A. Agnostisme: Tiada penjelasan
Agnostisme yakin bahwa pertanyaan tentang kemungkinan eksistensi setelah mati tidak terjawab. Penjelasan agama dan filsafat dipandang spekulatif serta saling kontradiksi. Epicurus berkata, "Kejelekan yang paling menakutkan, yaitu kematian, bukan urusan kita. Karena selama kita masih hidup, kematian tidak di sini; dan ketika dia di sini, kita sudah tidak hidup lagi." Kalau pandangan agnostik ini diterima, orang akan jatuh pada materialisme.
B. Materialisme: Tiada hidup sesudah mati
Materialisme mendefinisikan kesadaran secara sempit sebagai melulu gejala neurologis dari makhluk hidup. Hidup tak terpisahkan dari materi. Maka ketika fisik manusia semakin merosot dan sampai kepada batas akhir yang final, terlihatlah bahwa manusia dalam waktu yang terbatas. Akhirnya, yang tertinggal cuma genus manusia, bukan species individu. Penjelasan metafisik tentang manusia adalah semu, karena pada akhirnya "manusia adalah apa yang dimakannya" (Feuerbach).
C. Animisme: Perluasan hidup di dunia
Animisme berusaha memampukan orang mati untuk meneruskan hidupnya melalui upacara agama untuk orang mati. Dengan cara ini orang mati tetap bersatu dengan yang masih hidup. Eksistensi orang mati dan orang hidup saling bergantung.
D. Spiritisme: Kembali seperti ketika hidup di dunia
Spiritisme dengan cara-cara gaibnya memanggil arwah orang mati. Arwah ini berbentuk fisik seperti ketika ia masih hidup di dunia. Dalam kondisi sementara ini, ia diharapkan memberikan pengetahuan tambahan. Sebagai contoh, ada dokter di Amerika Latin sebelum melakukan operasi yang sulit, berkonsultasi dulu dengan arwah dari rekan dokter yang terkenal untuk memohon petunjuk.
E. Idealisme: Kesempurnaan Roh
Idealisme memandang roh sebagai esensi hidup manusia. Dalam kematian roh bebas dari penjara tubuh. Kini roh murni menjadi bebas dalam kekekalan. Fichte berkata, "Saya akan melayang-layang di atas kehancuran tubuh saya dan menonton kematian."
F. Panteisme: Kembali hidup
Dalam panteisme hidup di dunia bisa kembali lagi melalui reinkarnasi berulang-ulang sesuai dengan Karma. Proses ini bergerak dari hidup dengan suka dukanya untuk berakhir kepada keadaan nirwana, di mana tidak ada lagi apa-apa. Yang ada hanyalah ada ilahi yang universal. Ada sebuah puisi perpisahan dari seorang penganut Zen Budhisme, "Ke depan; ke belakang; musim gugur daun-daun berjatuhan."