Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 8 No. 1 Tahun 1993 >  MENGENAL APOLOGETIKA KRISTEN KONTEMPORER > 
PLURALISME 

Sama halnya dengan relativisme, pluralisme pun menolak keras kebenaran mutlak. Penganut falsafah atau pandangan ini sangat mengakui dan menerima adanya berbagai ragam kebenaran. Aspirasi mereka bahkan lebih jauh dari usaha penganut relativisme; mereka berupaya mempersatukan agama-agama agar kebenaran-kebenaran yang beragam tersebut dapat saling mengisi dan melengkapi. Dalam konteks Indonesia, ajaran semacam ini sangat relevan untuk diperhatikan dalam arti diwaspadai mengingat negara kita memang memiliki keberagaman budaya dan mengakui adanya beberapa aliran kepercayaan sebagai agama resmi. Bagi pemeluk pluralisme keberagaman atau kemajemukan agama tersebut bisa dipandang sebagai akar perpecahan, karena itu potensi perpecahan sebagai akibat perbedaan itu harus dihilangkan dengan cara menolak serta menghapuskan keunikan dan kemutlakan setiap ajaran atau pengakuan terhadap suatu realitas kebenaran. Pluralisme mengajarkan suatu sikap dengan asumsi pandangan bahwa agama adalah respons kebudayaan atau kesadaran akan adanya realitas ilahi. Setiap bangsa dan masyarakat memang mempunyai cara yang berbeda untuk mengalami dan merefleksikan kontak ilahi. Dalam upaya penyatuan itulah justru setiap agama budaya dapat saling melengkapi.

Iman Kristen menolak pluralisme karena dua alasan. Pertama, iman Kristen tidak mengenal istilah "realitas ilah" karena hal ini bertentangan dengan kepribadian Allah. Kita tidak pernah dapat mempercayai bahwa manusia dengan rasionya dapat mengenal Allah secara sempurna serta kemudian merefleksikannya dalam bentuk agama-agama (1Kor 1:21). Kita dapat mengenal Allah hanya karena Dia, dalam kasihNya, mau menyatakan diriNya terlebih dahulu kepada manusia. Kedua, adanya dua sikap yang amat berbahaya di dalam pluralisme: kesatu, sikap orang-orang yang secara memaksa berusaha melenyapkan perbedaan dengan menyatukan nilai-nilai yang amat berbeda, padahal sikap inilah yang nantinya justru menimbulkan perpecahan. Selain itu adalah sikap semau-maunya membiarkan semua orang hidup menurut norma masing-masing (laissez faire). Sikap ini juga berbahaya sebab tidak semua norma bisa bersesuaian satu dengan yang lain. Pluralisme sepertinya ingin mempersiapkan "dunia globalisasi" menempuh jalan sinkretisme demi kesatuan seluruh umat manusia.



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA