Kita telah melihat bahwa Samuel tidak dimanjakan oleh Eli, tetapi justru hal itu membuatnya mampu menjadi orang yang dewasa. Sesuatu berubah di dalam dirinya. Kalau sebelumnya (di ayat 11) dikatakan ia melayani Tuhan di hadapan Eli (Ibrani: et penei Eli, yang diterjemahkan LAI sebagai "di bawah pengawasan" Eli), sekarang ia menjadi pelayan Tuhan di hadapan (Ibrani: et-penei Yahweh).926 Mengapa hal ini bisa terjadi ?
Orangtua Samuel rupanya sadar bahwa mereka tidak bisa terus-menerus ada di hadapan Samuel. Mereka hanya bisa bertemu Samuel beberapa kali dalam setahun, maka mereka mendorong anak itu agar hidup takut akan Tuhan. Hal itu diungkapkan lewat suatu simbol: Ibunya memberikan Samuel sebuah jubah kecil (baju luar dari Efod)927 yang dibuatnya sendiri. Melalui jubah itu orangtua ini seakan mengajar Samuel untuk menjadi anak yang hidup di hadapan Tuhan; yang menghormati hal-hal yang sakral. Setiap kali Samuel memakai jubah ibunya, teringatlah Samuel bahwa jauh dari sana, di kota Rama, ada orangtua yang berharap agar ia memainkan perannya sebagai pelayan Tuhan dengan benar.
Demikianlah tahun-tahun berlalu. Orangtua Samuel sekarang sudah mempunyai lima orang anak lagi, dan itu berarti perhatian sang ibu semakin terbagi-bagi.928 Tetapi justru di tengah jauhnya hidup dari orangtua, Samuel belajar banyak bagaimana hidup di hadapan Allah; hidup mengandalkan kasih dan penghiburan Allah saja.