Resource > Ensiklopedi Fakta Alkitab - Bible Almanac > 
4. Arkeologi 
sembunyikan teks

Kata archaeology dalam bahasa Inggris berasal dari dua kata Yunani, archaios, yang berarti "purbakala", atau logos, yang berarti "kata," "perkara," "cerita," atau "percakapan." Archaeology secara harfiah berarti "cerita (atau percakapan) tentang perkara-perkara purbakala," dan adakalanya orang menggunakan kata itu untuk mengacu kepada sejarah purbakala pada umumnya. Namun, kata arkeologi biasanya diterapkan pada sumber-sumber sejarah yang tak diketahui sebelum berbagai penggalian menemukannya.

Para arkeolog adalah penyelidik masa lalu yang menggali situs-situs purbakala dan menyelidiki apa yang mereka temukan dalam hubungan dengan setiap situs. Di Timur Dekat para arkeolog lebih banyak mengandalkan benda-benda sejarah ini untuk pengetahuan mereka daripada yang mereka lakukan bila menggali kota-kota di Italia atau Yunani karena sedikit sekali kesusastraan yang bertahan dari Timur Dekat kuno. Apabila seorang arkeolog menemukan naskah-naskah tertulis, ia menyerahkannya kepada seorang ahli dalam bahasa atau kebudayaan itu, yang menerjemahkannya dan membandingkannya dengan kepingan-kepingan sastra lainnya dari zaman itu.

 I. Arkrologi Alkitabiah. 
sembunyikan teks

Para sarjana berselisih tentang apakah naskah kita dapat berbicara tentang "arkeologi alkitabiah." Ada yang mengatakan bahwa arkeologi adalah arkeologi - maksudnya, semua metode dan tujuannya pada dasarnya sama di mana-mana, apakah menyangkut Alkitab atau tidak. Mereka juga menaruh keprihatinan yang sah tentang pernyataan-pernyataan yang tidak ilmiah (bahkan kadang-kadang curang) yang telah dilakukan atas nama arkeologi "alkitabiah." Mereka menganggap bahwa sebaiknya kita menggunakan istilah lain, seperti "arkeologi Palestina," atau berbicara tentang arkeologi dan Alkitab."

Mungkin istilah arkeologi alkitabiah tidak disukai lagi oleh karena para ilmuwan dewasa ini sama sekali tidak tertarik pada hal-hal yang menyangkut Alkitab. Para sarjana dengan minat profesional dalam Alkitab tidak lagi aktif dalam pekerjaan arkeologi seperti dahulu. Dewasa ini, para arkeolog profesional menyelidiki spektrum yang luas dengan berbagai kepentingan budaya dan antropologi yang mungkin tidak langsung ada sangkut paut dengan seorang penelaah Alkitab. Hubungan yang sudah lama antara penyelidikan Alkitab dan arkeologi tidak lagi sekuat dahulu.

Penyediaan dana dan personel yang utama dari proyek-proyek arkeologi di negeri-negeri yang berhubungan dengan Alkitab tidak pernah datang dari organisasi atau lembaga gereja. Semua itu telah datang dari berbagai universitas, museum, atau sumber-sumber pribadi lainnya. Kecenderungan ini barangkali akan menjadi lebih kuat di masa depan oleh karena inflasi, spesialisasi yang meningkat di bidang arkeologi, dan kesangsian arkeologi yang bertumbuh besar terhadap kekristenan tradisional. Meskipun demikian, gereja-gereja dan berbagai lembaganya hendaknya berusaha untuk melibatkan diri sampai ke tingkat maksimum yang dapat dilaksanakan.

Apakah arkeologi "membuktikan bahwa Alkitab benar"? Sebenarnya tidak. Memang arkeologi telah meningkatkan keyakinan kita pada garis besar yang luas dari narasi Alkitab. Temuan-temuan arkeologis telah mendukung banyak sekali pernyataan yang rinci dalam naskah Alkitab. Sering kali arkeologi berguna dalam membuktikan salahnya serangan-serangan orang yang tidak percaya. Akan tetapi, sebagian besar isi Alkitab adalah mengenai perkara-perkara perorangan yang relatif pribadi dan yang tidak dapat dibuktikan oleh arkeologi. Dan semakin jauh kita ke zaman purba, semakin sedikit bukti yang kita miliki.

 II. Terbitnya Arkeologi Modern. 
sembunyikan teks

Sejarah arkeologi Timur Dekat yang modern mulai kira-kira pada waktu yang sama dengan mulainya ilmu-ilmu modern lainnya, pada waktu abad ke-18. Sebelum itu, selain ada kolektor barang-barang antik (biasanya museum atau orang kaya). "Penggalian" yang dilakukan tidak lebih dari sekadar pencarian harta karun yang membinasakan bagian terbesar dari informasi yang bernilai bagi arkeolog yang ilmiah. Sayang sekali, beberapa orang masih mempunyai sikap seperti itu dan tiap negara di Timur Dekat harus memerangi penggali-penggali yang berusaha untuk memenuhi permintaan pasar gelap akan barang peninggalan zaman dulu.

