Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 >  APAKAH BELAJAR TEOLOGIA ITU BERBAHAYA? > 
TEOLOGIA MEMBUAT ORANG KRISTEN "BERDOSA"? 

Yang paling tidak benar adalah mensejajarkan istilah "roh teologia" dengan "roh judi" dan "roh zinah". Mungkin sang pendeta tidak menyadari bahwa pernyataannya tersebut dapat berdampak luas, dalam arti orang-orang yang menjadi pendengarnya dapat menafsirkan seakan-akan berteologia sudah begitu berbahaya sama seperti berjudi serta (lebih celaka lagi) berzinah. Baiklah, kita mau mencoba mengerti keadaan sang pendeta pada waktu mengucapkannya. Mungkin dalam suasana KKR yang panas, spanneng, berkeringat, dan berjubelnya manusia, secara tidak sadar sejenak, ia keterlepasan mengucapkan frase "roh teologia" tersebut tanpa bermaksud mencampuradukkannya dengan urusan berjudi ataupun berzinah. Sekali lagi, sebagai sesama orang Kristen yang penuh dengan pengampunan dan pengertian, kita tentu saja memaafkan slip of tongue dari sang pendeta apabila hal tersebut diakuinya sebagai peristiwa yang tidak diingininya.

Masalahnya adalah: bagaimana apabila hal tersebut sama sekali tidak diakui sebagai keterlepasan lidah, bahkan diafirmasikan sebagai sesuatu yang dipimpin oleh Roh Tuhan? Bagaimana pula apabila hal atau pernyataan tersebut diulangi berkali-kali di dalam kesempatan yang lain di dalam pelayanan sang pendeta (atau hamba Tuhan lainnya)?285

Jikalau yang terjadi adalah disposisi seperti di atas, maka kita tidak lagi mempunyai dasar pijakan yang mulus untuk melanjutkan diskusi sehingga berakhirlah segala upaya untuk menemukan point of contact. Sayang sekali, hal seperti inilah yang seringkali terjadi apabila pemimpin persekutuan tertentu mendapatkan kritik atau sanggahan terhadap pernyataan-pernyataannya. Sebagian menghindari diskusi seperti itu dengan alasan, antara lain, bahwa memang "Allah menginginkan hal itu terjadi" atau "Tuhan Yesus memerintahkan supaya perkataan itu diucapkan". Dengan kata lain, kalaupun terjadi slip of tongue dalam khotbah atau doa, semua itu adalah tanggung jawab dari Roh Kudus yang menjadi penyebab "dari dalam" (sekalipun keterlepasan itu terjadi berkali-kali).

Penulis hanya ingin mengingatkan orang-orang yang mengeritik pemimpin-pemimpin persekutuan seperti itu supaya berhati-hati dalam pendekatannya, sebab bukan tidak mustahil bahwa banyak pemimpin (yang kejangkitan pola messiah complex) seperti itu akan menutup dirinya rapat-rapat dengan "merek" Roh Kudus. Mungkin pemimpin itu akan tampil seperti halnya Zedekia bin Kenaana yang berkata kepada Mikha (setelah sebelumnya menampar pipinya [Mikha]): "Mana boleh Roh Tuhan pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?" (I Raja 22:24).

Baiklah, apabila ada orang zaman sekarang yang terpanggil seperti Mikha yang berani menghadapi resiko yang berat, kita doakan supaya Tuhan memberkati lahir batin. Entah mengapa penulis sendiri merasa kurang terpanggil untuk menghadapi situasi seperti itu. Mungkin salah satu sebabnya adalah, ya itu tadi, karena ditampar secara hurufiah (atau bukan) oleh seseorang sungguh bukanlah sebuah ingatan yang menyenangkan hingga akhir zaman (apalagi memakai "merek" atau atas nama Roh Kudus).



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA