Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 12 No. 1 Tahun 1997 >  KEABSAHAN VIRGIN BIRTH > 
III. TINJAUAN BIOLOGI TENTANG REPRODUKSI 

Semua jenis makhluk hidup berusaha meneruskan keturunannya, baik dalam kondisi lingkungan yang normal atau pun dalam kondisi lingkungan yang sulit. Secara khusus, reproduksi mempelajari perkembangbiakan makhluk hidup dengan segala seluk-beluk perkembangbiakannya.

Biologi menggolongkan reproduksi makhluk hidup atas dua cara, yakni reproduksi seksual dan reproduksi aseksual.

A. Reproduksi seksual

Ketika sperma membuahi ovum, terjadilah reproduksi seksual. Reproduksi seksual memerlukan baik individu jantan maupun betina. Intinya, reproduksi seksual melibatkan kehadiran sperma dan ovum.

Kita tidak akan menyelidiki lebih jauh tentang seluk-beluk reproduksi seksual. Penelaahan akan lebih difokuskan pada reproduksi aseksual.

B. Reproduksi Aseksual

Secara singkat, reproduksi aseksual terjadi tanpa melalui penyatuan sperma dan ovum. Biasanya reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dan bukan suatu pengganti dari reproduksi seksual.1135 Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan berbagai model reproduksi aseksual yang telah diselidiki para ahli:

1 Reproduksi aseksual pada Tumbuhan

Hampir semua jenis tumbuhan dapat berkembang biak dengan aseksual dan juga seksual. Reproduksi aseksual merupakan cara alternatif dengan berbagai keuntungan dan kerugian khusus.1136

Kendati semua organ tumbuhan mampu bereproduksi secara aseksual, batang merupakan bagian yang paling umum dipakai. Rhizoma, stolon, spora merupakan istilah reproduksi aseksual yang umum dikenal.1137

Pada semua jenis reproduksi aseksual, keturunan bersifat identik dengan induknya dalam semua segi, dengan syarat anak dipelihara dalam kondisi yang sama dengan kondisi hidup induknya.1138

2. Reproduksi aseksual pada Hewan

Dapat terjadi melalui cara pembelahan (fission), fragmentasi, pertunasan (budding), pembentukan tubuh-tubuh reproduktif (formation of reproductive bodies), partenogenesis dan paedogenesis.1139 Berikut ini akan diuraikan masing-masing proses itu secara singkat.

a. Pembelahan. Banyak organisme bersel satu dan Invertebrata melakukan reproduksi dengan membelah sel. Misalnya pada amuba dan paramecium.1140

b. Fragmentasi. Pada beberapa spesies cacing dan invertebrata, reproduksi terjadi melalui fragmentasi. Setelah mencapai usia dewasa, tubuh hewan itu terbagi menjadi fragmen-fragmen. Fragmen-fragmen itu kemudian tumbuh menjadi hewan-hewan dewasa baru.1141

c. Pertunasan. Pada sejumlah hewan perkembangbiakan terjadi dengan cara membentuk tunas-tunas. Ada tunas-tunas yang tetap terikat pada induknya, sehingga ini membentuk apa yang dinamakan koloni, dan ada pula tunas yang berkembang bebas dan hidup terlepas dari induknya. Pertunasan terjadi pada koral, ubur-ubur, hydra, batu karang dan lumut.1142

d. Pembentukan tubuh-tubuh produktif. Banyak karang laut dan karang air tawar membentuk tubuh-tubuh reduksi ketika hewan-hewan dewasa merosot karena beberapa alasan.1143

e. Partenogenesis. Secara harafiah partenogenesis berarti virgin birth (dari kosakata Yunani: parthenos). Dalam peristiwa partenogenesis, telur dari hewan betina bertumbuh menjadi bakal anak tanpa dibuahi oleh hewan jantan. Pada beberapa hewan, partenogenesis merupakan satu-satunya cara untuk berkembang biak. Pada umumnya, hewan-hewan hanya berpartenogenesis pada musim-musim tertentu. Partenogenesis dapat terjadi lebih cepat dibandingkan reproduksi secara seksual. Partenogenesis memungkinkan hewan-hewan untuk dengan cepat memanfaatkan sumber makanan yang tersedia. Partenogenesis terjadi pada ikan-ikan tertentu, sejumlah serangga, dan beberapa jenis kadal.1144

f. Paedegenesis. Paedogenesis berarti reproduction in childhood, di mana larva-larva menyelenggarakan reproduksi. Paedegenesis terjadi pada insekta tertentu dan parasit internal.1145

Jelaslah bahwa reproduksi pada tumbuhan dan hewan dapat terjadi melalui reproduksi seksual dan/atau reproduksi aseksual. Dalam klasifikasi makhluk hidup, manusia termasuk dalam kelompok hewan. Maka sebagai makhluk hidup dari golongan hewan, manusia juga memiliki ciri perkembangbiakan yang sama. Tidak ada orang yang mempertanyakan keabsahan reproduksi aseksual pada tumbuhan dan hewan, baik orang terpelajar atau yang tidak berpendidikan sekalipun, maka seharusnya tidak perlu kita mempertanyakan keabsahan reproduksi aseksual pada manusia.

Melihat ketiga bukti di atas, maka dapat dikatakan bahwa virgin birth sebenarnya tidak perlu dipertanyakan keabsahannya. Perjanjian Lama, khususnya melalui Yes 7:14, membuktikan peristiwa virgin birth itu sungguh-sungguh terjadi. Perjanjian Baru, khususnya dalam catatan Matius dan Lukas, membuktikan keabsahan peristiwa virgin birth. Tambahan lagi, banyak spesies tumbuhan dan hewan yang mampu bereproduksi secara aseksual dan tidak pernah manusia meragukan reproduksi aseksual pada tumbuhan dan hewan tersebut. Kalau demikian, sebenarnya kita juga tidak perlu meragukan keabsahan virgin birth dalam kelahiran Yesus Kristus yang merupakan reproduksi aseksual.

Kalaupun ada yang masih berkeberatan terhadap doktrin virgin birth, itu adalah keberatan terhadap mujizat. Bagi mereka, semua hal yang tidak sesuai dengan hukum alam tidak bisa diterima. Mereka menutup kemungkinan terhadap intervensi dari luar alam. Apa yang tidak rasional disebutnya sebagai irasional. Padahal apa yang tidak rasional belum tentu irasional. Bukankah terbuka kemungkinan disebut suprarasional? Maksudnya, di luar atau di atas kemampuan akali atau rasio manusia. Lagipula, virgin birth bukanlah suatu permasalahan teori tentang dapat atau tidak dapat terjadi, sebab ada sejumlah catatan kejadian historis yang cukup bahwa Yesus sungguh-sungguh anak dari seorang perawan yang dikandung tanpa melalui hubungan seksual manusia normal. Singkatnya, virgin birth adalah fakta dan realita, bukan sekedar persoalan teori.



TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA