocok dengan Alkitab - tidak hanya pada permukaan, tetapi pada tingkat konsep-konsep yang pokok.
Bagaimanapun juga, tidak mudah untuk mengatakan dengan tepat di mana kita harus membatasinya. Memang sulit untuk menafsirkan kronologi Alkitab itu sendiri, dan karena itu penafsir-penafsir yang konservatif kadang-kadang mengambil kesimpulan yang berbeda.
Banyak ahli berpendapat bahwa Alkitab menggambarkan dunia yang relatif muda, bertentangan dengan jutaan tahun yang diterima dalam pemikiran para ahli masa kini. Tabel 21 pada halaman 174 menganjurkan tahun 10.000 sM sebagai tarikh yang paling kuno yang dapat kita pikirkan. Sudah pasti, tidak ada bukti arkeologis yang tepat yang menuntut agar kita kembali ke masa yang lebih kuno lagi dari itu.