Arkeologi alkitabiah mungkin mulai dengan penemuan Batu Rosetta (dinamai menurut sebuah desa yang dekat di Delta Sungai Nil) ketika Napoleon menyerbu Mesir pada Agustus 1799. Tulisan pada batu ini dibagi atas tiga kolom (Yunani, hieroglif Mesir, dan tulisan Mesir yang kemudian). Tidak lama kemudian tulisan pada batu ini telah dapat diuraikan oleh Jean Frangois Champollion. Lebih banyak barang peninggalan masa lampau tetap kelihatan di atas permukaan tanah di Mesir daripada di tempat lain di Timur Dekat kuno, dan penemuan tulisan-tulisan kuno ini oleh Napoleon mendorong eksplorasi lebih lanjut di negeri itu.

Terobosan yang serupa terjadi di Mesopotamia pada tahun 1811, ketika Claude J. Rich menemukan banyak sekali lempeng tanah liat yang dibakar di Babel dengan tulisan cuneiform ("berbentuk baji"). Pada tahun 1835, Sir Henry Creswicke Rawlinson mengartikan sebuah inskripsi dalam tiga bahasa (Persia kuno, Elam, dan Akad), yang dibuat oleh Darius Agung di sebuah karang terjal dekat Behistun di Persia barat. Satu dasawarsa kemudian, Sir Austen Henry Layard dan arkeolog perintis lainnya membuka bukit-bukit kecil yang berisi sisa-sisa kota-kota Asyur yang besar, seperti Niniwe, Asyur, dan Kalah. Dalam bukit-bukit ini, mereka menemukan lebih banyak lagi lempeng cuneiform. Karena mereka telah belajar membaca cuneiform, lempeng-lempeng itu membolehkan mereka meninjau seluruh sejarah, kebudayaan, dan agama dari Asyur dan Babilonia kuno. Mereka menemukan banyak persamaan dengan sejarah di Alkitab.

 III. Metode-Metode Para Arkeolog.
sembunyikan teks

Pada dasarnya, metode-metode arkeologi adalah sangat sederhana. Sebenarnya, metode-metode itu dapat dikurangi dua cara saja - stratigrafi dan tipologi.

 IV. Kurun-Kurun Sejarah Purbakala.
sembunyikan teks

Para arkeolog mengatur bukti sejarah dan budaya yang paling tua menurut sistem yang terdiri atas tiga periode, yakni Zaman Batu, Perunggu, dan Besi (masing-masing dengan berbagai subbagiannya). Kita mewarisi pola ini dari awal abad ke-19, dan sekarang pola tersebut sudah kuno. Tetapi pola itu sudah menjadi bagian yang penting dari arkeologi sehingga tampaknya tak mungkin untuk mengubahnya. Para arkeolog telah berusaha untuk menggantikannya dengan sesuatu yang lebih memuaskan, tetapi keberhasilan sistem-sistem baru ini terbatas dan sering kali lebih membingungkan. Yang paling berhasil dari saran-saran baru ini telah memakai label yang berkaitan dengan sosiologi atau politik, sedangkan pola yang tradisional didasarkan pada logam yang paling vital pada kurun waktu yang bersangkutan. Setelah Zaman Besi (yaitu, yang mulai dengan Zaman Persia) nama-nama politik atau budaya selalu menjadi standar untuk periode-periode arkeologis ini.

Tentu saja, tarikh-tarikhnya hanya dikira-kirakan karena perubahan-perubahan budaya terjadi secara berangsur-angsur. Di periode-periode kemudian, di mana biasanya sejarah dapat diketahui dengan lebih tepat, beberapa tarikh yang tepat dapat diberikan.

Bila menentukan tarikh untuk temuan-temuan arkeologis, masalah yang terbesar terjadi pada periode yang lebih kuno. Pada periode para bapa leluhur (pada umumnya Zaman Perunggu Tengah, setelah 2300 sM) barulah kita mencapai dasar yang kokoh. Dan baru seribu tahun kemudian (pada masa Daud dan Salomo) adalah lebih mudah untuk menentukan tarikh dari peristiwa-peristiwa di Alkitab. (Lihat "Kronologi.") Tarikh-tarikh yang kuno sekali yang diajukan oleh beberapa ilmuwan untuk Zaman Paleolitik atau Zaman Batu Lama lebih didasarkan pada teori-teori evolusi dan geologi daripada arkeologi. Tarikh-tarikh seperti itu tidak cocok dengan Alkitab - tidak hanya pada permukaan, tetapi pada tingkat konsep-konsep yang pokok.

Bagaimanapun juga, tidak mudah untuk mengatakan dengan tepat di mana kita harus membatasinya. Memang sulit untuk menafsirkan kronologi Alkitab itu sendiri, dan karena itu penafsir-penafsir yang konservatif kadang-kadang mengambil kesimpulan yang berbeda.

Banyak ahli berpendapat bahwa Alkitab menggambarkan dunia yang relatif muda, bertentangan dengan jutaan tahun yang diterima dalam pemikiran para ahli masa kini. Tabel 21 pada halaman 174 menganjurkan tahun 10.000 sM sebagai tarikh yang paling kuno yang dapat kita pikirkan. Sudah pasti, tidak ada bukti arkeologis yang tepat yang menuntut agar kita kembali ke masa yang lebih kuno lagi dari itu.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA