Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 13 No. 1 Tahun 1998 >  KAPITALISME: DARI MASA KE MASA > 
3. KAPITALISME DAN LIBERALISME ABAD KE-20 

Pada bagian yang lalu nyata bahwa ada tiga arus utama pemikiran politik ekonomi: (1) Realisme/Merkantilisme; (2) Liberalisme /Kapitalisme; (3) Marxisme/Sosialisme. Tiga pemikiran ini mempunyai ciri dan struktur berpikirnya masing-masing.

Tabel 1. Perbandingan Paradigma MUM Ekonomi Mama

Realisme/ Liberalisme/ Marxisme/

Merkantilisme Kapitalisme Sosialisme

Unit analisis Negara Individu Kelas

Prioritas 1. Stabilitas 1. Pertumbuhan 1. Pemerataan

I 2. Pertumbuhan 2. Stabilitas 2. Pertumbuhan

3. Pemerataan 3. Pemerataan 3. Stabilitas

Sikap politik Konservatif Liberal Radikal

Sikap terhadap Tidak ingin Perubahan gradual Perubahan radikal me

demokrasi perubahan (status menuju demokrasi

quo) liberal nuju demokrasi sosial

Afiliasi utama Kelas Kelas menengah Kelas buruh

elite/pemimpin

Orientasi Kelompok penguasa Tidak ada/sama Kelompok bawah

ke - entm I an rata

Pada bagian yang lalu pula, kapitalisme dan liberalisme telah dikritik oleh Marxis yang menyatakan bahwa antara lain kapitalisme akan hancur akibat pemberontakan dan revolusi kelas buruh yang akan mendatangkan komunisme. Lukacs juga telah membawa Marxisme kepada kelas menengah dan intelektual Eropa sehingga liberal kapitalisme sedikit banyak mulai tersaingi superioritasnya. Apalagi dengan depresi besar pada 1930-an yang menjadi momok terbesar bagi sistem ekonomi kapitalis saat itu. Namun demikian kapitalisme dan liberalisme tidak tenggelam sama sekali. Para pendukungnya mulai bangkit dan menyesuaikan (dan melunakkan) teori-teori ekonomi pasar sehingga liberal kapitalisme berjaya kembali. Kebangkitan ekonomi liberal kapitalis bangkit dalam dua gelombang. Gelombang pertama adalah gelombang neo klasik yang sama dengan kaum klasik percaya akan pasar bebas tetapi tidak terlalu streng dalam membatasi gerak-gerik pemerintah di dalam ekonomi. Gelombang kedua adalah era perang dingin di mana ideologi liberal kapitalisme berhadap-hadapan langsung dengan komunisme, yang pada akhirnya runtuh.

Salah satu ekonom neo klasik terbesar adalah John Maynard Keynes yang juga melahirkan konsep `we fare state, di mana pemerataan dan distribusi sama-sama dianggap penting sebagai tujuan perekonomian. Welfare state mempunyai ciri sistem pajak progresif dan dukungan sosial kepada para penganggur dan mereka yang miskin. Inggris (sebelum Margaret Thatcher) dan negara-negara Skandinavia (sampai sekarang) menjalankan prinsip-prinsip ini. Dan biasanya mereka mengaktualisasikan diri di dalam partai Sosial Demokrat, Kristen Demokrat dan Partai Buruh. Sementara partai-partai pro bisnis (seperti Thatcher) biasanya bernama Partai Liberal, Konservatif, Liberal Demokrat dan sebagainya.

Sementara itu pada era perang dingin setelah Perang Dunia II, kapitalisme liberal di bawah Amerika mulai menyebar ke pelosok Asia dan Afrika dengan bantuan keuangan luar negeri yang sangat besar. Banyak di antara negara ini menjadi bagian dari sistem ekonomi kapitalisme Amerika dan secara tidak sadar terhisap dalam sistem yang memperlebar kesenjangan di negaranya sendiri. Di negara yang perekonomiannya masih tradisional, kapitalisme membawa pertumbuhan ekonomi yang pesat tetapi dengan ketimpangan antar kelas yang makin lebar. Apa implikasinya? Kapitalisme membawa masyarakat menuju kemakmuran, konsumtifisme, dan mempunyai banyak pilihan (choice), tetapi kemakmuran, konsumtifisme dan pilihan ini hanya bisa dinikmati oleh relatif sedikit orang. Pembela kapitalisme liberal akan mengatakan: "Memang benar demikian, tetapi justru karena sedikit saja yang dapat menikmati kapitalisme, itu mendorong semua orang bekerja keras, saling bersaing di dalam efisiensi dan produktivitas untuk menghasilkan yang terbaik. Dan yang terbaik itulah yang akan menikmati buah-buah kapitalisme."

Pernyataan ini mempunyai implikasi bahwa kekayaan materi adalah motivasi bagi orang untuk bekerja keras, dan dengan demikian memajukan secara keseluruhan perekonomian nasional. Tapi ini membawa masalah yang cukup kompleks, di negara maju dan terlebih di negara berkembang. Pokok persoalannya adalah bahwa semua orang diasumsikan terlahir dalam keadaan yang sama, padahal ada manusia yang terlahir sebagai anak konglomerat dan pejabat yang bisa bersekolah di universitas-universitas terbaik di Amerika, dan ada yang terlahir sebagai anak buruh tani atau pemulung yang sudah senang bisa tamat SD Inpres. Bagi negara seperti Amerika sekalipun mobilitas sosial ke atas tidak seotomatis dan sesempurna yang diasumsikan oleh liberalisme. Seorang bisa berhasil bukan karena kemampuan pada dirinya, tetapi juga faktor-faktor eksternal yang berada di luar kekuasaannya, seperti lingkungan dan pendidikannya. Terlebih di negara sedang berkembang yang nilai-nilai feodalnya masih tampak, di mana nepotisme dan favoritisme mencegah mobilitas sosial orang pinggiran ke dalam kelompok elit.



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA