Spiritualitas Injili berdasar manifestasi dalam iman kepada Yesus Kristus yang adalah jalan, kebenaran dan hidup804. Di dalamnya terkandung cita-cita yang menjiwai seluruh jati diri dan cara bertindak, yakni meneladani Kristus, baik ajaran-Nya maupun kehidupan dan pelayanan-Nya.805 Hakekat orang Kristen sejati adalah umat yang percaya bahwa Allah menyelamatkan manusia hanya melalui anugerah Allah dalam Yesus Kristus karena Yesus adalah penyataan Allah sendiri.806 Umat percaya tidak hanya dilihat sebagai individu, melainkan juga dalam kebersatuan. Kita mengamini bahwa kita adalah anggota satu umat itu yang dipersatukan dalam roti dan cawan Tuhan.
Sebagai umat Tuhan, selain dipanggil untuk membangun tubuh Kristus, yaitu Gereja, kaum Injili juga dipanggil untuk menyatakan kerajaan Allah di muka bumi ini termasuk Indonesia.807 Jawaban terhadap panggilan Allah itu haruslah secara nyata, antara lain: Marturia dan Diakonia (yang berkaitan dalam hal ini).
Marturia tidaklah berarti kaum Injili 'sekedar' diutus untuk mempropagandakan agama Kristen, mencari massa dan pengikut yang kemudian menjadi gerakan politik tertentu untuk menggalang kekuatan dalam mendirikan kerajaan Allah: sebab konsep kerajaan Allah yang dimaksud adalah kedaulatan dan keadilan Allah dinyatakan melalui kesaksian hidup dan sikap-sikap dan cara kaum Injili bertindak.808 Jadi sikap kita (kaum Injili), harus mencerminkan semangat Injil itu sendiri, yaitu tanpa pamrih dan dengan semangat kasih berperan serta dalam pembangunan nasional. Apabila ternyata terdapat orang-orang yang melalui kesaksian hidup kita digerakkan oleh Roh Kudus untuk masuk ke dalam satu umat dengan kita, itulah karya Allah. Di tingkat sosial politik kita membela hak mereka untuk dapat mengikut Kristus, serta hak kita untuk memberikan kesaksian yang tanpa pamrih. Kita diutus bukan sekedar untuk mencari jumlah, melainkan untuk memberikan kesaksian yang nyata: Allah di dalam kedaulatan-Nya mengetahui siapa yang dipanggil menjadi umat-Nya dan siapa yang 'dibiarkan' untuk mengambil jalan yang lain.809
Sedangkan diakonia merupakan sikap melayani serta ikut memajukan masyarakat yang digerakkan oleh cinta dan rasa kesetiakawanan.810 Dalam hal ini kita tidak menganggap diri lebih tinggi dari orang lain bahkan rela belajar untuk menjadi lebih rendah sebagaimana teladan Kristus.811 Jadi, tidak ada dasar sama sekali untuk menganggap diri lebih dari yang lain sebab hal demikian bukanlah hakekat pola pelayanan Kristus.
Di tengah-tengah masyarakat yang majemuk ini, kita menyadari bahwa kita hanyalah salah satu dari sekian banyak keberadaan, bukan satu-satunya. Itu tidak pula berarti kita dipanggil untuk memisahkan diri dari bagian integral masyarakat Indonesia. Justru nilai-nilai spiritualitas Injili menjadi nyata apabila gereja-gereja Injili berperan serta langsung.