Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 >  YESUS ANAK ALLAH > 
KESIMPULAN 

Qur'an dan Alkitab sama-sama menolak konsepsi Anak Allah secara biologis dan duniawi. Keduanya juga menolak pengilahian Yesus secara fungsional. Triteisme sendiri jelas tidak mendapat tempat, karena keduanya amat menjunjung tinggi monoteisme. Sekalipun demikian gelar Anak Allah dengan mudah diterima dalam monoteisme Kristen yang unik, yakni di dalam dogma Allah Tritunggal, sedangkan di dalam Qur'an gelar itu menjadi sebuah batu sandungan. Kesulitan ini dikarenakan Yesus yang dikenal di dalam Qur'an lebih dekat dengan Yesus sebagaimana yang terdapat di dalam kitab-kitab Apokrifa Perjanjian Baru, yang tentu saja berbeda sekali dengan kesaksian Perjanjian Baru.258 Perlu diketahui bahwa ini tidak berarti umat Kristen sendiri dengan mudah menerima Yesus sebagai Anak Allah. Sesungguhnya tidak mudah membayangkan Yesus sebagai Allah dan manusia yang sempurna sekaligus. Tetapi kaum beriman yang ortodoks mengamini Yesus sebagai Anak Allah, karena iman mereka pertama-tama bukan diletakkan pada penangkapan akal budi saja, melainkan pada wahyu Alkitab. Mereka yakin bahwa akal budi mereka terbatas, sedangkan Allah tidak terbatas. Hanya dalam batas-batas tertentu saja realitas ilahi bisa ditangkap, selebihnya tetap merupakan misteri yang mendorong mereka untuk menyembah Tuhan dan bukan untuk meragu-ragukanNya. Oleh karena itu sewaktu memulai suatu perenungan tentang pribadi Yesus, lebih bijaksana kita lebih dulu mengakui dengan sejujur-jujurnya bahwa Allah melampaui kemampuan daya tangkap akal budi kita. Lalu kiranya atas kemurahan Allah mata batin kita diterangi, sehingga kita semakin mengenal Yesus sebagaimana Dia adanya.



TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA