Untuk membahas status wanita menurut Perjanjian Lama, penulis membatasi penyelidikan pada kitab Kejadian 1:26-28 saja, khususnya ayat 27 sebagai ayat kunci. Pembahasan akan difokuskan pada beberapa kata penting, seperti "menciptakan", "manusia" (laki-laki dan perempuan) dan "gambar".
Kata "menciptakan" dalam bahasa Ibrani memakai kata "bara" (to shape, create).1178 Kata ini hanya berlaku bagi Allah dalam menciptakan dengan tidak menyebutkan sama sekali bahan yang dipakai dalam pekerjaan tersebut (kecuali dalam Kej 2) dan juga menggambarkan suatu pekerjaan yang tidak ada kesamaannya dengan pekerjaan manusia. Tindakan Allah dalam menciptakan benda-benda langit, tumbuhan, dan binatang sangat berbeda dengan tindakan Allah pada waktu menciptakan manusia. Penciptaan manusia dicatat lebih berseri dan terperinci. Pertama, Allah sebagai Pencipta adalah oknum yang lebih dari satu pribadi ("let Us make"). Kedua, manusia diciptakan menurut gambar Allah ("in Our image"). Ketiga, manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan. Keempat, Allah memberikan kepada manusia kuasa atas semua ciptaan-Nya.1179
Kata "manusia" dalam bahasa Ibrani memakai kata "Adham." Selain berarti the man, dapat berarti juga mankind atau men and women.1180 Manusia diciptakan sebagai manusia yang jamak, yaitu laki-laki dan perempuan. Seiring dengan itu, sesungguhnya Allah menciptakan manusia melalui ekspresi kejamakanNya ("let Us make man in Our image").
Kata "gambar" dalam bahasa Ibrani memakai kata "tselem" ("in His own image"). Untuk mengerti manusia sebagai gambar Allah, P.K. Jewett membaginya dalam tiga teologi. Pertama, gambar Allah dapat dilihat dalam umat manusia secara keseluruhan. Kedua, gambar Allah dapat dilihat dalam laki-laki dan perempuan secara bersama-sama. Ketiga, gambar Allah dapat dilihat dalam setiap individu.1181 Sedangkan E. Brunner berpandangan bahwa gambar Allah dapat direfleksikan dalam setiap relasi, bukan hanya sekadar hubungan seksual saja. Karl Barth menyetujui pandangan ini dan menyatakan bahwa gambar Allah merupakan suatu analogi relationis bukan suatu analogi entis (relationship dari being).? Gambar Allah merupakan ungkapan yang menempatkan manusia dalam hubungannya yang khusus dengan Allah. Dalam hubungan pribadinya dengan makhluk lain, manusia menjadi wakil Allah karena ia diberi hak untuk menyelidiki, menguasai dan mempergunakan segala sesuatu di sekitarnya (Kej 1:28; "dan biarlah mereka berkuasa atas..."). Dalam hal ini, laki-laki dan perempuan sama-sama memerintah dunia atas nama Allah.1182
Kesimpulannya adalah bahwa penciptaan manusia, sebagai laki-laki dan perempuan, merupakan suatu bagian integral (bulat, utuh dan perlu untuk memperlengkapi) dari keputusan Allah Tritunggal (lebih dari satu pribadi) untuk menciptakan manusia.1183 Tidak ada indikasi dalam ayat-ayat yang dibahas yang menyatakan bahwa salah satu jenis kelamin lebih rendah daripada yang lainnya karena laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan segambar dengan Allah. Implikasinya, manusia dapat berhubungan sempurna, baik dengan Allah maupun dengan sesamanya.
Persamaan derajat atau status antara laki-laki dan perempuan dibuktikan dengan adanya persamaan mereka sebagai ahli waris, baik atas gambar Allah maupun atas kekuasaan di bumi, baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dalam tanggung jawabnya terhadap pengelolaan bumi. Bahkan berkat dan tugas pun tidak terbatas hanya kepada laki-laki atau perempuan saja tetapi tanggung jawab itu ditempatkan di pundak keduanya.