1. Hasil negatif
Seperti halnya di atas yakni menyangkut hubungan yang tidak harmonis, lebih jauh dapat dikembangkan ke arah dampak negatif dari suatu LPG terhadap perkembangan gereja. PeRtama, akan ditinjau dari pemimpin-pemimpin LPG yang ada. Banyak LPG yang didirikan oleh para pemimpin, yang di dalam pelayanannya dalam sebuah gereja tidak dapat berkembang kalau tidak mau dikatakan tidak mempunyai tempat berpijak, sehingga berlanjut kepada timbulnya rasa tidak puas terhadap suatu gereja. Kedua, banyak LPG yang didirikan karena kelemahan yang terdapat di dalam gereja. Ketiga, LPG mempunyai pelayanan yang sangat spesifik sifatnya, sehingga tidak membagi konsentrasi kepada anggotanya terhadap concern yang lain. Keempat, ada petobat baru yang terus bergabung di dalam LPG tanpa mempunyai kesempatan untuk bergabung ke dalam suatu jenis pelayanan di sebuah gereja. Hal-hal ini akan berdampak negatif, karena dapat memberikan akibat-akibat seperti sifat eksklusifisme yang berlebihan yang cenderung membuat anggotanya merasa diri lebih daripada yang lain; merasa asing dengan pelayanan penggembalaan terhadap golongan lain, sampai akhirnya cenderung melihat pelayanan hanya dari suatu strategi ketimbang sebagai suatu pengabdian; serta, kemudahan bergerak dalam suatu lingkup tersendiri mengakibatkan kesederhanaan di dalam berpikir dan berorientasi dalam pelayanan. Hal lain, yang sepertinya menjadi suatu kontradiksi ialah akan terjadi timbulnya kelemahan terhadap suatu pemahaman iman yang kokoh dan kuat, karena didorong oleh jiwa kebersatuan. Serta, menghadirkan suatu "budaya jajan" yang mengakibatkan terjadinya suatu kelemahan mental bagi orang Kristen di dalam menghadapi perjuangan yang membutuhkan pengorbanan.
2. Hasil Positif
Selain dampak negatif, tentu kehadiran LPG juga mempunyai dampak positifnya. Hal ini dapat dilihat sebagai suatu dampak ganda. Maksudnya, di dalam mengamati segi positif, dapat juga mengajak gereja untuk mengoreksi dan melengkapi diri. Pertama, dapat dilihat dari segi pengkaderan kepemimpinan, sekaligus penyediaan "ladang terjun langsung" bagi mereka. Hal ini terjadi karena selain ladang yang dibukakan sangat luas, juga kebutuhan terhadap pelayanan dari mereka sangat nyata. Kedua, mempersatukan gereja-gereja dari berbagai denominasi, walau di dalam hal ini bisa juga justru timbul hal-hal negatif seperti diuraikan di atas. Ketiga, membuka ladang tanpa batas. Serta, keempat, mengajak gereja untuk tidak berhenti dengan hanya memikirkan diri sendiri, atau bahkan untuk mempunyai keinginan membangun "kerajaan" di dunia.