Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 13 No. 1 Tahun 1998 >  KAPITALISME: DARI MASA KE MASA > 
4. KAPITALISME DAN DEMOKRASI 

Terakhir, saya akan membahas secara singkat hubungan (atau ketiadaan hubungan) antara kapitalisme dan demokrasi. Seperti telah kita tinjau pada bagian pertama, kapitalisme liberal adalah paradigma yang banyak kegunaannya di masa-masa damai (seperti merkantilisme realis laku di masa-masa perang). Sejalan dengan kondisi negara yang damai, persaingan dan perseteruan manusia, menurut Francis Fukuyama, direalisasikan di dalam dunia ekonomi. Manusia yang satu melawan manusia yang lain dalam keadaan damai bersaing memproduksi yang terbaik, dengan cara yang paling tepat dan dengan ongkos yang paling murah.

Ini semua membutuhkan pemerintah yang bertindak hanya sebagai wasit yang diam saja melihat para pelaku ekonomi bermain, dan hanya mengambil tindakan kalau ada yang berbuat curang. Sedangkan kalau pemerintah sendiri berbuat curang dan terlalu jauh melangkah, masyarakat akan dengan mudah menggantinya dengan pemerintah lain yang sesuai dengan yang dikehendakinya. Inilah yang namanya demokrasi ... tapi bukan demokrasi `titik', melainkan apa yang disebut `demokrasi liberal'. Mengapa? Di dalam pemilihan pemerintahan, satu orang mendapat satu suara dan yang mendapat suara mayoritas itulah yang menang.

Tetapi ada sedikit masalah dalam penerapannya. Orang yang memiliki kekayaan, modal, dan koneksi di lingkungan elit hampir pasti memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki hal-hal di atas. Artinya apa? Ternyata, ada orang yang sebenarnya memiliki kekuasaan (pengaruh) lebih dibandingkan dengan orang lainnya, dan ini terjadi karena kepemilikan kapital, dan per definisi ini tidak sesuai dengan idealisme demokrasi yang sebenarnya.

Ini menjadi sasaran kritik yang datang dari kelompok Marxis yang lebih mementingkan demokrasi sosial dan pembagian kapital secara lebih merata, karena mau tidak mau, dikehendaki atau tidak, kapital adalah sumber kekuasaan. Dengan lebih meratanya kapital, maka kekuasaan pun menjadi lebih merata, dan pemerataan dengan sendirinya akan menyelesaikan masalah ketimpangan politik, selain ketimpangan ekonomi.

Sekarang bagian yang tersulit: memberi judgment apakah kapitalisme sesuatu yang positif atau negatif. Berdasarkan pengalaman sejarah, kapitalisme liberal di negara-negara Barat sekarang ini jauh lebih manusiawi dibanding pada saat kapitalisme pertama kali dicetuskan oleh Adam Smith dan kapitalisme klasik pada saat Revolusi Industri baru bergulir. Ini tidak lain karena kapitalisme sekarang telah tercampur dan terpengaruh oleh gerakan dan semangat humanisme, konsep welfare state dari Keynes, dan bahkan sosialisme Marx. Semuanya menyumbang pada suatu sintesa masyarakat modern yang liberal dalam cara berpikir, kapitalis di dalam ekonomi dan demokratis dalam bermasyarakat - di mana keadilan sama pentingnya dengan materi.

Masalahnya adalah kapitalisme yang berkembang di tengah lingkungan negara sedang berkembang. Kapitalisme dengan segala perangkatnya membutuhkan suatu sistem sosial yang mendukung eksistensinya, seperti: demokrasi (dalam arti luas, yang akan saya jelaskan kemudian), mobilitas sosial yang tidak kaku, termasuk minimnya nepotisme dan favoritisme, serta pendidikan yang terjangkau oleh seluruh masyarakat. Bila kapitalisme berkembang di tengah lingkungan yang tidak mendukung, dan kebalikan dari yang tersebut di atas, maka kapitalisme akan membawa pemiskinan, yang kuat memakan yang lemah dan justru tirani politik dan ekonomi. Negara sedang berkembang biasanya tidak cukup memiliki perangkat di atas untuk mendukung kelangsungan kapitalisme secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, kapitalisme di negara sedang berkembang sangat rapuh. Salah-salah revolusi rakyat ala Marx yang akan muncul.

Tetapi sama seperti kapitalisme yang hanya mementingkan pertumbuhan tanpa pemerataan, Marxisme yang mementingkan pemerataan tanpa pertumbuhan juga kurang kuat fondasinya di negara sedang berkembang, karena di negara-negara ini pemerataan tanpa pertumbuhan hanya akan memeratakan kemiskinan. Negara sedang berkembang membutuhkan keduanya: pertumbuhan dan pemerataannya. Lalu apa alternatif bagi pembangunan negara yang sedang berkembang? Mewujudkan keadilan dan demokrasi sosial adalah kunci utamanya. Demokrasi, tapi dalam arti luas. Apa artinya? Kalau kita lihat, negara berkembang yang tingkat kehidupan demokrasinya `maju' seperti India dan Filipina hanya melaksanakan demokrasi secara formal atau riil. Orang boleh memaki-maki seenaknya dan membentuk partai politik semaunya, tetapi kepentingan rakyat yang paling penting justru dinomorduakan. Berbeda dengan negara seperti Taiwan dan Singapura di mana secara formal demokrasi dibatasi dan orang tidak boleh seenaknya ngomong politik, namun pemerintah sadar bahwa peran utamanya adalah membawa bangsa dan negaranya menuju kepada kesejahteraan dan keadilan sosial. Yang penting bukan demokrasi secara formil, tetapi pelaksanaannya, aktualisasinya. Yang penting bukan less atau more government, tetapi bagaimana mewujudkan good governance. Dengan kapitalisme oke kalau pranata dan sistemnya bisa mendukung, tanpa kapitalisme juga oke asal tujuan pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas bisa diwujudkan. Bukankah itu yang penting dan terutama?



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA