Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 1 Tahun 1996 >  STAGNASI DALAM PELAYANAN > 
CARA-CARA MENGATASI STAGNASI DALAM PELAYANAN 

Banyak orang berkomentar bahwa sebenarnya tidak perlu terjadi stagnasi apabila para pemimpin Kristen itu dewasa, berjiwa besar, berpikir positif dan saling menghargai seorang terhadap yang lain. Mungkin ungkapan ini dapat dikatakan sebagai suatu yang terlalu ekstrim, namun kalau mau mengerti maksud yang sesungguhnya, ungkapan itu mengandung kebenaran yang sejati. Kalau dilihat dari sederet daftar panjang masalah yang dianggap sangat potensial menyebabkan stagnasi baik di dalam gereja maupun di dalam organisasi sekuler, dapat dikatakan bahwa yang menjadi penyebab utama dari 'stagnasi' adalah manusianya dan bukan sistemnya. Sudah jelas dari awal, bahwa modernisasi, arus globalisasi, penerapan teknologi canggih, dan profesionalisme tidak dapat dijadikan jaminan mutlak untuk tidak terjadinya 'deadlock' atau 'stagnasi total' atau 'kemacetan total' dalam suatu organisasi. Segala ilmu pengetahuan hanyalah merupakan alat bagi manusia. Manusialah yang akan menentukan macet atau tidaknya suatu organisasi. Dipandang dari sudut perkembangan sejarah manusia, bahwa perbedaan pendapat justru akan memperkaya kepustakaan hidup manusia. Dari analisa secara praksis 'stagnasi' yang ditimbulkan oleh perbedaan pendapat ternyata jumlah sangat kecil sekali. Perbedaan pendapat dapat diperkecil melalui dialog, interaksi, komunikasi dan apresiasi. Perbedaan pendapat justru menjadi sarana untuk mematangkan suatu ide dan apabila dikembangkan melalui dialog akan menghasilkan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Yang seringkali menimbulkan 'kemacetan total' dalam kehidupan bergereja atau pelayanan pada umumnya adalah masalah-masalah teologis yang berbau dogmatis, yang diwarnai oleh jiwa advonturir dan didorong oleh suatu gerakan untuk pemenuhan kepentingan pribadi serta ambisi pribadi. Bila diadakan analisis secara kritis terhadap stagnasi-stagnasi yang sedang terjadi sekarang ini dan dibandingkan dengan konsep Petrus dalam 2 Petrus 2:5-8, dapat disimpulkan bahwa kemacetan-kemacetan tersebut justru oleh karena dangkalnya iman seseorang kepada Yesus Kristus, kurangnya kedisiplinan dan ketulusan yang dilandaskan di atas dasar kasih, yang telah menyebabkan menurunnya jiwa berpikir positif, sehingga mengaburnya nilai dari suatu kebajikan. Dampak luas yang dirasakan oleh masyarakat adalah jalan buntu dalam pengambilan keputusan, yang disebabkan oleh macetnya komunikasi, dialog dan interaksi dari pihak-pihak yang terkait. Untuk mengatasi masalah krusial ini diperlukan pemimpin-pemimpin yang dewasa, berjiwa besar, berlapang dada, berpikir positif, tidak berjiwa advonturir, bersedia mendengar, mengakui kelebihan dan kebenaran orang lain. serta mendahulukan kepentingan organisasi lebih dari kepentingan pribadi. Bagi gereja dan lembaga kristiani seharusnya meletakkan prinsip-prinsip hidup bergereja dan bermasyarakat di bawah terang firman Tuhan dan menurut pimpinan Roh Kudus, di atas landasan teologia yang sesuai dengan Alkitab dan mampu berinteraksi dengan semua golongan melalui sistem komunikasi dan dialog yang jelas serta menekankan kepada kepemimpinan yang partisipatif. Perlunya berpikir kritis, analitis dan realistis, namun masih bersifat lentur dengan situasi lingkungan (konteksnya). Untuk mencegah timbulnya stagnasi dalam lingkungan bergereja diperlukan loyalitas yang tinggi terhadap sistem dan disiplin organisasi dan memperhatikan nilai-nilai moral etis dalam melaksanakan aktivitas hidup bergereja dan berusaha menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan.

Sistem yang rapi dan terbuka dapat menghindarkan terjadinya stagnasi di semua aras organisasi. Dengan sistem yang terbuka akan membangkitkan rasa saling menghargai, menghormati dan saling mendukung sesama teman. Hal ini harus dijadikan filosofi hidup bergereja yang didukung dengan etos kerja yang tinggi, berdasarkan konsep yang jelas dengan menekankan kepada perencanaan terpadu dan kontrol yang memadai, dengan sistem 'the right man in the right place' serta memberikan kesempatan kepada semua orang yang terlibat dalam organisasi untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan. Melalui proses yang wajar dengan sistem yang jelas akan dapat menghilangkan kompetisi yang kurang sehat, oleh karena setiap orang yang menjadi bagian yang bersifat integral dalam organisasi pasti akan memiliki kesempatan yang besar melalui peningkatan ketrampilan yang sesuai dengan kemampuannya. Perlunya pelayanan pastoral yang kondusif bagi setiap orang yang terlibat dalam pelayanan. Dengan demikian semua hal yang sangat potensial mendukung terjadinya stagnasi, melalui suatu sistem kepemimpinan yang partisipatif dapat diubah menjadi sarana yang dapat memperkaya dan memperkuat kehidupan organisasi. Ancaman yang dapat menghancurkan dapat diubah menjadi suatu kesempatan untuk kemajuan dalam perkembangan suatu organisasi.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA