Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 1 Tahun 1997 >  PETA PERUBAHAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA BAGI PELAYANAN PADA ABAD XXI > 
II. DI MANA KITA BERADA? 

Sebentar lagi kita akan mengalami sesuatu yang tak dialami oleh ayah ibu kita serta kakek nenek kita, yaitu kita akan mengalami berakhirnya suatu abad sekaligus awal milenium baru. Di dalam sejarah kita, pergantian ini merupakan hal yang menarik dan berdampak luas. Terakhir kali hal tadi terjadi seribu tahun yang silam. Pada waktu itu beberapa ciri terlihat:

Kota terbesar yang pernah dimiliki manusia sebelum abad ke-10 adalah Roma dengan jumlah penduduk sekitar satu juta dua ratus ribu orang. Namun di sekitar abad ke-10, kota-kota menjadi lebih kecil dan terisolasi dengan sistem mata uang, pajak, keamanan, budaya, pendidikan tersendiri.

Asia merupakan kerajaan-kerajaan yang unggul dan berteknologi tinggi pada masanya.

Sementara itu Eropa sudah 5 abad berada pada zaman amburadul, feodalistis dan bahkan salah satu tiang kekuatan sosial pada saat itu, yaitu agama, sedang bergerak pecah dua, yaitu menjadi Gereja Barat (yang berpusat di Roma) dan Gereja Timur (Bizantium) pada tahun 1054.

Masyarakat menjadi stagnasi, hanya terdiri dari bangsawan penguasa, pimpinan agama, kaum pedagang serta warga rakyat jelata.

Sebagian orang segan bepergian jauh karena tiap lokasi memiliki sistem, penguasa dan kualitas keamanan yang berbeda. Hanya kaum pedagang yang berani menempuh jarak yang panjang dan berbahaya.

Dibandingkan dengan zaman itu, pergantian milenium ini menampilkan wajah masyarakat dunia yang jauh berbeda, antara lain:

Manusia lebih banyak bergerak ke kota-kota daripada di desa-desa. Kota-kota yang memiliki lebih dari 7 juta penduduk semakin banyak.

Pusat dinamika kekuasaan sedang bergeser kembali ke Asia setelah dari Eropa ke Amerika (tingkat pertumbuhan ekonomi Asia sekitar 7 sampai 9 persen per tahun).

Pusat ilmu pengetahuan tersebar di berbagai sentra di seluruh penjuru bumi. Keio University, East-West Center Hawaii, Nanyang University, National Singapore University, Monash, Harvard, Princeton, Berkeley, Northwestm University dan sebagainya, mungkin lebih dikenal daripada perguruan-perguruan tinggi, kuno dan top di Eropa seperti Padua, Salamanca, Den Haag, Praha, Heidelberg, Tubingen, Vrije atau Geneva. Pendidikan lebih tersedia dan terjangkau untuk lebih banyak orang, termasuk warga jelata.

Teknologi tinggi menjadi tersedia bukan hanya untuk para bangsawan dan mereka yang memiliki kelebihan, namun juga bagi warga jelata. Televisi, lemari es, radio, kalkulator, kamera, merupakan bagian hidup sehari-hari.

Manusia modern sudah bergerak Bari pola komunikasi lisan audio, ke komunikasi baca tulis, dan ke komunikasi serta interactive electronic.

Masyarakat bergerak dengan cepat dan berubah tanpa dapat di prediksi dengan mudah. Susunan masyarakat tidak hanya dari kaum "atas", pedagang, agama, dan rakyat jelata. Kaum intelektual menjadi kekuatan tersendiri. Kaum bangsawan penguasa kini berwujud menjadi dua kelompok yaitu, militer dan/atau birokrat.

Berbagai tulisan telah membahas trend perubahan tadi. Di sini saya akan membahas secara khusus akibat pergeseran pola komunikasi tadi dan dampaknya bagi pelayanan Kristiani, terutama dengan fokus untuk lingkup perkotaan, mengingat lingkup perkotaan menjadi orientasi konteks hidup lainnya di Indonesia.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA